ABSTRAK PENDAHULUAN. Jovita Secunda Ludirdja, Leonard Kencana, Katrin Kurniawan, Michelle Prinka Adyana, dan IGP Suka Aryana

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus Type II

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIKA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB 4 METODE PENELITIAN

GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mencangkup keilmuan Biokimia, Geriatri, Neurosains.

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB III METODE PENELITIAN. observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

Definisi Diabetes Melitus

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

AKSEPTABILITAS PELAYANAN RESIDENSIAL KEFARMASIAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II TANPA KOMPLIKASI

PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Klinik dan Ilmu Penyakit Dalam. disetujuinya proposal sampai April 2016.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

Transkripsi:

IPTEKMA Volume 2 No.1, 01-04. 2010 ISSN: 2086-1354 Bidang Kemahasiswaan UNUD RERATA DURASI PENDERITA DIABETES MELITUS TERKENA NEFROPATI DIABETIK SEJAK TERDIAGNOSIS DIABETES MELITUS PADA PASIEN DI POLIKLINIK GERIATRI RSUP SANGLAH Jovita Secunda Ludirdja, Leonard Kencana, Katrin Kurniawan, Michelle Prinka Adyana, dan IGP Suka Aryana Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rerata durasi penderita diabetes melitus terkena nefropati diabetik sejak penderita terdiagnosis diabetes melitus. Subyek penelitian diambil secara consecutive sampling di poliklinik Geriatri RSUP Sanglah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta telah setuju untuk ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani lembar informed consent. Data penelitian diperoleh dari hasil wawancara dengan subyek penelitian, pemeriksaan fisik, dan melihat rekam medis pasien. Didapatkan 30 subyek penelitian yang terdiri dari 18 (60%) laki laki dan 12 (40%) perempuan dengan rentang usia 61 sampai 80 tahun. Rata rata onset diabetes 13,97±6,322 tahun yang lalu dan didapatkan rerata durasi subyek penelitian terdiagnosis diabetes sampai terkena nefropati diabetik adalah 11,90±4,852 tahun. Dari keseluruhan subyek penelitian, sebanyak 10 (33,3%) dengan kontrol gula darah (HbA1c) kategori baik (<6,5%), 11 (36.7%) kategori sedang (6,5-8%) dan 9 (30%) termasuk kategori buruk (>8%). Pada 11 subyek dengan kontrol gula darah kategori sedang yang dianggap optimal untuk lansia, 9 (81,9%) menggunakan insulin, dan 2 (18,1%) menggunakan obat anti diabetes (OAD). Sedangkan pada 9 subyek dengan kontrol gula darah yang buruk, 2 (22,2%) menggunakan insulin, 3 (333%) menggunakan OAD, dan 4 (44,5%) tidak menggunakan terapi apapun. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penuaan merupakan proses perubahan alamiah dari seseorang yang meliputi aspek biologis, fisiologis, dan struktur sosial yang berlangsung secara progresif (Kalache dan Padnya, 2002). Secara umum, masalah yang terjadi pada lansia meliputi masalah kesehatan fisik, kesehatan jiwa dan sosial ekonomi. Masalah kesehatan yang paling sering ditemui pada lansia adalah penyakit kronis yang kadang timbul secara akut dan akan diderita sampai meninggal. Salah satu penyakit kronis yang sering ditemukan pada populasi lansia adalah diabetes melitus (DM). Pada DM, terjadi paparan hiperglikemia kronik yang akan menyebabkan terjadinya komplikasi baik mikro maupun makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler yang biasa terjadi pada penderita DM adalah penyakit nefropati diabetik. Kejadian nefropati diabetik ini akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas akibat gagal ginjal terutama di kalangan lansia (Gambert dan Pinkstaff 2006; Masharahi et al., 2007). Melalui deteksi dini serta penanganan klinis yang baik, angka terjadinya komplikasi nefropati diabetik pada pasien DM dikatakan dapat menurun meskipun banyak faktor lain yang mempengaruhi (Gross et al., 2005). Meskipun demikian, dirasa perlu untuk mengetahui rerata durasi penderita DM akan terkena komplikasi berupa nefropati diabetik sejak penderita terdiagnosis DM sehingga sedini mungkin dapat dideteksi adanya penyakit DM dan dapat memperlambat perkembangan penyakit yang lebih buruk hingga komplikasi dan meminimalisir terjadinya kemunduran pada pasien lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rerata durasi penderita DM terkena nefropati diabetik sejak penderita terdiagnosis DM pada pasien di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah. 15

