Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

dokumen-dokumen yang mirip
Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/3/2016

1. Manajemen Pejalan Kaki

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Persyaratan Teknis jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

TEKNIK LALU LINTAS MATERI PERKULIAHAN. Simpang ber-apill (Alat Pengatur Isyarat Lalu Lintas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006,

BAB III METODA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

Gambar 2.1 Rambu yield

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yang menerus pada sisi manapun, meskipun mungkin terdapat perkembangan

MODA/ANGKUTAN DI PERKOTAAN

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

Spesifikasi geometri teluk bus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

Rekayasa Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memancar meninggalkan persimpangan (Hobbs F. D., 1995).

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Penempatan marka jalan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

Penanganan umum simpang tak bersinyal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Persimpangan. Persimpangan adalah simpul jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entah jabatan strukturalnya atau lebih rendah keahliannya.

PENGANTAR TRANSPORTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node).

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut.

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasar AASHTO 2001 dalam Khisty and Kent, persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum di

UPAYAPENGGUNAANSEPEDA SEBAGAI MODA TRANSPORTASI DI KOTA SURABAYA

Transkripsi:

Manajemen Pesepeda Latar Belakang 2 Lebih dari setengah jumlah perjalanan seseorang dalam sehari < 4 km Bisa ditempuh dengan bersepeda < 20 menit Perjalanan pendek yang ditempuh dengan kendaraan bermotor, inefisiensinya tinggi (polusi, konsumsi bahan bakar, dll.) dibandingkan perjalanan panjang Dikarenakan kendaraan akan lebih sering melakukan percepatan, perlambatan, dan idling Dapat digalakkan untuk mengurangi ketergantungan seseorang pada kendaraan pribadi khususnya sepeda motor 1

3 Contoh: Penggunaan Moda Berjalan dan Bersepeda di beberapa negara 4 Contoh: Kenaikan/ Penurunan Pengguna Moda Transportasi di Lund, Swedia 2

Fasilitas Sepeda 5 Shared Roadway (Berbagi Jalan Dengan Kend. Bermotor) Wide Curb Lane (Menggunakan Bahu Jalan) Bike Lane Lajur Khusus Sepeda Separated Path or Lane (Terpisah dari Jalan Raya) MZI - Traffic Management: Pedestrian and Cyclist Management Menentukan Fasilitas Sepeda Didasarkan pada 2 variabel: 1. Volume lalu lintas (LHR) 2. Kecepatan kendaraan (85% kecepatan atau batas kecepatan) 6 3

7 8 4

Tipe Pesepeda Tipe pesepeda dapat dijadikan referensi dalam memilih fasilitas untuk pesepeda AASHTO mengklasifikasikan menjadi 3: 1. Tipe A (Advanced) Sudah berpengalaman dan ahli bersepeda Umumnya adalah juga pengendara kendaraan bermotor Bersepeda untuk bekerja sebagaimana menggunakan kendaraan bermotor 9 Shared roadway sudah cukup memfasilitasi kebutuhan pengendara sepeda tipe A 2. Tipe B (Basic) Sudah cukup ahli bersepeda 10 Tujuan bersepedanya cenderung ke hobi dan menghindari jalan-jalan besar yang penuh dengan kendaraan bermotor Jenis fasilitas sepeda yang diperlukan: bike lane atau wide shoulder lane 3. Tipe C (Children) Bersepeda untuk bersekolah dengan atau tanpa dampingan orang tua Fasilitas yang dibutuhkan: separated lane atau jalur khusus untuk pesepeda yang terpisah dari jalur kendaraan bermotor 5

1. Shared Roadway 11 Di area perkotaan, jenis ini cocok untuk kecepatan kendaraan yang rendah (< 40 km/jam) dan volume lalu lintas yang rendah (< 3.000 kend./jam) Di area pedesaan, jika arus lalu lintas rendah sehingga kecepatannya tinggi, juga jarak pandang buruk, maka jenis ini tidak sesuai untuk diterapkan (jalan harus memiliki bahu jalan) Tidak cocok jika dengan shared roadway 12 6

