PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS. Menurut Silbermen strategi peran figur ( role models) merupakan

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

BAB II KAJIAN TEORI. dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan yang dapat

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

Mufarizuddin,M.Pd. 1 ABSTRAK. Keyword : Hasil belajar Matematika, Strategi Mathematical Investigation

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

SKRIPSI. Disusun Oleh: : JUNI WIHAYANI NIM :

BAB II KAJIAN TEORI. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus. untuk menimbulkan hasil belajar siswa. 1

ABSTRAK. Kata Kunci : Aktivitas, Hasil Belajar Siswa, Metode Demonstrasi PENDAHULUAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

MENINGKATKANN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI PECAHAN KELAS IV SD NEGERI 129/I SIMPANG RANTAU GEDANG

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. ujung tombak dalam pendididkan dasar. Guru SD adalah orang yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS (GEOGRAFI) MELALUI METODE INQUIRI

METODE DEMONTRASI PADA PELAJARAN IPA DAN PENUGASAN PADA PELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

PENGGUNAAN METODE INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn SISWA SEKOLAH DASAR

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERVARIATIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MENGAJAR GURU DI SDN 113 PEKANBARU

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. dasar itu khususnya adalah pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Muhammad Darwis. Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak

METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENGUKURAN SUDUT MENGGUNAKAN BUSUR DERAJAT DIKELAS IV ARTIKEL PENELITIAN. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Dari proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Meningkatkan Motivasi Belajar Ips Melalui Penggunaan Media Ganbar Pada Siswa Kelas III di SDN 05 Bunobogu

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

BAB II KAJIAN TEORI. kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang. dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIK MELALUI MODEL KOOPERATIFTEKNIKBERTUKAR PASANGAN DI SDN 26 PADANG TAE

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

Transkripsi:

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RUSMAWATI Guru SD Negeri 031 Tarai Bangun rusmawati6360@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini adalah salah upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SDN 034 Tarai Bangun Kecamatan Tambang. Alat peraga akan memberi efek peningkatan terhadap proses pembelajran di kelas. Hal ini tampak dengan betambahnya minat siswa dan keaktifan siswa dalam belajar. Hasil penelitian juga menunjukkan ketika penggunaan alat peraga langsung siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Hasil pembelajaran matematika dengan materi pecahan sederhana yang dilakukan dua siklus dapat meningkatkn hasil belajar siswa. Hal ini terlihat berdasarkan nilai rata-rata kelas naik dari 65 sampai 78. Diharapkan kepada guru agar dapat menerapkan metode penggunaan alat peraga langsung dalam poses pembelajaran. Kata Kunci : Alat Peraga, Matematika, Pecahan. PENDAHULUAN Keberhasilan dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, motode belajar yang diterapkan dan teknik belajar materi yang dipelajari. Suatu hal yang hamper setiap hari ada dalam benak seorang guru yaitu mengapa saya gagal. Dalam hal ini, guru harus intropeksi diri, mengapa dan apa penyebab dari kegagalan pembelajaran tersebut. Salah satu tujuan dari sekolah dasar adalah menyiapkan peserta didik yang beriman, bertaqwa kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Usaha yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seperangkat pembelajran yang diberikan kepada siswa termasuk di dalamnya mata pelajran Matematika dan IPS. Dalam rangka pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal dan tercapainya standar kompetensi perlu upaya-upaya terencana dan konkrit berupa kegiatan pembelajaran siswa. Kegiatan ini harus dirancang sedemikian sehingga mampu mengembangkan kompetensi, baik koognitif, efektif, maupun psikomotorik. Karena itu, keahlian guru dalam memilih metode pembelajran Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 307

yang sesuai dengan standar kompetensi yang akan dicapai, strategi pembelajran yang berpusat pada siswa, dan penciptaan suasana belajar yang menyenangkan sangat diperhatiakn. Berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi guru kelas III di SD Negeri 034 Tarai Bangun Kecamatan Tambang ditemui gejala-gejala sebagai berikut: 1. Dari 34 siswa, hanya 17 (50%) orang siswa yang memperoleh nilai 6 ke atas. Sedangkan 17 orang lainya memperoleh nilai dibawah nilai 6. Keadaan ini disebabkan karena selama ini guru jarang menggunakan alat peraga pada pelajaran matematika khususnya materi tentang pecahan sederhana. 2. Kurangnya fasilitas guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini terlihat dari para guru yang mengajar yang cendrung menerapkan metode tradisional (ceramah ataupun Tanya jawab). 3. Siswa terkesan sulit memahami materi yang disampaikan guru di kelas, hal ini terlihat bahwa 35% siswa yang mampu dalam A. Belajar dan Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam lingkungannya (Slameto, 2003). Prinsip belajar menurut (Sardiman, 2004:38) yaitu: 1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. LANDASAN TEORI pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. 4. Sarana pendidikan sekolah kurang memadai terlihat dari ruangan kelas memiliki sedikit jendela dan meja banyak yang berlubang. Dari masalah diatas, dapat di identifikasi bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa belum optimal, kurangnya kreativitas guru, dan siswa terkesan sulit memahami materi merupakan masalah pembelajran yang dapat diperbaiki guru. Sedangkan sarana pendidikan sekolah bukanlah merupakan masalah yang dapat diperbaiki guru. Dilihat dari beberapa masalah tersebut, dapat dianalisa bahwa masalah penting yang harus segera dipecahkan adalah kurangnya kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang cendrung menerapkan metode konvensional. Oleh sebab itu peneliti tertarik ingin melakukan suatu penelitian tindakan dengan judul Penggunaan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dan Materi Pecahan Sederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN 034 Taraibangun Kecamatan Tambaang. 2. Kontruksi makna adalah proses yang terus menerus. 3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan data, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru, belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri. 4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungan. 5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi 308 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Dimyati (2002: 18-32) mengemukakan belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlihat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi unsur afektif, dalam matra afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi dan penyesuaian dengan sosial. Sudjana N (2005: 49) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognotif penguasaan intelektual, bidang efektif berhubungan dengan sikap dan nilai serta bidang psikomotor kemampuan atau keterampilan bertindak dan perperilaku. Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sardiman (2004:28) bahwa pada intinya tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar, relavan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut yang meliputi: 1. Hal ikhwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta kognitif. 2. Hal ikhwal personal, kepribadian atau sikap afektif. 3. Hal ikhwal kelakuan, keterampilan atau penampilan psikomotorik. Syah, M (1996:248) mengatakan bahwa baik buruknya situasi proses belajar mengajar dan tingkat pencapaian hasil proses intruksional itu pada umumnya tergantung pada faktorfaktor: 1. Karakteristik siswa, 2. Karakteristik guru, 3. Interaksi dan metode, 4. Karakteristik kelompok, 5. Fasilitas fisik, 6. Mata pelajaran, 7. Lingkungan alam sekitar, Djamarah, S.B (2002:141) memandang belajar itu bukanlah suatu proses aktivitas yang berdiri sendiri. Mereka berkesimpulan ada unsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya, yaitu masukan mentah ( raw input) merupakan bahan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning teaching process) dengan harapan dapat berubah menjadi ( out put) dengan kualifikasi tertentu. Di dalam proses belajar itu ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan dari lingkungan ( inviromental input) dan sejumlah faktor guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki. B. Alat Peraga Ruseffendi (1989:23) mengatakan bahwa matematika itu terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak didefenisikan, defenisi-defenisi aksioma, dan dalildalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenaranya secara umum, karena itulah matematika disebut ilmu deduktif. Setiap benda yang ada dihadirkan dalam pelajaran belum dapat dikatakan alat peraga, sebab mungkin saja benda itu hanya alat penyampaian ataupun alat pelajaran saja. Fungsi utama alat peraga adalah menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut. Menurut Nasution (2003:100) alat peraga adalah alat pembantu dalam mengajar agar lebih efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamzah (1985:11) bahwa me dia pendidikan adalah alat-alat yang dapat Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 309

dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi agar lebih efektif. Alat peraga matematika pada dasarnya anak belajar melalui alat yang konkrit. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkrit (rill) sebagai perantara visualnya. Alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika (Iswaji 2003:1). Teori yang lain mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran dapat bermanfaat untuk meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk berfikir sehingga mengurangi verbalisme, dapat memperbesar perhatian siswa, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar sehingga belajar akan lebih baik (Hamalik, 1997:40). Ahli psikologi Jeromene Bruner mengemukakan bahwa alat peraga memberikan pengalaman kongkret yang memudahkan siswa belajar, yaitu mencapai penguasaan, mengingat dan memahami simbol-simbol yang abstrak. Fungsi alat peraga dapat disimpulkan sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif, sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep matematika dan mempercepat proses belajar mengajar. Siswa tidak bosan ataupun lelah karena penjelasan sudah terfokus pada alat yang diperagakan, memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. A. Perbaikan Pembelajaran PELAKSANAAN PERBAIKAN PELAJARAN Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajran No Hari/Tanggal Waktu Mata Pelajaran Kelas Keterangan 1 Kamis 04-03-2010 07. 00-08. 10 Matematika III Siklus I 2 Kamis 11-03-2010 07. 00-08. 10 Matematika III Siklus II B. Pengamatan Data Hal-hal yang muncul dalam perbaikan pada proses matematika antara lain perubahan selama tenang, diam pasif perubahan suasana aktif, karena perbedaan guru dalam menggunakan alat peraga langsung dengan baik serta gambar-gambar. Dengan alat peraga langsung siswa lebih berminat mengikuti pelajaran, siswa dengan alat peraga langsung siswa dapat memahami pembelajran. Maka tanpa alat peraga siswa sulit untuk memahami materi pelajaran yang ada. C. Analisis Data Data awal yang digunakan adalah reduksi yang diambil dari data-data tes tertulis. Pelajaran matematika dengan rata-rata 57 menjadi 64 dengan ketentuan 23%, sedangkan siklus II mencapai 74. Berikut rumus menghitung nilai rata-rata dan studi ketuntasan minimal (KKN): Nilai rata-rata = 310 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

A. Deskripsi Persiklus 1. Siklus I Matematika Perbaikan pembelajaran matematika siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 04 maret 2010. Dalam penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran matematika materi yang disampaikan adalah memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Pada siklus I mata pelajaran matematika indikator yang harus dicapai adalah 1) mengenal tanda kurang dari, lebih dari dan sama dengan, 2) membandingkan dua buah pecahan sederhana. Dari hasil pengamatan ternyata siswa terlihat kurang aktif, tidak semangat dan jenuh. Ketika diajukan pertanyaan siswa keliatan ragu-ragu untuk menjawab. Ketika diberikan kesempatan bertanya, mereka hanya diam, saling pandang dan bingung. Proses pembelajaran yang dikelola oleh guru belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Guru masih banyak menggunakan metode ceramah. Persiapan dan alat peraga yang dipergunakan pun sederhana. Hasil perolehan nilai pos test yang dilaksanakan setelah pembelajaran berakhir ternyata dari 34 orang siswa hanya 13 orang siswa yang tuntas belajar. HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Siklus II Matematika Perbaikan pembelajaran matematika siklus II dilaksanakan pada hari kamis tanggal 11 maret 2010. Dalam penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran matematika materi yang disampaikan adalah memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Pada siklus II dilanjutkan dengan membandingkan dua buah pecahan dengan menggunakan tanda <, > dan =. Secara umum data hasil penelitian memberikan gambaran bahwa proses perbaikan pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes siswa. Dari 34 orang siswa 28 orang siswa tuntas dalam belajar dan 6 orang siswa belum tuntas dalam belajar namun hasil belajar secara keseluruhan telah meningkat. Dari segi aktifitas siswa terlihat ada perubahan, maka keliatan bersemangat, sudah ada yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan. Dengan demikian ternyata menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran pada siklus II terjadi peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1: Data Awal Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika dengan KKM 60 No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase 1 90 100 0 0.00 2 70 89 6 17.65 3 50 69 12 35.29 4 30 49 12 35.29 5 10-29 4 11.76 Jumlah 34 100.00 Jumlah Nilai 1972 Rata-rata 5.8 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 311

Tabel 2: Siklus I Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika dengan KKM 60 No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase 1 90 100 0 0.00 2 70 89 6 17.65 3 50 69 13 38.23 4 30 49 13 38.23 5 10-29 2 5.88 Jumlah 34 100.00 Jumlah Nilai 2225 Rata-rata 6.54 Tabel 3: Siklus II Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika dengan KKM 60 No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase 1 90 100 3 8.82 2 70 89 15 44.12 3 50 69 14 41.18 4 30 49 2 5.88 5 10-29 0 0.00 Jumlah 34 100.00 Jumlah Nilai 2654 Rata-rata 7.80 Berdasarkan data pada tabel tabel di atas diketahui bahwa perolehan nilai prestasi belajar siswa pada siklus II lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pada siklus I. Hal ini terutama terlihat pada rentang nilai 90 dan 100 yang sebelumnya tidak ada siswa yang mendapat nilai tersebut dan pada siklus II terdapat 3 siswa yang mendapat nilai tersebut. Pada rentang nilai 70 dan 89, peningkatan pada rentang nilai tersebut mencapai 9 orang. Sedangkan pada siklus II tidak terdapat lagi siswa yang mendapat nilai pada rentang 30 sd 49. Peningkatan perolehan nilai juga terlihat pada peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari 6.54 menjadi 7.80. keadaan ini memperlihat bahwa perbaikan pembelajaran pada bidang studi matematika dikatakan meningkat. B. Pembahasan Persiklus 1. Siklus I Matematika Pada siklus I mata pelajaran matematika indikator yang harus dicapai adalah 1) mengenal tanda kurang dari, lebih dari dan sama dengan. 2) membandingkan dua buah pecahan sederhana. Dari hasil pengamatan ternyata siswa terlihat kurang aktif, tidak semangat dan jenuh. Ketika diajukan pertanyaan siswa keliatan ragu-ragu untuk menjawab. Ketika diberikan kesempatan bertanya, mereka hanya diam, saling pandang dan bingung. Proses pembelajaran yang dikelola oleh guru belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Guru masih banyak menggunakan metode ceramah. Persiapan dan alat peraga yang dipergunakan pun seadanya. Hasil perolehan nilai pos test yang dilaksanakan setelah pembelajaran berakhir ternyata dari 34 orang siswa hanya 13 orang siswa yang tuntas belajar. Meskipun telah 13 orang siswa yang tergolong tuntas, namun demikian masih ada kekurangan atau kelemahan yang ditemukan pada siklus I ini yang perlu diperbaiki yaitu sebagian besar siswa yang kurang aktif.perbandingan jumlah alat peraga yang belum seimbang. Proses pembelajaran yang 312 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

masih didominasi oleh guru. Guru lebih banyak mempergunakan metode ceramah. 2. Siklus II Matematika Secara umum data hasil penelitian memberikan gambaran bahwa proses perbaikan pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes siswa. Dari 34 orang siswa 28 orang siswa tuntas dalam belajar dan 6 orang siswa belum tuntas dalam belajar namun hasil belajar secara keseluruhan telah meningkat. Dari segi aktifitas siswa terlihat ada perubahan, maka keliatan bersemangat, sudah ada yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan. Dengan demikian ternyata menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran pada siklus II terjadi peningkatan terhadap hasil belajar siswa. A. Kesimpulan Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dengan teman sejawat dan supervisor pada mata pelajaran Matematika siswa kelas III SDN 034 Tarai Bangun disimpulkan antara lain : 1. Dengan menggunakan alat peraga langsung pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 034 Tarai Bangun dengan materi pecahan sederhana berdasarkan rata-rata kelas dari 65 sampai 78. 2. Penggunaan alat peraga langsung dapat menjadikan para siswa lebih serius dan fokus dalam pembelajran matematika. 3. Adanya alat peraga langsung bisa membuat siswa lebih aktif, sehingga suasana proses pembelajaran hidup. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perolehan nilai prestasi belajar siswa pada siklus II lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pada siklus I. Hal ini terutama terlihat pada rentang nilai 90 dan 100 yang sebelumnya tidak ada siswa yang mendapat nilai tersebut dan pada siklus II terdapat 3 siswa yang mendapat nilai tersebut. Pada rentang nilai 70 dan 89, peningkatan pada rentang nilai tersebut mencapai 15 orang siswa. Sedangkan pada siklus II tidak terdapat lagi siswa yang mendapat nilai pada rentang 30 sd 49. Peningkatan perolehan nilai juga terlihat pada peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari 6.54% menjadi 7.80%. Keadaan ini memperlihat bahwa perbaikan pembelajaran pada bidang studi matematika dikatakan meningkat. B. Saran Mengacu pada kesimpulan yang telah diambil disaran pada siswa atau teman sejawat di dalam mempelajari matematika dengan pokok bahasan pecahan sederhana. Di dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya mempergunakan alat peraga langsung akan lebih lama di benak siswa. Diskusi dan bertukar pikiran dengan teman sejawat untuk menentukan sebaiknya memberikan solusi terhadap masalah dalam proses pembelajaran. Disamping hal di atas untuk mengembangkan kemampuan di dalam mengajar guru perlu berkoordinasi dan bertukar fikiran dengan sesama guru terutama dalam KKD agar kita mendapat pengetahuan yang lebih banyak yang selama ini tidak kita miliki. Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 313

Abu Ahmadi, 2005. Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia. Bandung. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar, Jakarta. Rineka Cipta. Dimyati dan Mujiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta. Rineka Cipta. Hamalik, Oe. 1997. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi aksara. Hamzah, S. 1985. Media Audio Visual. Jakarta: Gramedia. Iswadji, D. 2003. Pengenbangan Media Alat Peraga Pembelajaran Matematika di SLT. Makalah Tidak Dipublikasikan. Muhhibin, Syah, 2007. Psikologi Belajar, Jakarta, Rajawali Press. Nasution, N. 1997. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Roestiyah, 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta. Rineka Cipta. DAFTAR PUSTAKA Rusffendi, E.T. 1989. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Gramedia. Sanjaya, Wina, 2007. Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana. Sardiman, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali Press. Slameto, 2003, Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi, Jakarta. Rineka Cipta. Sudjana, Nana, 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru. Tulus Tu, 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta. Garsindo. Werkanis, 2005. Strategi Mengajar dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pekanbaru, Sutra Benta Perkasa. 314 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017