BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, Jakarta:1992, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn :

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan salah satu jalan yang diberikan oleh Allah SWT untuk setiap. insan didunia mendapatkan keturunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi mengakibatkan terjadi pergeseran dalam segala aspek kehidupan individu. Pergeseran-pergeseran yang terjadi di antaranya pergeseran nilai-nilai budaya dan juga nilai-nilai religius pada generasi muda yang semakin luntur terbawa arus perubahan zaman. Pergeseran nilai-nilai yang terjadi menimbulkan permasalahan yang sering muncul di lingkungan sekitar. Dampaknya dirasakan langsung pada generasi muda yang berada dalam proses perkembangan menuju kematangan aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan juga kematangan moralspiritual. Mahasiswa menurut Yusuf (2004 :1) merupakan individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan, kedewasaan atau kemandirian yang terkait dengan pemaknaan dirinya sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual. Untuk mencapai kematangan, mahasiswa masih banyak memerlukan bantuan karena kurang memiliki pemahaman akan diri dan lingkungannya dan juga pengalaman dalam menentukan arah dalam kehidupannya. Selain dituntut untuk mampu menyelesaikan tugas-tugas akademis, mahasiswa yang berada dalam rentang usia sebagai sosok remaja akhir menuju 1

2 dewasa awal, dituntut untuk mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Namun pada kenyataannya proses perkembangan tidak selalu berjalan searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Mahasiswa sebagai sosok remaja menuju dewasa telah memiliki minat yang tinggi untuk menikah, hal ini sesuai dengan pemberitaan media (pikiranrakyat.com) yang menunjukkan bahwa rata-rata nasional mengenai usia pernikahan yaitu 19,2 tahun, dan Provinsi Jawa Barat menempati usia kawin termuda yaitu 17,8 tahun. Selain itu, undang-undang pernikahan pun telah membatasi mengenai usia pernikahan yaitu usia 25 tahun untuk laki-laki dan 20 tahun untuk perempuan, kecuali bagi yang belum memasuki usia tersebut tetapi telah diizinkan menikah oleh walinya. Selain melihat usia ideal untuk menikah, pemenuhan tugas perkembangan yang didominasi oleh penikahan dan berkeluarga menjadi pertimbangan bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri menuju jenjang pernikahan, walaupun banyak alasan yang membuat mahasiswa menunda untuk menikah. Terdapat beberapa tugas perkembangan mahasiswa sebagai sosok remaja yang dikemukakan oleh Havighurst di antaranya yaitu, menyiapkan diri untuk pernikahan dan berkeluarga (Makmun, 2002: 113). Adapun tugas perkembangan mahasiswa sebagai dewasa muda menurut Havighurst di antaranya, (a) dewasa muda dituntut untuk dapat mencari dan menemukan calon pasangan hidup, (b) belajar hidup bersama dengan suami atau istri, (c) mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga, (d) belajar mengasuh anak-anak dan (e) mengelola rumah tangga (Mappiare, 1983: 31).

3 Pemenuhan tugas perkembangan tersebut sangatlah penting bagi mahasiswa karena akan segera masuk ke dalam kehidupan pernikahan. Adapun pernikahan merupakan ikatan sakral secara hukum antara pria (suami) dan wanita (istri) sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur an (Ar-Ruum [30] :21) : Artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah, diciptakannya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram disampingnya dengan diadakan-nya rasa cinta dan kasih-sayang di antaramu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Dalam undang-undang pernikahan No.1 tahun 1974 dinyatakan bahwa Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan yang diharapkan setiap pasangan adalah terbinanya hubungan rumah tangga yang harmonis dan penuh kasih sayang. Setelah proses ijab kabul pernikahan, seorang perempuan memiliki predikat sebagai seorang istri, dan seorang laki-laki akan berubah status menjadi seorang suami, status baru yang akan diikuti oleh beragam konsekuensi. Ketika memutuskan untuk menikah, pasangan telah bersepakat untuk bukan hanya mempersatukan dua individu, tapi juga dua pemikiran, dua sudut pandang, dua karakteristik, dua kebiasaan, dan juga menggabungkan dua keluarga

4 besar dan dua kebudayaan. Siap untuk menikah berarti memiliki kesiapan untuk menerima perbedaan, kemauan untuk berubah, keinginan untuk mengenal lebih jauh, kesiapan untuk menerima pasangan apa adanya dan kesediaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi mengedepankan kepentingan dan kebutuhan bersama. Keputusan untuk menikah dapat berasal dari alasan yang negatif, salah satu alasannya adalah karena telah hamil diluar pernikahan (premarital pregnancy). Hal tersebut berasal dari iklim lingkungan yang kurang sehat, dan mempengaruhi perkembangan pola perilaku atau gaya hidup mahasiswa yang cenderung menyimpang dari kaidah moral, diantaranya adalah pergaulan bebas (freesex). Hal tersebut sesuai dengan pemberitaan media (pikiranrakyat.com) yang menyebutkan bahwa dari 800 calon pengantin yang mendaftarkan diri di KUA setempat didapati 40 calon pengantin telah hamil. Terkait dengan fenomena yang terjadi, mahasiswa sebagai generasi muda dihadapkan pada permasalahan psikis dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang mengakibatkan konflik internal antara tuntutan biologis seiring dengan pertumbuhan organ seksualnya menuju kematangan dengan tuntutan akademik yang masih dijalani. Selain permasalahan yang karena kondisi yang tidak diharapkan, mahasiswa juga dihadapkan pada kenyataan bahwa menikah bukanlah proses yang mudah. Hal ini terungkap menurut penelitian Family Crisis APA (1995) di Amerika dalam masyarakat modern dan sekuler di mana masing-masing pasangan memiliki komitmen rendah terhadap agama, memiliki resiko perceraian yang

5 tinggi. Disebutkan bahwa 75% suami berselingkuh dan 40% istri juga melakukan perselingkuhan; dalam 5 tahun pertama dari 5 pernikahan, 3 berakhir dengan perceraian, dan dalam 3 dekade terakhir 70% pernikahan di Amerika berakhir dengan perceraian (Hawari, 2006: 57). Tidak jauh berbeda dengan penelitian di Amerika, masalah yang masih mendominasi menurut catatan yang ada di Pengadilan Agama Kelas IA Bandung, adalah tentang perceraian baik cerai talak maupun cerai gugat. Tabel 1.1 berikut menunjukkan angka perceraian yang terjadi di kota Bandung. Tabel 1.1 Gambaran Angka Perceraian di Kota Bandung Perkara Tahun 2005 Tahun 2006 Cerai Talak 498 484 Cerai Gugat 1369 1139 Sumber: Laporan Keadaan Perkara Pengadilan Agama Bandung Th 05-06 Gambaran angka perceraian di atas menunjukan bahwa melanggengkan pernikahan dan membina rumah tangga bukanlah proses yang mudah, banyak didapati pasangan muda yang bercerai tidak lama setelah menikah ataupun pasangan yang telah lama menikah kemudian memutuskan untuk berpisah. Dampak dari masalah perceraian ini sangat besar, bukan hanya pada suami istri, keluarga dari masing-masing pasangan namun dampak yang paling harus diantisipasi adalah terhadap anak-anak dari pasangan suami istri tersebut, dapat dipastikan dampak psikologis dan sosial akan sangat terasa. Tabel 1.2 berikut menunjukan faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya perceraian yang telah dikategorikan oleh Pengadilan Agama.

6 Tabel 1.2 Gambaran Faktor Penyebab Perceraian Faktor Penyebab Perceraian Jumlah 2005 2006 Moral Poligami tidak sehat 49 67 Krisis akhlak 69 32 Cemburu 4 1 Meninggalkan Kawin paksa 1 0 kewajiban Ekonomi 32 57 Tidak bertanggungjawab 979 775 Kawin di bawah umur 0 0 Penganiayaan 11 25 Dihukum 0 3 Terus menerus berselisih Cacat biologis 0 3 Politis 0 0 Gangguan pihak ketiga 27 66 Tidak harmonis 696 878 Sumber: Laporan Keadaan Perkara Pengadilan Agama Bandung Th 05-06 Krisis rumah tangga yang terjadi pada pasangan suami istri menyebabkan pasangan suami-istri tidak merasa bahagia dan memutuskan untuk bercerai. Menurut tabel di atas faktor tidak ada tanggungjawab dan juga kehidupan pernikahan yang tidak harmonis menjadi alasan terbesar bagi pasangan suami istri untuk bercerai. Salah satu penyebab dari tingginya angka perceraian yang terjadi adalah karena terbatasnya upaya persiapan pernikahan yang mereka lakukan baik itu pemahaman akan nilai-nilai pernikahan ataupun pemahaman akan terjadinya perubahan tugas, fungsi dan tanggungjawab sebagai suami/istri. Dengan demikian, penting sekali bagi mahasiswa dalam proses perkembangan menuju dewasa memerlukan bekal pengetahuan seputar pernikahan dan kehidupan rumah tangga agar dapat menjalani kehidupan berkeluarga yang harmonis, bahagia dan tidak berpisah selamanya.

7 Bimbingan dan konseling sebagai salah satu disiplin ilmu yang concern di dunia pendidikan memiliki andil dalam menyikapi fenomena yang terjadi di kalangan mahasiswa dan juga yang terjadi pada pernikahan yang berakhir dengan perceraian. Merupakan tugas pembimbing untuk memfasilitasi mahasiswa guna memenuhi tuntutan tugas perkembangan menuju persiapan pernikahan dan berkeluarga yaitu dengan mewujudkan suatu program bimbingan yang dapat membekali mahasiswa dengan pengetahuan seputar pernikahan seperti hak dan kewajiban istri/suami, perubahan peran dan status sosial. Selain itu mahasiswa hendaknya dapat menjaga kehormatan diri dengan mengetahui dan meyakini hikmah dan faedah yang bisa didapat dari pernikahan guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat kelak. Dengan melihat fenomena yang berkembang di kalangan mahasiswa, kondisi pemenuhan tugas perkembangan mahasiswa menuju jenjang pernikahan dirasa masih kurang optimal dan belum cukup untuk membekali mahasiswa menghadapi kekhawatiran yang mungkin terjadi dalam kehidupan pernikahannya kelak. Permasalahan tersebut dapat difasilitasi dengan pembekalan konseling keluarga khususnya bimbingan pranikah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian sebagai suatu sumbangan teoretis bagi perkembangan ilmu konseling keluarga mengenai Pengembangan Program Bimbingan Pranikah Bagi Mahasiwa.

8 B. RUMUSAN MASALAH Salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi mahasiswa adalah menyiapkan diri untuk pernikahan dan berkeluarga. Tugas perkembangan tersebut sangatlah penting bagi mahasiswa karena pernikahan merupakan ikatan sakral secara hukum antara pria (suami) dan wanita (istri). Adapun iklim lingkungan yang cenderung menyimpang sehingga banyak pemberitaan mengenai pergaulan bebas dan juga tingginya angka perceraian yang terjadi menunjukkan bahwa menikah bukanlah proses yang mudah. Dalam hal ini, terjadi gap antara tugas perkembangan dalam mempersiapkan diri menuju pernikahan dengan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan pernikahan. Persiapan diri untuk menikah ditandai dengan beberapa indikator, diantaranya: (1) aspek biologik/fisik, mencakup usia ideal dalam pernikahan dan kondisi fisik; (2) aspek mental/psikologik, yang mencakup psikologi wanita, psikologi pria, kepribadian dan taraf pendidikan; (3) aspek psikososial, yang mencakup latar belakang sosial budaya, latar belakang budaya, pergaulan, pekerjaan dan kondisi materi lainnya; dan (4) aspek spiritual. Selain persiapan diri untuk pernikahan, terdapat beberapa faktor yang dapat membuat mahasiswa menunda untuk melangsungkan pernikahan, diantaranya : a) faktor pekerjaan ; b) faktor studi; c) faktor kecocokan dan ; d) faktor kesiapan atau kemantapan. Dengan demikian, diperoleh sebuah pertanyaan umum sebagai arahan perumusan masalah dalam penelitian, yaitu : Program bimbingan pranikah seperti apa yang dibutuhkan mahasiswa menuju kehidupan pernikahan? Pertanyaan umum diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penunjang sebagai berikut.

9 a. Bagaimana gambaran umum persiapan diri mahasiwa menuju pernikahan? b. Faktor-faktor apa yang membuat mahasiswa menunda untuk menikah? c. Isu-isu pernikahan seperti apa yang berkembang di kalangan mahasiswa? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk merancang program bimbingan pranikah bagi mahasiswa. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut. a. Mendapatkan data empirik mengenai gambaran umum persiapan diri mahasiswa menuju jenjang pernikahan. b. Mengetahui faktor-faktor yang membuat mahasiswa menunda untuk melangsungkan pernikahan. c. Mengetahui isu-isu pernikahan yang berkembang di kalangan mahasiswa. 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagi mahasiswa, dapat membantu mahasiswa dalam mempersiapkan diri menuju kehidupan pernikahan dan rumah tangga. b. Bagi Jurusan PPB FIP UPI, dapat dijadikan bahan referensi dalam menunjang perkuliahan konseling keluarga khususnya bimbingan pranikah bagi mahasiswa.

10 c. Bagi Konselor Keluarga atau Konsultan Pernikahan, dapat menggunakan program bimbingan pranikah yang disusun untuk membantu klien memantapkan diri menempuh pernikahan. D. ASUMSI Penelitian ini dilakukan berdasarkan asumsi dasar sebagai berikut. 1. Seorang individu dituntut untuk menempuh tugas-tugas perkembangan dalam rentang kehidupannya. Dalam hal ini, mahasiswa dituntut untuk memenuhi tugas perkembangan yang berkaitan dengan persiapkan diri menuju kehidupan pernikahan dan berkeluarga. 2. Iklim lingkungan yang tidak sehat berdampak pada pergaulan bebas (freesex) dan juga tingginya angka perceraian menunjukkan bahwa menikah adalah fitrah manusia tetapi menikah tidaklah mudah. 3. Layanan bimbingan pranikah diperlukan agar mahasiswa mampu membangun keutuhan pribadi dan memperoleh pengetahuan juga pemahaman dalam menghadapi kehidupan pernikahan dan berkeluarga. E. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk menjawab pernyataan penelitian secara spesifik dengan menggunakan angka statistik dan didukung oleh pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengungkap kebutuhan layanan bimbingan pranikah yang akan dirancang.

11 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis dan mengambil suatu generalisasi dari data yang ada guna menyusun program bimbingan pranikah bagi mahasiswa. F. SUBJEK PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang belum menikah di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia.