BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber : 2 Sumber : Media Indonesia Edisi Selasa, 14 November 2006.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi memengaruhi arus informasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berbagai informasi, hal tersebut telah membawa dampak yang. signifikan dalam merencanakan sebuah perjalanan wisata.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali.

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penataan dan Pengembangan Obuek Wisata Pantai Widuri di Pemalang

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: Nama : Heru Sudrajat NIM : D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Destiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam industri pariwisata dan terbukanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI BISNIS GABUNGAN TRAVEL AGENT DAN CAFÉ PT. ABC DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE AHP DAN SWOT

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

Denpasar, Juli 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA RUMAH MAKAN SAUNG POJOK DADAHA KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

I. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat boleh berbangga dengan Kota Bandungnya dimana baru-baru ini

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan pariwisata dari tahun ke tahun semakin pesat dengan pilihan yang semakin beragam. Diantara pilihan terdapat wisata budaya, ilmiah, belanja, kuliner, alam dan ziarah. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia berada di urutan keempat, baik dalam menerima kunjungan wisatawan maupaun dalam perolehan devisa setelah Malaysia, Thailand dan Singapura. Posisi tersebut disebabkan oleh kelemahan terhadap sejumlah aspek penting dalam pengembangan desstinasi pariwisata, selain masalah sumber daya manusia (SDM), juga aksesibilitas, produk, amenitas, dan tingkat kunjungan. Akibat kelemahan tersebut maka Malaysia tercatat sebagai penerima kunjungan wisatawan terbanyak dan Thailand menjadi negara penghasil devisa terbesar dari sektor pariwisata di antara negara-negara ASEAN. 1 Di Indonesia, beberapa daerah sudah mulai melakukan kegiatan pengembangan kawasan pariwisata. Diantara daerah tersebut adalah Yogyakarta yang tidak hanya bersaing dengan daerah di dalam negeri, namun kini sudah mampu bersaing dengan Singapura, Kuala Lumpur dan Phuket. Kota yang menyimpan banyak potensi wisata menarik, baik tempat tujuan wisata maupun wisata kebudayaan khas ini berhasil memberikan kesan yang tidak terlupakan bagi wisatawan setelah berkunjung. Contoh berikutnya adalah Bali. Pulau yang menjadi ikon dan aset terbear pariwisata Indonesia ini merupakan contoh keberhasilan dari sistem pariwisata di suatu daerah. Sistem informasi yang terpadu merupakan salah satu kunci keberhasilan Bali dalam mempertahankan citranya di mata para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Walaupun setelah peristiwa bom bali yang telah menghancurkan kondisi kepariwisataan Indonesia, diharapkan Bali dapat dengan cepat pulih ke kondisi awal. Bahkan 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat menetakan Bali sebagai pulau wisata terbaik di dunia. 2 Dari berbagai contoh yang bisa diamati dari beberapa daerah yang kondisi kepariwisataannya sudah maju, terlihat bahwa sangat diperlukan kematangan konsep pengembangan pariwisata yang meliputi seluruh sumber daya yang terkait. Adapun 1 Sumber : http://www.hariansib.com 2 Sumber : Media Indonesia Edisi Selasa, 14 November 2006. 1

