BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

PROLANISPEDIA PELAKSANAAN KEGIATAN PROLANIS DI FKTP BPJS KESEHATAN KCU TASIKMALAYA


BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

panduan praktis Skrining Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN KAPITASI BERBASIS PEMENUHAN KOMITMEN PELAYANAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

3 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Gate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat (Rahajeng & Tuminah, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dipengaruhi dari pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

PERATURAN BERSAMA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB II METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK PASIEN DAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) BPJS KESEHATAN PADA DOKTER KELUARGA DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes merupakan sindrom atau kumpulan gejala. penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROLANIS 1. Pengertian Prolanis PROLANIS merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, Fasilitas Kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014). 2. Tujuan Prolanis Mendorong peserta penyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe II dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga mencegah timbulnya komplikasi penyakit. (BPJS Kesehatan, 2014). 3. Sasaran Prolanis Sasaran dari Pronalis sendiri merupakan seluruh peserta BPJS penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus tipe II dan Hipertensi). 11

12 Dengan penanggung jawab program ini adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan bagian Manajemen Pelayanan Primer (BPJS Kesehatan, 2014). 4. Bentuk Pelaksanaan / Aktifitas Prolanis Aktifitas Prolanis dilaksanakaan dengan mencakup 5 metode, yaitu : 1) Konsultasi Medis Dilakukan dengan cara konsultasi medis antara peserta Prolanis dengan tim medis, jadwal konsultasi disepakati bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola. 2) Edukasi Kelompok Peserta Prolanis Edukasi klub Resiko Tinggi (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta prolanis. Sasaran dari metodi ini yaitu, terbentuknya kelompok peserta (Klub) Prolanis minimal 1 Faskes Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan peserta dan kebutuhan edukasi. 3) Reminder melalui SMS Gateway Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui peringatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut. Sasaran dari hal ini adalah tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing masing Faskes Pengelola.

13 4) Home Visit Home visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan kerumah peserta Prolanis untuk pemberian informasi / edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarga. Sasaran : Peserta Prolanis dengan kriteria : - Peserta baru terdaftar, - Peserta tidak hadir terapi di Dokter praktek perorangan / Klinik / Puskesmas selama 3 bulan berturut turut, - Peserta dengan GDP/GDPP dibawah standar 3 bulan berturut turut, - Peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol 3 bulan berturut turut, - Peserta pasca opname. 5) Pemantauan status kesehatan (Skrinning kesehatan) Mengontrol riwayar pemeriksaan kesehatan untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi atau penyakit berlanjut (BPJS Kesehatan, 2014). 5. Langkah-langkah Pelaksanaan Menurut BPJS Kesehatan (2014), Berikut Tahap- tahap Persiapan Pelaksanaan Prolanis : 1.) Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan : a. Hasil skrinning riwayat kesehatan b. Hasil diagnosa DM dan HT (pada Faskes tingkat pertama maupun RS) 2.) Menentukan target sasaran,

14 3.) Melakukan pemetaan Faskes dokter keluarga / Puskesmas distribusi berdasarkan distribusi target sasaran peserta, 4.) Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes pengelola 5.) Melakukan pemetaan jejaring Faskes pengelola (Apotek, Laboratorium), 6.) Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta Prolanis, 7.) Melakukan sosialisasi Prolanis kepada peserta (Instansi, pertemuan kelompok pasien kronis di RS, dan lain lain), 8.) Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus tipe II dan Hipertensi untuk bergabung dalam Prolanis, 9.) Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan yang diberikan oleh calon peserta Prolanis, 10.) Mendistribusikan buku pemantauan kesehatan kepada peserta terdaftar Prolanis, 11.) Melakukan Rekapitulasi daftar peserta, 12.) Melakukan entri data peserta dan pemberian flag bagi peserta prolanis, 13.) Melakukan distribusi data peserta prolanis sesuai Faskes pengelola, 14.) Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan,

15 15.) Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per Faskes pengelola (Data merupakan iuran aplikasi P Care), 16.) Melakukan monitoring aktifitas Prolanis pada masing masing Faskes Pengelola : a. Menerima laporan aktifitas Prolanis dari Faskes pengelola, b.menganalisa data. 17.) Menyusun umpan balik kinerja Faskes Prolanis, dan 18.) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional / Kantor Pusat. B. Kualitas Hidup 1. Pengertian Kualitas Hidup Cella (1992) dalam Nurchayati (2011) menyebutkan bahwa kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisakan dengan pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya, karena kualitas hidup merupakan suatu yang bersifat subjektif. WHOQoL group (2004) dalam kutipan dari Nurchayati (2011), menyatakan kualitas hidup adalah presepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup, dan hubungan terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan. Hal ini merupakan suatu konsep, yang dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk mendapatkan kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat independent, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.

