BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurlela, 2015

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan adalah kata yang senantiasa diinginkan oleh semua orang.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi jembatan untuk mengarungi abad millenium ini.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia yang disebutkan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang dilaksanakan melalui pendidikan. Hal tersebut senada dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 yang berisi sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Fungsi tersebut bermakna bahwa pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan, potensi individu berkembang menjadi individu yang berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi seorang yang bertanggung jawab. Tujuan tersebut dicapai dengan kegiatan pembelajaran secara formal maupun informal pada setiap jenjang pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus berupaya membantu peserta didik untuk mengembangkan diri juga menggali potensi yang dimiliki untuk mencapai kesuksesan di masa depan. SMP (Sekolah Menengah Pertama) merupakan salah satu tingkat satuan pendidikan pada pendidikan formal yang harus ditempuh oleh peserta didik. Pada tingkat ini, peserta didik berada pada masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, sehingga muncul banyak masalah terkait bidang akademik, pribadi, sosial dan karir. Seperti yang dijelaskan oleh Manrihu (1992: 141), bahwa...masalah-masalah memilih sekolah lanjutan 1

2 yang akan dimasuki dan memilih jurusan- jurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan masalah yang penting di SMP. Pada fase perkembangan, peserta didik SMP berada pada rentang usia 12-14 tahun digolongkan pada fase awal pubertas. Hal tersebut senada dengan pendapat Kartono (2007:149), bahwa: Masa remaja terbagi ke dalam empat fase, yaitu (1) fase awal pubertas, disebut pula masa pueral atau pra-pubertas yang terjadi pada umur 12-14 tahun; (2) fase menentang-kedua, fase negatif, Trotzalter kedua, periode Verneinung; (3) fase pubertas sebenarnya, mulai umur 14 tahun; dan (4) fase adolensi, mulai usia 17 tahun sampai sekitar 21 tahun. Kartono (2007: 148), menambahkan,...yang sangat menonjol pada periode pueral ialah kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri, dengan mana anak muda mulai meyakini kemauan, potensi dan cita-cita sendiri. Dengan kesadaran tersebut ia berusaha menemukan jalan hidupnya, dan mulai mencari nilai-nilai tertentu seperti kebaikan, keluruhan, kebijaksanaan, keindahan dan sebagainya. Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget (Syahbana, 2012:47):..anak seusia SMP (12-15 tahun) belum sepenuhnya dapat berpikir abstrak, dalam pembelajarannya kehadiran benda-benda konkrit masih diperlukan. Meski begitu harus pula mulai dikenalkan benda-benda semi konkrit. Namun pada level SMP ini, peserta didik sudah mulai dapat menerapkan pola berpikir yang dapat mengiringnya untuk memahami dan memecahkan permasalahan. Membuat keputusan merupakan salah satu bentuk dari pemecahan masalah. Dengan kemampuan berpikir peserta didik SMP yang telah mampu berpikir rasional, tak dapat dipungkiri jika dalam kehidupannya ia akan dihadapkan dengan sejumlah alternatif pilihan, baik yang berhubungan kehidupan pribadi, sosial, belajar maupun karirnya. Membuat sebuah keputusan dilakukan mulai dari yang hal paling sederhana seperti memilih warna baju, memilih model pakaian atau memilih menu makanan. Membuat keputusan juga dilakukan dalam hal-hal yang lebih kompleks seperti memilih teman dalam pergaulan dan dalam hal pemilihan karir seperti memilih sekolah lanjutan. Hal tersebut senada dengan pernyataan Mann, Harmoni & Power (Gati, 2001: 331), bahwa...seseorang

3 biasanya membuat karir pertama mereka terkait dengan keputusan selama masa remaja. Keputusan tersebut mungkin memiliki konsekuensi seumur hidup untuk masa depan kejuruan individu, kesejahteraan psikologis, kesehatan dan penerimaan sosial. Kemampuan membuat suatu keputusan mutlak adanya bagi setiap individu. Ragam kehidupan dengan segala dinamika dan permasalahannya bermuara kepada keharusan seseorang membuat keputusan yang tepat, cerdas dan dilakukan secara bertanggung jawab. Suatu keputusan yang dibuat dianggap tepat jika keputusan tersebut didasarkan pada sejumlah pertimbangan yang memperhatikan segala faktor. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Santrock (2007: 362), bahwa...membuat keputusan adalah sebuah pemikiran di mana individu mengevaluasi berbagai pilihan dan memutuskan pilihan dari sekian banyak pilihan. Dalam lembaga pendidikan, peserta didik dengan rentang usia 12-14 tahun termasuk kepada tingkat ketiga atau SMP kelas sembilan. Supriatna (2010: 22), menjelaskan bahwa: Posisi peserta didik sekolah menengah sedang berada pada tahap eksplorasi dalam perkembangan karirnya, salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai oleh peserta didik adalah mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir. Manrihu (1992:139), mengemukakan bahwa: Peserta didik sekolah menengah, khususnya kelas sembilan sekolah menengah pertama dan kelas sepuluh sekolah menengah atas, merupakan saatsaat pilihan formal khas dalam kehidupan peserta didik, saat-saat di mana individu dihadapkan pada tekanan-tekanan luar untuk mengambil suatu keputusan publik dan secara potensial merupakan jangka panjang antara alternatif-alternatif yang diperlombakan. Keputusan itu tercermin dalam ekspektasi-ekspektasi pilihan mata pelajaran khusus, sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan yang akan dimasuki atau akan langsung bekerja. Dengan kemampuan membuat keputusan karir yang dimiliki, peserta didik akan mampu menentukan sekolah lanjutan yang akan ditempuh sesuai dengan kemampuan, minat dan bakatnya. Namun membuat keputusan karir bukan

4 merupakan hal yang mudah bagi peserta didik. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Santrock (2007:485), bahwa..banyak remaja yang berada dalam kebimbangan, ketidakpastian dan stress dalam membuat keputusan. Pendapat tersebut diyakinkan oleh Friedeman (Gati, 2001:331), yang melakukan penelitian pada tahun 1991 kepada 1843 remaja di Israel tentang keputusan yang harus dipilih oleh remaja kelas IX, X dan XI. Pembuatan keputusan tersebut terkait dengan memilih sekolah menengah lanjutan bagi kelas IX, memilih jurusan bagi kelas X, dan menentukan pilihan pekerjaan dalam dunia militer bagi kelas XI. Hasil dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa masalah yang banyak dihadapi oleh peserta didik adalah masalah kependidikan (43% dari masalah berkisar tentang pendidikan dan karir). Masalah yang paling serius dihadapi oleh peserta didik dari 43% yang berada dalam masalah pendidikan adalah dalam memilih jurusan yakni sebesar 46% dan memilih sekolah menengah sebanyak 26%. Creed, Patton, dan Prideaux (Udoro, 2010), di dalam jurnal penelitiannya pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa: Sebanyak 50% peserta didik mengalami kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktornya adalah begitu banyak pilihan jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan yang tersedia, dan kebutuhan untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan serta tujuan apa yang dibutuhkan dalam pilihan karir tersebut. Selain itu, terbatasnya eksplorasi dan pengalaman pada role model karir maka minat dan aspirasi siswa berkaitan dengan bidang karir tertentu sering kali menjadi stereotipe, terbatas, dan berubah-ubah. Terbatasnya informasi berbagai pekerjaan yang ada dalam masyarakat tentunya membuat peserta didik menjadi berpikir untuk memilih sesuai apa yang ia ketahui. Kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam membuat keputusan, membuat mereka menyerahkan pilihan karir pada orangtua daripada pilihannya sendiri atau cenderung mengikuti pilihan teman. Hal tersebut sesuai dengan studi pendahuluan yang dilakukan pada peserta didik kelas IX SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 dengan menggunakan instrumen karya Novi Maulani tahun 2010, bahwa 79% peserta didik masih bingung dalam memilih sekolah lanjutan, 71% peserta didik masih belum mampu mengatasi sendiri masalah yang

