Hukum Memelihara Anjing Bagi Seorang Muslim HUKUM MEMELIHARA ANJING DAN SOAL MALAIKAT YANG TIDAK MAU MASUK RUMAH

dokumen-dokumen yang mirip
Hukum Syariat Islam sumber utamanya AlQur'an dan Hadis, dari kedua sumber itu ulama fiqih berijtihad sebagai sandaran hukumnya.

Fatwa Seputar Badal Haji dan Umrah. Serta Hukum Melaksanakan Umrah Berkali-Kali Bagi Jama'ah Haji Saat Berada di Makkah

Binatang Bertaring, Kalung Obat, Ringtone HP

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 02 Tahun 2012 Tentang SARANG BURUNG WALET

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

E٤٢ J٣٣ W F : :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

pemanfaatan kulit binatang buas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

Bayar Fidyah FIDYAH DIBAYAR SEKALIGUS DAN FIDYAH DENGAN UANG

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

DO'A PENGUAT IMAN. Pertanyaan Dari: Mulyadi, Laren, Lamongan, Jawa Timur. (disidangkan pada hari Jum at, 9 Muharram 1434 H / 23 November 2012)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 13 Tahun 2011 Tentang HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 02 Tahun 2010 Tentang AIR DAUR ULANG

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Oleh: Rokhmat S Labib, M.E.I.

SUNNAH NABI. Dan dikuatkan dengan Hadist dari Imam Bukhari disalah satu bab yaitu: sunnahnya berwudhu sebelum mandi

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 25 Tahun 2012 Tentang HUKUM MENGONSUMSI BEKICOT

Kewajiban Zakat Profesi Setelah Dipotong Pajak

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan:

PENGEJARAN DAN PEMBUNUHAN ISA AS. Pertanyaan Dari: H. Soekardi NBM , Baturetno (disidangkan pada hari Jum'at, 7 Shafar 1431 H / 22 Januari 2010)

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

Pada dasarnya setiap persoalan yang berkaitan dengan mu amalah hukumnya halal, sehingga ada dalil yang mengharamkannya. (Lihat: Muhammad bin

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN)

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

" Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,...

Tentang membuat Gambar dan Patung (Brosur cetak ulang)

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

PENGGUNAAN BULU, RAMBUT DAN TANDUK DARI HEWAN HALAL YANG TIDAK DISEMBELIH SECARA SYAR I UNTUK BAHAN PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA

{mosimage} Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Munakahat ZULKIFLI, MA

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

RISALAH AQIQAH. Hukum Melaksanakan Aqiqah

Al-Ilmu, ILMU MENDAHULUI AMAL Pentingnya menggali ilmu sebagai awal pelaksanaan amalan Ibadah Dirangkum oleh : Yulia Dwi Indriani

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM

HALAL, HARAM & SYUBHAT

Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat Telp. (021) Fax: (021)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 41 Tahun 2011 Tentang PENYEMBELIHAN HEWAN DAM ATAS HAJI TAMATTU DI LUAR TANAH HARAM

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

DAFTAR TERJEMAH. Alquran No Halaman Bab Terjemah 1

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya.

2. Jika memang ada haditsnya, Kenapa dosa meratapi mayit ditimpakan ke mayit, padahal yg melakukan kesalahan itu adalah orang lain.

Barang Dagangan Yang Haram Diperjual-Belikan

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

Kitab Haiwan Buruan, Haiwan Sembelihan Dan Haiwan Yang Boleh Dimakan

Dan Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa at) sampai ia dewasa penuhilah janji; sesungguhnya janji

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Otopsi Jenazah Dalam Tinjauan Syar'i

Taqlid, Do'a Iftitah dan Shalawat HUKUM TAQLID, DOA IFTITAH DAN SHALAWAT KHUTBAH JUM'AT

Syariat Adalah Amanah

MAKANAN HALALAN THAYYIBAN DALAM PANDANGAN ISLAM. Oleh :

Luasnya Rahmat (kasih sayang) Allah Subhanahu wa Ta ala

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Orang-orang yang Berhalangan Puasa

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

10 Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir

PENGGUNAAN PLASENTA HEWAN HALAL UNTUK BAHAN OBAT

Abu Ishaq al-huwaini al-atsari

Kematian Lebih Baik Bagi Seorang Mukmin

Bimbingan Islam di Musim Hujan

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Anuraga Jayanegara Tanda-tanda kiamat Tanda-tanda kiamat

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I.