16 Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain. Kualitas hidup seseorang dapat mengalami penurunan, apabila terkena penyakit kronis, karena dapat membatasi aktivitas seseorang sehingga akan menyebabkan penurunan quality of life (QoL) seseorang (Silitonga, 2007). Dalam hal ini dapat dikelompokan dalam 3 bagian yang berpusat pada aspek hidup yang baik yaitu : a. Kualitas hidup subjektif yaitu suatu hidup yang sangat baik yang dirasakan oleh masing masing individu yang memilikinya. Masing masing individu secara personal mengevaluasi mereka yang menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka. b. Kualitas hidup eksistensial yaitu seberapa baik hidup seseorang merupakan level yang berhak untuk dihormati dan individu dapat hidup dalam keharmonisan. c. Kualitas objektif yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh dunia luar. Kualitas objektif ditanyakan dalam kemampuan seseorang dalam beradaptasi pada nilai nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya.

17 Ketiga aspek kualitas hidup ini keseluruhan dikelompokan dengan pernyataan yang relevan pada kualitas hidup yang dapat ditempatkan dalam suatu rentang spektrum dari subjektif, elemen eksistensial berbeda diantaranya yang merupakan teori kualitas hidup meliputi kesejahteraan, kepuasan hidup, kebahagiaan, makna dalam hidup dan pemenuhan kebutuhan, biologis dan mencapai potensial hidup (Ventegodt, 2003). 1) Kesejahteraan Kesejahteraan berhubungan dengan bagaimana sesuatu berfungsi dalam sesuatu dunia objektif dan dengan faktor eksternal hidup. Ketika kita membicarakan tentang perasaan baik maka kesejahteraan merupakan kebutuhan dan realisasi diri. 2) Kepuasan hidup Menjadi puas berarti merasakan bahwa hidup yang seharusnya, ketika pengharapan pengharapan, kebutuhan dan gairah hidup diperoleh disekitarnya maka seseorang puas. Kepuasan adalah pertanyaan mental yaitu keadaan yang kognitif. 3) Kebahagiaan Ini merupakan perasaan yang spesial yang berharga dan sangat diinginkan terapi sulit diperoleh. Tidak banyak orang percaya bahwa kebahagiaan diperoleh dari adaptasi terhadap budaya seseorang, kebahagiaan diasosiasikan dengan dimensi dimensi non rasional seperti cinta, ikatan erat dengan sifat dasar tetapi bukan uang.

18 4) Makna dalam hidup Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat penting dan jarang digunakan. Pencarian makna hidup melibatkan suatu penerimaan dari ketidak berartian dan kesangat berartian dari hidup. 5) Pemenuhan kebutuhan Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup dimana ketika kebutuhan seseorang terpenuhi maka kualitas hidupnya tinggi. Kebutuhan merupakan suatu ekspresi sifat dasar kita yang ada pada umumnya dimiliki oleh makhluk hidup. 6) Mencapai potensial hidup Teori pencapaian potensial hidup merupakan suatu teori dari hubungan antara sifat dasarnya atau titik permulaan biologis. Ini tidak mengurangi kekhususan dari makhluk hidup tetapi hanya tingkat pertukaran informasi yang bermakna dalam sistem hidup dari sel ke organisme sosial. 7) Gambaran biologis kualitas hidup Gambaran biologis kualitas hidup yaitu sistem informasi biologis dan tingkat keseimbangan eksistensial dilihat dari segi kesehatan fisik. Kesehatan fisik mencerminkan tingkat sistem informasi biologis seperti sel sel dalam tubuh mumbutuhkan infromasi yang tepat untuk berfungsi secara benar dalam menjaga kesehatan dan keseimbangan tubuh. Kesadaran dan pengalaman hidup juga terkondisi secara

19 biologis. Pengalaman hidup dimana hidup bermakna atau tidak, dapat dilihat sebagai kondisi dari sistem informasi biologis. 2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Menurut Kurtus (2005), menyatakan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah sosio demografi yaitu jenis kelamin, umur, suku atau etnik, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan. Kedua medik yaitu lama menjalani terapi, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani. 3. Domain Kualitas Hidup Menurut Kurtus (2005), kualitas hidup terdiri dari 4 domain meliputi : 1) Kesehatan Fisik berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan. Ketergantungan pada perawatan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas kehidupan sehari hari, dan kapasitas kerja. 2) Kesehatan Psikologis berhubungan dengan pengaruh positif dan negatif spiritual, pemikiran pembelajaran, daya ingat dan konsentrasi, gambaran tubuh dan penampilan, serta penghargaan terhadap diri sendiri. 3) Hubungan Sosial terdiri dari hubungan personal, aktifitas seksual dan hubungan lain.

