BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan konsep era globalisasi, maka sebagai konsekuensinya semakin banyak masalah yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan dalam persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut para pimpinan perusahaan agar dapat mengelola perusahaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini membuat pimpinan dan pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupun aktivitas ekstern yang terjadi pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu, pimpinan dan pihak manajemen memerlukan pengawas atau pemeriksa internal dalam usaha meningkatkan pengendalian internal perusahaan yang efektif dan efisien. Manajemen berkewajiban untuk menyelenggarakan pengendalian internal dengan baik sebagai bagian dari tanggung jawabnya (Arens dan Loebbecke, 2011). Pada dasarnya pengendalian internal (internal control) adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan (Romney dan Steinbart, 2006). Pengendalian intern perusahaan didesain sebaik mungkin supaya aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Salah satu komponen pengendalian internal menurut COSO (Committee of 1
2 Sponsoring Organization) adalah penaksiran risiko yang berarti identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola (IAI, 2011). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) memegang peranan yang cukup penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Namun fakta yang ada, menunjukkan bahwa masih relatif banyak BUMN/BUMD yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat. Menurut BPKP, salah satu penyebab terpuruknya kondisi keuangan pada BUMN/BUMD adalah masih lemahnya pengendalian internal. Lemahnya pengendalian internal ini disebabkan belum optimalnya peran auditor internal perusahaan dalam menguji dan mengevaluasi kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal. Berdasarkan fenomena yang dikutip dari kompas.com menurut Strategic Indonesia mencatat, dalam kuartal I 2011 telah terjadi sembilan kasus pembobolan bank di berbagai industri perbankan. Jos Luhukay, pengamat Perbankan Strategic Indonesia, mengatakan, modus kejahatan perbankan bukan hanya soal penipuan, tetapi lemahnya pengawasan internal control bank terhadap sumber daya manusia juga menjadi titik celah kejahatan perbankan. Internal control menjadi masalah utama perbankan. Salah satunya adalah Pembobolan Kantor Kas Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tamini Square. Melibatkan supervisor kantor kas tersebut dibantu empat tersangka dari luar bank. Modusnya, membuka rekening atas nama tersangka di luar bank. Uang ditransfer
3 ke rekening tersebut sebesar 6 juta dollar AS. Kemudian uang ditukar dengan dollar hitam (dollar AS palsu berwarna hitam) menjadi 60 juta dollar AS (Kompas, 2011). Dari contoh fenomena di atas, terlihat bahwa terjadinya kecurangan (fraud) pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) menunjukkan lemahnya pengendalian internal perbankan. Lemahnya pengendalian internal tersebut dikarenakan kurang efektifnya pemeriksaan internal (audit intern) yang dilakukan oleh auditor internal, kelalaian yang disebabkan lemahnya pengendalian internal menyebabkan terjadinya pembobolan yang melibatkan supervisor bank tersebut. Kebutuhan akan adanya suatu pemeriksa intern dirasakan oleh perusahaan karena adanya perkembangan perusahaan yang bersangkutan, di mana pimpinan tidak lagi bisa mengendalikan perusahaannya dengan langsung melainkan harus dibantu oleh orang lain. Pada mulanya pemeriksa intern sering dilihat sebagai pemeriksa catatan-catatan berorientasi keuangan dan lebih bersifat sebagai pegawai pengawas yang mencari-cari kesalahan. Istilah yang terkenal bagi pemeriksa intern jasa saat ini adalah pemeriksa intern bukan lagi sebagai watch dog, melainkan sebagai mitra (Akmal, 2009). Disinilah peran pemeriksaan internal (audit intern) diperlukan, karena pemeriksaan internal (audit intern) merupakan suatu kegiatan bebas yang disiapkan dalam perusahaan. kegiatan ini memeriksa dan menilai efektivitas dalam perusahaan. keberadaan audit internal ditujukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Pemeriksaan internal (audit intern) telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi
4 menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Pemeriksaan internal (audit intern) modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik maupun privat. Dulunya auditor internal pernah dianggap sebagai lawan pihak manajemen, sekarang auditor internal mencoba menjalin kerja sama yang produktif dengan klien melalui aktivitasaktivitas yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan (Sawyer, 2009). Pada umumnya keberadaan auditor internal adalah untuk memberikan nilai tambah dan memperbaiki serta meningkatkan operasional organisasi. Pemeriksaan internal (audit intern) membantu organisasi dalam pencapaian tujuannya dengan pendekatan yang sistematis dan interdisiplin untuk mengevaluasi dan memperbaiki keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola (governance). Pemeriksa intern dalam hal ini auditor internal, merupakan karyawan atau staf dari organisasi atau entitas yang diaudit. Tugas auditor internal adalah melakukan penilaian secara independen atas aktivitas dari suatu oganisasi (Katijo, 2008). Sedangkan pemeriksaan internal (audit intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi, dan lain-lain (Agoes, 2004).
5 Kebebasan atau independensi merupakan hal yang esensial bagi efektivitas pemeriksaan internal (audit intern). Kebebasan ini terutama diperoleh melalui status organisatoris dari fungsi pemeriksa intern ditambah dengan dukungan pimpinan terhadapnya yang merupakan faktor penentu bagi jangkauan, nilai, dan keberhasilan pemeriksa intern. Oleh karena itu kepala unit pemeriksa intern sebaiknya bertanggung jawab ke pejabat yang memiliki wewenang yang cukup dan jika memungkinkan diusahakan berada di bawah Dewan Komisaris dan berhubungan dengan komite audit (Akmal, 2009). Pemikiran yang hati-hati dan sistematis dalam persoalan kebebasan akan menghasilkan kesimpulan bahwa kebebasan pengawas internal tidak berkaitan dengan hubungannya dengan pihak manajemen dan dewan direksi, namun berkaitan dengan aktivitas yang diperiksanya. Kebebasan adalah kewenangan yang diberikan oleh manajemen kepada pengawas internal agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Kebebasan pemeriksaan adalah suatu status khusus yang terdapat dalam organisasi, dan pengawas internal mendapat status tersebut dari pihak manajemen (Tugiman, 2006). Fungsi pemeriksaan internal (audit intern) sendiri hendaknya ditetapkan secara tertulis dan dirumuskan secara jelas. Uraian mengenai fungsi pemeriksaan internal (audit intern) harus secara formal ditetapkan oleh pimpinan. Idealnya yang menetapkan adalah pimpinan tertinggi organisasi atau setidak-tidaknya pejabat tinggi yang cukup berwenang. Selanjutnya pernyataan mengenai fungsi pemeriksa intern tersebut perlu diinformasikan ke seluruh jajaran pimpinan. Seperti halnya dengan fungsi pemeriksa intern, wewenang dan tanggung jawab
6 pemeriksa intern dalam organisasi juga harus ditetapkan secara jelas oleh pimpinan (Akmal, 2009). Perumusan fungsi pemeriksaan internal (audit intern) dalam perusahaan biasanya menyangkut sistem pengendalian manajemen, ketaatan, pengungkapan penyimpangan, efisiensi dan efektivitas, manajemen risiko, dan proses tata kelola (good corporate governance). Fungsi audit intern menjadi semakin penting sejalan dengan semakin kompleksnya operasional perusahaan. Manajemen tidak mungkin dapat mengawasi seluruh kegiatan operasional perusahaan, karena itu manajemen sangat terbantu oleh fungsi audit intern untuk menjaga efisiensi dan efektivitas kegiatan. Tujuan pelaksanaan pemeriksaan internal (audit intern) adalah membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Tujuan pemeriksaan internal (audit intern) mencakup pula usaha mengembangkan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar (Tugiman, 2006). Dengan adanya pemeriksaan internal (audit intern) yang baik maka akan meningkatkan pula efektivitas pengendalian internal perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari (2009) yang meneliti mengenai pengaruh audit internal terhadap efektivitas struktur pengendalian internal pada BUMD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa audit internal berpengaruh positif terhadap efektivitas struktur pengendalian internal. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Yusnita dan Yusniasari (2008) yang meneliti mengenai pengaruh pemeriksaan intern terhadap
7 kontinuitas usaha pada Bank Perkreditan Rakyat Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemeriksaan internal berpengaruh terhadap kontinuitas usaha. Dengan demikian, berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang kemudian hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul : PENGARUH PEMERIKSAAN INTERNAL (AUDIT INTERN) TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL (Studi Survey pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Soreang, Kabupaten Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah pemeriksaan internal (audit intern) berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Soreang, Kabupaten Bandung. 2. Berapa besar pengaruh pemeriksaan internal (audit intern) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Soreang, Kabupaten Bandung.
8 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang memadai serta dapat memecahkan persoalan mengenai pengaruh pemeriksaan internal (audit intern) terhadap efektivitas pengendalian internal PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Soreang, Kabupaten Bandung dalam rangka penyusunan skripsi yang merupakan syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana pada Program Studi S1 Akuntansi Universitas Widyatama Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah pemeriksaan internal (audit intern) berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Soreang, Kabupaten Bandung. 2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pemeriksaan internal (audit intern) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Soreang, Kabupaten Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti
9 Dapat memberikan wawasan atau pengetahuan yang lebih luas dan baru terkait dengan masalah dalam penelitian ini yaitu pengaruh pemeriksaan internal (audit intern) terhadap efektivitas pengendalian intern. 2. Bagi Perusahaan Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau masukan untuk perusahaan dalam meningkatkan efektivitas pengendalian internal perusahaan terkait dengan adanya pemeriksaan internal (audit intern). 3. Bagi Pihak Lain Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau acuan untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian yang serupa. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini, Penelitian dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Soreang, Kabupaten Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan selesai.