PEREMPUAN BALI DALAM PERWALIAN ANAK : SUATU STUDI GENDER DALAM HUKUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

GENDER DALAM HUKUM ADAT Oleh Ni Nyoman Sukerti Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

KEDUDUKAN SUAMI ISTRI TERHADAP HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM HAL TERJADI PERCERAIAN: PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT BALI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2015, No f. bahwa untuk mewujudkan pemenuhan hak dan perlindungan bagi perempuan dan anak sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c, Kement

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa

KEDUDUKAN ANAK YANG PINDAH AGAMA UNTUK MEWARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Oleh : Dessy Gea Herrayani Made Suksma Prijandhini Devi Salain

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DILUAR NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender.

HAK WARIS ANAK HASIL PROSES BAYI TABUNG DITINJAU DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

BAB I PENDAHULUAN. TLN No. 3019, ps.1.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

KEDUDUKAN AHLI WARIS PEREMPUAN BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM WARIS DI INDONESIA

Dwi Astuti S Fakultas Hukum UNISRI ABSTRAK

KAJIAN YURIDIS PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

Mudjiati Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik indonesia

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA SUAMI - ISTRI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

TATA CARA PENUNTUTAN HAK WARIS OLEH AHLI WARIS YANG SEBELUMNYA DINYATAKAN HILANG BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA (KUHPERDATA)

Keyword: Profesi Bidan, Hak Asasi Manusia, Perbedaan Gender

Eksistensi Perempuan dalam Pembangunan yang Berwawasan Gender

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

PERNYATAAN. : Keabsahan Perkawinan Cino Buto di Tanah Datar Sumatera Barat Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

AKIBAT HUKUM PEMBERIAN WARISAN SAAT PEWARIS MASIH HIDUP BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

KEDUDUKAN SBKRI (SURAT BUKTI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA) TERHADAP HAK WNI KETURUNAN TIONGHOA DITINJAU DARI HUKUM HAM INTERNASIONAL

PENGATURAN MENGENAI PENGANGKATAN ANAK YANG DILAKUKAN OLEH SESEORANG YANG TIDAK KAWIN

KEWAJIBAN PNS PRIA TERHADAP ANAK TIRI PASCA BERCERAI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DISABILITAS TERHADAP HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP PEMBAGIAN WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA PEKERJA YANG SAKIT

PERLIDUNGAN HUKUM PEKERJA WANITA TERHADAP HAK REPRODUKTIF

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PENERAPAN PRINSIP THE BEST INTEREST OF THE CHILD PADA KEHIDUPAN ANAK YANG TERPAKSA BEKERJA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN BERBEDA AGAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

Perempuan dan UU no. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai. Dalam memahai batasan diskriminasi terhadap perempuan, maka tidak

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

RINGKASAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERKAWINAN TERHADAP STATUS ANAK

Oleh : Tati Hartimah

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

HAK REPRODUKSI PEREMPUAN DAN KEADILAN GENDER BERDASARKAN PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

ABSTRAK. Adjeng Sugiharti

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 15 TAHUN No. 15, 2016 TENTANG

Transkripsi:

PEREMPUAN BALI DALAM PERWALIAN ANAK : SUATU STUDI GENDER DALAM HUKUM Oleh : Anak Agung Bayu Krisna Yudistira Made Suksma Prijandhini Devi Salain Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Dalam Judul Perempuan Bali Dalam Perwalian Anak : Suatu Studi Gender Dalam Hukum menggambarkan suatu permasalahan hukum. Permasalahan hukum tersebut adalah bagaimanakah kedudukan perempuan bali dalam perwalian anak apabila dikaji dari Gender dalam Hukum. Metode yang digunakan adalah metode penelitian normative dengan menggunakan teknis analisis gender. Berdasarkan pada permasalahan dapat dianalisis dari Gender dalam hukum, bahwa telah terjadi diskriminasi terhadap perempuan Bali dalam perceraian. Perlakuan diskriminasi tersebut bertentangan dengan Pasal 16 ayat (1) butir c Konvensi Perempuan. Diskriminasi ini disebabkan oleh karena Hukum Adat Bali masih memberikan posisi yang lemah bagi perempuan dalam perwalian anak, hal ini disebabkan budaya hukum dan aturan hukum adat Bali yang berlaku memberikan posisi yang lemah yaitu tidak adanya hak seorang ibu (perempuan Bali) terhadap anaknya setelah terjadi perceraian. Kata Kunci : perempuan, hukum adat bali, perwalian, anak, gender dalam hukum. ABSTRACT In the Title scription of Balinese Women In Child castody: A Study of Gender In Law. In That title was described a legal issue. The legal issue is how the position of women in child-custody bali when examined from the Gender in Law. The method used is a normative research method by using technical analysis of gender. Based on Gender issues can be analyzed from the law, that there has been discrimination against women in divorce Bali. Discrimination is contrary to Article 16 paragraph (1) point c Women's Convention. This discrimination caused by the Customary Law of Bali still give a weak position for women in child custody, this is due to the culture of law and the rules of customary law applicable Bali provides a weak position that the absence of the right of a mother (female Bali) to their children after divorce. Keywords: women, bali customary law, child custody, gender in law. 1

I. PENDAHULUAN Dalam masyarakat hukum adat Bali, seorang perempuan Bali yang telah kawin, putus hubungan hukum dengan orang tuanya, saudara-saudaranya, dan kerabatnya. Hal ini ditandai dengan hapusnya hak dan kewajiban hukumnya dalam lingkungan keluarga asalnya. Dengan demikian, hak-haknya yang berhubungan dengan harta keluarga (hak menikmati hasil atas harta warisan), dan lain-lain menjadi hapus dan secara total perempuan Bali melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga dalam keluarga suaminya. Berbanding terbalik dengan perkawinan, bahwa suatu perkawinan yang tidak harmonis akan berujung pada perceraian. Terjadinya perceraian akan berakibat hukum pada: pertama, status suami dan istri, kedua, perwalian anak, ketiga, harta perkawinan. Di sisi lain dalam Pasal 16 Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan dinyatakan bahwa negara-negara peserta wajib melakukan langkahlangkah-tindak yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan dalam semua urusan yang berhubungan dengan perkawinan dan hubungan kekeluargaan atas dasar persamaan antara pria dan wanita, dan khususnya akan menjamin hak dan tanggung jawab yang sama selama perkaawinan dan pada pemutusan perkawinan. Berdasarkan paparan di atas akan dicoba untuk membahas isu gender setelah terjadinya perceraian menurut hukum adat Bali. Fokus permasalahan yang akan dikaji adalah mengenai mengenai akibat-akibat hukum dari perceraian terhadap kedudukan perempuan terhadap perwalian anak. Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kedudukan perempuan Bali dalam perwalian anak apabila dikaji dari Gender dalam Hukum. II. ISI MAKALAH Dalam penulisan jurnal ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian normative dengan menggunakan teknik analisis gender 1 yaitu dengan mengkaji ketentuan-ketentuan hukum adat Bali mengenai kedudukan dari perempuan 1 Lenny N Rosalin, 2001, Analisis Gender dalam Pendidikan, Bappenas bekerjasama dengan Women s Support Project II-CIDA, hal 3. 2

Bali dalam perwalian anak dan dianalisi menggunakan Konvensi Perempuan yang telah diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984. Sejak Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (selanjutnya disebut Konvensi Perempuan) diratifikasi melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984, persoalan kesetaraan dan keadilan gender semakin mengemuka dalam masyarakat Indonesia, terutama dari kalangan feminist. Untuk terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan lakilaki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan, sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Dalam Pasal 16 Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan dinyatakan bahwa negara-negara peserta wajib melakukan langkah-langkahtindak yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan dalam semua urusan yang berhubungan dengan perkawinan dan hubungan kekeluargaan atas dasar persamaan antara pria dan wanita, dan khususnya akan menjamin hak dan tanggung jawab yang sama selama perkaawinan dan pada pemutusan perkawinan. Pasal 1 Konvensi Perempuan tersebut juga memberi pengertian diskriminasi terhadap perempuan sebagai setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasankebebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh perempuan, telepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persaman antara pria dan wanita. Berdasarkan Pasal 16 Konvensi Perempuan, secara normatif semestinya tidak ada lagi diskriminasi terhadap perempuan baik pada pemutusan perkawinan (perceraian) dalam masyarakat Indonesia khususnya bagi perempuan Bali. Ketidakadilan gender akibat perceraian terjadi pula berkaitan dengan hak perwalian terhadap anak. Sebagaimana yang diketahui bahwa secara umum masyarakat adat bali menganut sistem kekeluargaan patrilinial 2 yang berakibat pada kedudukan anak (baik anak laki-laki dan anak perempuan) tetap berada dalam keluarga laki-laki (purusa). hal. 24. 2 Bushar Muhamad, 2003, Asas-Asas Hukum Adat Suatu Pengantar, Pradnya Parimita, Jakarta, 3

Dengan terjadinya perceraian secara otomatis hubungan hukum seorang perempuan Bali dengan keluarga suaminya menjadi putus, termasuk dengan anak-anaknya. Secara substansi hukum 3, Undang-undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) sudah memastikan bahwa tanggung jawab orang tua terhadap anak tidak putus dengan terjadinya perceraian. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 41 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa baik ibu datu bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya semata-mata berdasarkan kepentingtan anak bilamana ada perselisishan mengenai penguasaan anak-anak pengadilan memberi keputusan. Dalam beberapa kasus yang sampai ke Pengadilan, tidak sedikit hak asuh anak yang diberikan kepada ibunya. Namun demikian, lagi-lagi budaya hukum (legal culture) 4 masyarakat adat Bali menunjukkan masih adanya ketidakadilan gender, sebab sesuai sistem kekeluargaan kepurusa yang berlaku, anak yang lahir dalam perkawinan tersebut secara otomatis baik secara hukum dan sosial menjadi tanggung jawab bapaknya, tidak perduli apakah seorang bapak layak atau tidak, mempunyai kemampuan atau tidak untuk memelihara anaknya. Memang, demi kepentingan anak, masih ada kemungkinan bagi seorang ibu untuk memlihara anaknya ketika masih bayi, tetapi itu hanya bersifat sementara, ketika bayi itu masih menyusui. Namun setelah besar anak tersebut wajib dikembalikan kepada bapaknya karena hak dan kewajiban anak dalam masyarakat adat Bali ada dalam keluarga bapaknya. Berdasarkan fakta tersebut menunjukan bahwa hak perwalian anak setelah perceraian dalam hukum adat Bali masih belum responsif gender. Mengingat bahwa Perempuan Bali tidak mempunyai hak perwalian terhadap anaknya sendiri walaupun secara sosial dan finansial pihak perempuan mampu mengasuh anak tersebut. 3 Yang dimaksud Substansi hukum adalah aturan-aturan, norma-norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu termasuk produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan atau aturan baru yang mereka susun, dapat dilihat dalam Ni Putu Sawitri Nandari, 2007, Penanggulangan Pelacuran Di Desa Pakraman Intaran Kota Denpasar Kajian Dari Perspektif Hukum Dan Gender, Tesis pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, hal,12. 4 Yang dimaksud dengan legal culture (budaya hukum) sebagai..attitude and values that related to law and legal system, together with those attitudes and values affecting behavior related to law and its institutions, ether positively or negatively 4 ( sikap-sikap dan nilai-nilai yang ada hubungannya dengan hukum atau sistem hukum, berikut sikap-sikap dan nilai-nilai yang memberikan pengaruh kepada tingkah laku yang berkaitan dengan hukum dan institusi hukum, posistif maupun negatif) dapat dilihat dalam Lawrence M. Friedman, 1969, On Legal Developman. dalam Rutgers Law Review. Vol. 24 hal. 28. 4

III. KESIMPULAN Berdasarkan paparan diatas dapat ditarik simpulan bahwa masih terjadi diskriminasi terhadap perempuan Bali dalam pemutusan perkawinan atau perceraian. Hal ini bertentangan dengan Pasal 16 ayat (1) butir c Konvensi Perempuan. Diskriminasi ini disebabkan oleh karena Hukum Adat Bali masih memberikan posisi yang lemah bagi perempuan dalam hukum keluarga khususnya di bidang perwalian anak stelah terjadnya perceraian. Akibat budaya hukum masyarakat adat Bali dan aturan hukum adat Bali yang berlaku mengakibatkan perempuan menerima akibat-akibat yang lebih buruk sebagai akibat dari perceraian. Akibat-akibat yang buruk tersebut berkaitan dengan lemahnya kedudukan perempuan Bali setelah terjadinya perceraian, tidak adanya hak-hak seorang ibu (perempuan Bali) terhadap anaknya setelah terjadi perceraian.. Dengan akibat-akibat tersebut sangat merugikan bagi perempuan Bali apabila terjadi suatu perceraian. IV. DAFTAR PUSTAKA Bushar Muhamad, 2003, Asas-Asas Hukum Adat Suatu Pengantar, Pradnya Parimita, Jakarta. Bappenas bekerjasama dengan Women s Support Project II-CIDA, 2001, Analisis Gender dalam Pendidikan. Lawrence M. Friedman, 1969, On Legal Developman. dalam Rutgers Law Review. Vol. 24. Sawitri Nandari, Ni Putu, 2007, Penanggulangan Pelacuran Di Desa Pakraman Intaran Kota Denpasar Kajian Dari Perspektif Hukum Dan Gender, Tesis pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Gitamedia press Surabaya. 5