5 dihadapi ketika memilih sekolah lanjutan dan 72% peserta didik belum berani mengungkapkan ide atau gagasan tentang sekolah lanjutan yang diinginkan. Hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan karir. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah tidak hanya menyediakan program akademik saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan program layanan bimbingan dan konseling. Pada konteks pendidikan jalur formal, bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari program pendidikan yang membantu peserta didik agar dapat menyelesaikan tugas perkembangannya secara optimal, berikut menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dirasakan peserta didik, baik yang berkaitan dengan permasalahan belajar, pribadi, sosial maupun karir. Bimbingan karir merupakan salah satu bidang layanan dari bimbingan dan konseling. Gani (1987:10) mengemukakan bahwa: Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap peserta didik, agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya dan mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, untuk menentukan pilihannya, dan mengambil sebuah keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah yang paling tepat; sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan karir yang dipilihnya. Yusuf (2009:56) mengemukakan bahwa: Bimbingan karir bertujuan membantu peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal pendidikan lanjutan dan dunia kerja, dan mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Melalui bimbingan karir peserta didik mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab atas yang diambilnya sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna. Bimbingan karir di sekolah sangatlah penting dalam membantu peserta didik agar dapat melakukan pilihan dan membuat keputusan karir berdasarkan informasi dan saran yang diberikan oleh konselor. Hal tersebut sesuai dengan prinsip bimbingan karir yang dikemukakan oleh Supriatna (2010: 15) bahwa bimbingan karir berperan memfasilitasi peserta didik untuk mempertimbangkan,

6 menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan karir melalui pembuatan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab atas keputusan itu. The National Vocational Guidance Association, 1982 (Manrihu, 1992: 19) bimbingan karir didefinisikan sebagai: Aktivitas-aktivitas dan program-program yang membantu individuindividu mengasimilasikan dan mengintegrasikan pengetahuan, pengalaman, dan apresiasi-apresiasi yang berkaitan dengan; (1) pengenalan diri, yang meliputi hubungan seseorang dengan ciri-ciri dan persepsi-persepsinya sendiri, serta hubungannya dengan orang lain dan lingkungan; (2) pemahaman/pengenalan terhadap karir masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahannya; (3) kesadaran akan waktu yang bisa berperan dalam kehidupan seseorang; (4) pemahaman akan perlunya dan banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan karir; (5) pemahaman terhadap informasi dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mencapai pemenuhan diri dalam pekerjaan dan waktu luang; dan (6) mempelajari dan menerapkan proses pengambilan keputusan karir. Salah satu upaya untuk membantu peserta didik menghadapi masalah karir tersebut yaitu dengan menyusun sebuah program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kemampuan membuat keputusan karir peserta didik. Program bimbingan merupakan rencana kegiatan yang disusun secara operasional dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya. Faktor itu berupa masukan yang terdiri dari aspek tujuan, jenis kegiatan, personil, waktu, teknik atau strategi, pelaksanaan dan fasilitas lainnya (Suherman dan Sudrajat, 1998: 1). Munandir (1996:249) menyebutkan bahwa: Ada dua pengertian dasar yang melandasi penyusunan program bimbingan karir, yaitu program harus bertolak dari kebutuhan dan program merupakan alat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebutuhan yang melandasi penyusunan program bimbingan karir terutama yang menyangkut pekerjaan, artinya kebutuhan untuk perencanaan karir dan pemecahan masalah pemilihan karir. Fokus permasalahan karir pada penelitian ini adalah pilihan kelanjutan pendidikan atau pekerjaan. Dengan diketahuinya tingkat kemampuan peserta didik dalam membuat keputusan karir maka hal tersebut dapat dijadikan landasan dalam pengembangan program bimbingan yang dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan membuat keputusan karir, agar peserta didik

7 nantinya dapat memilih sekolah lanjutan sesuai dengan keinginan, bakat dan potensi yang ada dalam dirinya.

8 B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pemaparan pada pembahasan sebelumnya, peserta didik SMP khususnya kelas sembilan diharapkan mampu membuat keputusan karir dalam memilih kelanjutan karirnya sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. Namun pada kenyataannnya, membuat keputusan karir bukan merupakan hal yang mudah bagi peserta didik. Kesulitan yang dihadapi dalam membuat keputusan, membuat mereka menyerahkan pilihan jenjang sekolah lanjutan pada orangtua daripada pilihannya sendiri. Peserta didik juga terpengaruh oleh pilihan teman tanpa memperhatikan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Santrock (2008:485), bahwa banyak remaja yang kebimbangan, ketidakpastian dan stress dalam pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan merupakan salah satu layanan yang terpenting dalam bimbingan karir, karena kemampuan membuat keputusan merupakan tahap perkembangan karir yang harus dilewati oleh setiap peserta didik yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bimbingan karir diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat melakukan pilihan dan membuat keputusan karir. Bimbingan karir juga berperan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada peserta didik. Oleh karena itu, bimbingan karir tidak hanya sekedar memperhatikan hak peserta didik untuk membuat pilihan atau keputusan sendiri, tetapi juga membantu individu agar memperoleh keterampilan dalam mengembangkan cara-cara pemenuhan putusan itu secara bertanggungjawab (Supriatna, 2010:15). Bimbingan karir sebagai salah satu bidang dari bimbingan dan konseling mampu menjadi solusi untuk mengentaskan permasalahan karir yang dialami oleh peserta didik SMP. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir (Depdiknas, 2008: 199-200) diantaranya: (1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan pekerjaan) yang terkait dengan pekerjaan, (2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir, (3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, (4) memahami relevansi kompetensi belajar, (4) Membentuk identitas karir, (5) memiliki kemampuan merencanakan masa depan, (6) Dapat membentuk pola-pola karir, (7) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat, dan (8) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan karir. Hal tersebut mengungkapkan bahwa keberadaan layanan bimbingan karir di sekolah memiliki peranan penting dalam membantu peserta didik mengenal dan

9 memahami dirinya, merencanakan masa depan yang sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkan, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab atas keputusannya itu. Sehingga upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah penelitian yang dapat menghasilkan program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kemampuan membuat keputusan karir peserta didik. Masalah utama yang harus segera dijawab melalui penelitian ini adalah program bimbingan karir seperti apa yang dapat meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir peserta didik? Masalah pokok tersebut secara rinci dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana profil kemampuan pembuatan keputusan karir peserta didik kelas IX SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? 2. Bagaimana rumusan program bimbingan karir yang layak menurut pakar dan praktisi? 3. Bagaimana gambaran efektivitas program bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir peserta didik kelas IX SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? C. Penjelasan Istilah Rumusan masalah di atas memiliki dua istilah yang harus dijelaskan, yaitu kemampuan membuat keputusan karir dan program bimbingan. Kedua istilah tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Kemampuan Membuat Keputusan Karir Para ahli seperti Tolbert, Gati, Sharf, Krumboltz, Dillard, Amundson dan Supriatna mengungkapkan pengertian kemampuan membuat keputusan karir sebagai berikut. Tolbert (Manrihu, 1992:33-34), menyebutkan istilah pengambilan keputusan karir untuk pembuatan keputusan karir. Ia menjelaskan bahwa pengambilan keputusan karir adalah suatu proses sistematis dari berbagai data