METODE PENDEKATAN Rancangan Penelitian. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross-sectional deskriptif untuk mengetahui durasi penderita DM terkena nefropati diabetik sejak penderita terdiagnosis DM pada pasien di poliklinik geriatri RSUP Sanglah. Populasi dan Sampel. Secara umum, populasi dari penelitian ini adalah pasien lansia yang menderita DM, namun populasi yang dapat dijangkau oleh peneliti (populasi terjangkau) adalah pasien yang menderita DM yang menjalani rawat jalan di poliklinik Geriatri RSUP Sanglah. Untuk pemilihan sampel, dilakukan secara consecutive sampling dari populasi lansia yang menderita DM. Kriteria penerimaan subyek penelitian adalah berupa penderita DM lansia yang bersedia ikut dalam penelitian ini setelah menandatangani surat persetujuan atas dasar kesadaran. Seda ngkan kriteria penolakan adalah apabila subyek sebelumnya menderita penyakit ginjal lain, menderita penyakit lain yang dapat menyebabkan terdeteksinya protein di dalam urin, menolak berpartisipasi dalam penelitian setelah diberikan penjelasan (informed consent) tentang penelitian ini, dan tidak kooperatif dalam pelaksanaan penelitian. Besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 23 orang. Jumlah ini didapatkan melalui perhitungan jumlah sampel minimal Keterangan: N=besar sampel minimal; Zα=derivat baku alfa; S=simpang baku variabel yang diteliti; d=presisi. Pengumpulan Data. Subyek penelitian adalah pasien DM lansia yang datang ke poliklinik Geriatri RSUP Sanglah Denpasar yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Untuk keperluan pengumpulan data, telah disiapkan kuisioner penelitian dan formulir informed consent sebelum dilakukan penelitian. Data yang diambil meliputi: nomor rekam medis, nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, riwayat penyakit sebelumnya, lamanya sakit, pemeriksaan fisik yang meliputi tinggi badan, berat badan, indeks massa 16 tubuh (IMT), tinggi lutut kanan dan kiri, tekanan darah 3 posisi, hasil pemeriksaan penunjang yang meliputi, kadar gula darah puasa, gula darah post parandial, kadar HbA1c, urin lengkap, BUN dan serum creatinin, total kolesterol, diagnosis di rekam medis serta terapi yang diberikan. Variabel pada penelitian ini adalah durasi penderita DM lansia terkena nefropati diabetik sejak penderita terdiagnosis DM, DM dan nefropati diabetik. Batas Operasional Variabel: Lanjut usia: penduduk yang telah berumur 60 tahun atau lebih. Durasi penderita DM terkena nefropati diabetik sejak penderita terdiagnosis : rentangan waktu antara pasien terdiagnosis DM untuk pertama kalinya sampai pasien terkena nefropati diabetik. Diabetes melitus: bila didapatkan gejala klasik DM ditambah dengan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl (11.1 mmol/l) atau gejala klasik DM ditambah dengan glukosa darah puasa 126 mg/ dl (7.0 mmol/l) atau ada glukosa darah 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) 200 mg/dl (menggunakan 75g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air) Nefropati diabetik: bila didapatkan kadar protein dalam urin sebanyak 3 kali berturut turut dalam periode waktu minimal 3 bulan dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria (infeksi, gagal jantung kongestif, kehamilan, hipertensi yang parah ataupun hematuria) dan disertai dengan adanya riwayat DM. Pemeriksaan mata untuk mencari adanya retinopati akan menguatkan diagnosis klinis pada pasien. Alur Penelitian. Populasi terjangkau dari penelitian ini merupakan pasien rawat jalan poliklinik geriatri RSUP Sanglah yang menderita DM dan berumur lebih dari 60 tahun. Sampel penelitian yang diambil berdasarkan consecutive sampling. Sebelum dimasukan sebagai sampel penelitian, pasien terlebih dahulu diberikan informed consent mengenai penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan persetujuan dari pasien. Setelah mendapatkan persetujuan dari pasien, peneliti meminta pasien untuk menanda tangani formulir informed consent sebagai tanda kesedian pasien. Kemudian peneliti mulai melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Untuk data pemeriksaan penunjang lainnya, peneliti