Pendidikan Agama Islam. Bab 10 Makanan dan Minuman dalam Islam

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

Metode Bijak Memperbaiki Aib

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 14 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT

Halal (atau) haram?? Bagaimana system kerja MUI sebagai media filter Halal Haram di Indonesia??

Transkripsi:

Pertanyaan Hukum Memelihara Anjing Bagi Seorang Muslim HUKUM MEMELIHARA ANJING DAN SOAL MALAIKAT YANG TIDAK MAU MASUK RUMAH Pertanyaan Dari Iqbal Tawakkal, 21 tahun, NBM 1060760, Jl. M. Kahfi no 27 Cipedak-Jagakarsa, Jakarta Selatan (disidangkan pada hari Jum at, 21 Muharram 1433 H / 16 Desember 2011 M) Assalamu alaikum wr. wb. 1. Bolehkah keluarga muslim memelihara anjing? 2. Benarkah jika dikatakan bahwa malaikat tidak mau masuk ke rumah keluarga muslim yang memelihara anjing? 3. Hewan apa saja yang boleh dipelihara oleh keluarga muslim? Terima kasih atas jawabannya. Wassalamu alaikum wr. wb. Jawaban Wa alaikumussalam wr. wb. Terima kasih atas pertanyaan yang saudara ajukan. Sebelum kami menjawab pertanyaan saudara, terlebih dahulu akan kami jelaskan beberapa prinsip penting dari ajaran Islam yang terkait dengan pertanyaan tersebut. Agama Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang (QS. 9 128, 16 125, 21 107) dan kelemahlembutan (QS. 3 159). Umat Islam diajarkan oleh agamanya untuk tidak menyakiti siapapun dan apapun, kecuali berdasarkan aturan yang telah digariskan oleh agama dengan alasan-alasan syar i serta dengan batasan yang tegas dan jelas (QS. 2 190). Islam mengajarkan agar kita berbuat baik (ihsan) terhadap siapa saja, tanpa melihat sekat-sekat keagamaan (QS. 60 8) dan sekat-sekat primordial/kesukuan (QS. 53 31, 55 60). Islam sejak awal telah memproklamirkan diri sebagai agama kasih sayang yang mengajarkan umatnya risalah menyantuni (QS. 2; 274, 76 9, QS. 107) dan teologi berkorban (769, 3 134) kepada dan untuk sesama. Bila kita telusuri dan renungkan, ajaran mengenai kasih sayang ternyata tidak hanya untuk manusia, tetapi juga berlaku terhadap binatang. Dalam kitab-kitab fikih misalnya, kita bisa menemukan satu bab tentang berbuat baik kepada binatang (al-rifqu bi al-hayawan) (al- Mausu ah al-fiqhiyyah, II 7901) atau bab memberi nafkah kepada binatang (nafaqatu alhayawan) (Fiqh al-sunnah, III 565). Oleh karena itu umat Islam dilarang menyakiti binatang atau menyiksanya, bahkan juga dilarang untuk sekedar menelantarkannya. Al-Quran telah mengajarkan beberapa prinsip moral bagi umat Islam dalam memandang dan berperilaku terhadap binatang. Misalnya al-quran mengajarkan bahwa binatang adalah ciptaan Allah yang dapat dijadikan bahan renungan dan sumber inspirasi bagi orang yang beriman (QS. 2 164, 42 29, 45 4). Al-Quran menegaskan bahwa binatang walau bagaimanapun