20 4) Dimensi Lingkungan terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik, sumber penghasilan, kesempatan memperoleh informasi dan ketrampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi, atau aktifitas pada waktu luang, lingkungan rumah, perawatan kesehatan, sosial dan transportasi. 4. Ruang Lingkup Kualitas Hidup Menurut Silitonga (2007), Secara umum terdapat 5 bidang (domains) yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO (World Health Organization), bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik, keleluasaan aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup adalah sebagai berikut : 1) Kesehatan fisik (physical health) : kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur dan istirahat. 2) Kesehatan psikologis (physicological health) : cara berpikir, belajar, memori dan konsentrasi. 3) Tingkat aktivitas (level of independentce): mobilitas, aktivitas sehari-hari, komunikasi, kemampuan kerja. 4) Hubungan sosial (sosial relationship): hubungan sosial, dukungan sosial. 5) Lingkungan (environment): keamanan, lingkungan rumah, kepuasan kerja.

21 5. Pengukuran Kualitas Hidup Menurut Guyatt dan Jaescke yang dikutip oleh Silitonga (2007), kualitas hidup dapat diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran kualitas hidup yang telah diuji dengan baik. Secara garis besar instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen khusus (specific scale). Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional, ketidakmampuan dan kekhawatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita. Salah satu contoh instrumen umum adalah the Sickness Impact Profile (SIP), the Medical Outcome Study (MOS) 36-item short-form Health Survey (SF-36). Sedangkan instrumen khusus adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu yang khusus dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua) atau fungsi yang khusus (misalnya fungsi emosional), contohnya adalah The Washington Psychosocial Seizure Inventory (WPSI), The Liverpool Group, The Epilepsy Surgery Inventory (ESI-55) (Silitonga, 2007). The MOS (SF-36) merupakan salah satu contoh instrumen pengukuran kualitas hidup yang dipakai secara luas untuk berbagai macam penyakit, merupakan suatu isian berisi 36 pertanyaan yang disusun untuk melakukan survey terhadap status kesehatan yang

22 dikembangkan oleh para peneliti dari Santa Monica, terbagi dalam 8 bidang, yaitu : 1) Pembatasan aktivitas fisik karena masalah kesehatan yang ada, 2) Pembatasan aktivitas sosial karena masalah fisik dan emosi, 3) Pembatasan aktivitas sehari-hari karena masalah fisik, 4) Nyeri seluruh badan, 5) Kesehatan mental secara umum, 6) Pembatasan aktivitas sehari-hari karena masalah emosi, 7) Vitalitas hidup, dan 8) Pandangan kesehatan secara umum. Pengukuran ini menghasilkan nilai skala untuk masing-masing delapan kriteria kesehatan dan dua ukuran ringkasan kesehatan fisik dan psikis. Nilai skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor tersebut kualitas hidup dinilai kurang baik dan nilai skor 100 merupakan tingkat kualitas hidup yang sangat baik. Kegunaan SF-36 dalam memperkirakan kualitas hidup akibat beban penyakit atau pengaruh intervensi tindakan medis atau terapi digambarkan dalam artikel-artikel yang menggambarkan lebih dari 200 penyakit dan kondisi intervensi tindakan medis atau terapi. Salah satunya pengukuran kualitas hidup lansia penderita hipertensi (Silitonga, 2007).

23 C. Kerangka Teori Responden Hipertensi Responden Diabetes Mellitus AKTIFITAS PROLANIS Meliputi : - Konsultasi Medis - Edukasi Klub Prolanis - Home Visit - Skrinning Kesehatan Tingkat kualitas hidup Gambaran kontrol nilai tekanan darah pasien hipertensi Gambaran kontrol kadar gula darah pasien DM Tingkat pengetahuan pasien DM Tingkat pengetahuan pasien hipertensi Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : BPJS Kesehatan (2014), Kurtus (2005). D. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini diterangkan pada bagan 2.2, sebagai berikut : Variabel Terikat Variabel Bebas Tingkat kualitas hidup AKTIFITAS PROLANIS Meliputi : - Konsultasi Medis - Edukasi Klub Prolanis - Home Visit - Skrinning Kesehatan Gambaran kontrol nilai tekanan darah pasien hipertensi Gambaran kontrol kadar gula darah pasien DM Tingkat pengetahuan pasien DM Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Tingkat pengetahuan pasien hipertensi

24 E. Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana tingkat kualitas hidup peserta kegiatan prolanis di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas? b. Bagaimana gambaran kontrol kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di kegiatan prolanis Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas? c. Bagaimana gambaran kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di kegiatan prolanis Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas? d. Bagaimana tingkat pengetahuan peserta prolanis yang terdiagnosa Diabetes mellitus di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas? e. Bagaimana tingkat pengetahuan peserta prolanis yang terdiagnosa hipertensi di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas?