BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penentuan model pembelajaran yang tepat oleh guru sangat diperlukan agar. yang langsung maupun sumber belajar tidak langsung.

2013 PENGARUH PENGGUNAAN PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diperoleh melalui kegiatan ilmiah yang disebut metode ilmiah (Depdiknas,

BAB I PENDAHULUAN I.I.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

Keterampilan proses sains menurut Rustaman (2003, hlm. 94), terdiri dari : melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan teknologi informasi. Pendidikan merupakan sarana penting untuk

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,

pendidikan. Beberapa hal perlu diperhatikan juga dalam proses pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahpahaman dari judul yang dikemukakan, maka

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kajian kuikulum pada pelajaran IPA, materi kelistrikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

2014 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KONSEP FOTOSINTESIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI SMP

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah

BAB I PENDAHULUAN. masalah itu sendiri sehingga pembelajaran akan lebih terpusat pada siswa untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. segala perubahan yang terjadi dilingkungannya. Tanpa pendidikan, manusia tidak

I. PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh. kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi.

ANALISIS KUALITASDESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL)MATERI PENCEMARAN LINGKUNGANJENJANG SMP DAN SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan fisika sebagai bagian dari pendidikan formal dan merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menyamakan persepsi, maka diperlukan penjelasan tentang istilahistilah

Fatihah Indah Rohmani K

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern tentunya menuntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk. atas diantaranya adalah siswa harus memiliki kemampuan dalam

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut teori pembelajaran konstruktivisme, peranan aktif siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Taniredja (Fira, 2013: 5)

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

I. PENDAHULUAN. kurikulum 2013 pada semua jenjang pendidikan dasar hingga. menengah. Dalam pengimplementasiannya kurikulum ini telah diuji

BAB I PENDAHULUAN. penilaian guru tidak dapat mengetahui kemampuan peserta didik menerima

I. PENDAHULUAN. Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah. IPA. Dalam pelaksanaannya, ada yang menjadikan scientific sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

2015 PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA CALON GURU KIMIA DALAM MENDESAIN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA TEMA BANJIR MELALUI KEGIATAN PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nisa Novita Qamayani 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, terakhir kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses

I. PENDAHULUAN. formal (Mudyahardjo, 2006:6). Hal ini senada dengan yang diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rachmi Fitria Mustari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

PENGARUH PENAMBAHAN PENGALAMAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KOMPETENSI DASAR KEDUA DI SMPIT NUR HIDAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan sumber daya manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Murni Setiawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Yetty Wadissa, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar mengandung interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Proses pembelajaran dikelas merupakan cara untuk mengetahui bagaimana keefektifitasan dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa yang menjadi subyek sebagai pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pembelajaran yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar sendiri atau mandiri. Dalam pelaksanaanya kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa bukan berarti guru tidak begitu banyak melakukan aktivitas, tetapi guru selalu memberi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai, dan mengadakan evaluasi. Dengan demikian dalam suatu proses pembelajaran siswa yang harus aktif, fungsi guru hanya sebatas membantu, sehingga proses kemandirian belajar dapat tercapai. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (Scientific approach). Pendekatan ilmiah tersebut dapat terintegrasi dalam salah satu komponen perangkat pembelajaran berupa lembar kegiatan siswa (LKS). Salah satu tujuan penggunaan LKS dalam pembelajaran yaitu untuk mengaktifkan siswa menemukan sendiri suatu konsep melalui berbagai kegiatan penyelidikan atau penyelesaian masalah. Kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013 untuk sekolah menengah atas (SMA) yaitu pembelajaran yang dilakukan harus dapat mencangkup empat kompetensi dasar (KD), keempat kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa meliputi ranah ketuhanan, sosial, pengetahuan dan keterampilan. Keempat kompetensi dasar (KD) 1

tersebut saling terkait satu sama lain. Ranah pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut oleh siswa melalui ranah keterampilan. Ketika siswa memiliki ranah keterampilan, mendapatkan dan menemukan konsep sendiri dalam proses pembelajaran, maka ranah sikap meliputi ketuhanan dan sosial juga akan muncul dalam diri siswa. Dalam pedoman kurikulum 2013, materi mengenai konsep klasifikasi pada tumbuhan di tingkat SMA memiliki kompetensi dasar (KD) yaitu menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan dibumi. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 terdiri dari tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengamati, bertanya, mengumpulkan data (eksperimen/eksplorasi), mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Materi tumbuhan lumut dan paku merupakan materi yang cukup sulit bagi siswa, oleh karena itu dengan adanya kegiatan praktikum pada lembar kegiatan siswa (LKS) diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan alat yang bermanfaat bagi guru terutama untuk memudahkan pemberian tugas, baik yang berupa kegiatan maupun evaluasi, sedangkan bagi siswa lembar kegiatan siswa (LKS) bermanfaat sebagai pemandu dalam kegiatan belajar mengajar. Aktivitas dan kreatifitas siswa dalam belajar mengajar dapat ditingkatkan, penyampaian materi pelajaran dapat lebih mudah dengan menggunakan LKS. Secara umum Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memiliki pola atau kerangka yang memuat tentang: judul kegiatan, tujuan kegiatan, langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan siswa dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dengan tujuan menanamkan konsep biologi yang diharapkan. Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam pembelajaran diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan waktu yang lebih efektif terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan siswa (LKS) tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain

atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. LKS perlu dilengkapi dengan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa yang berkaitan dengan hasil pengamatan dan analisis data. Hendaknya daftar pertanyaan ini disusun sedemikian rupa sehingga mengarah pada penarikan kesimpulan. Lembar kegiatan siswa (LKS) dikatakan efektif apabila sebagian besar siswa memiliki kemampuan melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan instruksi dalam lembar kegiatan siswa (LKS) dan dapat memahami konsep yang disampaikan pada kegiatan praktikum (Rustaman,1999:5). Efektivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan atau sasaran dapat tercapai. Millar (2004) menyatakan bahwa efektivitas dapat dilihat dari dua hal, pertama dilihat dari keterampilan yang dilatihkan baik berupa keterampilan dasar laboratorium sebagai aspek psikomotorik ataupun keterampilan proses sains sebagai gabungan kognitif dan psikomotorik. Terdapat dua tingkatan efektivitas menurut Millar (2004) yaitu efektivitas diukur dari kesesuaian antara halhal yang diperintahkan dalam LKS dengan yang dilakukan siswa dalam praktikum apabila yang telah dilakukan siswa sesuai dengan yang diperintahkan oleh LKS maka dapat dikatakan bahwa pada tingkatan efektif 1 (satu) pada LKS tersebut efektif, tetapi hal itu belum cukup, kegiatan praktikum dilakukan untuk membantu siswa dalam memahami konsep jadi perlu diukur apakah kegiatan di kelas membantu siswa memahami konsep, dalam hal ini efektifitas diukur dari kesesuaian kegiatan siswa apakah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Karakteristik dari kegiatan laboratorium yang efektif dikemukakan oleh Millar (2004) yaitu: (1) hasil pelajaran yang diharapkan harus jelas, relatif sedikit dalam jumlah tugas yang diberikan (2) Desain

lembar kegiatan siswa (LKS) menyoroti objek utama dan mengurangi ganguanganguan konsep lain yang dapat mengaburkan siswa (3) strategi yang digunakan adalah menstimulus siswa berfikir sebelum bertindak, jadi lembar kegiatan siswa (LKS) adalah menjawab pertanyaan siswa yang sudah dipikirkan (4) jika tugasnya meminta siswa untuk membuat hubungan antara domain objek, domain yang diamati dan domain ide maka struktur dari lembar kegiatan siswa (LKS) tersebut harus menopang pemikiran siswa. Disebutkan pula bahwa lembar kegiatan siswa (LKS) dikatakan berfungsi jika mampu memicu bagian berfikir aktif siswa. LKS juga dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. LKS merupakan salah satu sarana pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman siswa dalam melaksanakan kegiatan atau kerja baik yang bersifat peorangan atau kelompok. Hal senadapun diungkapkan oleh Kaymakci (2012) bahwa LKS merupakan salah satu bahan yang paling penting untuk mencapai tujuan dari aktivitas pembelajaran, demikian juga Faizanah (2005) menyatakan bahwa dengan memanfaatkan LKS siswa lebih mudah dalam menguasai materi dan memperoleh hasil belajar yang optimal. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santi (2012) menyebutkan bahwa terdapat permasalahan yang dapat mempengaruhi efektifitas LKS antara lain 1) Dalam lembar kegiatan siswa (LKS) tidak mengandung pertanyaan yang dapat membantu siswa mencapai tujuan kegiatan dan membangun konsep 2) Alat dan bahan yang digunakan pada lembar kegiatan siswa (LKS) membingungkan siswa dalam penggunaannya juga kekurangan alat yang dibutuhkan dalam praktikum 3) Tingkat keterbacaan lembar kerja siswa masih rendah, karena instruksi yang terdapat pada LKS kurang dimengerti sehingga tulisan gagasan yang dimaksud penulisnya tidak sama dengan pembacanya 4) Hasil kegiatan praktikum tidak sejalan dengan tujuan yang diinginkan kurikulum seperti konsep yang diberikan tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan. Terdapat Lembar kegiatan siswa (LKS) yang beredar dipasaran masih belum memenuhi kriteria isi dari lembar kegiatan siswa (LKS) yang semestinya, dimana isi dari LKS seharusnya memiliki judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai,

informasi pendukung, tugas dan langkah kerja serta penilaian. Sedangkan LKS yang beredar masih memiliki banyak kekurangan seperti gambar pada informasi pendukung yang tidak bewarna, tampilan LKS yang kurang menarik, tidak dirumuskannya kompetensi dasar menjadi beberapa indikator dan tujuan pembelajaran sehingga pada soal tes dan evaluasinnya pun tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang seharusnya dicapai oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS) terdapat beberapa kendala yaitu tidak tercapainya tujuan yang diharapkan pada lembar kegiatan siswa (LKS), prosedur kegiatan pada lembar kegiatan siswa (LKS) tidak dapat dilakukan oleh siswa dan kurangnya keterbacaan pada LKS. Kegiatan dengan menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS) yang berasal dari buku siswa kurikulum 2013 pada konsep tumbuhan lumut dan paku untuk dapat mengetahui apakah langkah-langkah pada LKS tumbuhan lumut dan paku efektif (langkah pada lembar kegiatan siswa dapat dikerjakan oleh siswa) dan apakah tujuan pada LKS dapat tercapai serta aspek-aspek pada pendekatan saintifik apa saja yang terdapat di dalam LKS tumbuhan lumut dan paku. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: Efektivitas kegiatan siswa SMA pada pembelajaran konsep tumbuhan lumut dan paku menggunakan buku biologi Kurikulum 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat dikemukakan rumusan masalah dalam dalam penelitian ini adalah: Bagaimana efektivitas kegiatan siswa SMA pada pembelajaran konsep tumbuhan lumut dan paku menggunakan buku biologi Kurikulum 2013? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah tujuan pembelajaran dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada buku kurikulum 2013 sudah tercapai?

2. Apakah prosedur-prosedur dalam LKS pada buku kurikulum 2013 dapat dilakukan oleh siswa? 3. Apakah langkah-langkah pendekatan saintifik dapat tercapai dalam LKS pada buku kurikulum 2013? 4. Apakah kendala yang terdapat dalam pembelajaran Lembar Kegiatan Siswa (LKS)? C. Batasan Masalah Agar permasalahan tidak terlalu meluas dalam pelaksanaannya, maka permasalahan dibatasi dalam hal berikut ini: 1. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang ada pada buku siswa SMA kurikulum 2013 yang beredar dilapangan. 2. Efektivitas kegiatan siswa mencangkup ketercapaian tujuan pada pembelajaran dan ketercapaian tujuan lembar kegiatan siswa (LKS) serta kemampuan siswa melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan instruksi pada lembar kegiatan siswa (LKS). 3. Efektifitas pada langkah kegiatan ditentukan dengan besarnya nilai efektif pelaksanaan kegiatan laboratorium Millar (2004). D. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai ruang lingkup efektivitas pada lembar kegiatan siswa dengan menggunakan biologi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran pada konsep tumbuhan lumut dan paku. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi Peneliti a) Sarana belajar dan latihan dalam usaha memberikan konstribusi pada pendidikan biologi b) Sebagai calon guru dapat menggunakan hasil penelitian ini pada masa yang akan datang untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. 2. Bagi Siswa a) Memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada konsep tumbuhan lumut dan paku. b) Membantu siswa untuk lebih memahami mengenai konsep tumbuhan lumut dan paku dengan menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS). c) Mengembangkan sikap ilmiah siswa dan fenomena biologi. d) Menumbuhkan motivasi dan minat siswa terhadap biologi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari e) Mempermudah siswa untuk memehami materi tumbuhan lumut dan paku dengan kegiatan praktikum. 3. Bagi Guru a) Memberikan informasi mengenai pengaruh efektivitas kegiatan siswa pada konsep tumbuhan lumut dan paku dalam buku biologi siswa SMA. b) Dapat digunakan sebagai rujukan dalam penentuan strategi dalam proses belajar dan mengajar bahan ajar materi biologi lainnya. c) Dapat memberi masukan terhadap pembelajaran yang menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan memberikan acuan untuk prosedur pengujian efektivitas lembar kegiatan siswa.

4. Bagi peneliti lain a) Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk peneliti lain dalam melakukan penelitian khususnya yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran menggunakan LKS. b) Dapat memberikan kajian mengenai efektivitas lembar kegiatan siswa (LKS) yang digunakan dalam kegiatan praktikum.