ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

BAB III METODE PENELITIAN. Buleleng (4) Kab. Gianyar (5) Kab. Jembrana (6) Kab. Karangasem (7) Kab. Klungkung (8) Kab. Tabanan (9) Kota Denpasar.

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

III. METODE PENELITIAN

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) DITINJAU DARI RASIO KEUANGAN (Studi Kasus di Kabupaten Sragen Periode )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil lokasi di Kabupaten Brebes dan Pemalang dengan data yang

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN dengan menggunakan data. Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TABALONG DALAM OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan Otonomi Daerah membuat Pemerintah menggantungkan sumber

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. tentunya perlu mendapatkan perhatian serius baik dari pihak pemerintah pada

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016).

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mengatur, memanfaatkan serta menggali sumber-sumber. berpotensi yang ada di daerah masing-masing. Undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERBANDINGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KERINCI DAN KOTA SUNGAI PENUH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah termasuk didalamnya sumber penerimaan asli pada penerimaan PAD

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT. Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif

I. PENDAHULUAN. diandalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. dengan rencana yang telah dibuat dan melakukan pengoptimalan potensi yang ada di

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Obyek Penelitian. Jawa Barat adalah salah satu provinsi terbesar di Indonesia dengan ibu

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DILIHAT DARI RASIO PENDAPATAN DAERAH APBD TAHUN

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

Abstract. Kemandirian, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah. Jefry Gasperz ISSN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN ANGGARAN Susilowati 1) Suharno 2) Djoko Kristianto 3) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah

UNIVERSITAS GUNADARMA PROGRAM DIPLOMA III BISNIS KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK (LKP)

Transkripsi:

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN Haryani 1*) 1) Dosen FE Universitas Almuslim Bireuen *) Haryani_68@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis bagaimanakah rasio kemandirian dan efektivitas keuangan daerah Kabupaten Bireuen. Subjek penelitian ini adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bireuen. Sedangkan objek yang diteliti adalah hasil laporan keuangan daerah selama 6 tahun dari tahun 2009 2014. Metode analisis data yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa kemandirian keuangan daerah Kabupaten Bireuen bersifat instruktif karena memiliki rata-rata 6,32% (<25%) dan nilai rata-rata efektivitas kinerja keuangan Kabupaten Bireuen rata-rata sebesar 54,91% dinyatakan tidak, karena nilai yang diperoleh kurang dari 100%. Ketergantungan pemerintah daerah pada pemerintah pusat masih sangat besar dalam mencukupi kebutuhan belanja pemerintah daerah, diperlukan kreatifitas dari aparat pelaksana keuangan daerah untuk mencari sumber-sumber pembiayaan baru baik melalui program kerjasama pembiayaan dengan pihak swasta dan juga program peningkatan PAD misalnya pendirian BUMN sektor potensial. Kata Kunci: Rasio, Kemandirian Keuangan Daerah 1. Pendahuluan Sejak bergulirnya kebijakan desentralisasi, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus semua kegiatan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk membuat peraturan atau kebijakan daerah masingmasing baik dalam hal pengelolaan keuangan daerah maupun dalam memberikan pelayanan, pemberdayaan masyarakat agar dapat meningkatkan peran dan prakarsanya dalam pembangunan daerah demi tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kemampuan daerah dalam mengelola keuangan dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang langsung maupun tidak langsung mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan sosial masyarakat. Evaluasi terhadap pengelolaan keuangan daerah dan pembiayaan keuangan daerah akan sangat menentukan kedudukan suatu pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah. Halim (2001:125) menjelaskan bahwa ciri utama suatu daerah yang mampu melaksanakan otonomi, yaitu; 1) kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahnya. 2) ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, agar pendapatan asli daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar. Haryani Analisis Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen 50

Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten pemekaran di Propinsi Aceh. Dimana sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Utara. Pada tahun 1999, Bireuen ditetapkan sebagai daerah otonom. sesuai dengan Undang-Undang Nomor 44 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2000. Kabupaten Bireuen dari dhulu, sudah dikenal sebagai salah satu kabupaten yang cukup potensial untuk berkembang. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Bireuen mempunyai banyak sumber daya yang bisa memberikan pendapatan kepada masyarakat dan memberikan pendapatan kepada daerah melalui pajak dan retribusi daerah. Kabupaten Bireuen dalam pembiayaan pembangunannya berasal dari APBD yang merupakan variabel penting mencerminkan kemampuan daerah untuk berkembang. Sumber-sumber pendanaan APBD ini meliputi, antara lain: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Sumbangan dan Bantuan serta Penerimaan Pembangunan. Dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah di era otonomi daerah yaitu terkait dengan pengelolaan APBD perlu ditetapkan standar atau acuan kapan suatu daerah dikatakan mandiri, dan efisien serta akuntabel. Rasio kemandirian keuangan daerah mencerminkan keadaan otonomi suatu daerah yang diukur dengan besarnya pendapatan asli daerah terhadap jumlah dana perimbangan dan pinjaman, dengan demikian PAD dan dana perimbangan merupakan sumber pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap pengeluaran pemerintah suatu daerah. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah sebagai tolak ukur dalam penetapan kebijakan keuangan pada tahun anggaran selanjutnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Kinerja pemerintah daerah merupakan suatu hal yang menjadi fokus perhatian dalam pengelolaan keuangan daerah. Artinya kinerja keuangan dapat menunjukan bagaimana kondisi keuangan pemerintah daerah serta kemampuan pemerintah dalam memperoleh dan menggunakan dana untuk pembangunan daerah. Oleh karena itu pengukuran kinerja pemerintah daerah perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dicapai oleh pemerintah daerah dalam menjalankan tugasnya (progress report). Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan meneliti tentang bagaimanakah Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen tahun anggaran 2009-2014. 2. Landasan Teoritis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah dan demikian pula sebaiknya. Menurut Halim (2011:111) Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. Pola hubungan antara Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah terutama pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, antara lain : a. Pola hubungan instruktif, dimana peranan Pemerintah pusat lebih dominan dari pada kemandirian Pemerintah daerah (daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah). b. Pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan Pemerintah pusat sudah mulai berkurang karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi daerah. c. Pola hubungan partisipatif, peranan Pemerintah pusat sudah mulai berkurang mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah. d. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan Pemerintah pusat tidak ada karena daerah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan otonomi daerah. Pola hubungan tingkat kemandirian dan kemampuan keuangan daerah menurut Halim (2011:123) dapat disajikan pada tabel 1, berikut ini: Haryani Analisis Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen 51

Tabel 1. Pola hubungan tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah Kemandirian Daerah Rasio Kemandirian Pola Hubungan 0 25 Instruktif >25 50 Konsultatif Sedang >50 75 Partisipatif Tinggi >75 100 Delegatif Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Rasio Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Efektifitas berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. rasio efektivitas menurut Mahsun (2010:187) seperti pada tabel 2 berikut: Tabel 2. rasio efektivitas Persentase Kinerja Keuangan 100 ke atas Sangat 90 100 Efektif 80 90 Cukup 70 80 Kurang Di bawah 60 3. Metodologi Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio kinerja pengelolaan keuangan yaitu dengan mengumpulkan data-data berupa Laporan Realisasi APBD, yang kemudian data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai kemandirian dan efektivitas keuangan daerah. Lokasi dan Objek Penelitian Adapun yang menjadi lokasi dan objek penelitian yaitu Daerah Kabupaten Bireuen pada tahun anggaran 2009-2014. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Peneitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data tersebut diperoleh diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bireuen dan DPKKD Kabupaten Bireuen. Yang berkaitan dengan data Realisasi Perkem-bangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bireuen, 2009-2014, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen Tahun Anggaran 2009-2014, dan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen Tahun Anggaran 2009-2014. 4. Hasil dan Pembahasan Perkembangan Keuangan Daerah Kab. Bireuen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah. Untuk mengetahui perkembangan penerimaan pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Bireuen, dapat dilihat pada table 3 berikut: Tabel 3. Realisasi Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bireuen, Tahun 2009 2014. Realisasi Pendapatan Rate RP Realisasi Belanja 2009 549.010.122.645,00-540.362.264.179,05 - Rate RB 2010 617.963.983.847,00 12,56 537.624.677.474,39-0,51 2011 706.002.463.481,34 14,24 678.393.858.113,81 26,18 2012 839.043.708.084,19 18,84 794.736.563.387,96 17,15 2013 1.043.303.275.817,50 24,34 1.002.112.663.411,99 26,09 2014 1.303.388.832.453,27 24,92 1.339.100.488.964,28 33,62 Sumber: DPKKD Kabupaten Bireuen, 2015. Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa perkembangan Pendapatan Daerah di Kabupaten Bireuen yang dilihat dari laporan realisasi APBD mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan jumlah pendapatan transfer mengalami peningkatan rata-rata 19% setiap tahunnya yang bersumber dari transfer pemerintah pusat dana perimbangan, transfer pemerintah pusat lainnya, dan transfer pemerintah provinsi. Sedangkan perkembangan belanja daerah Kabupaten Haryani Analisis Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen 52