melihat riwayat pemeriksaan pasien di dalam rekam medis dengan sebelumnya meminta kesediaan pasien untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Prosedur Pemeriksaan. Hasil pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini, dilakukan sesuai dengan standar yang digunakan di instalasi laboratorium klinik RSUP Sanglah. Tehnik Analisa Data. Pada penelitian ini, data yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisis menggunakan perangkat lunak Statistical Program for Social Science (SPSS) for windows version 15.0, meliputi: Statistik deskriptif untuk menghitung mean, median, range, standar deviasi (SD), maksimum dan minimum untuk data numerik dan data kategorikal dengan menggunakan perhitungan frekuensi. Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji kenormalan distribusi data. Gambar 1. Alur Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mendapatkan 30 subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, terdiri dari 18 (60%) laki dan 12 (40%) perempuan. Sebagian besar subyek adalah suku Bali 20 (66.67%), Jawa 8 (26.7%) dan lainnya (6.7%). Selain itu, sebagian besar pasien juga memiliki komorbiditas berupa hipertensi 28 (93.3%) dan komorbiditas non-hipertensi 2 (6.7%). Sebanyak 17 1 (3.3%) pasien mengalami kekurangan berat badan (IMT<18.5kg/m2), 12 (40%) berat badan normal (IMT= 18.5-25 kg/m2), 13 (43.33%) kelebihan berat badan (IMT: 25 30 kg/m2) dan 4 (13.3%) mengalami obesitas (IMT>30 kg/ m2). Dari subyek yang ada, sebanyak 7 (23.3%) menggunakan obat anti diabetes, 19 (63.3%) menggunakan injeksi insulin dan 4 (13.3%) tidak menggunakan keduanya. Untuk kadar control glukosa (HbA1c), sebanyak 10 (33.3%) kategori baik (<6.5%), 11 (36.7%) kategori sedang (6.5% - 8%) dan 9 (30%) kategori buruk (>8%). Berikut merupakan data karakteristik dari subyek yang dapat dilihat pada Tabel 1. Data karakterisitik menunjukkan rerata umur subyek penelitian terletak pada dekade 6 dengan rerata onset DM 14.27 ± 6.35 tahun yang lalu. Kebanyakan dari subyek penelitian memiliki penyakit penyerta berupa hipertensi. Berdasarkan JNC7, dari 30 subyek penelitian, 7 (23.3%) termasuk prehipertensi, 17 (56.7%) dengan hipertensi stadium I dan 6 (20%) dengan hipertensi stadium II. Hipertensi pada pasien DM lansia dapat disebabkan oleh proses penuaan yang menjadikan arteri lebih kaku maupun terjadinya disfungsi endotel akibat kontrol glukosa yang buruk. Dari hasil pemeriksaan kadar gula darah, didapatkan rata rata kadar gula darah puasa dan 2 jam post prandial tergolong tinggi (143.03 ± 38.30 mg/ dl dan 209.73 ± 61.86 mg/dl). Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya karena tidak digunakannya obat anti diabetes, kepatuhan yang kurang dari pasien dalam penggunaan obat serta kurangnya dosis obat. Untuk populasi lansia, kadar kontrol glukosa (HbA1c) yang dianjurkan adalah pada ka tegori sedang (6.5%-8%) karena populasi lansia lebih rentan terhadap komplikasi hipoglikemia (PERKENI, 2006). Dari 11 (36.7%) subyek penelitian dengan kontrol gula darah sedang (optimal untuk lansia), 9 (81.9%) diantaranya menggunakan terapi insulin dan 2 (18.1%) diantaranya memakai obat anti diabetes (OAD). Pada 9 subyek penelitian yang memiliki kontrol gula darah buruk (>8%), hanya 2 (22.2%) yang menggunakan insulin, 3 (33.3%) menggunakan OAD dan 4 (44.5%) tidak minum obat. Dan dari 10 subyek dengan kontrol gula darah yang baik (<6.5%), 8 (80%) diantaranya menggunakan insulin dan 2

