BAB I PENDAHULUAN. tembok bangunan maupun atap bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

Timur dan kedalaman 48 kilometer. Berdasarkan peta isoseismal yang

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMA PERNYATAAN KATAPENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini karena Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

Sulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

Deputi Bidang Koordinasi Insfratruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dzikri Wahdan Hakiki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pengembangan Ground Motion Synthetic Berdasarkan Metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis Model Sumber Gempa 3D Teluk Bayur, Padang (Indonesia)

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

MIKROZONASI GEMPA UNTUK KOTA SEMARANG TESIS MAGISTER. Oleh : OKKY AHMAD PURWANA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

Pengembangan Program Analisis Seismic Hazard dengan Teorema Probabilitas Total Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008

EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008)

RESPON SPEKTRUM DESAIN PADA LOKASI TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA TSUNAMI DI KOTA PARIAMAN

ANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Imam A. Sadisun Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB ITB) KK Geologi Terapan - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - ITB

PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

Teknik, 36 (1), 2015, PERSEPSI PENGEMBANGAN PETA RAWAN GEMPA KOTA SEMARANG MELALUI PENELITIAN HAZARD GEMPA DETERMINISTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS PETA DEAGREGASI HAZARD GEMPA WILAYAH JAWA DAN REKOMENDASI GROUND MOTION DI EMPAT DAERAH

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Kepulauan Indonesia

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi

PEMETAAN GROUND ACCELERATION MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD ANALYSIS DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARATPADA ZONA MEGATHRUST

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang

PENGUKURAN RESPONS SPEKTRA KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODA PROBABILITAS ABSTRAK

Analisa Resiko Gempa Kasus : Proyek Pengeboran Minyak Di Tiaka Field. Helmy Darjanto, Ir, MT

RESPONS SPEKTRA GEMPA BUMI DI BATUAN DASAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA PADA PERIODE ULANG 2500 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESPONS SPEKTRUM WILAYAH KOTA PADANG UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG TAHAN GEMPA

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi beserta dampaknya yang terjadi belakangan ini harus

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

SEISMIC HAZARD UNTUK INDONESIA

RYAN RANTE D

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu

Edy Santoso, Sri Widiyantoro, I Nyoman Sukanta Bidang Seismologi Teknik BMKG, Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran Jakarta Pusat 10720

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NEPAL MASIH PUNYA POTENSI GEMPA BESAR

Bab III Kondisi Seismotektonik Wilayah Sumatera

Percepatan Tanah Sintetis Kota Yogyakarta Berdasarkan Deagregasi Bahaya Gempa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempabumi merupakan salah satu bencana alam yang berpotensi menimbulkan kerusakan parah di permukaan Bumi. Sebagian besar korban akibat gempabumi disebabkan oleh kerusakan infrastruktur atau bangunan. Runtuhnya tembok bangunan maupun atap bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan korban jiwa, baik korban luka maupun meninggal. Bahaya yang terkait dengan gempabumi disebut sebagai bahaya kegempaan (seismic hazard) (Kramer,1996). Beberapa bahaya yang timbul akibat peristiwa gempabumi adalah guncangan tanah, bahaya struktural bangunan, likuifaksi, tanah longsor (landslide), kerusakan struktur penahan, kerusakan fasilitas umum, dan tsunami (Kramer, 1996). Upaya pengurangan korban akibat gempabumi dapat dilakukan dengan pencegahan kerusakan struktur bangunan dari guncangan yang ditimbulkan. Salah satu metode yang paling efektif untuk meminimalkan dampak gempabumi adalah dengan mengestimasi atau mengkuantifikasi dampak gempabumi untuk meningkatkan kemampuan bangunan saat gempabumi terjadi. Indonesia merupakan negara dengan aktivitas kegempaan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik 1

2 utama, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Tatanan tektonik Kepulauan Indonesia digambarkan dalam Gambar 1.1. Pada Gambar 1.1 terlihat interaksi lempeng tektonik yang ada di Indonesia. Lempeng Samudra Indo-Australia menyusup di bawah Lempeng Benua Eurasia dengan arah pergerakan relatif ke utara. Berdasarkan data GPS (Global Positioning System), kecepatan relatif gerak Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia adalah sebesar 70 50 mm/tahun (Bock dkk, 2003). Lempeng Samudra Pasifik bergerak relatif dari timur ke barat menyusup di bawah Lempeng Eurasia dan Indo-Australia dengan kecepatan mendekati 120 mm/tahun (Bock dkk, 2003). Gambar 1.1. Tatanan Tektonik Indonesia dengan pergerakan relatif tiga lempeng utama bumi berdasarkan data GPS (Bock dkk.,2003) Sumatra adalah salah satu pulau di Indonesia yang memiliki aktivitas kegempaan tinggi. Dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir, tercatat telah terjadi beberapa gempabumi yang menyebabkan kerusakan besar di wilayah

3 Sumatra. Dari data USGS, gempabumi signifikan yang telah terjadi di Pulau Sumatra diantaranya adalah Gempabumi Aceh 2004 (Mw=9,2), Gempabumi Nias 2005 (Mw=8,7), Gempabumi Padang 2009 (Mw=7,6), dan Gempabumi Mentawai 2010 (Mw=7,7). Gambar 1.2 Seismisitas wilayah Sumatra periode 1900-2012 (Sumber data : BMKG) Selain adanya zona subduksi, Sumatra memiliki sesar mendatar yang membentang dari ujung utara hingga selatan sepanjang 1.900 km dari 10⁰ LU

4 hingga 7⁰ LS yang dikenal sebagai Sesar Sumatra (Sieh dan Natawidjaja, 2000). Sesar Sumatra terdiri atas segmen-segmen yang lebih kecil dan detail. Sesar Sumatra memiliki 19 segmen utama seperti terlihat pada Gambar 1.3 (Sieh dan Natawidjaja, 2000). Gambar 1.3. Segmen yang terdapat pada Sistem Sesar Sumatra (Sumber : digambar ulang berdasarkan Sieh dan Natawidjaja, 2000) Provinsi Lampung merupakan wilayah paling selatan di Pulau Sumatra. Salah satu gempabumi yang berdampak besar di wilayah Lampung adalah

5 Gempabumi Liwa 1994 (Ms=7,2). Selain kejadian tersebut, gempabumi Swarm yang pernah terjadi di daerah Bandarlampung (2006) dan Kotaagung (2013) merupakan bukti dari tingginya aktivitas kegempaan di wilayah Lampung. Dari rangkaian kejadian tersebut, maka perlu dilakukan studi analisis tentang bahaya kegempaan (seismic hazard) di wilayah Lampung. Kota Bandarlampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung sekaligus sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan Provinsi Lampung. Bandarlampung merupakan wilayah terpadat di Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 kepadatan penduduk Kota Bandarlampung adalah 4.570 penduduk per km 2. Semakin padat populasi penduduk, fasilitas struktur maupun infrastruktur suatu wilayah, maka akan semakin tinggi tingkat risiko gempabumi di wilayah tersebut. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka perlu dilakukan analisis bahaya kegempaan untuk memperkirakan besaran kuantitatif dari guncangan gempabumi guna meningkatkan kemampuan bangunan saat menerima beban gempabumi sehingga kerusakan struktur bangunan dapat dihindari. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli sebelumnya menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kondisi topografi dengan tingkat kerusakan bangunan akibat gempabumi. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu studi makrozonasi akan mendapatkan peta bahaya gempabumi di batuan dasar untuk Provinsi Lampung, studi mikrozonasi akan menghasilkan peta percepatan tanah maksimum di permukaan untuk Kota Bandarlampung. Pada penelitian ini juga

6 dilakukan perhitungan seberapa besar pengaruh kemiringan lereng terhadap tingkat bahaya kegempaan. 1.2. Permasalahan Penelitian Tingkat aktivitas kegempaan Lampung yang tinggi mendorong penulis untuk melakukan penelitian di wilayah ini. Untuk memudahkan alur penelitian yang akan dilakukan, maka penulis mengajukan perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut ini. 1. Berapa nilai percepatan tanah maksimum di batuan dasar untuk wilayah Provinsi Lampung dengan waktu periode ulang 500 dan 2.500 tahun? 2. Berapa nilai percepatan tanah maksimum di permukaan untuk Kota Bandarlampung dengan waktu periode ulang 500 tahun? 3. Bagaimana hubungan antara tingkat bahaya kegempaan dan kemiringan leereng setempat? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menentukan nilai percepatan tanah maksimum di batuan dasar untuk Provinsi Lampung dengan waktu periode ulang 500 dan 2.500 tahun 2. Menentukan nilai percepatan tanah maksimum di permukaan untuk Kota Bandarlampung dengan waktu periode ulang 500 tahun. 3. Menganalisis hubungan antara tingkat bahaya kegempaan dan kemiringan lereng setempat.

7 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat: 1. dijadikan acuan dalam upaya meningkatkan kewaspadaan masyarakat Lampung, khususnya pada wilayah tingkat bahaya kegempaan yang tinggi, 2. digunakan sebagai dasar dalam upaya mitigasi bencana gempabumi di wilayah Lampung. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Daerah kajian makrozonasi untuk mengetahui bahaya kegempaan di batuan dasar berada di Provinsi Lampung. 2. Daerah kajian mikrozonasi untuk mengetahui bahaya kegempaan di permukaan berada di Kota Bandarlampung menggunakan data V S30 USGS. 3. Dilakukan korelasi bahaya kegempaan dan kemiringan lereng dengan asumsi bahwa daerah dengan kemiringan lereng yang besar memiliki tebal tanah yang tipis. 1.6. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian tentang pendugaan bahaya kegempaan metode probabilistik serta keteraitannya dengan morfologi lereng di provinsi lampung belum pernah dilakukan. Tabel yang memperlihatkan penelitianpenelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terdapat dalam Tabel 1.1.

8 Tabel 1.1 Perbandingan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. No. Peneliti Judul Penelitian Metode Variabel Hasil Penelitian 1. Masyhur Irsyam, Donny T. Dangkua, Hendriyawan, Drajat Hoedajanto, Bigman M. Hutapea, Engkon K Kertapati, Teddy Booen, Mark D. Petersen (2008) Proposed Seismic Hazard Map of Sumatra and Java Island and Microzonation Study of Jakara City, Indonesia Parameter gempabumi, parameter sesar dan zona sumber gempa, kelas tanah (site class). 2. P. Anbazhagan, T.G. Sitharam, K.S. Vipin (2009) 3. I Wayan Sengara, Masyhur Irsyam, Hendriyawan, M.Asrurifak, Widjojo A.Prakoso, Usama Juniansyah, Putu Sumiartha, Uun Jayasaputra (2010) Site classification and estimation of surface level seismic hazard using geophysical data and probabilistic approach Pendayagunaan Peta Mikrozonasi Gempa di DKI Jakarta - Probabilistik total dengan sumber gempa 3 dimensi - Model sumber gempa (Irsyam dkk, 2007) - Atenuasi metode Youngs (1997), Boore (1997), dan Sadigh (1997). - Studi Mikrozonasi digunakan analisis pendekatan nonlinear dengan Program NERA (Bardet Tobita,2001) - Pengukuran MASW untuk mendapatkan kelas tanah (site class) - Klasifikasi tanah menggunakan menurut NEHRP - Probabilistik dengan sumber gempa 2 dimensi - Probabilistik Total dengan model sumber gempa 3 dimensi. - Klasifikasi tanah menggunakan data geoteknik. - Menggunakan pendekatan nonlinear dengan Program NERA Parameter gempabumi, parameter sesar dan zona sumber gempa, kelas tanah (site class) Parameter gempabumi, parameter sesar dan zona sumber gempa, kelas tanah (site class) berdasarkan data boring - Peta percepatan tanah maksimum batuan dasar di Sumatra dan Jawa untuk probabilitas terlapaui 10% dan 2% dalam waktu 50 tahun - Parameter gerakan tanah seperti percepatan, faktor amplifikasi dan respons spektra di permukaan Kota Jakarta. - Usulan desain respon spektra untuk keperluan desain bangunan - Dari pengukuran MASW diperoleh kelas tanah tipe C dan tipe D - Nilai percepatan tanah pada batuan, pada tanah kelas C dan kelas D. - Percepatan gempa di batuan dasar Jakarta untuk periode ulang 500 dan 2500 tahun. - Peta mikrozonasi seismik di Jakarta. - Respon spektra desain untuk periode ulang 500 dan 2500 tahun.

9 No. Peneliti Judul Penelitian Metode Variabel Hasil Penelitian 4. Rohima Wahyu Ningrum Probabilistik sumber (2011) gempa 3 dimensi 5. Shafiq Ur Rehman, Muhammad Khalid, Asif Ali, Abd El-Aziz Khairy, Abd El- Aal (2012) Analisis Probabilitas Seismic Hazard untuk Daerah Kepulauan Maluku Deterministic and Probabilistic seismic hazard analysis for Gwadar City, Pakistan 6. Rudianto (2014) Pendugaan Bahaya Kegempaan Metode Probabilistik serta Keteraitannya dengan Morfologi Lereng di Provinsi Lampung Deterministik, Probabilistik - Probabilistik total 3 dimensi dengan menggunakan PSHA USGS Software 2007 - Klasifikasi tanah menurut SNI 1726-2012 menggunakan data Vs 30 USGS - Analisis mikrozonasi menggunakan data situs/data tanah setempat Parameter gempabumi, parameter sesar dan zona sumber gempabumi Parameter gempabumi, parameter sesar dan zona sumber gempabumi - Parameter gempabumi, parameter sesar dan zona sumber gempabumi - Klasifikasi tanah setempat - Kelas lereng - Percepatan tanah maksimum batuan dasar Kepulauan Maluku T=0,0 detik dan spektral acceleration 0,2 detik dan 1,0 det periode ulang 500 dan 2500 tahun - Distribusi nilai PGA wilayah Kepulauan Maluku - Nilai percepatan tanah di batuan dasar Kota Gwadar, Pakistan umtuk periode ulang 500 tahun. - Peta hazard batuan dasar Kota Gwadar, Pakistan - Nilai PGA batuan dasar di Provinsi Lampung periode ulang 500 tahun dan 2.500 tahun - Nilai percepatan tanah permukaan di Kota Bandarlampung periode ulang 500 tahun. - Hubungan antara nilai percepatan tanah permukaan dengan kemiringan lereng.

10 Berbeda dengan penelitian yang ada sebelumnya, penelitian ini dilakukan di wilayah Provinsi Lampung yang memiliki tingkat bahaya kegempaan tinggi dengan tatanan seismotektonik yang kompleks. Beberapa penelitian mengenai analisis bahaya kegempaan probabilistik telah banyak dilakukan akan tetapi sebagian besar hanya menghasilkan peta bahaya kegempaan di batuan dasar. Pada penelitian ini dilakukan perhitungan bahaya kegempaan di permukaan. Data kecepatan gelombang geser digunakan sebagai data masukan untuk mendapatkan nilai bahaya kegempaan di permukaan. Akhir dari penelitian ini adalah mencari hubungkan nilai bahaya kegempaan tersebut dengan kemiringan lereng pada wilayah penelitian.