adalah makhluk Allah seperti halnya manusia; diciptakan oleh Allah dan berhak mendapatkan perlakuan baik dan layak. Dalam al-quran, Allah berfirman Artinya Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu.. [QS. al-an am (6) 38] Islam mengajarkan bahwa berbuat baik dan lemah lembuh harus dilakukan kepada siapa saja, termasuk juga kepada binatang. Artinya Bahwasanya Rasululllah saw bersabda Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Allah akan memberikan kepada orang yang berlemah lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang kasar dan yang tidak juga diberikan kepada yang lain. [HR. Muslim] Berbuat baik kepada binatang bahkan disebutkan dapat menjadi jalan atau cara memperoleh pahala dan mendapat ampunan Allah dari dosa-dosa yang pernah dilakukan. Kisah yang tercantum dalam hadis berikut ini penting untuk direnungkan Artinya Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw pernah bercerita Suatu ketika ada seorang laki-laki yang melewati satu jalan dalam keadaan sangat kehausan. Kemudian ia menemukan sumur. Ia pun berhenti di sumur itu dan meminum airnya. Ketika ia selesai dan beranjak dari sumur itu, ia menemukan seekor anjing yang menjulur-julurkan lidah sembari memakan tanah yang lembab karena saking hausnya. Si lelaki itu kemudian bergumam, anjing ini telah sampai rasa haus yang sangat, seperti yang tadi aku rasakan. Ia pun kembali ke sumur dan mengisi sepatunya dengan air, kemudian ia memegangi anjing tersebut dengan tangan dan memberinya minum. Allah kemudian memberinya pahala dan mengampuni dosadosanya. Para sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah, apa di dalam binatang ada (potensi) pahala juga bagi kami? Rasulullah menjawab pada setiap yang memiliki hati yang basah (makhluk hidup) ada (potensi) pahala. [HR. Mutaffaqun Alaihi]

Setelah terlebih dahulu menekankan pentingnya berkasih sayang terhadap binatang, Islam kemudian membuat regulasi dan batasan (syariah) dalam hal memanfaatkan dan berinteraksi dengan binatang. Aturan umum dari regulasi tersebut misalnya Islam mengajarkan tentang halalnya binatang ternak (QS. 16 66, 22 28, 23 21), dan binatang laut (HR. Abu Dawud dan an-nasai) untuk dimakan. Islam mendorong agar manusia memfungsikan binatang sebagai partner untuk membantunya mencari rezeki (QS. 5 4, 16 5-6) dan sebagai alat transportasi (40 79). Selain itu, Islam kemudian mengharamkan binatang yang kotor (QS. 7 157), binatang buas yang bertaring dan bercakar (HR. Muslim), dan secara spesifik al-quran menyebut haramnya babi, binatang yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh dan yang ditanduk (QS. 5 3). Berbeda dengan kebanyakan binatang lainnya, binatang yang banyak mendapatkan regulasi khusus dari agama Islam adalah anjing. Terdapat banyak nash yang menyebutkan regulasi tersebut. Dengan pendekatan tematik terhadap berbagai nash yang ada mengenai anjing, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya Islam melarang memelihara anjing, kecuali memanfaatkannya untuk kebutuhan-kebutuhan yang sangat diperlukan. Di luar itu kebutuhankebutuhan tersebut, Islam lebih cenderung mengambil sikap mengedepankan larangan. Dalam hal ini, nash-nash terkait adalah - Artinya Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), Apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah Yang dihalalkan bagimu adalah (makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. [QS. al-maidah (5) 4] - Artinya Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw bersabda Barangsiapa yang memelihara anjing, kecuali anjing untuk menjaga ternak, berburu dan bercocok tanam, maka pahalanya akan berkurang setiap satu hari sebanyak satu qirath. [HR. Muslim dan Abu Dawud] - Artinya Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, dari Nabi saw, beliau bersabda Barangsiapa yang memelihara anjing, selain anjing ternak dan anjing untuk berburu, maka berkuranglah setiap hari dari perbuatannnya dua qirath. [HR. al-bukhari dan Muslim]

Ayat al-quran dan dua hadis di atas menunjukkan bahwa menurut ajaran Islam anjing tidak boleh dipergunakan kecuali untuk kepentingan membantu pertanian, menggembalakan hewan atau berburu. Dari tiga fungsi tersebut, para ulama menarik satu illah (kausa hukum) berupa kemanfaatan dalam berinteraksi dengan anjing (Ibnu Bathal, XI 379). Jika terdapat suatu manfaat tertentu yang bersifat halal, maka anjing boleh digunakan. Oleh karena itu beberapa ulama kemudian memberlakukan kausa tersebut kepada fungsi anjing lainnya, seperti menjaga rumah (al-mahalla, IX 13, Fath al-bari, VII 171) dan menjadi hewan pelacak. Di luar kepentingan itu, Islam menutup rapat celah-celah untuk memelihara anjing. Memang dalam literatur Islam klasik ditemukan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang jenis hukum memelihara anjing, apakah makruh atau sampai pada derajat haram. Di antara ulama yang menganggap makruh memelihara anjing adalah Ibnu Abdil Barr (XIV 218), seorang ulama dari Andalusia yang bermazhab Maliki. Menurutnya, sesuatu yang dihukumi haram, haruslah bersifat tetap (konstan), tidak kondisional dan tanpa mengenal eksepsi (pengecualian) (Nail al-authar, XII 493). Menurutnya, memelihara anjing tidak mencapai derajat haram, karena perbedaan situasi dapat membawa hukumnya menjadi berubah. Namun logika ini dapat diselesaikan oleh satu kaedah hukum,, artinya sesuatu yang diharamkan karena dzatnya [asalnya], maka ia dapat dibolehkan karena ada suatu kondisi yang mendesak. Sesuatu yang diharamkan sebagai langkah preventif, maka ia dapat dibolehkan karena ada kebutuhan terhadapnya). Eksepsi atau pengecualian memang dapat terjadi di dalam hal-hal yang haram karena ada situasi yang mengharuskannya atau menghendakinya. Sebagian besar ulama Islam (seperti al-nawawi, V; 421, Ibnu Rajab, Ibnu Hajar, XV 413, al- Aini, XXX 486, al-shan ani, IV 70) berpendapat bahwa memelihara anjing di luar kepentingan yang telah disebutkan di atas hukumnya haram. Di antara indikasi keharaman tersebut adalah keterangan Nabi saw tentang berkurangnya pahala setiap hari sebanyak satu atau dua qirath karena memelihara anjing. Di dalam ilmu ushul fikih disebutkan bahwa perbuatan haram ditunjukkan tidak semata-mata oleh suatu larangan (al-nahy), tetapi bisa juga oleh implikasi (al- uqubah) yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut (Wahbah al-zuhailiy, I 86-7). Beberapa ulama telah berusaha menjelaskan makna berkurangnya pahala dan besaran qirath dalam hadis-hadis di atas. Pengertian berkurangnya pahala menurut al-qari seperti dinukil oleh Mubarakfuri adalah hilangnya pahala masa lalu. Sementara menurut Mubarakfuri sendiri dalam Tuhfatul Ahwadzi (IV 137) adalah perbuatan baik di masa depan tidak diberi pahala. Tidak ada yang dapat dikomentari dari dua kemungkinan penafsiran tersebut kecuali dengan mengatakan wallahu a lam (hanya Allah yang tahu). Tugas umat Islam adalah mempercayai bahwa perbuatan memelihara anjing dapat berimplikasi negatif pada pahala kita dan mengamalkannya. Sebesar apa implikasi itu, kita serahkan kepada Allah. Sedangkan pengertian qirath dalam dua hadis di atas menurut para ulama adalah suatu simbol akan kerasnya peringatan dari perbuatan memelihara anjing. Ibnu Bathal (dikutip dari al- Ainiy, XXI 98) menggunakan istilah innahu ghalazhun alaihim (memelihara anjing adalah perkara berat untuk umat Islam). Sedangkan besaran qirath, menurut para ulama hanya Allah yang tahu (Abadi, VI 306). Bisa jadi qirath di sini hanya suatu metafora (majaz) untuk suatu perbuatan yang amat tidak disukai oleh Allah.

Di antara illah (kausa atau motif hukum) dari terlarangnya memelihara anjing selain untuk kebutuhan yang disebutkan di atas adalah penegasan dan peringatan dari Rasulullah saw, bahwa malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat (memelihara) anjing. Peringatan Rasulullah tersebut bermakna bahwa rumah tersebut tidak mendapatkan kebaikan, rahmat, keberkahan dan tidak mendapatkan pengampunan dari Allah (al-nawawi, VII 207). Hadis yang menerangkan hal tersebut adalah Artinya Diriwayatkan dari Abu Thalhah al-anshari, ia berkata Aku mendengar Rasulullah saw bersabda Malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat anjing (dipelihara) dan patung (untuk disembah). [HR. al-bukhari dan Muslim dengan redaksi dari Muslim]. Suatu catatan diperlukan di sini bahwa makna hadis tersebut tidak berarti bahwa malaikat maut dan malaikat pencatat amal perbuatan manusia juga tidak masuk ke dalam rumah manusia pemelihara anjing, sehingga pemelihara anjing berada pada zona aman (ghairu mukallaf). Malaikat-malaikat tersebut tetap menjalankan tugasnya, karena itulah kewajiban yang mereka emban dari Allah. Dapat disimpulkan dari pemaparan di atas, menurut agama Islam memelihara anjing hanya dapat diperkenankan untuk kebutuhan-kebutuhan yang penting, seperti menjaga ternak, menjaga sawah, menjaga rumah, berburu atau menjadi hewan pelacak. Di luar itu memelihara anjing tidak diperkenankan. Catatan yang perlu diperhatikan adalah untuk kebutuhan pengecualian tersebut hendaknya anjing jangan sampai masuk ke dalam rumah (ruangan yang dihuni manusia), karena hal tersebut akan menghalangi masuknya kebaikan, karena membuat orang lain tidak nyaman, merasa takut dan risih. Selain itu keberadaan anjing di luar rumah harus benar-benar diperhatikan agar jangan sampai menjilati pemiliknya atau menjilati barang-barang lain yang bersih. Karena jilatan anjing, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadis, adalah suatu najis yang harus dihindari (HR al-bukhari dan Muslim). Mengenai hewan apa saja yang boleh dipelihara oleh keluarga muslim, kita dapat bersandarkan pada satu kaedah fikih,, artinya pada dasarnya segala sesuatu itu boleh kecuali setelah ada dalil yang melarang. Menurut induksi yang kami lakukan, selain hewan yang masuk ke dalam kategori di bawah ini, boleh dipelihara oleh umat Islam 1. Hewan yang menimbulkan bahaya atau kerusakan, seperti ular, singa dan harimau. Dalilnya adalah hadis nabi, tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain (HR. al-hakim). 2. Hewan yang pada dasarnya haram untuk dimakan, seperti babi (QS. 2 173). 3. Hewan yang termasuk satwa langka dan dilindungi oleh undang-undang. Sebaiknya hewan jenis ini tidak dipelihara di rumah, tetapi diserahkan kepada kebun binatang, suaka margasatwa atau perlindungan pemerintah (QS. 4 83).

Demikian jawaban dari kami. Wallahu a lam bish-shawab. M-Rf*) Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah E-mail tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com