peningkatan pariwisata yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia tidak terlepas dari adanya penerapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dari adanya peraturan ini diharapkan bahwa adanya kemandirian dari masing-masing daerah dalam membangun dan mengembangkan daerahnya sendiri karena bagaimana pun juga yang lebih mengerti tentang daerahnya adalah pemerintah daerah setempat dibandingkan dengan pemerintah pusat. Namun diantara berbagai dampak positif, muncul juga berbagai kendala, diantaranya adalah adanya kerumitan dalam bidang pengurusan izin dan munculnya berbagai pungutan akibat kebijakan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan daerahnya. Selain itu, peningkatan usaha kepariwisataan daerah juga dipicu dengan adanya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dalam undang-undang tersebut, menjelaskan bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan baik di dalam maupun di luar negeri perlu menjawab tantangan persaingan global dengan semangat otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas dalam mengatur daerahnya masing-masing dan memanfaatkan sumber daya daerahnya dalam memberikan pendapatan bagi peningkatan kesejahteraan daerahnya dan mendatangkan devisa bagi negara. 3 Disebutkan diantara berbagai usaha dalam peningkatan pendapatan dan pemanfaatan sumber daya daerah adalah dengan meningkatkan industri kepariwisataan dalam area otonomi daerah masing-masing. 4 Penerapan undang-undang pada paragraf diatas diperkuat dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pariwisata yang dikemukakan dalam Rencana Kerja dan APBN Departemen Pariwisata dan Kebudayaan. Diantara kebijakan tersebut adalah meningkatkan industri dan karya budaya yang mengacu pada budaya bangsa, meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global, serta meningkatkan penelitian dan pengembangan serta sistem informasi kebudayaan dan kepariwisataan. Turisme merupakan salah satu industri terbesar di dunia, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara dunia ketiga. Pergerakannya yang dinamis menyebabkan turisme menjadi industri yang sangat diperhatikan oleh pemerintah 3 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000, tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Terdapat pada ayat Menimbang. 4 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000, tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Bab I Pasal 3. 2

terkait. Turisme memberikan kontribusi yang penting dan menjanjikan pada pertumbuhan ekonomi dan memberikan pemasukan yang memuaskan sebesar 30% dari perdagangan internasional dalam area OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). 5 Hingga saat ini, format baru akan sebuah bentuk penyajian bisnis turisme ini terus berkembang ke arah bentuk yang lebih inovatif, spesial, baru, hingga ke arah pemenuhan akan suatu petualangan. Perluasan industri turisme ini juga bergantung pada perubahan demografi (misalnya penambahan populasi, penambahan usia, dsb) sehingga dengan adanya perubahan tersebut maka otomatis akan meningkatkan segmentasi produk pada industri turisme dan penciptaan bentuk baru akan produk turisme tersebut. Proses inovasi dalam industri turisme ini membawa berbagai ide-ide baru berupa servis atau pelayanan, produk serta strategi pemasaran kepada pasar. Dan proses inovasi ini merupakan proses yang permanen, global dan dinamis. Industri turisme saat ini sering diartikan sebagai industri turisme yang tersegmentasi dan disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan tersebut. Hal ini merupakan perubahan dari sebelumnya dimana industri turisme digambarkan sebagai sesuatu yang umum, terstandardisasi pada suatu keadaan dan tidak fleksibel. Perubahan ini berkaitan dengan beberapa faktor, diantaranya perubahan demografi, gaya hidup, maupun masa liburan tiap wisatawan yang berbeda-beda. Berkaitan dengan industri turisme, Bogor merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam menjadi kota tujuan wisata. Dengan luas area sebesar 11.850 Ha dan lokasinya yang hanya berjarak kurang lebih 50 km dari ibukota Jakarta menjadikannya sebagai tempat tujuan wisata bagi para wisatawan domestik yang datang dari kota-kota sekitar Bogor maupun wisatawan Mancanegara. Fungsi kota sebagai tempat tujuan wisata tercatat jelas dalam Perda No.1 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Tahun 1999-2009). Isi dari Perda tersebut menjelaskan lima fungsi Kota Bogor, yaitu sebagai kota perdagangan, industri, permukiman, tempat tujuan wisata ilmiah dan sebagai kota pendidikan. Dari lima fungsi kota tersebut, Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bandung sebagai kota besar terdekat dari Bogor memiliki empat fungsi yang sama, yaitu sebagai kota perdagangan, industri (baik industri besar dan kecil), permukiman dan pendidikan. 5 Proceeding OECD Conference on Innovation and Growth in Tourism, Lugano, Switzerland, 18-19 September 2003. 3

