IMPLEMENTASI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN DI JAWA TENGAH Oleh: Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah
I Salah satu Kepercayaan Masyarakat Mengandung Nilai-nilai Luhur Sifat Kebatinan, Kejiwaan dan Kerokhanian Budaya Leluhur Kearifan Lokal Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keyakinan yang diwujudkan dengan perilaku ketaqwaan dan peribadatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pengamalan budi luhur yang ajarannya bersumber dari kearifan lokal bangsa Indonesia.
III a. Bab A tentang HAM, Pasal 28 E ayat (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. b. Bab XI tentang Agama, Pasal 29 ayat (2) Negara Menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. c. Bab XIII pendidikan dan kebudayaan Pasal 32 ayat (2) Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia dengan tetap menjamin kemerdekaan dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaannya.
a. Pasal 22 ayat (1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. b. pasal 22 ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercyaannya itu.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan a. Pasal 8 ayat (4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan tata cara Pencatatan Peristiwa Penting bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagaimana agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan. b. Pasal 61 ayat (2) Keterangan menegenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat Kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam data base kependudukan. c. Pasal 64 ayat (2) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan Indonesia memuat keterangan tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki atau perempuan, agama, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikelurkan KTP, tandatangan pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang menandatanganinya. d. Pasal 105 Dalam waktu paling lambar 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Undang-Undang ini, pemerintah wajib menerbitkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penetapan persyaratan dan tata cara perkawinan bagi para penghayat kepercayaan sebagai dasar diperolehnya kutipan akta perkawinan dan pelayanan pencatatan Peritiwa Penting.
a. Pasal 81 : (1) Perkawinan Penghayat kepercayaan dilakukan di hadapan Pemuka Penghayat Kepercayaan (2) Pemuka Penghayat Kepercayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjuk dan ditetapkan oleh organisasi penghayat kepercayaan, untuk mengisi dan menandatangani surat perkawinan penghayat kepercayaan (3) Pemuka Penghayat Kepercayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didaftar pada kementerian yang bidang tugasnya secara teknis membina Organisasi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
PP-38/2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab./Kota (Lampiran) Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Sub Bidang Kebijakan Bidang Kebudayaan PEMERINTAH Pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan lembaga adat skala nasional. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI Pelaksanaan kebijakan nasional dan penetapan kebijakan provinsi dalam pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan lembaga adat skala provinsi. PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota dalam pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan lembaga adat skala kabupaten/kota.
PP-38/2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemda Provinsi dan Pemda Kabupaten/Kota (Lampiran) Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesbangpol Dalam Negeri Sub Bidang Ketahanan Seni, Budaya, Agama dan Kemasyarakatan Sub sub bidang Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan PEMERINTAH PEMDA PROVINSI [PEMDA KAB/KOTA Koordinasi dan fasilitasi pembinaan penyelenggaraan pemerintahan (bimbingan, supervisi dan konsultasi, perencanaan, penelitian, pemantauan, pengembangan dan evaluasi) di bidang ketahanan seni dan budaya, agama dan kepercayaan, pembauran dan akulturasi budaya, organisasi kemasyarakatan dan penanganan masalah sosial kemasyarakatan skala nasional. Koordinasi dan fasilitasi pembinaan penyelenggaraan pemerintahan (bimbingan, supervisi dan konsultasi, perencanaan, penelitian, pemantauan, pengembangan dan evaluasi) di bidang ketahanan seni dan budaya, agama dan kepercayaan, pembauran dan akulturasi budaya, organisasi kemasyarakatan dan penanganan masalah sosial kemasyarakatan skala provinsi. Pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan, kelurahan, desa dan masyarakat (koordinasi, bimbingan, supervisi dan konsultasi, perencanaan, penelitian, pemantauan, pengembangan dan evaluasi) di bidang ketahanan seni dan budaya, agama dan kepercayaan, pembauran dan akulturasi budaya, organisasi kemasyarakatan dan penanganan masalah sosial kemasyarakatan skala kabupaten/kota.
