BAB I KETENTUAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembara

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 Tentang Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

16. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN TAHUNAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

2015, No dalam Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PADA SATKER RO RENA POLDA NTB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Arsip Nasional Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 tentang Tata Cara Tetap Pelaksana Harian Jabatan Struktural di Lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dengan Peraturan Kepala Bada

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

2017, No di Lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tenta

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 90 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

-3- Tata Kerja Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

BERITA NEGARA. No.210, 2013 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Pelimpahan. Gubernur. TA 2013.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 42 TAHUN No. 42, 2016 TENTANG

2017, No dan Geofisika; b. bahwa guna mempermudah pimpinan unit kerja dalam memberikan rekomendasi pemberian tugas belajar dan izin belajar kep

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

2016, No Proyek/Kegiatan melalui penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.01 TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

- 2-2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 6. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008 tentang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika; 7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Akademi Meteorologi dan Geofisika menjadi Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 90); 8. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor15 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan Stasiun Geofisika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1528);sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor 15 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan

- 3 - Stasiun Geofisika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1740); 9. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor16 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1529); 10. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Stasiun Pemantau Atmosfer Global (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1530);sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Stasiun Pemantau Atmosfer Global (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1741); 11. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor 3 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 555); Menetapkan : MEMUTUSKAN: PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

- 4 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksuddengan: 1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 2. Rencana Kerja Pemerintah yang selanjutnya disingkat RKP adalahdokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun. 3. Rencana Kinerja Tahunan yang selanjutnya disingkat RKT adalah dokumen yang berisi penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis yang akan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan serta berisi informasi mengenai tingkat atau target kinerja berupa masukandan/atau keluaran yang ingin diwujudkan oleh suatu organisasi pada satu tahun tertentu. 4. Daftar Isian Pelaksana Anggaran disingkat dengan DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan di sahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara (BUN). 5. Petunjuk Operasional Kegiatan yang selanjutnya disingkat POK adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan. 6. Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.

- 5-7. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembagaatau masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran. 8. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebutsebagai masukan untuk menghasilkan keluaran dalam bentuk barang/jasa. 9. Kinerja adalah prestasi kerja berupa Keluaran dari suatu Kegiatan atau hasil dari suatu Program dengan kuantitas dan kualitas terukur. 10. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang selanjutnya disingkat BMKG adalah Lembaga Pemerintah non-kementerian yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. 11. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BMKG yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan. 12. Kepala Badan adalah Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. BAB II RUANG LINGKUP DAN TUJUAN Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Kepala Badan ini meliputi penyelenggaraan Rapat Perencanaan Nasional, Rapat Koordinasi Provinsi, Rapat Koordinasi Wilayah, Rapat Koordinasi Nasional, dan Rapat Evaluasi Nasional.

- 6 - Pasal3 Tujuan Peraturan Kepala Badan ini sebagai panduan bagi seluruh unit kerja di lingkungan BMKG dalam menyelenggarakan rapat koordinasiperencanaan guna menyusun perencanaan dan penganggaran yang efektif dan efisienuntuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan berorientasi pada hasil. BAB III RAPAT KOORDINASI Bagian Kesatu Umum Pasal 4 (1) Rapat koordinasi perencanaan diselenggarakan untuk membahas: a. penyelesaian permasalahan yang memerlukan penanganan segera, mendesak dan terus menerus baik yang bersifat strategis dan memerlukan koordinasi lintas sektoral; b. penanganan terhadap permasalahan yang mempengaruhi kebijakan tertentu; dan/atau c. amanat peraturan perundang-undangan, pembahasan dalam rapat koordinasi perencanaan berdampak terhadapperencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja di lingkungan BMKG. (2) Jenis rapat koordinasi perencanaan di lingkungan BMKG terdiri atas : a. Rapat Perencanaan Nasional (Rapernas); b. Rapat Koordinasi Provinsi (Rakorprov); c. Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil); d. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas); dan e. Rapat Evaluasi Nasional (Ravalnas).

- 7 - Bagian Kedua Rapat Perencanaan Nasional Pasal 5 (1) Rapernas dilaksanakan dalam rangka : a. menyelaraskan kebijakan umum pembangunanbmkg dengan prioritas nasional dalam RKP; b. menyelaraskan program dan kegiatan eselon I dengan kebijakan umum pembangunan BMKG; c. melakukan perbaikan pagu Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)menuju pagu indikatif; dan d. melakukan kajian kebutuhan dasarbelanja pegawai, belanja barang operasional, dan belanja barang nonoperasional berkarakteristik operasional. (2) Materi dalam Rapernas meliputi : a. prioritas nasional; b. Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Renstra) BMKG; c. RKT 1 (satu) tahun ke depan; d. prioritas pembangunan BMKG 1 (satu) tahun ke depan; e. program dan kegiatan eselon I; dan f. baselinebelanja pegawai, belanja barang operasional, dan belanja barang non-operasional berkarakteristik operasional. (3) Hasil dalam Rapernas berisi : a. program dan kegiatan BMKG 1 (satu) tahu n ke depan untuk mendukung prioritas nasional; b. program dan kegiatan eselon I 1 (satu) tahun ke depan; c. pagu Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)perbaikan; dan d. baseline belanja pegawai, belanja barang operasional, dan belanja barang non-operasional berkarakteristik operasional.

- 8 - Pasal 6 (1) Rapernas dipimpin oleh Kepala Badan. (2) Dalam hal Kepala Badan berhalangan hadir, pimpinan Rapernas dapat didelegasikan kepada Eselon I. (3) Peserta Rapernas terdiri dari : a. Eselon I; b. Eselon II; c. Koordinator Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di setiap daerahprovinsi; d. Tim Task ForcePerencanaan Anggarandi lingkungan Kantor Pusat; dan e. Perencana/Pelaksana di lingkungan Biro Perencanaan. Pasal 7 (1) Rapernas dilaksanakan pada setiap bulan Februari pada tahun berjalan. (2) Rapernas diselenggarakan di Jakarta atau di tempat lain. (3) Pembiayaan Rapernas dibebankan pada anggaran Sekretariat Utama. Bagian Ketiga Rapat Koordinasi Provinsi Pasal 8 (1) Rakorprov dilaksanakan dalam rangka : a. menyelaraskan program dan kegiatan UPT pada tingkat daerah provinsi dengan program dan kegiatan BMKG dan eselon I; b. penyusunan rencana kerja anggaran UPT1 (satu) tahun ke depan di tingkat daerah provinsi; c. sinkronisasi RKT UPT pada tingkat daerah provinsi dengan RKT BMKG 1 (satu) tahun ke depan; dan d. mengidentifikasi kendala/permasalahan dalam bidang teknis operasional dan kesekretariatan di tingkat daerah provinsi.

- 9 - (2) Materi dalam Rakorprov meliputi: a. program dan kegiatan BMKG 1 (satu) tahun ke depan; b. program dan kegiatan Eselon I 1 (satu) tahun ke depan; c. usulan program dan kegiatan UPT 1 (satu) tahun ke depan; d. usulan rencana kerja anggaran UPT 1 (satu) tahun ke depan; e. RKT BMKG 1 (satu) tahun ke depan; f. usulan RKT UPT 1 (satu) tahun ke depan; g. peraturan perundang-undangan di bidang penganggaran; h. dokumen perencanaan; dan i. rekapitulasi kendala/permasalahan dalam bidang teknis operasional dan kesekretariatan pada tiap UPT. (3) Hasil dalam Rakorprov berisi : a. usulan program dan kegiatan UPT 1 (satu) tahun ke depan di tingkat daerah provinsi; b. usulan RKT UPT 1 (satu) tahun ke depan di tingkat daerah provinsi; c. usulan Rencana Kerja Anggaran UPT 1 (satu) tahun ke depan di tingkat daerah provinsi; d. rekapitulasi usulan Rencana Kerja Anggaran per UPT 1 (satu) tahun ke depan di tingkat daerah provinsi; e. rekapitulasi usulan kegiatan/anggaran yang belum tertampung dalam 1 (satu) tahun ke depan di tingkat daerah provinsi; dan f. rekapitulasi kendala/permasalahan dalam bidang teknis operasional dan kesekretariatandi tingkat daerah provinsi. Pasal 9 (1) Rakorprovdimulaipada setiap bulan Maretpada tahun berjalan. (2) Rakorprov diselenggarakan di salah satu daerah kerja pada wilayah daerah provinsi masing-masingatau di tempat lain.

- 10 - (3) Pembiayaan Rakorprov dibebankan pada anggarankoordinatorstasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di setiap daerah provinsi. Pasal 10 (1) Rakorprov dipimpin oleh Kepala UPT yang menjadi Koordinator Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikadi setiap daerah provinsi. (2) Peserta Rakorprov terdiri dari : a. Kepala UPT di lingkungan daerah provinsi terkait; dan b. Pejabat Pembuat Komitmen UPT di lingkungan daerah provinsi terkait. Bagian Keempat Rapat Koordinasi Wilayah Pasal 11 (1) Rakorwildilaksanakan dalam rangka : a. menyelaraskan program dan kegiatan UPT pada tingkat wilayah dengan program dan kegiatan BMKG dan eselon I; b. penyusunanrencana kerja anggaran UPT 1 (satu) tahun ke depan di tingkat wilayah; c. sinkronisasi RKT UPT pada tingkat wilayah dengan RKT BMKG 1 (satu) tahun ke depan; dan d. mengidentifikasi kendala/permasalahan dalam bidang teknis operasional dan kesekretariatan ditingkat wilayah. (2) Materi dalam Rakorwil meliputi : a. program dan kegiatan BMKG 1 (satu) tahun ke depan; b. program dan kegiatan eselon I 1 (satu) tahun ke depan; c. usulan program dan kegiatan UPT 1 (satu) tahun ke depan di tingkat daerah provinsi; d. usulan rencana kerja anggaran UPT 1 (satu) tahun ke depan di tingkat daerah provinsi; e. RKT BMKG 1 (satu) tahun ke depan;

- 11 - f. usulan RKT UPT 1 (satu) tahun ke depan di tingkat daerah provinsi; g. peraturan perundang-undangan di bidang penganggaran; h. dokumen perencanaan; dan i. rekapitulasi kendala/permasalahan dalam bidang teknis operasional dan kesekretariatan di tingkat daerah provinsi. (3) Hasil dalam Rakorwil berisi : a. usulan program dan kegiatan UPT 1 (satu) tahun ke depandi tingkat wilayah; b. RKT UPT 1 (satu) tahun ke depan; c. usulan rencana kerja anggaran UPT 1 (satu) tahun ke depan di tingkat wilayah; d. rekapitulasi usulan rencana kerja anggaran per provinsi1 (satu) tahun ke depan di tingkat wilayah; e. rekapitulasi usulan kegiatan/anggaran yang belum tertampung dalam 1 (s atu) tahun ke depandi tingkat wilayah; dan f. rekapitulasi kendala/permasalahan dalam bidang teknis operasional dan kesekretariatan melalui aplikasi permasalahan satuan kerja online untuk dibahas pada tingkat nasional. Pasal 12 (1) Rakorwildimulai pada setiap bulan Maret pada tahun berjalan. (2) Rakorwil diselenggarakan di salah satu daerah kerja pada wilayah masing-masing Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau di tempat lain. (3) Pembiayaan Rakorwil dibebankan pada anggaran Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Pasal 13 (1) Rakorwil dipimpin olehkepala Balai BesarMeteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

- 12 - (2) Peserta Rakorwil terdiri dari : a. KepalaUPT di lingkungan wilayah terkait; b. Pejabat Pembuat Komitmen UPT di lingkungan wilayah terkait; c. Tim Task ForcePerencanaan Anggaran UPT di lingkungan wilayah terkait; dan d. Perencana/Pelaksana di lingkungan Biro Perencanaan. Bagian Kelima Rapat Koordinasi Nasional Pasal 14 (1) Rakornas dilaksanakan dalam rangka : a. sinkronisasi program dan kegiatan UPT dengan program dan kegiatan Eselon I, kebijakan umum pembangunan BMKG dan prioritas nasional; b. penetapan rencana kerja anggaran UPT1 (satu) tahun ke depan;dan c. penyusunan rekomendasi penyelesaian kendala/permasalahan dalam bidang teknis operasional dan kesekretariatan pada tingkat nasional. (2) Materi dalam Rakornas mencakup: a. usulan program dan kegiatan UPT di tingkat wilayah; b. program dan kegiatan eselon I; c. kebijakan umum pembangunan BMKG; d. prioritas nasional; e. usulan rencana kerja anggaran UPT1 (satu) tahun ke depandi tingkat wilayah; dan f. rekapitulasi kendala/permasalahan dalam bidang teknis operasional dan kesekretariatan pada tingkat nasional. (3) Hasil dalam Rakornas berisi : a. rekapitulasi usulan rencana kerja anggaran per wilayah 1 (satu) tahun ke depan di tingkat nasional; dan

- 13 - b. rekomendasi penyelesaian kendala/permasalahan dalam bidang teknis operasional dan kesekretariatan pada tingkat nasional. (4) Rekomendasisebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan dan/atau Instruksi Kepala Badan. Pasal 15 (1) Rakornas dilaksanakan pada setiap bulan April atau Mei pada tahun berjalan. (2) Rakornas diselenggarakan di Jakarta atau di tempat lain yang ditentukan oleh Kepala Badan. (3) Pembiayaan Rakornas dibebankan pada anggaran Sekretariat Utama. Pasal 16 (1) Rakornas dipimpin oleh Kepala Badan. (2) Peserta Rakornas terdiri atas : a. Eselon I; b. Eselon II; c. Kepala UPT; d. Kepala Bagian/Bidang di lingkungan Kantor Pusat; e. Kepala Sub Bagian/Sub Bidang di lingkungan Kantor Pusat; f. Kepala Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat; g. Kepala Layanan Pengadaan Secara Elektronik; h. Pejabat Pembuat Komitmendi lingkungan Kantor Pusat dan Koordinator Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di setiapdaerah provinsi; i. Tim Task Force Perencanaan Anggaran di lingkungan Kantor Pusat; dan j. Perencana/pelaksana di lingkungan Biro Perencanaan. (3) Dalam hal diperlukan, dapat mengikutsertakan peserta Rakornas selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

- 14 - Bagian Keenam Rapat Evaluasi Nasional Pasal 17 (1) Ravalnas dilaksanakan untuk: a. pengukuran terhadap capaian dari target kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja oleh masingmasing unit kerja; b. pengukuran realisasi anggaran oleh masing-masing satuan kerja; c. mengidentifikasi kendala/permasalahan atas kegagalan dari target kinerja yang tidak tercapai; dan d. serah terimadipa/pok tahun depan. (2) Materi dalam Ravalnas mencakup : a. Perjanjian Kinerja; b. capaian kinerja; c. realisasi/penyerapan anggaran, termasuk konsistensi dan efisiensi dari pemanfaatan anggaran ( Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran/SILPA); d. rekapitulasi kendala/permasalahan atas kegagalan dari target kinerja yang tidak tercapai; dan e. Laporan Kesiapan Pelaksanaan Kegiatan (Lakes) tahun depan. (3) Hasil dalam Ravalnas berisi: a. hasil evaluasi terhadap capaian dari target kinerja dan penyerapan anggaran pada tahun berjalan; dan b. rekomendasi atas kendala/permasalahan atas kegagalan dari target kinerja yang tidak tercapai sebagai acuan dalam penyusunan anggaran tahun depan. Pasal 18 (1) Ravalnas dilaksanakan pada setiap bulan Desember pada tahun berjalan. (2) Ravalnas diselenggarakan di Jakarta atau di tempat lain. (3) Pembiayaan Ravalnas dibebankan pada anggaran Sekretariat Utama.

- 15 - Pasal 19 (1) Ravalnas dipimpin oleh Kepala Badan. (2) Dalam hal Kepala Badan berhalangan hadir, pimpinan Ravalnas dapat didelegasikan kepada Eselon I. (3) Peserta Ravalnas terdiri atas: a. Eselon I; b. Eselon II; c. Koordinator Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di setiap daerah provinsi; d. Pejabat Pembuat Komitmen Koordinator Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di setiap daerah provinsi; e. Kepala Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat; f. Kepala Layanan Pengadaan Sistem Elektronik; g. Tim Task ForcePerencanaan Anggaran di lingkungan Kantor Pusat; dan h. Perencana/Pelaksana di lingkungan Biro Perencanaan. Pasal 20 Dalam pelaksanaan Rapat Koordinasi Perencanaan, dapat mengundang narasumber sesuai dengan kebutuhan. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.