Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Pengobatan diabetes tipe 2 yang agresif. Lebih dini lebih baik. Perjalanan penyakit Diabetes tipe 2 : Keadaan patologik yang mendasarinya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh pada orang dengan diabetes

BAB I PENDAHULUAN. dipantau selama 3,5 tahun mempunyai kompliksai yang paling sering adalah

DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS PADA IBU-IBU PKK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kontrol Gula Darah Anda. Apa? Mengapa dan Bagaimana?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

PREVALENSI DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Herbal Diabetes dan Diagnosa Prediabetes Sebelum Terjadi Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidap diabetes. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

4. Tiazolidindion Insulin VI. Komplikasi Diabetes B. Landasan Teori C. Hipotesis BAB III Metodologi Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSALINAN PRETERM. Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. World Health Organization (WHO) dan American Diabetes Association

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

Suharmiati Betty Roosihermiatie Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Jl. Indrapura 17 Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article Gestational Diabetes Mellitus : Challenges in diagnosis and management Bonaventura C. T. Mpondo, Alex Ernest and Hannah E. Dee

Abstract Gestational diabetes mellitus (GDM) merupakan penyakit yang banyak mempengaruhi populasi ibu hamil di seluruh dunia. Penyakit ini dikaitkan dengan kenaikan berat badan yang tidak semestinya terkait dengan faktor-faktor lain seperti : 1.Diet 2.Obesitas 3.Riwayat keluarga 4.Etnis

GDM yang tidak terkontrol sangat mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Oleh karena itu, hasil yang baik bisa didapatkan dari diagnosa dini dan kontrol glikemik yang ketat. Sementara itu, penatalaksanaan dari GDM masih kontroversial dengan adanya pertentangan antara pedoman dan protokol pengobatan.

Introduction Definisi dari GDM adalah intoleransi glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat kehamilan sedang berlangsung. Hal ini juga berlaku untuk kondisi yang menetap setelah kehamilan. GDM mempengaruhi sekitar 7% dari kehamilan dengan insiden >200.000 kasus per tahun. Prevalensinya bervariasi antara 1-14% tergantung pada populasi dan kriteria diagnostik yang digunakan. Bumil dengan GDM memiliki kemungkinan antara 40-60% terkena DM setelah 5-10 tahun kemudian.

Review Screening Screening test GDM pertama kali dilakukan pada tahun 1973 (OGTT 1-h 50 gm). Pada beberapa guideline merekomendasikan untuk dilakukannya screening universal, kecuali pada pasien yang memiliki risiko rendah. Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa screening universal meningkatkan hasil kehamilan yang lebih baik, namun peneliti lain berpendapat bahwa melakukan screening berdasarkan gejala klinis yang ada mungkin meningkatkan efisiensi screening selektif GDM.

Beberapa pakar menyarankan untuk dilakukan screening juga pada pasien dengan risiko rendah secara rutin, pada screening selektif hasil yang meleset dapat mencapai 4%. Wanita dengan risiko tinggi harus dilakukan pemeriksaan sedini mungkin, sebaiknya pada kunjungan antenatal pertama. Jika (-) maka harus diulang pada mgg ke 24-28 UK. Bumil tanpa risiko GDM juga harus menjalani tes glukosa 1-h pada 24-28 UK. Glukosa plasma puasa dan glukosa plasma postprandial telah terbukti memiliki sensitivitas rendah sebagai tes screening untuk GDM (tidak direkomendasikan)

Diagnostic Criteria Ada dua kriteria diagnostik utama untuk 3-h 100 gm OGTT yang digunakan di America. 1. The Carpenter-Coustan Criteria pada metode ini, diagnosis GDM adalah berdasarkan >2 atau lebih dari nilai ambang batas berikut : Fasting serum glucose concentration of 95 mg/dl (5.3 mmol/l) 1-h serum glucose concentration of 180 mg/dl (10.0 mmol/l) 2-h serum glucose concentration of 155 mg/dl (8.6 mmol/l) 3-h serum glucose concentration of 140 mg/dl (7.8 mmol/l)

2. NGDD criteria, kurang sensitif dalam mendiagnosis GDM dan dalam memprediksi kejadian morbiditas perinatal. Kriteria NGDD juga didasarkan pada minimal 2/lebih, sbb: Fasting serum glucose concentration of 105 mg/dl 1-h serum glucose concentration of 190 mg/dl 2-h serum glucose concentration of 165 mg/dl 3-h serum glucose concentration of 145 mg/dl

Sebagai alternatif, kriteria diagnostik American Diabetes Association (ADA) untuk mendiagnosa GDM mengandalkan beban glukosa 75 gm dan mempertimbangkan konsentrasi serum glukosa puasa, 1-h, dan 2-h. 2/lebih nilai abnormal untuk menegakkan diagnosa. Puasa 95 mg/dl 1-h 180 mg/dl 2-h 155 mg/dl Penelitian ini menunjukkan bahwa jika ditemukan satu saja nilai abnormal kadar glukosa diatas, secara signifikan dapat meningkatkan risiko morbiditas perinatal.

WHO merekomendasikan menggunakan OGTT 75 gm untuk screening dan diagnosis. Nilai ambang batas glukosa puasa = 126 mg/dl (7.0 mmol/l), konsentrasi glukosa 2-h >140 mg/dl (7.8 mmol/l). Ketika kriteria ini digunakan, kira-kira dua kali lebih banyak pasien didiagnosis dengan GDM dibanding dengan kriteria lainnya.

Treatment Penelitian menunjukkan bahwa screening dan penatalaksaan GDM mengarah pada pengurangan morbiditas perinatal dan peningkatan hasil pasca melahirkan. Dasar penatalaksaan GDM adalah kontrol glikemik, sama seperti pada DM lainnya.

Target Glucose Value Para ahli merekomendasikan bahwa bumil dengan GDM harus mempertahankan nilai KGD kapiler sebagai berikut : glukosa preprandial <95 mg/dl (5,3 mmol/l) 1-h glukosa postprandial <140 mg / dl (7,8 mmol/l), 2-h glukosa postprandial <120 mg/dl (6,7 mmol/l). American College of Obstetri dan Ginekologi (ACOG) memiliki pedoman yang sama, satu-satunya pengecualian pada kadar 1-h postprandial 130 mg/dl dengan 140 mg/dl kadar gula darah dipertimbangkan dapat diterima. Rekomendasi lainnya menyarankan menjaga kadar glukosa puasa <90-99 mg/dl (5,0-5,5 mmol/l), kadar glukosa postprandial 1-h <140 mg/dl (7,8 mmol/l), dan kadar glukosa postprandial 2-h dari <120-127 mg/dl (6,7-7,1 mmol/l).

Medical Nutrition Therapy (MNT) Modifikasi diet merupakan lini pertama untuk bumil dengan GDM. Penelitian menunjukkan bahwa terapi nutrisi efektif dalam mengurangi komplikasi kehamilan dan perinatal serta dalam mencapai kontrol glikemik. Rekomendasi ADA, asupan karbohidrat harus sekitar 40% dari asupan kalori total dan harus dipilih dari makanan dengan kadar indeks glikemik rendah. Pada wanita hamil dengan berat badan yang normal (BMI antara 18,5-24,9), disarankan untuk mengkonsumsi 30-32 kkal/kg berat badan, terutama pada trimester kedua kehamilan. Namun, mereka yang kelebihan berat badan (BMI 25-29,9) harus mengonsumsi sekitar 25 kkal/kg berat badan. Pedoman lainnya merekomendasikan asupan kalori berdasarkan BMI sebagai berikut : 30 kkal/kg untuk BMI 22-25, 24 kkal/kg untuk BMI 26-29, dan 12-15 kkal/kg untuk BMI> 30.

Pharmacotherapy Intervensi farmakologi pada GDM biasanya dimulai apabila MNT tidak mencapai target glukosa yang diinginkan. Insulin yang sering digunakan : intermediateacting insulin (isophane), short-acting agent (reguler recombinant insulin/humulin R. Bisa juga melibatkan analog insulin aspart dan lispro. Terapi insulin menurunkan frekuensi terjadinya makrosomia pada janin dan risiko morbiditas perinatal.

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan analog insulin lebih efektif dari reguler human insulin dalam mencapai target KGD dan meminimalisir risiko untuk makrosomia.

Oral Hypoglycaemic Penggunaan obat oral pada GDM harus efektif dan aman bagi bumil dan fetus yang sedang berkembang. Kecuali glyburide dan metformin, penggunaan obat hipoglikemi oral tidak direkomendasikan. (teratogenik/transpor melalui plasenta).

Glyburide Kerja utamanya adalah meningkatkan sekresi insulin oleh pankreas. Obat ini digunakan untuk alternatif pada bumil yang tidak bisa/tidak ingin menggunakan insulin, atau dalam beberapa kasus digunakan sebagai terapi utama. Penelitian menunjukkan glyburide tidak seperti gol. SU lainnya, obat ini tidak melewati plasenta.

Metformin Obat oral hipoglikemik yang dianggap sebagai pengganti potensial insulin. Kegunaan metformin baik tunggal/kombinasi dengan insulin tidak ada hubungannya dengan meningkatnya komplikasi perinatal dibanding dengan penggunaan insulin saja. Metaanalisis 2013 menemukan bahwa metformin sebanding dengan insulin menyangkut kontrol glikemil dan hasil neonatal.

Glucose Monitoring Pada pasien yang membutuhkan insulin, frekuensi ideal untuk pemantauan glukosa belum ditetapkan. Dalam praktek umum, pasien umumnya memeriksa kadar glukosa empat kali sehari : sekali setelah bangun di pagi hari, sebelum makan, sebelum tidur dan satu atau dua jam postprandial untuk memastikan kontrol glikemik yang memadai. Kadar glukosa postprandial lebih disukai untuk menilai kadar glukosa puasa, karena lebih terkait dengan kejadian makrosomia Penyesuaian dosis insulin berdasarkan kadar glukosa postprandial daripada preprandial terbukti berhubungan dengan peningkatan kontrol glikemik dan pengurangn hasil yang merugikan pada ibu dan janin.

Intrapartum Management Selama persalinan, wanita dengan terapi farmakologi memerlukan evaluasi per jam pada kadar glukosa mereka, sementara mereka dengan diet terkontrol GDM tidak memerlukan manajemen glukosa aktif. Pasien dengan insulin biasanya memiliki tingkat glukosa normal pada saat persalinan dan juga tidak perlu manajemen aktif.

Delivery Jika pasien memiliki nilai normal atau nilai yang mendekati glukosa normal, dianjurkan bahwa ia harus melahirkan pada waktunya. Rekomendasi umum adalah bahwa kehamilan dengan komplikasi GDM tidak boleh melampaui waktu yang seharusnya. Operasi caesar elektif belum dikaitkan dengan penurunan yang signifikan dari trauma kelahiran. Proses persalinan yang lebih awal dapat dikaitkan dengan pengurangan makrosomia tapi tidak dengan pengurangan komplikasi neonatal lainnya.

Postpartum Management Setelah melahirkan, resistensi insulin biasanya sembuh dengan cepat, seperti halnya kebutuhan untuk manajemen farmakologis. Namun, sekitar 40-60% dari wanita yang terkena akan berlanjut pada DM tipe 2 di kemudian hari. Ada pula pada peningkatan risiko GDM berulang yang tampak pada awal kehamilan berikutnya. Pada wanita ini, skrining rutin untuk DM tipe 2 sangat dianjurkan, dimulai pada 6 minggu pasca persalinan dan setiap tahun. Pemeriksaan OGTT harus dilakukan postpartum, 1 tahun pasca-melahirkan, dan setiap 3 tahun setelahnya.