2. Wide Curb Lane 13 Wide curb lane disediakan jika lebar jalan tidak memungkinkan untuk dibuat lajur khusus sepeda Untuk bisa menggunakan wide curb line, lebar minimal yang disarankan adalah 4,2 meter Gunakan gambar arah jalur sepeda pada jarak/interval tertentu sebagai: 1. Petunjuk bagi pesepeda 2. Peringatan bagi pengendara kendaraan bermotor 14 7

3. Bike Lane Adalah lajur khusus untuk sepeda di jalan raya Lebar minimum bervariasi, yaitu: 1. Untuk jalan tanpa kereb, lebar minimum bike lane 1,2 m 15 2. Jika diijinkan parkir on street, bike lane harus terletak diantara area parkir dan lajur kendaraan dengan lebar minimum bike lane adalah 1,5 m 3. Jika ada parkir on street namun tidak ada marka khusus parkirnya, lebar minimum bike lane adalah 3,3 m jika jalan tanpa kereb, dan 3,5 m jika jalan dengan kereb 16 Bike Lane Jika Dilarang Parkir 8

17 Bike Lane Jika Diijinkan Parkir On Street (Ada marka parkir) 18 Bike Lane Jika Ada Parkir On Street (Tidak ada marka parkir) 9

19 Jika ada lajur khusus bus, bike lane diletakkan diantara jalan kendaraan dan lajur khusus bus Rambu Bike Lane Warna : putih Garis : lurus (tidak putusputus) 20 10

21 Arah bike lane dapat: 1. Searah dengan arah kendaraan 2. Berlawanan arah dengan arah kendaraan Lebih aman bagi pengendara sepeda Bike lane harus lebar Menggunakan double yellow lane (2 garis ganda berwarna kuning) 22 Contoh Penerapan Bike Lane Searah dan Berlawanan Arah 11

Bike lane dapat diberikan warna (hijau/merah) sehingga: 1. Mengesankan jalan kendaraan sempit 2. Kecepatan kendaraan berkurang 23 Bike lane dengan flexible pavement Bike lane dengan rigid pavement (tidak perlu diberi warna) 24 Jika jalan tidak cukup untuk bike lane, maka bike lane tetap disediakan, namun markanya putus-putus Menandakan bahwa jika tidak ada sepeda, kendaraan bermotor boleh menggunakan bike lane tersebut 12

Jika di simpang bersinyal, maka dapat menggunakan bike box, untuk 25 memberikan prioritas pesepeda di simpang Bike box harus terintegrasi dengan bike lane 26 Setelah di simpang tak bersinyal, dapat diberi fasilitas bike right turn lane Tujuannya, memberikan prioritas kepada pesepeda yang akan belok kanan setelah di simpang, yang kemudian menggunakan bike lane 13

Untuk penempatan bike lane, usahakan terletak pada sisi kiri-kanan jalan 27 Gunakan Hindari Gunakan 4. Separated Path/Lane 28 14

Perancangan Rute Sepeda Perancangan rute sepeda diharuskan memenuhi persyaratan sebagai berikut: 29 1. Rute harus jelas meskipun dengan kombinasi berbagai jenis fasilitas sepeda, seperti: antara bike lanes dan shared-use paths 2. Rute sepeda adalah rute yang umum digunakan, bukan jalan tembus 3. Prioritas terhadap pesepeda khususnya di simpang harus diberikan 4. Parkir on street harus dipertimbangkan (tetap ada/dibatasi/dihilangkan) 5. Rambu isyarat untuk pesepeda Road Diets (Manajemen Bike Lane) Penyediaan bike lane khususnya di dalam kota, sering terkendala dengan lebar jalan maupun bahu jalan Solusi berupa memperlebar jalan untuk penyediaan bike lane sulit untuk dilakukan Beberapa manajemen yang dapat dilakukan: 1. Mengurangi lebar lajur kendaraan bermotor 2. Mengurangi jumlah lajur kendaraan bermotor 30 3. Menghilangkan, mempersempit, maupun mengatur ulang parkir on street 15

1. Mengurangi Lebar Lajur Kendaraan Bermotor 31 Lebar lajur dapat dikurangi menjadi 3,0 atau 3,2 meter, jika kecepatan kendaraan rata-rata 40 km/jam Jika kecepatan kendaraan 50 65 km/h, lebar lajur dapat dikurangi menjadi 3,3 meter Jika kecepatan > 70 km/h, lebar lajur minimal 3.6 meter, atau 4,2 meter jika volume lalu lintas didominasi kendaraan truk besar 32 16

2. Mengurangi Jumlah Lajur Kendaraan Bermotor 33 34 MZI - Traffic Management: Pedestrian and Cyclist Management 17

3. Menghilangkan, mempersempit, mengatur ulang parkir on street 35 Pertimbangan: 1. Fungsi jalan lebih ke penyediaan fasilitas untuk pergerakan orang dan barang, dibandingkan penyediaan fasilitas parkir on street 2. Jika parkir dihilangkan, keselamatan dan kapasitas jalan akan naik, namun menyebabkan konflik khususnya dengan tukang parkir, pemilik toko, atau kegiatan bisnis lainnya.. Beberapa manajemen yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut. 36 Mempersempit Lahan Parkir 18

37 Menghilangkan Parkir On Street di Salah Satu Sisi Jalan 38 Merubah Sudut Parkir 19

39 Memperlebar Jalan dengan PanjangTertentu Khusus Untuk Parkir Bike Lane di Persimpangan 40 Di simpang, pesepeda sangat berpotensi konflik dengan pengguna kendaraan bermotor. Yang harus disediakan: 1. Garis bike lane warna putih putus-putus (sebagai warning) 2. Rambu lalu lintas 3. Box Lane (jika volume/jumlah pesepeda sangat tinggi) 20

Jika belok kanan (belok kiri di Indonesia) 41 Lajur sepeda diletakkan diantara lajur belok kanan dan kiri kend. Bermotor Disediakan rambu (pilihan) Marka bike lane putus-putus 42 Perlu dipertimbangkan: 1. Panjang antrian 2. Panjang merging kendaraan bermotor Contoh Simpang yang tidak ada exclusive right turn 21

Jika belok kiri (belok kanan di Indonesia) 43 Sepeda menyeberang seperti layaknya pejalan kaki menyeberang (tidak seperti pergerakan kendaraan bermotor) Di simpang, menggunakan sinyal hijau pejalan kaki 44 Contoh simpang yang sudah mempertimbangkan pesepeda 22

Parkir Sepeda (Bicycle Rack) Wajib disediakan, dan merupakan bagian dari jalur sepeda Bicycle rack harus didesain sedemikian sehingga: 1. Aman dan tidak rusak (yang terkunci adalah frame nya, bukan rodanya) 2. Tidak mengganggu arus pejalan kaki 3. Lokasi mudah diakses 4. Terlindung dari kendaraan bermotor 45 Device/alat untuk sepeda parkir antara lain: 1. Rak 2. Loker 3. Lock up (tempat parkir sepeda yang terlindungi) 46 Yang paling direkomendasikan, bentuk U terbalik 23

47 Contoh desain parkir sepeda yang baik, dari sisi: 1. Lokasi/penempatan 2. Jenis bicycle rack Fasilitas parkir sepeda dapat dikelompokkan menjadi 1. Waktu parkir lama Perlu perlindungan dari cuaca Di dalam bangunan, di dalam loker, dll. 2. Waktu parkir sebentar Cukup menggunakan U terbalik Tidak harus terlindung dari cuaca Dimensi ruang parkir sepeda Panjang 6 ft lebar 3 ft Jarak baris parkir sepeda depan dan belakang 6 ft, untuk keperluan manuver Clearance dari bangunan yang ada di depannya minimal 7 ft 48 24

Penempatan Parkir Sepeda Parkir sepeda dapat diletakkan pada: 1. On Street (di jalan) Sifatnya parkir pararel Bisa sampai 12 sepeda Dilengkapi dengan bollard 49 2. Di trotoar 50 Umumnya di area/kawasan komersial Jarak tidak lebih dari 50 ft dari bangunan yang akan dituju Tidak boleh mengganggu arus pejalan kaki 25

51 3. Di extension curb Jika diletakkan di corner simpang, tidak boleh mengganggu jarak pandang penyeberang jalan Taipei U-Bike Studi Kasus 52 26

Ticket Information System 27

U Bike (Taiwan) 28