Tabel 1. Karakteristik penderita diabetes meli tus tipe 2 lanjut usia di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah, Denpasar, April 2010 (20%) menggunakan OAD. Sehingga dapat disimpulkan, penggunaan insulin dirasakan lebih baik untuk mengontrol kadar gula darah (HbA1c) pada pasien DM lansia. Rerata durasi penderita DM terkena nefropati diabetik adalah 11.90 ± 4.852 tahun. Rerata nilai ini, sesuai dengan rentangan nilai rerata durasi munculnya protein pada urin akibat penyakit nefropati diabetik (Situmorang, 2005). Dari hasil yang diperoleh ini, diharapkan pada penderita DM dapat dilakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi lebih dini terjadinya komplikasi sehingga angka morbiditas dan mortalitas akibat gagal ginjal pada penderita DM dapat diturunkan (Gross et al., 2005). Pemeriksaan pada pasien lansia hendaknya juga dapat diperketat mengingat pada lansia telah terjadi penurunan fungsi organ, sehingga dengan adanya penyakit penyerta akan mempercepat terjadinya penurunan fungsi organ yang lebih signifikan. Hal ini tentunya akan menurunkan kualitas hidup dari lansia itu sendiri. Sehingga diharapkan melalui kontrol gula darah yang baik dan deteksi dini terjadinya komplikasi dapat setidaknya mempertahankan kualitas hidup pada lansia. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Rerata durasi penderita DM terkena nefropati diabetik pada lansia di poliklinik geriatri RSUP Sanglah adalah 11.90 ± 4.852 tahun. 2. Kontrol glukosa darah (HbA1c) optimal pada lansia adalah pada kategori sedang (6.5%-8%) dan lebih banyak dicapai pada penggunaan regimen insulin sebagai terapi DM. Saran Berdasarkan penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dilakukannya pemeriksaan ginjal pada pasien yang didiagnosis DM untuk pertama kalinya dan melakukan pemeriksaan ginjal secara rutin setelahnya, untuk mendeteksi adanya kerusakan pada ginjal lebih dini sehingga dapat dilakukan tindakan untuk memperlambat progresivitas penyakit untuk menurunkan terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat gagal ginjal. 2. Diperlukan studi lebih banyak lagi mengenai diabetes melitus terutama dalam kaitannya dengan kejadian munculnya komplikasi. DAFTAR PUSTAKA Gambert S dan Pinkstaff S. 2006. Emerging Epi demic: Diabetes in Older Adults: Demography, Economic Impact dand Pathophysiology. Diabetes Spectrum 19:221-228. Gross, JL et al. 2005. Diabetic Neprhopathy: Diagnosis, Prevention, and Treatment. Diabetes Care 28:176-188. Kalache A dan Pandya SM. 2002. Health pro motion and Aging. di dalam Ratnaike RN (ed.), Practical Guide to Geriatric Medicine. New York: McGraw-Hill. Hlm 71-81. Masharani, Umesh et al. 2007. Pancreatic Hor mones and Diabetes Mellitus. di dalam Greenspan FS and Gardner DG (eds.), Basic & Clinical Endocrinology 7th edition. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill. Hlm 658-741. 18

PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB.PERKENI. Situmorang TD. 2005. Perjalanan Klinis Penya kit GInjal Diabetik. Naskah Lengkap The 5th Jakarta Nephrology & Hypertension Course and Symposium on Hypertension. Jakarta: PERNEFRI. Hlm 42-51. 19