Bireuen dari tahun 2009-2014 juga mengalami peningkatan, 20,5% setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan belanja operasi seperti belanja pegawai, barang dan jasa, belanja bunga, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa perkembangan Keuangan Daerah di Kabupaten Bireuen yang dilihat dari laporan realisasi APBD mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini dapat menjelaskan bahwa pemerintah Kabupaten Bireuen memiliki kegiatan pembangunan dan perekonomian dimana sumber-sumber Pendapatan Daerah yang diperoleh dan dipergunakan untuk membiayai penyelenggaran urusan Pemerintah Daerah selalu meningkat tiap tahunnya. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukan Kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber yang diperlukan oleh daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari bantuan pemerintah pusat, provinsi dan dari pinjaman. Rasio kemandirian ini menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah dan demikian pula sebaliknya. Untuk mengetahui rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Bireuen dari tahun 2009 2014 dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2009 2014 PAD Bantuan Pemerintah Rasio Pusat dan Provinsi Kemandirian serta Pinjaman 2009 31.701.904.598,00 514.016.025.459,00 6,17 2010 9.833.381.189,00 607.553.640.314,00 1,62 2011 16.524.715.972,00 688.578.747.509,00 2,39 2012 22.942.297.895,97 814.775.919.188,22 2,81 2013 93.893.140.983,71 948.633.046.302,79 9,89 2014 172.302.227.982,58 1.143.611.802.921,00 15,06 Rata-Rata 6,32 Sumber : DPKKD Kabupaten Bireuen, 2015 Berdasarkan perhitungan dalam tabel 4 tersebut, dapat dijelaskan bahwa rasio kemandirian keuangan Kabupaten Bireuen selama enam tahun terakhir rata-rata 6,32% dapat dikategorikan rendah (dibawah 25%) atau memiliki hubungan yang instruktif, dimana peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Bireuen tidak mampu membiayai sendiri kegiatan-kegiatannya karena masih sangat tergantung pada sumber dana ekstern yaitu dana yang berasal dari pemerintah pusat atau pihak lain. Ketergantungan pemerintah daerah pada pemerintah pusat masih sangat besar dalam mencukupi kebutuhan belanja untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah daerah, pembangunan, dan pelayanan social masyarakat. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Rasio Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. itas berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mengetahui rasio efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten BireuenTahun 2009 2014 Target PAD Realisasi PAD Rasio Efektivitas 2009 48.378.118.856,00 31.701.904.598,00 65,53 2010 25.557.811.539,00 9.833.381.189,00 38,47 2011 68.456.162.830,00 16.524.715.972,34 24,14 2012 93.988.859.075,00 22.942.297.895,97 24,41 2013 115.622.741.557,00 93.893.140.983,71 81,21 Kurang Cukup 2014 159.813.029.529,27 172.302.227.982,58 92,75 Rata - Rata 54,91 Sumber : DPKKD Kabupaten Bireuen, 2014 Efektif Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata efektivitas kinerja Haryani Analisis Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen 53

keuangan Kabupaten Bireuen dari tahun 2009-2014 sebesar 54,91% dinyatakan tidak, karena nilai yang diperoleh kurang dari 100%. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis, Kabupaten Bireuen memiliki pola hubungan yang instruktif antara Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah, dimana peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah dikarenakan tingkat rasio kemandirian keuangan daerahnya memiliki ratarata 6,32% dapat dikategorikan rendah (dibawah 25%) dan Rasio efektivitas kinerja keuangan sebesar 54,91% dengan katagori tidak. Hal ini berarti bahwa kontribusi pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan pada APBD masih kecil dan juga peran pemerintah pusat masih sangat dominan dalam APBD yang dapat dilihat dari besarnya penerimaan yang berasal dari transfer pemerintah atau instansi yang lebih tinggi, dana perimbangan serta lain-lain penerimaan yang sah. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan pemerintah daerah pada pemerintah pusat masih sangat besar dalam mencukupi kebutuhan belanja untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah daerah, pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat. Meskipun kinerja pengelolaan keuangan berdasarkan rasio kemandirian Kabupaten Bireuen dikategorikan rendah, tetapi perkembangan setiap tahunnya semakin meningkat yang bahwa sudah ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk dapat mandiri dengan meningkatkan pendapatan asli daerah, yang bersumber dari pajak dan retribusi. 5. Simpulan Ketergantungan pemerintah daerah pada pemerintah pusat masih sangat besar dalam mencukupi kebutuhan belanja untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah daerah, pembangunan, dan pelayanan social masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah daerah harus mencari alternatifalternatif yang memungkinkan untuk dapat mengatasi kekurangan pembiayaannya, dan hal ini memerlukan kreatifitas dari aparat pelaksana keuangan daerah untuk mencari sumber-sumber pembiayaan baru baik melalui program kerjasama pembiayaan dengan pihak swasta dan juga program peningkatan DAFTAR PUSTAKA Anonymous (2015), Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Bireuen. Halim. Abdul dan Theresia (2011). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat Mahsun, Muhamad. (2008). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi-I. BPFE. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. (2004). Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Haryani Analisis Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Bireuen 54