BAB I PENDAHULUAN. sehingga ke tahap yang lebih besar dan kompleks seiring dengan perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI. (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI. Oleh: Lailatul Qomariyah NIM

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

BAB I PENDAHULUAN. esensial, yaitu keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik.

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode secara etimologi diartikan sebagai jalan atau caramelakukan atau

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial. untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan

BAB IV EFEKTIVITAS MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA BONDOWOSO 4 TAHUN SESUDAH BERLAKUNYA PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008

BAB IV MEDIASI DALAM PERKARA CERAI GUGAT DIPENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perkara pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan no:

I. PENDAHULUAN. Dengan adanya hukum, hak-hak serta kewajiban-kewajiban anggota masyarakat

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat secara merata oleh segenap lapisan masyarakat. 1. dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. berbuat atau tidak berbuat di dalam masyarakat. 1 Dari sini dapat dipahami,

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. tidak memungkinkan lagi untuk mewujudkan perdamaian, maka hukum Islam

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh :

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial yang harus diakui keberadaanya, dalam membentuk keluarga, masyarakat dan negara. Anak juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

PERAN DAN FUNGSI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA. Oleh : Karmuji, S.Sy., M.Sy. 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perkara perdata islam tertentu, bagi orang-orang islam di Indonesia.

NASKAH PUBLIKASI MEDIASI DAN SENGKETA TANAH (STUDI TENTANG KEKUATAN PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KUDUS)

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

Oleh : YUDI PRASETYO

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

UPAYA PERDAMAIAN by Fauzul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berinteraksi satu dengan yang lainnya.interaksi sosial ini dimulai dari tingkat yang paling sederhana sehingga ke tahap yang lebih besar dan kompleks seiring dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat yang meliputi segala aspek kehidupn. Penerapan interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat tidak selamanya berjalan selaras dan harmonis. Seringkali yang terjadi adalah perbedaan pemikiran, pendapat, dan keinginan antar manusia yang satu dengan yang lain. Perbedaan ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya sengketa atau konflik dalam masyarakat. Konflik-konflik tersebut juga timbul dalam 1

2 permasalahan perdata keluarga yang diantaranya adalah perceraian, perebutan harta gonogini, persengketaan tanah, hadhonah, dan perebutan hak asuh anak. Hal tersebut kemudian mendorong pemikiran modern untuk membentuk suatu mekanisme penyelesaian konflik (sengketa), mulai dari bentuk yang paling sederhana hingga menjadi suatu sistem yang dapat diselesaikan dengan beberapa cara diantaranya yaitu dengan cara alternatif dispute resolution (ADR). Mediasi berasal dari bahasa inggris yang berarti menyelesaikan sengketa dengan menengahi. Dalam PERMA No.1 tahun 2008, pengertian mediasi di sebutkan pasal 1 butir 7, yaitu: Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator Sedangkan mediator adalah orang yang menjadi penengah dalam menyelesaikan suatu sengketa. Menurut Tolberg dan Taylor (1986:27) yang di maksud dengan mediasi adalah suatu proses di mana para pihak dengan bantuan seseorang atau beberapa orang secara sistematis menyelesaikan permasalahan yang di sengketakan untuk mencari alternatif dan mencapai penyelesaian yang dapat mengakomodasi kebutuhan mereka. 1 Di dalam Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Menyatakan: Perdamaian adalah suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang berkembang ataupun mencegah timbulnya suatu perkara.perjanjian ini tidaklah sah, melainkan jika dibuat secaratertulis." 2 1 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan peradilan Agama(Jakarta:Putra Grafika, 2005), hlm. 175 2 Nurna Ningsih Mediasi Penyelesaian Sengketa Perdata Di Pengadilan Agama, (Jakarta: Rajawali pers, 2011), hlm. 103

3 Putusan perdamaian mempunyai kekuatan eksekutorial sebagaimana di uraikan dalam pasal 1858 KUH Perdata, Pasal 130 HIR ayat (2) Pasal 130 HIR (3) sebagai berikut: pasal 130 ayat (2) HIR jika perdamaian yang demikian itu dapat di capai, maka pada waktu sidang di perbuat sebuah akta tentang itu, dalam mana kedua belah pihak di hukumkan akan menepati perjanjian yang di buat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan di jlankan sebagai putusan yang biasa pasal 130 ayat (3) HIR: putusan yang sedemikian tidak bisa di bamding Jika pasal-pasal tersebut di atas di simpulkan maka penjabarannya sebagaiberikut: 1. Putusan perdamaian di samakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kakuatan hukum tetap. Yang melekatkan kekuatan hukum pada putusan perdamaian dalam undang-undang sendiri seperti yang dapat dilihat diatas. 2. Terhadap putusan perdamaian tertutup upaya banding dan kasasi. Berbeda dengan persetujuan perdamaian berbentuk akta perdamaian yang di buat para pihak diluar campur tangan pengadilan, terhadap akta perdamaian yang seperti itu para pihak masih bisa mengajukannya sebagai gugatan perkara. Dengan pernyataan ini jelas bahwa putusan perdamaian yang tertutup upaya hukum banding dan kasasi. 3 3. Putusan perdamaian memiliki kekuatan eksekusi, pada setiap putusan atau akta perdamaian melekat: a. kekuatan hukum menhikat 3 Nurna Ningsih Mediasi Penyelesaian Sengketa Perdata Di Pengadilan Agama, (Jakarta: Rajawali pers, 2011,) hlm. 104

4 b. kekuatan hukum eksekusi Dari pemaparan di atas jelas bahwa akta perdamaian merupakan salah satu perjanjian oleh kedua belah pihak untuk mengakhiri suatu perkara atau permasalahan yang berisi perjanjian-perjanjian, serta mencegah timbulnya perkara baru. dalam penyelesaian masalah melalui mediasi, dikenal beberapa istilah seperti perjanjian perdamaian, kesepakatan perdamaian dan akta perdamaian. Namun, akta perdamaian itu berbeda dengan persetujuan perdamaian maupun kesepakatan perdamaian. Dalam perkembangannya, akta perdamaian disamakan dengan putusan perdamaian atau putusan yang dilakukan oleh hakim. Dengan adanya persamaan atas putusan perdamaian dengan akta perdamaian, maka akan menjadi sebuah pertanyaan mengenai kekuatan hukum akta perdamaian dalam menjamin hak-hak para pihak yang bersepakat tersebut. Untuk dapat menjamin hak-hak para pihak yang bersengketa seharusnya perjanjian perdamaian atau kesepakatan perdamaian yang telah menjadi akta perdamaian dapat memberikan kepastian hukum terhadap hak-hak kedua belah pihak. Tetapi, dalam kenyataannya, masih banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi setelah diterbitkannya akta perdamaian oleh pengadilan. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat berbentuk wanprestasi atau kelalaian dalam memenuhi kewajiban pihak-pihak yang bersangkutan terhadap isi perjanjian atau kesepakatan bersama. Disamping itu, mengenai kekuatan akta perdamaian yang dapat memberikan kepastian hukum terhadap para pihak masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. Maka dari itu, penting untuk kemudian

5 dilakukan sebuah penelitian mengenai kekuatan hukum akta perdamaian yang kekuatannya hingga sampai pada kekuatan final. Berangkat dari permasalahan di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang Kekuatan Hukum Akta Perdamaian Hasil Mediasi (Studi di Pengadila Agama Kab. Malang). B. Batasan Masalah Untuk membatasi pembatasan sehingga tidak melebar dan melenceng dari kajian yang di teliti, maka penulis menjelaskan pembahasan dalam ruang lingkup kekuatan hukum akta perdamaian hasil mediasi yang di keluarkan oleh mediator (non perceraian) dengan kejelasan hukum yang di miliki oleh akta perdamaian yang mereka dapatkan serta persamaan kekuatan hukum putusan hakim dengan putusan perdamaian. Sehingga dalam kesimpulannya penelitian dapat mengetahui kekuatan hukum yang di miliki oleh putusan perdamaian. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kekuatan hukum akta perdamaian hasil mediasi serta sanksi yang diberikan kepada salah satu pihak yang melanggar? 2. Bagaimana proses hukum selanjutnya setelah adanya akta perdamaian? D. Tujuan Masalah Sesuai dengan rumusan masalah diatas, terdapat dua tujuan yang harus tercapai dalam penelitian yakni sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan kekuatan hukum yang dimiliki oleh akta perdamian dan sanksi yang diberikan kepada para pihak yang melanggar 2. Untuk menjelaskan bagaimana proses hukum selanjutnya setelah adanya akta perdamaian ketika terjadi persengkataan ulang antara kedua belah pihak.

6 E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Secara teoritis penulisan ini diharapkan mampu memberikan wawasan yang luas secara rinci mengenai ruang lingkup mediasi, terutama yang berkaitan dengan kekuatan hukum yang di miliki oleh akta perdamaian yang di keluarkan oleh mediator, dan memberikan manfaat bagi penambahan ilmu pengetahuan serta sebagai bahan bacaan dan kepustakaan. 2. Secara Praktisi Penelitian ini dilakukan untuk dapat di jadikan sebagai sumbangan pemikiran dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas.terutama dalam hal kekuatan hukum akta perdamaian yang di keluarkan oleh mediator sehingga para pihak atau masayarakat mengetahui kekuatan hukum tersebut.agar tidak ragu untuk melakukan mediasi di Pengadilan Agama F. Definisi Operasional Untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas dari judul proposal skripsi Kekuatan Hukum Akta Perdamaian Berdasarkan Hasil Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang (Studi Di Pengadilan Agama Kabupaten Malang). 1. Akta adalah surat yang diberi tanda tangan yang memuat peristiwayang menjadi dasar dari suatu hak, atau perikatan yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.

7 2. Sedangkan Akta perdamaian adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih di hadapan badan yang berwenang (Hakim) yang di mintakan tingkatannya di dalam persidangan dan sifatnya mengikat. 3. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. G. Sistematika Penulisan Agar penulisan ini dapat terarah dan pembahasannya komperhensif, maka sistematika pembahasannya disusun sebagai berikut: BAB I:PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang mana dalam bab ini di jelaskan kerangka pemikiran dari kerja penelitian. Sebab, bab ini memuat pembahasan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, orisinalitas penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan. Teknik pengolahan data dan analisis data. Metode penelitian ini merupakan suatu cara atau teknis yang akan di lakukan dalam proses penelitian lebih terarah dan terorganisir. BAB II :TINJAUAN PUSTAKA Merupakan kajian teori penelitian, dimana mendiskripsikan gambaran umum mengenai kekuatan hukum akta perdamaian berdasarkan hasil mediasi dalam perkara (non perceraian). Pada bab kedua ini di maksudkan untuk memberikan penelasan secara teoritik terhadap masalah yang di sajikan. Tidak hanya itu saja, pada bab kedua ini di

8 maksudkan untuk mendapatkan landasan teori, dasar hukum, mendapatkan batasan/ definisi/ arti dan kekuatan hukum yang dimiliki akta perdamaian yang di buat oleh kedua belah pihak. BAB III : METODE PENELITIAN Dijelaskan mengenai metode yang akan mengulas metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Metode tersebut meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, dan analisis data. Sehingga dengan pembahsan tersebut dapat mengungkap sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional dan terarah. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Merupakan hasil penelitian inti dari penelitian karena pada bab ini akan menganalisa data-data baik melalui data primer maupun data sekunder yang berguna untuk menawab rumusan masalah yang telah ditetapkan. Penulisan judul ditulis dengan hasil penelitian dan pembahasan dan judul sub-subnya disesuaikan dengan tema-tema yang dibahas dalam penelitian. BAB V : PENUTUP Bab ini merupaan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran, dalam bab ini bukan merupakan ringkasan dan penelitian yang dilakukan, melainkan jawaban yang aingkat atau akhir atas rumusan masalah yang telah ditetapkan. Saran adalah usulan atau anjuran kepada pihak-pihak yang terkait atau memiliki

9 kewenangan lebih terhadap tema yang diteliti demi kebaiakan masyarakat atau penelitian di masa-masa mendatang.