Namun pada fungsi sebagai kota tempat tujuan wisata ilmiah, Bogor memiliki keunggulan yang tidak banyak dimiliki oleh kota-kota tersebut, yaitu sumber daya fisik berupa museum-museum, balai-balai penelitian ilmiah, dan Kebun Raya Bogor. Dalam penjabaran diatas, tertera jelas posisi Bogor dalam industri turisme di Indonesia. Dengan posisinya yang strategis sebagai salah satu penyangga ibukota serta kondisi alamnya yang relatif lebih nyaman dibanding kota penyangga lainnya, menjadikan kota Bogor menjadi pilihan bagi penduduk yang datang dari sekitar Bogor maupun daerah lainnya. Dengan segala potensi wisata yang dimiliki olehnya, kota Bogor harus berbenah diri dalam memenuhi target sebagai kota tujuan wisata, khususnya wisata ilmiah. Seperti yang telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan baik di dalam maupun di luar negeri perlu menjawab tantangan persaingan global, dengan semangat otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional. Dan bahwa daerah tersebut dapat mendorong kegiatan lalu lintas perdagangan internasional yang mendatangkan devisa bagi Negara serta dapat memberi pengaruh dan manfaat besar bagi Indonesia, untuk dapat membuka lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan kepariwisataan dan penanaman modal asing baik asing maupun dalam negeri. Dari penjelasan tersebut tertera jelas kewenangan bagi daerah-daerah di Indonesia untuk melakukan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata secara maksimal untuk keuntungan daerah tersebut serta negara. Dalam hal ini, kota Bogor juga melaksanakan pemanfaatan potensi wisata yang ada didalamnya. Pemanfaatan ini berdampak pada meningkatnya industri pariwisata di kota tersebut yang juga ikut mempengaruhi meningkatnya jumlah wisatawan yang datang, baik domestik maupun mancanegara. Namun dengan adanya hal positif seperti peningkatan industri pariwisata tersebut perlu diimbangi dengan peningkatan sistem informasi pariwisata. Dalam hal ini adalah peningkatan kualitas dan kegunaan akan sistem informasi yang tersedia untuk keperluan wisatawan umum sebagai pengguna. Dalam pelaksanaan kegiatan kepariwisataan, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan sebagai tolok ukur kenyamanan wisatawan dalam berwisata di daerah tersebut. Salah satu hal penting tersebut adalah sistem informasi pariwisata 4

sebagai media untuk menyampaikan informasi-informasi penting yang harus diketahui oleh wisatawan dalam berwisata di kota atau daerah tersebut. Sistem informasi tersebut juga dikemukakan dalam salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang pariwisata. Pada tesis ini, pengertian tentang sistem informasi pariwisata diperkecil pada yang disusun oleh beberapa perangkat media informasi. Yang termasuk dalam perangkat informasi tersebut adalah marka grafis, media informasi cetak, media informasi melalui internet, serta sumber daya manusia yang berkaitan. Semua media yang tergabung dalam sistem informasi pariwisata tersebut, baik marka grafis maupun media pendukung lainnya, berperan besar dalam melancarkan kegiatan kepariwisataan. Media-media tersebut saling berkait dalam memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada wisatawan sebagai pengguna. I.1 Latar Belakang Masalah Kota Bogor terletak 60 km di selatan Ibukota Jakarta dan memiliki berbagai macam objek wisata dengan keunggulan dalam objek wisata ilmiah, yaitu adanya Kebun Raya Bogor, museum PETA, museum Tanah, museum Zoologi, museum Botani, serta berbagai jenis museum lainnya. Selain objek wisata ilmiah, keunggulan kota Bogor lainnya adalah dengan memiliki berbagai objek wisata kuliner. Kota Bogor memiliki berbagai makanan khas. Dari banyaknya makanan khas inilah mengapa Bogor banyak menjadi tujuan wisata, khususnya tujuan wisata kuliner. Kota merupakan lingkungan yang sangat kompleks akibat adanya penerapan berbagai sistem sirkulasi, transportasi, hunian, industri, pendidikan, perekonomian, informasi dan berbagai sistem pembentuk lainnya. Dengan adanya berbagai sistem yang terdapat dalam sebuah kota, umumnya seseorang dapat kehilangan orientasi arah pada kunjungan pertama ke dalam lingkungan tersebut, Untuk mengatasi masalah teresbut, diciptakan marka grafis sebagai alat bantu dalam proses wayfinding 6. Dengan adanya marka grafis, maka akan sangat membantu pengguna, khususnya wisatawan. Karena marka grafis tersebut akan berfungsi untuk memberikan orientasi arah dan memandu wisatawan yang datang. 6 Wayfinding adalah sebuah strategi yang digunakan oleh manusia untuk menemukan orientasi arah dalam sebuah lokasi, baik yang sudah dikenali dengan baik ataupun belum, berdasarkan persepsi, kemampuan dan kebiasaan pribadi. (Paul Arthur & Romedi Passini:Wayfinding: Peiple. Signs, and Architecture) 5

Obyek wisata yang terdapat di kota Bogor merupakan aset kota yang wajib didukung, dipelihara dan dikembangkan sehingga dapat menjadi salah satu alat penarik wisatawan untuk berkunjung ke Bogor yang pada akhirnya akan turut meningkatkan pendapatan daerah. Seperti telah dijabarkan pada paragraf di atas, tertera jelas bahwa turisme memerlukan peran penting akan eksistensi sebuah media informasi, dalam hal ini adalah marka grafis. Dengan menghasilkan media komunikasi yang beda dan menarik sebagai marka grafis publik, maka merupakan usaha untuk mendukung kesuksesan peningkatan pariwisata di daerah tersebut. Sebuah marka grafis yang baik adalah yang memberikan informasi dengan informatif, padat, singkat dan universal. Dan juga harus selalu diingat bahwa dalam keperluan pariwisata, maka penggunanya adalah wisatawan yang datang dari dalam maupun luar negeri. Maka dari itu, sebuah marka grafis yang berhubungan dengan bidang pariwisata mutlak harus bersifat universal agar dapat dimengerti oleh semua orang. Adapun cara untuk dapat dimengerti oleh semua orang dapat dengan bahasa maupun simbol. Kota Bogor adalah kota tujuan wisata yang cukup diperhitungkan di Indonesia. Angka kunjungan wisatawan yang datang baik wisatawan domestik maupun mancanegara terus meningkat, khususnya setelah peristiwa bom Bali pada akhir tahun 2002. Pada tahun 2003 jumlah kedatangan wisatawan sebanyak 1.571.465 orang, hingga tahun 2005 jumlahnya terus meningkat hingga 1.856.991 orang (sumber dari Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Bogor tahun 2006). Dari angka-angka yang tercantum tersebut, terlihat bahwa Bogor merupakan kota yang cukup diperhitungkan sebagai kota tujuan wisata. Sebagai daerah yang dijadikan sebagai tempat tujuan wisata, terdapat beberapa faktor utama sebagai penentu keberhasilan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu dari faktor tersebut adalah adanya dukungan informasi tentang obyek dan daya tarik wisata yang terdapat dalam daerah terkait. Dukungan informasi tersebut ditentukan dengan baik buruknya kualitas serta kuantitas informasi di lokasi yang pada akhirnya dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi wisatawan dalam berwisata. Salah satu dukungan informasi tersebut adalah marka grafis sebagai pemberi informasi dan petunjuk untuk memperlancar kegiatan berwisata. Di kota Bogor sebagai kota penelitian, sudah terdapat marka grafis yang mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi dan petunjuk arah menuju lokasi objek 6

pariwisata dan tempat-tempat lain yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata. Marka grafis tersebut tersebar di seluruh kota Bogor pada 9 kawasan pariwisata yang telah ditentukan oleh Dinas Pariwisata setempat. Menurut wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap responden wisatawan yang datang ke kota Bogor mendapatkan hipotesa awal bahwa mayoritas dari marka grafis tersebut belum dapat berfungsi dengan maksimal karena berbagai alasan 7. Atas dasar hipotesa tersebut dilaksanaan penelitian ini untuk mendapatkan hasil analisa atas keberadaan marka grafis pada kondisi eksisting saat ini dan memberikan rekomendasi atas hasil yang dicapai. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah yang telah dijabarkan dalam latar belakang masalah pada tesis ini perumusan masalah utama adalah analisa terhadap kondisi marka grafis yang ada pada kondisi eksisting saat ini dan memberikan rekomendasi atas hasil yang dicapai. Kondisi marka grafis merupakan bagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan suatu daerah bagi perkembangan pariwisata. Kondisi tersebut termasuk dalam faktor dukungan informasi tentang obyek dan daya tarik pariwisata 8. Faktor dukungan informasi tersebut termasuk dalam perencanaan konsep sistem informasi pariwisata terpadu berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap kondisi eksisting marka grafis di kota Bogor dengan dikhususkan kepada perwujudan marka grafis berdasarkan fungsi directional, identifying, informational dan restrictive. Marka grafis merupakan hal vital bagi kelancaran wisatawan dalam berwisata, dalam hal ini dikhususkan pada marka grafis yang berhubungan dengan bidang pariwisata. Marka grafis merupakan bagian penting dari proses wayfinding atau proses menemukan desitnasi yang dituju. Baik buruknya sebuah marka grafis secara tidak langsung akan mempengaruhi kegiatan kepariwisataan dalam kota tersebut. Apabila marka grafis diatur dengan baik, maka otomatis kegiatan berwisata akan lancar sehingga akan memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Dampak positifnya tentu akan memberikan nilai tambah bagi kota itu sendiri. Sebagai salah satu kota tujuan wisata, kondisi eksisting marka grafis bagi kegiatan pariwisata di kota Bogor masih memiliki beberapa masalah yang menjadi 7 Wawancara dilakukan oleh penulis terhadap responden wisatawan yang datang ke kota Bogor pada kurun waktu Desember 2006-Februari 2007. 8 Dikutip dari tesis Myra P. GUnawan berjudul Penyusunan Struktur Hirakik Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadapa Kesiapan Daerah untuk Perkembangan Pariwisata. Teknik Planologi, 1995. 7

hambatan dalam kegiatan itu sendiri. Hal ini didukung oleh hasil wawancara terhadap beberapa responden wisatawan di kota Bogor. Kelemahan dari marka grafis yang ada sekarang merupakan akumulasi dari berbagai faktor terkait, seperti faktor fisik maupun lingkungan pendukungnya. Dari analisis terhadap objek marka grafis, maka akan dihasilkan rekomendasi sebagai saran untuk peningkatan pengadaan marka grafis bagi kegiatan pariwisata. Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat disimpulkan menjadi : a. Kondisi pariwisata kota Bogor yang terus meningkat tidak didukung oleh sistem marka grafis yang baik. Atas keadaan tersebut maka perlu disusun sebuah sistem marka grafis yang sistematis, yang mampu mendukung kelancaran dan kenyamanan bagi wisatawan di kota Bogor. b. Sesuai dengan predikatnya sebagai kota wisata ilmiah, maka seharusnya kota Bogor memiliki sistem informasi pariwisata yang terpadu. c. Sistem marka grafis yang ada belum memiliki karakteristik yang mewakili kota Bogor sebagai salah satu kota tujuan wisata yang diperhitungkan di Jawa Barat. I.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun adalah sebagai berikut, yaitu : a. Bagaimana analisa marka grafis pariwisata di kota Bogor berdasarkan keempat fungsi utama, yaitu directional, informational, identifying dan restrictive? b. Bagaimana kontribusi fungsi keberadaan marka grafis pariwisata tersebut terhadap kegiatan pariwisata di kota setempat? c. Bagaimana perwujudan konsep sistem informasi pariwisata terpadu yang sesuai dengan karakteristik keadaan pariwisata kota Bogor? Seperti telah diketahui Bogor merupakan kota di negara Indonesia yang cukup dikenal luas oleh dunia, khususnya dengan adanya objek wisata Kebun Raya Bogor di pusat kota. Sehingga sudah selayaknya kota Bogor memiliki perangkat komunikasi yang baik. Di dalam kota Bogor sudah terdapat marka grafis yang difungsikan untuk alat penanda dalam kota. Marka grafis tersebut akan memandu pengguna mulai dari 8

gerbang utama kota hingga menjelajah ke tengah kota dan berfungsi sebagai unsur yang memperlancar proses sirkulasi dalam sebuah daerah/kota. Bila dikaitkan dengan bidang pariwisata, marka grafis berfungsi untuk memandu wisatawan mulai dari awal memasuki kota hingga berwisata menjelajah di tengah kota mengunjungi tempattempat wisata yang dituju. Namun dari marka grafis yang ada masih ditemukan beberapa kelemahan, diantaranya adalah masih kurang jelasnya informasi yang ingin disampaikan sehingga wisatawan masih menemukan kesulitan dalam berwisata. Dari kekurangan atas hasil analisa tersebut dapat dijadikan panduan dalam memberikan rekomendasi atas kondisi eksisting yang sudah ada saat ini. I.4 Batasan Penelitian Objek yang dibahas dalam penelitian ini adalah marka grafis yang termasuk bagian dari sistem informasi pariwisata kota Bogor. Marka grafis tersebut adalah marka grafis yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah, yang dapat bekerjasama dengan pihak swasta. Misalnya adalah marka grafis yang menunjukkan arah menuju objek wisata daerah, atau penunjuk lokasi objek wisata. Pengadaan marka grafis tersebut dimaksudkan untuk mendukung kegiatan pariwisata di daerah setempat. Marka grafis tersebut dibatasi pada 4 fungsi terkait, yaitu directional, identifying, informational dan restrictive. Lebih jelasnya, batasan penelitian dalam tesis ini dibagi menjadi : a. Objek penelitian adalah marka grafis berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan. Baik berfungsi untuk menerangkan arah, menjelaskan informasi, maupun menunjukkan sebuah lokasi wisata maupun tempattempat yang berhubungan dengan kegiatan kepariwisataan. b. Marka grafis tersebut terdapat dalam wilayah kawasan wisata kota Bogor yang telah ditentukan sebelumnya oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Bogor. c. Objek wisata yang diinformasikan dalam marka grafis tidak dikelola oleh swasta. d. Marka grafis dianalisa dengan indikator yang terkait dari sudut pandang teori-teori pada bab dua, dengan memfokuskan pada 4 fungsi dari marka grafis yang juga dijabarkan dalam bab dua. 9

I.4 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian pada tesis ini adalah memberikan usulan/ rekomendasi konsep penataan marka grafis pariwisata di kota Bogor berdasarkan analisis kondisi eksisting dan teori wayfinding dan empat fungsi marka grafis yaitu directional, identifying, informational dan restrictive. Tujuan tersebut diwujudkan dengan mengidentifikasi dan menganalisa kondisi eksisting marka grafis yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata, memberikan kesimpulan terhadap keadaan tersebut. Usulan/rekomendasi tersebut didasarkan atas karakteristik pariwisata yang ada di kota Bogor, yang dirumuskan atas hasil penelitian terhadap kondisi eksisting sistem informasi pariwisata di kota Bogor. I.5 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Dalam penelitian tesis ini, analisis terhadap permasalahan di lapangan dilakukan dengan observasi terhadap daerah penelitian, yaitu kota Bogor dengan dikhususkan kepada kondisi eksisting marka grafis yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata. Selanjutnya analisa dari observasi keadaan daerah penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang kemudian dijadikan salah satu dasar untuk memberikan rekomendasi terhadap sistem informasi pariwisata di kota Bogor. Selain observasi, dalam penelitian tesis ini juga digunakan metode kuantitatif dengan dilaksanakan survey dan wawancara terhadap wisatawan, aparat dinas pariwisata kota Bogor dan pelaku bisnis pariwisata mengenai kondisi umum pariwisata kota Bogor. Data-data akurat sebagai bahan dasar penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut : 1. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka ini dilakukan dengan melakukan studi literatur di perpustakaan serta pengumpulan data mengenai kondisi kepariwisataan dan kondisi umum kota Bogor dari Badan Perencanaan Daerah dan Dinas Informasi, Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor. 2. Survey Lapangan Melakukan survey lapangan untuk melihat kondisi yang terjadi di dalam kawasan penelitian sebagai bahan pendukung untuk melakukan penelitian. 10

Kawasan penelitian yang dimaksud tertera jelas dalam batasan objek studi dan fisik yang telah dijabarkan terlebih dahulu. 3. Wawancara Wawancara dilakukan dengan aparat dinas terkait, pelaku bisnis pariwisata dan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian sehingga akan ada masukan seimbang baik dari pelaku bisnis maupun penikmatnya. 4. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk memberikan gambaran nyata tentang keadaan kondisi kepariwisataan kota Bogor. Bahan dokumentasi tersebut menjadi acuan terhadap perencanaan sistem informasi kota Bogor. 11

I.6 Kerangka Penulisan Permasalahan Identifikasi, analisis dan rekomendasi marka grafis ditinjau dari fungsi directional, identifying, informational dan restrictive (Studi kasus: sistem informasi visual pariwisata kota Bogor) Pendahuluan Identifikasi Masalah a. Peranan desain komunikasi visual dalam sistem informasi pariwisata yang berupa marka grafis. b. Perkembangan marka grafis yang berhubungan dengan kegiatan kepariwisataan yang ada di kota Bogor. c. Hubungan antara marka grafis yang ada dengan media pendukung kegiatan kepariwisataan yang lainnya. Studi lapangan, survey, wawancara Pengumpulan Data Analisis/Evaluasi Kesimpulan Teori, kebijakan, kondisi eksisiting Rekomendasi 12

I.7 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir pada tesis berjudul Identifikasi, Analisis dan Rekomendasi Marka Grafis ditinjau dari fungsi Directional, Identifying, Informational dan Restrictive (Studi Kasus: Sistem Informasi Visual Pariwisata Kota Bogor) ini adalah sebagai berikut : Kebijakan Pemda Bogor, Data Pariwisata Kota Bogor, Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kota Bogor Wayfinding dan teoriteori yang berhubungan Observasi, analisis Obyek wisata, Wisatawan Deskriptif Kondisi Eksisting Marka Grafis di Kota Bogor Wawancara, kuisioner Rekomendasi atas Sistem Informasi Pariwisata kota Bogor 13

I.8 Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan tesis ini adalah sebagai berikut : Bab I Menguraikan tentang latar belakang penulisan dan penelitian, rumusan masalah penelitian, menentukan batasan-batasan penelitian, menetapkan tujuan dari penelitian yang dilakukan, penjelasan terhadap metode penelitian serta kerangka berpikir yang digunakan dalam proses penelitian. Bab II Penjabaran terhadap teori-teori dan pendekatan yang digunakan dalam menganalisa data dan permasalahan yang dibahas dalam tesis ini. Dalam hal ini menyangkut penggunaan teori-teori yang berkaitan dengan komunikasi, perilaku konsumen, urban dan desain, khususnya desain komunikasi visual. Bab III Menjabarkan tinjauan terhadap kawasan penelitian yang telah ditentukan dalam batasan penelitian. Dimulai dari sejarah kota Bogor, konsep penataan kota, penjabaran tentang kondisi kepariwisataan kota Bogor secara umum, dan usaha-usaha yang dilakukan Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Informasi, Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor dalam meningkatkan bidang kepariwisataan kota. Bab IV Menguraikan analisis yang dilakukan terhadap kawasan penelitian. Hal ini dilakukan dengan membandingkan teori dengan data yang ada menyangkut dengan objek studi penelitian, yaitu keadaan kepariwisataan kota Bogor serta kondisi sistem informasi pariwisata yang sudah ada. Dalam bab ini juga dirumuskan bagaimana peranan Desain Komunikasi Visual dalam perencanaan sistem informasi pariwisata kota Bogor. Bab V Merumuskan kesimpulan dari empat bab sebelumnya dengan fokus terhadap jawaban atas rumusan masalah yaitu bagaimana peranan 14

Desain Komunikasi Visual dalam perencanaan sistem informasi kota Bogor. 15