ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT RAKE PROPELLER B-SERIES TERHADAP DISTRIBUSI ALIRAN FLUIDA DENGAN METODE CFD

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh. Muwafiqul Khoirul Afif 1), Irfan Syarif Arief ST, MT 2),Ir. Toni Bambang M, PGD 2)

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

P3 SKRIPSI (ME ) ERICK FEBRIYANTO

Analisa Performance Propeller B-Series dengan Pendekatan Structure dan Unstructure Meshing

Analisa Kinerja Propeller B-Series terhadap Pengurangan Luasan Blade pada Controllable Pitch Propeller di Daerah Antara Hub dan Blade

ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-139

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENGARUH SKEW ANGLE TERHADAP PERFORMA PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD ABSTRACT

Analisa Kombinasi Hub Cap dan Ducted Propeller Dengan Pendekatan CFD (Computational Fluid Dynamic)

ANALISA PENGARUH BENTUK FOIL SECTION NOZZLE TERHADAP EFISIENSI PROPULSI PADA KAPAL TUNDA

PENGARUH JARAK RUDDER DAN PROPELLER TERHADAP KEMAMPUAN THRUST MENGGUNAKAN METODE CFD (STUDI KASUS KAPAL KRISO CONTAINER SHIP)

Sistem Propulsi Kapal LOGO

ANALISA PENGARUH CEKUNGAN YANG DITERAPKAN PADA PLAT DATAR TERHADAP ALIRAN FLUIDA UNTUK MENDUKUNG TEKNOLOGI MARITIM PENDEKATAN CFD

OPTIMALISASI DESIGN TRIPLE SCREW PROPELLER UNTUK KAPAL PATROLI CEPAT 40M DENGAN PENDEKATAN CFD

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Investigasi Efisiensi Propeler Kapal Ikan Tradisional

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD

INVESTIGASI GEOMETRI DAN PERFORMA HIDRODINAMIS PROPELER PRODUKSI UKM PADA KONDISI OPEN WATER

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Analisa Aliran Fluida Akibat Kerusakan 3 Blade Pada Induced Draft Fan

ANALISA ALIRAN PADA DUCTED PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS)

ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

PERBANDINGAN HASIL RANCANGAN BALING-BALING PADA METODE CROUCH DAN METODE BP-δ UNTUK KAPAL IKAN 30 GT


ANALISA PERBANDINGAN TIPE KORT NOZZLE TERHADAP GAYA DORONG PROPELLER DENGAN METODE CFD

MODIFIKASI BENTUK BURITAN PADA SHALLOW DRAFT BULK CARRIER UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI SISTEM PROPULSI

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

Kajian Teknis Sistem Propulsi Untuk Kapal Perang Missile Boat Dengan Kecepatan 70 Knots

SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN HUB PROPELLER TIPE B-SERIES

PENGARUH PENAMBAHAN FIN PADA RUDDER UNTUK MENGURANGI HAMBATAN KEMUDI KAPAL DENGAN METODE CFD (STUDI KASUS KAPAL KRISO CONTAINER SHIP)

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

RANCANGAN PROPELLER OPTIMUM KAPAL IKAN TRADISIONAL

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

DESAIN DAN ANALISA STATIK SISTEM PENGGERAK ITS AUV-01 (AUTONOMUS UNDERWATER VEHICLE)

Bilge keel. Bilge keel. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) G-174

Analisa Aliran Fluida Pada Turbin Udara Untuk Pneumatic Wave Energy Converter (WEC) Menggunakan Computational Fluid Dynamic (CFD)

ANALISA TEKNIS PENGGANTIAN MESIN INDUK KAPAL PATROLI KP. PARIKESIT 513

IRVAN DARMAWAN X

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA a. EHP (dinas) = RT (dinas) x Vs = 178,97 Kn x 6,172 m/s = Kw = Hp

Optimasi Kinerja Propulsi pada Kapal Ikan Studi Kasus : Kapal Ikan di Perairan Brondong, Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

Perancangan Controllable Pitch Propeller Pada Kapal Offshore Patroli Vessel 80 (OPV80)

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ANALISA EFISIENSI PROPELLER B-SERIES DAN KAPLAN PADA KAPAL TUGBOAT ARI 400 HP DENGAN VARIASI JUMLAH DAUN, SUDUT RAKE MENGGUNAKAN CFD

ANALISA KARAKTERISTIK BALING-BALING B SERIES DI AIR TERBUKA DENGAN CFD

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP THRUST FORCE PADA HOVERCRAFT. Dadang Hermawan 1) Nova Risdiyanto Ismail (2) ABSTRAK

PENGARUH VARIASI BENTUK BURITAN KAPAL TERHADAP HAMBATAN TOTAL MENGGUNAKAN METODE CFD

Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar

Studi Desain Model Konfigurasi Lambung pada Kapal Trimaran dengan bantuan CFD

DESAIN DAN PEMODELAN SISTEM PROPULSI DAN STAND ALONE SISTEM KONTROL PROPULSI KAPAL

Gaya Selingkung dan Template Artikel Ilmiah Mahasiswa S1 ITS

PENGARUH PENAMBAHAN FIN PADA RUDDER UNTUK MENGURANGI HAMBATAN KEMUDI KAPAL DENGAN METODE CFD (STUDI KASUS KAPAL KRISO CONTAINER SHIP)

Analisa Bentuk Profile dan Jumlah Blade Vertical Axis Wind Turbine terhadap Putaran Rotor untuk Menghasilkan Energi Listrik

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH GAYA GELOMBANG LAUT TERHADAP PEMBANGKITAN GAYA THRUST HYDROFOIL SERI NACA 0012 DAN NACA 0018

ANALISA HAMBATAN KAPAL AKIBAT PENAMBAHAN STERN TUNNELS PADA KAPAL TROPICAL PRINCESS CRUISES MENGGUNAKAN METODE CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC)

Kajian Numerik Pengembangan Symmetrical Blade Propeller Untuk Kapal Patroli 60m dengan Menggunakan Teori Lifting Line

ecofirm SIMULASI MEKANISME PASSIVE PITCH DENGAN FLAPPING WING PADA TURBIN VERTIKAL AKSIS ARUS SUNGAI TIPE DARRIEUS STRAIGHT-BLADED BERBASIS CFD

RANCANG BANGUN TURBIN HELIKS ALIRAN DATAR TIPE L C500

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Plat Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Tipe Savonius Terhadap Performa Turbin

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIMPLE PADA LAMBUNG KAPAL UNTUK MENGURANGI TAHANAN KAPAL

Simulasi Respon Getaran Torsional dan Lateral Pada Sistem Propulsi Kapal Jenis Propulsors Fixed Pitch Propeller

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

ANALISA ALIRAN HUB CAP PROPELLER TERHADAP PENGARUH NOZZLE RING

Bab IV Analisis dan Pengujian

STUDI PERANCANGAN VOITH TURBO FIN BERULIR PADA TUGBOAT DENGAN PENDEKATAN CFD

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata I. Disusun Oleh: HERMAN

BAB I PENDAHULUAN. mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan. relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISA KEKUATAN POROS KEMUDI KAPAL PENAMPUNG IKAN TRADISIONAL 200 GT KABUPATEN BATANG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PERANCANGAN PROGRAM PEMILIHAN PROPELLER JENIS WAGENINGEN B SERIES BERBASIS EFISIENSI

Kajian Numerik Pengembangan Symmetrical Blade Propeller Untuk Kapal Patroli 60m dengan Menggunakan Teori Lifting Line

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

PEMODELAN RESPON GETARAN TORSIONAL DAN LATERAL PADA SISTEM PROPULSI KAPAL JENIS PROPULSORS FIXED PITCH PROPELLER

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK

STUDI PERANCANGAN SISTEM PROPULSI WATERJET PADA KAPAL PENUMPANG 200 PAX TIPE WAVE PIERCHING CATAMARAN

ANALISA RESPON HARMONIK STRUKTUR POROS PROPELLER KAPAL MENGGUNAKAN ANSYS WORKBENCH 14.5

TUGAS AKHIR (LS 1336)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESAIN DAN UJI HIDRODINAMIKA KAPAL SELAM MINI BERBOBOT 133 TON

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR...

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2014

SIMULASI NUMERIK ALIRAN FLUIDA PADA TINGKAT PERTAMA KOMPRESOR DALAM INSTALASI TURBIN GAS DENGAN DAYA 141,9MW MENGGUNAKAN CFD FLUENT 6.3.

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

Transkripsi:

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT RAKE PROPELLER B-SERIES TERHADAP DISTRIBUSI ALIRAN FLUIDA DENGAN METODE CFD Oleh Wisnu Cahyaning Ati 1), Irfan Syarif Arief ST, MT ),Ir. Surjo W. Adji, M.Sc, CEng, FIMarEST ) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan ITS ) Dosen Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan ITS ABSTRAK Propeller merupakan alat gerak mekanik pada kapal. Salah satu hal yang menggambarkan karakteristik propeller adalah sudut rake. Propeller rake merupakan sudut kemiringan antara blade propeller dengan pusat propeller. Rake pada propeller dibuat untuk meningkatkan jumlah massa air yang digunakan untuk mendorong kapal. Sudut rake yang lebih tinggi dapat mengurangi drag pada lambung kapal dan meningkatkan kecepatan. Namun, propeller dengan sudut rake yang rendah juga dapat mengarahkan gaya dorong dengan drag yang lebih kecil dan meningkatkan efisiensi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode CFD. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara thrust dan Sudut Rake terhadap aliran fluida pada propeller B-Series dan mengetahui seberapa optimum besar Sudut Rake pada propeller B-Series. Kata kunci : rake, propeller B-Series, CFD. 1. Pendahuluan Propeller merupakan salah satu alat gerak mekanik dalam kapal. Hal terpenting yang berpengaruh terhadap propeller adalah kekuatan / mekanikal propertis dari propeller. Ada dua faktor yang mempengaruhi mekanikal tersebut, diantaranya adalah material propeller dan desain dari propeller itu sendiri. Dalam mendesain propeller, propeller Thrust, propeller Torque, diameter propeller, putaran propeller, dan Sudut Rake harus diperhatikan. Analisa yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan software ANSYS CFD (Computational Fluid Dynamic). Software dapat memberikan gambaran mengenai distribusi fluida yang terjadi dengan kondisi serta variasi yang telah ditentukan, sehingga dari gambaran tersebut dapat dianalisa mengenai aliran fluida pada propeller tersebut. 1.1 Rumusan Masalah Ada beberapa rumusan masalah dalam skripsi ini, diantaranya Bagaimana hubungan antara thrust dan Sudut Rake terhadap aliran fluida pada propeller? Seberapa optimum besar Sudut Rake pada propeller tersebut? 1. Tujuan Tujuan yang akan dicapai dalam skripsi ini ada dua macam,yaitu Mengetahui hubungan antara thrust dan Sudut Rake terhadap aliran fluida pada propeller B-Series Mengetahui seberapa optimum besar Sudut Rake pada propeller B-Series

. Tinjauan Pustaka.1 Pengertian Rake Propeller Ada berbagai istilah yang menggambarkan karakteristik propeller, salah satunya adalah rake. Propeller rake merupakan sudut kemiringan antara blade propeller dengan pusat propeller. Rake pada propeller dibuat untuk meningkatkan jumlah massa air yang dapat dihisap dan digunakan untuk mendorong kapal. Kebanyakan sudut rake dirancang relatif ke arah belakang terhadap generator line dari propeler. Dan atau juga dapat ditunjukkan sebagai jarak antara A dan B pada gambar di bawah ini. Gambar.1.3 Garis referensi blade Gambar.1.1 Rake Propeller Rake propeller dibagi menjadi dua komponen generator line rake (i G ) dan skew induced rake (i s ). Rake total yang berhubungan dengan directrix (i T ) didefinisikan sebagai: i T (r) = i s (r) + i G (r) Generator line dari rake diukur pada bidang x- z pada gambar di bawah ini. Jarak tersebut paralel dengan sumbu x, dari direktriks ke titik di mana heliks dari bagian pada radius r memotong bidang x-z. untuk memahami skew induced rake dapat ditunjukkan pada gambar.1.3, yang mana menunjukkan bagian yang terbuka dari dua bagian silindrikal, satu sebagai pangkal propeler dan yang satu lagi pada radius r di antara ujung dan pangkal blade. Terlihat bahwa skew induced rake adalah komponen, yang diukur pada arah x, dari jarak helikal disekitar silinder dari titik mid-chord dari bagian tersebut ke proykesi dari direktriks ketika dilihat secara normal ke bidang y-z. sehingga: i s = rθ s tan(rθ nt ) Sehingga ini memungkinkan untuk mendefiniskan fokus dari titik mid-chord dari blade propeler pada ruang yang mengikuti blade yang berputar right-handed yang pada awalnya didefiniskan, ϕ=0, di sekitar sumbu OZ pada rangka referensi global: (gambar.1.4) X c/ = -[i G + rθ s tan(θ nt )] Y c/ = -r sin(φ - θs) Z c/ = r cos(φ - θs) Gambar.1. a) Global reference frame b) Local reference frame

Gambar.1.4 Definisi rake total Sudut rake diukur dalam derajat. Rake dapat bernilai negatif (condong ke arah perahu), atau positif (condong menjauh dari perahu). Sudut rake yang lebih tinggi membantu meningkatkan kemampuan kapal untuk beroperasi dalam situasi air berudara (bergelembung) dengan menyebabkan air lebih melekat pada blade propeller. Gaya sentrifugal yang diciptakan baling-baling, melempar air ke luar dan semakin tinggi dan/atau propeller dengan rake yang lebih progresif dapat menahan dan mengontrol air dengan lebih baik, sehingga meningkatkan gaya dorong ke belakang. Sudut rake yang lebih tinggi juga dapat membantu mempertahankan posisi haluan kapal lebih tinggi di udara, mengurangi drag pada lambung kapal dan meningkatkan kecepatan. Namun, propeller dengan sudut rake yang rendah dapat menjadi pilihan yang lebih baik bagi lambung kapal cepat karena dapat mengarahkan gaya dorong dengan drag yang lebih kecil dan meningkatkan efisiensi. Gambar.1.5 Blade tanpa rake Hampir untuk semua aplikasi normal, blade vertikal adalah pilihan optimal. Propeller dengan rake condong ke buritan (rake aft) sering digunakan untuk mencuri sedikit diameter efektif tambahan pada situasi yang mendesak. Hal ini dikarenakan propeller yang memilik sudut rake lebih panjang sehingga lebih luas daripada blade vertikal dengan diamater yang sama. Sebagai tambahan, blade dengan sudut rake, yang memiliki ujung lebih jauh dari bagian belakang kapal, diperbolehkan memiliki diameter lebih besar. Blade dengan rake negatif biasanya didapati pada kapal dengan kecepatan sangat tinggi dan propeller yang diberi beban tinggi. Pada kasus ini, rake dapat membantu memperkuat blade. Banyak propeller untuk kecepatan tinggi dipasang pada poros dengan sudut rake yang memadai. Karakteristik beban propeler dapat ditampilkan dengan grafik oleh beberapa koefisien dalam bentuk ukuran. Diagram memberikan Torque dan Thrust sebagai fungsi kecepatan. Karakteristik propeler terdiri dari koefisien Thrust (K T ), koefisien torque (K Q ), dan koefisien advanced (J). T (K T ) = 4 n D Q (K Q ) = 5 n D J Va = nd Dimana : = massa jenis fluida ( Fluid Density ) D = diameter propeller n = putaran propeller Va = advanced speed T = thrust propeler Q = torque propeler Untuk nilai effisiensi propeler pada open water diberikan rumus: TVa 0 = nq

0 = JK K setelah menyeleksi propeler, diagram dari open water dapat dipakai untuk menerjemahkan karakteristik tahanan kapal ke dalam karakteristik beban propeler. Oleh sebab itu, pada perkiraan sebuah kurva tahanan dapat dikonversi sebagai berikut: Tahanan kapal ditentukan oleh rumus : R = V atau R = 0.5 C f S V s Dengan nilai K = 0.5 C f ditulis : T Q R = K V s Dimana berhubungan juga bahwa : R =T(1-t) dan Va = Vs(1-w) Sehingga : Va T(1-t) = K 1 w didapat nilai T sebagai : T = ( 1 w) Dimana : t = thrust deduction factor w = wake factor S, sehingga dapat sesuai karakteristik propeler, nilai thrust adalah : T = K T n D 4 Sehingga : K T n D 4 = ( 1 w) saat hubungan tersebut digambarkan pada diagram open water, hubungannya dengan kurva K T akan memberikan titik operasional dari advance koefisien propeler (J), sehingga kita dapat menentukan koefisien torque dan efisiensi open water.. Propeller B-Series Propeller B-Series atau lebih dikenal dengan Wageningen merupakan propeller yang paling sering digunakan terutama pada kapal jenis merchant ship. Bentuk dari propeller B-Series sangatlah sederhana. Propeller ini mempunyai section yang modern dan karakteristik kinerja yang baik. Pada umumnya, propeller B-Series mempunyai variasi P/D 0.5 sampai 1.4 Z sampai 7 A E /A 0 0.3 sampai 1.05 Di bawah ini adalah karakteristik dasar dari propeller B-Series Berdiameter 50 mm dan RH/R 0.167 ( RH adalah jari-jari hub) Memiliki distribusi radial pitch yang konstan Sudut rake sampai 15 0 dengan distribusi rake linier Kontur blade yang cukup lebar Mempunyai segmental tip blade section dan aerofoil section pada jari-jari dalam Tabel..1 Tingkatan propeller B-Series K T = ( 1 w) D Va nd Va Jika advance koefisien J = nd Maka didapatkan : K T = J ( 1 w) D Sekarang tahanan kapal dapat diberikan sebagai hubungan K T dan J, dan.3 Computational Fluid Dynamic Program CFD yang digunakan disini adalah sebagai alat bantu pemodelan atas konfigurasi propeler yang akan dianalisa. Selanjutnya dilakukan modifikasi bentuk atau variasi, dimulai dari banyaknya blade, diameter serta pitch propeler. Dari pemodelan ini nantinya akan diperoleh data distribusi tekanan yang akan diolah lebih lanjut sehingga

hasil akhir diperoleh gambaran distribusi tekanan,area, dan wallshear. Computational Fluid Dynamic merupakan ilmu sains dalam penentuan penyelesaian numerik dinamika fluida. Computationa Fluid Dynamic (CFD). Adapun beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan CFD antara lain: Meminimumkan waktu dan biaya dalam mendesain suatu produk, bila proses desain tersebut dilakukan dengan uji eksperimen dengan akurasi tinggi. Memiliki kemampuan sistem studi yang yang dapat mengendalikan percobaan yang sulit atau tidak mungkin dilakukan dalam eksperimen. Memiliki kemampuan untuk studi di bawah kondisi berbahaya pada saat atau sesudah melewati titik kritis (termasuk studi keselamatan dan skenario kecelakaan) Keakuratannya akan selalu dikontrol dalam proses desain. Aplikasi dari CFD untuk penyelesaian masalah aliran pada propeler telah mengalami kemajuan cukup pesat pada akhir-akhir ini. Bahkan pada saat ini teknik CFD merupakan bagian dari proses desain dalam diagram spiral perancangan Sedangkan untuk propeller 4 blade dan 5 blade, dianalisa dengan bentuk table yang sama denga propeller 3 blade di atas kemudian dibuat grafik. 3. Hasil Analisa Berikut ini adalah hasil analisa dari pemodelan yang telah dibuat Gambar 3.1 Kontur tekanan pada blade tiga Gambar 3. hubungan thrust dan rake blade tiga

Gambar 3.3 hubungan thrust dan rake blade empat 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil simulasi, analisa data, dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada propeller 3 blade, 4 blade, dan 5 blade, thrust cenderung mengalami kenaikan pada rake 5 0, sedangkan thrust mengalami penurunan pada rake 10 0 dan 15 0.. Thrust terbesar pada propeller B-Series 3 blade dihasilkan oleh sudut rake 5 0 pada putaran 3 RPS dengan nilai 750.13 kn. 3. Thrust terbesar pada propeller B-Series 4 blade dihasilkan oleh sudut rake 5 0 pada putaran.4 RPS dengan nilai 739.37 kn. 4. Thrust terbesar pada propeller B-Series 5 blade dihasilkan oleh sudut rake 5 0 pada putaran 3 RPS dengan nilai 733.70 kn. 5. Pada propeller 3 blade, 4 blade, dan 5 blade, sudut rake yang paling optimal adalah sudut rake 0 0 karena menghasilkan effisiensi yang terbesar yaitu 0.888 Gambar 3.4 hubungan thrust dan rake blade lima Dari ketiga grafik di atas dapat dilihat bahwa thrust mengalami kenaikan pada sudut rake 5 0, baik pada propeller 3 blade, 4 blade, maupun 5 blade. Nilai thrust terbesar ada pada propeller 3 blade dengan sudut rake 5 0 yaitu sebesar 750,13 kn. Setelah thrust mengalami kenaikan pada rake 5 0, thrust mengalami penurunan drastis pada rake 10 0 dan 15 0. Dari sini terlihat bahwa penambahan sudut rake yang terlalu besar dapat menyebabkan penurunan nilai thrust. Nilai thrust yang paling kecil terjadi ketika sudut rake propeller berada pada rake 15 0. Lebih spesifik lagi thrust terkecil yaitu pada propeller 5 blade bersudut rake 15 0 yang besarnya 74.11 kn. Daftar Pustaka [1] Carlton. J. S. 007. Marine Propellers and Propulsion: Second edition. Elsevier Ltd. [] http://www.bblades.com/info/props101.cfm [3] Dave, Gerr. 001. The Propeller Handbook: The Complete Reference for Choosing, Installing, and Understanding Boat Propellers. McGraw-Hill Professional. [4] J. P. Ghose, R. P. Gokarn. 004. Basic ship propulsion. Allied Publishers. [5] Schoenherr, K.E. 1963. Formulation of Propeller Blade Strength. SNAME Spring Meeting. [6] W.Adji, Surjo. 005. Engine Propeller Matching. Surabaya. [7] http://www.propline.com/propellergenerali nformation.htm