Bab II, Pasal 2 : 1. Pemerintah Daerah memberikan pelayanan kepada penghayat kepercayaan 2. Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1): a. Administrasi organisasi penghayat kepercayaan b. Pemakaman dan c. Sasana Sarasehan atau sebutan lain
(Bab III Pasal 5) 1. Penerbitan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) oleh Gubernur di tingkat Provinsi (1) Gubernur menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar(SKT) (2) Penerbitan SKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan persyaratan 2. Penerbitan SKT oleh Bupati di tingkat kabupaten (1) Bupati/walikota menerbitkan SKT oerganisasi penghayat Kepercayaan kabupaten/kota (2) Penerbitan SKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan persyaratan 3. Penerbitan Tanda Inventarisasi oleh Menbudpar cq.direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa melalui dinas yg membidangi kebudayaan (Pasal 7) Surat Keterangan Terinventarisasi diajukan oleh pengurus organisasi kepada Menbudpar melalui dinas/lembaga/unit kerja yang mempunyai tugas dan fungsi menangani kebudayaan dengan melampirkan persyaratan yang telah ditentukan
PENERBITAN SKT SESUAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN 24 ORGANISASI PENGHAYAT YANG TERCATAT DI PROVINSI JAWA TENGAH
Pasal 8 1) Penghayat Kepercayaan yang meninggal dunia dimakamkan di tempat pemakaman umum. 2) Dalam hal pemakaman Penghayat Kepercayaan ditolak di pemakaman umum yang berasal dari wakaf, pemerintah daerah menyediakan pemakaman umum. 3) Lahan pemakaman umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disediakan oleh Penghayat Kepercayaan. 4) Bupati/walikota memfasilitasi administrasi penggunaan lahan yang disediakan oleh Penghayat Kepercayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk menjadi pemakaman umum.
Pasal 9 1) Penyediaan sasana sarasehan atau sebutan lain didasarkan atas keperluan nyata dan sungguh-sungguh bagi Penghayat Kepercayaan. 2) Penyediaan sasana sarasehan atau sebutan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa bangunan baru atau bangunan lain yang dialih fungsikan. Pasal 10 Sasana sarasehan atau sebutan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis bangunan gedung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 15
1. Belum semua lapisan masyarakat mengetahui keberadaan Penghayat kepercayaan 2. Kartu Tanda Penduduk : Sudah terakomodir namun di lapangan pengosongan status agama masih berkonotasi negatif, dan banyak petugas yang belum mengetahui aturannya. 3. Pemakaman : Belum semua warga masyarakat mau menerima warga penghayat yang meninggal untuk dimakamkan di pemakaman umum. 4. Sasana Sarasehan : beberapa warga masih belum dapat menerima keberadaan sasana sarasehan masyarakat Penghayat. 5. Pelayanan Perkawinan Penghayat : di lapangan masih banyak kendala, dan petugas juga belum sepenuhnya memahami peraturan.
Rekomendasi Bersama untuk PERBAIKAN Peningkatan Penegakan HAM baik melalui sistem peraturan maupun pembangunan kesadaran masyarakat Melaksanakan administrasi kependudukan dengan berasas kepada hal-hal yang bersifat universal, permanen dan berkelanjutan, yaitu persamaan kedudukan dalam hukum, perlindungan, keamanan, berkelanjutan dan kepastian hukumkomitmen dari semua pihak Jaminan dan perlindungan pemerintah dalam beragama/berkepercayaan Menghidupkan kembali nilai-nilai luhur budaya bangsa. Penguatan Kapasistas kelembagaan organisasi penghayat melalui pendaftaran SKT
Adakan kegiatan bersama yang konkret antara penghayat kepecayaan dengan masyarakat dalam mengatasi masalah kemanusiaan, seperti kemiskinan, kebodohan, pengangguran, dan kesenjangan sosial; Kerukunan antara penghayat kepercayaa/ masyarakat merupakan kewajiban yang perlu dijaga dan dihormati oleh setiap orang; Kerukunan antar penghayat kepercayaan/ masyarakat memerlukan komunikasi yang santun dan terbuka; Kerukunan antar penghayat kepercayaan/ masyarakat senantiasa dikembangkan dan dikomunikasikan pada seluruh kelompok masyarakat; Segala perselisihan berlatar belakang perbedaan agama dan keyakinan perlu diselesaikan dengan arif dengan menghormati nilai yang dianut masing-masing; Pemberdayaan kelembagaan yang mewadahi kerukunan antar pemeluk agama/penghayat kepercayaan.
Rahayu