10 yang digunakan dan dianalisis atas dasar prosedur-prosedur yang eksplisit dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Gati (2001:331), pembuatan keputusan karir merupakan proses yang dilakukan oleh inividu untuk mencari alternatif-alternatif karir, membandingkan serta menetapkan karir. Supriatna (2010:54), menjelaskan bahwa pembuatan keputusan karir berarti proses penentuan pilihan-pilihan kegiatan yang mendukung atau relevan dengan karir masa depan peserta didik. Dillard (1985:56), menjelaskan bahwa pembuatan keputusan merupakan hal penting dalam perencanaan karir. Dalam proses tersebut akan diketahui seberapa tepat individu membuat keputusan akan menentukan seberapa efektif ia berada dalam mencapai tujuan karir. Lebih lanjut Dillard menambahkan bahwa pembuatan keputusan karir membutuhkan seperangkan keterampilan, diantaranya individu mempelajari perilaku, menggambarkan cara untuk memecahkan masalah dan kemudian membuat keputusan. Amundson (1995:11), menjelaskan bahwa pembuatan keputusan karir adalah proses yang terjadi sepanjang hidup sebagai usaha yang dilakukan individu untuk perubahan melalui keterampilan dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan pengalaman hidup lainnya. Amundson menambahkan bahwa, untuk memiliki kemampuan pembuatan keputusan karir, individu membutuhkan kesadaran tidak hanya dalam teknik pembuatan keputusan tetapi juga adanya keinginan untuk membentuk persepsi, mengetahui apa yang menentukan dalam sebuah keputusan, memahami bahaimana keputusan itu dibuat dan memahami bagaimana hasil keputusan itu dilaksanakan. Sharf (1992: 157-158), mengungkapkan bahwa: Kemampuan pembuatan keputusan karir didasari oleh aspek pengetahuan, aspek sikap terhadap karir serta aspek keterampilan; (a) aspek pengetahuan yang mendasari kemampuan dalam pembuatan keputusan karir adalah pengetahuan tentang langkah-langkah membuat keputusan karir, kesesuaian

11 suatu karir dengan kemampuan bakat, minat, serta pengetahuan tentang pentingnya pembuatan keputusan karir secara mandiri, (b) aspek sikap terhadap penilaian keterlibatan, keinginan mempelajari informasi serta aktivitas penunjang, dan (c) aspek keterampilan pembuatan keputusan karir mengacu kepada penggunaan pengetahuan dan penggunaan pikiran dalam pembuatan keputusan karir. bahwa: Sejalan dengan pendapat di atas, Supriatna (2010: 55), mengungkapkan Kemampuan membuat keputusan karir didasarkan oleh tiga hal yaitu pengetahuan, kesiapan dan keterampilan sebagai berikut: (a) pengetahuan ditandai dengan indikator-indikator yang meliputi: pemahaman diri, tujuan hidup, lingkungan, nilai-nilai, dunia kerja. (b) kesiapan ditunjukkan dengan indikator keyakinan dan keinginan. (c) keterampilan membuat keputusan merupakan tindakan nyata atau in action. Krumboltz, 1979 (Gladding, 2012: 416) menyatakan bahwa: Ada empat faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan karir seseorang yaitu: (a) faktor genetik merupakan faktor bawaan yang telah dimiliki oleh individu seperti jenis kelamin, penampilan fisik, dan bakat yang dimilikinya; (b) kondisi lingkungan merupakan pengaruh-pengaruh yang berada diluar kontrol sesorang tetapi menunjang individu seperti dimana individu tersebut tinggal dan keadaan sosial masyarakatnya; (c) pengalaman belajar merupakan pengalaman individu dalam membuat sebuah keputusan, dari pengalaman yang telah didapat individu dapat mempelajarinya dan selanjutnya mampu membuat keputusan yang tepat; dan (d) keterampilan pendekatan tugas merupakan pemahaman individu untuk menentukan pilihan dalam membuat keputusan karir dengan memahami tujuan membuat keputusan karir, memahami nilai-nilai, menganalisis alternatif yang ada dan mencari informasi yang menunjang dalam pemilihan karir. Keempat faktor tersebut saling berinteraksi dan menghasilkan tiga konsekuensi, yaitu: (a) generalisasi observasi diri adalah kesimpulan yang didapat setelah individu memahami dirinya dengan seksama mengenai sikap dan keterampilan yang menonjol pada dirinya; (b) generalisasi pandangan dunia timbul dari hasil belajar dari pengalaman ketika berhubungan dengan lingkungan sekitar; dan (c) tindakan adalah penerapan dari hasil belajar yang telah diperoleh seperti membuat daftar sekolah favorit yang akan dituju. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membuat keputusan karir adalah kemampuan individu dalam menentukan pilihan karir sesuai dengan keinginannya yang didasarkan pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan mempengaruhi masa depannya. Aspek pengetahuan ditandai dengan kesadaran diri, pengidentifikasian nilai,

12 pertimbangan lingkungan, pembuatan keputusan karir secara mandiri dam pemahaman langkah-langkah pembuatan keputusan karir. Aspek sikap ditandai dengan keyakinan diri, keinginan diri, dan keterlibatan diri. Aspek keterampilan ditandai dengan kemandirian, keluwesan dan bertanggungjawab dalam pembuatan keputusan karir. Secara operasional, yang dimaksud dengan kemampuan pembuatan keputusan karir dalam penelitian ini adalah respon peserta didik SMP kelas IX SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap pernyataan tertulis tentang proses penentuan pilihan kelanjutan studi yang dibatasi pada aspek pengetahuan dan sikap. a. Aspek pengetahuan ditunjukkan dengan indikator; (1) kesadaran diri; (2) pengidentifikasian nilai; (3) pertimbangan lingkungan; (4) pembuatan keputusan karir secara mandiri; dan (5) pemahaman langkah-langkah pmbuatan keputusan karir. b. Aspek sikap ditunjukkan dengan indikator; (1) keyakinan diri; (2) keinginan diri; dan (3) keterlibatan diri 2. Program Bimbingan Karir Pelayanan bimbingan di lembaga pendidikan formal terlaksana dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan tersebut terselenggara dalam suatu program bimbingan. Suherman dan Sudrajat (1998: 1), mengemukakan, program bimbingan merupakan rencana kegiatan yang disusun secara operasional dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya. Faktor itu berupa masukan yang terdiri dari aspek tujuan, jenis kegiatan, personil, waktu, teknik atau strategi, pelaksanaan dan fasilitas lainnya. Menurut Winkel (1991: 105), bahwa program bimbingan adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana dan terorganisasi dan terkoordinasi selama periode tertentu.

13 Layanan bimbingan sebagai bagian integral dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah tidak akan mencapai sasarannya apabila tidak dilandasi pada program yang bermutu. Artinya, program bimbingan dan konseling merupakan aspek penting yang harus ada dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Program bimbingan dan konseling di sekolah terdiri dari program bimbingan pribadi sosial, program bimbingan akademik dan program bimbingan karir. Munandir (1996:249), menyebutkan bahwa: Ada dua pengertian dasar yang melandasi penyusunan program bimbingan karir, yaitu program harus bertolak dari kebutuhan dan program merupakan alat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebutuhan yang melandasi penyusunan program bimbingan karir terutama yang menyangkut pekerjaan, artinya kebutuhan untuk perencanaan karir dan pemecahan masalah pemilihan karir. Herr (Manrihu, 1988: 18), menyatakan bahwa: Bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses-proses, teknik-teknik, atau layanan-layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan dan waktu luang, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya. Winkel (1991: 613-614) menjelaskan mengenai program bimbingan karir bahwa: Program bimbingan karir bercirikan aspek-aspek berikut: (a) terpusat pada peserta didik, yang mengandung tuntutan bahwa program bimbingan harus memberikan serangkaian pengalaman yang dibutuhkan oleh para peserta didik untuk meningkatkan perkembangan karir; (b) berorientasi pada lingkungan sosial, ekonomi dan budaya yang mengelilingi siswa; (c) terarah pada kemampuan peserta didik yang dibutuhkan untuk dapat merencanakan masa depannnya dan mengimplementasikan masa depannya itu dalam tindakan nyata. Secara operasional, program bimbingan karir yang dimaksud dalam hal ini adalah program bimbingan yang dibuat secara sistematis yang dirancang sesuai dengan kebutuhan peserta didik tentang kemampuan membuat keputusan karir yang diperoleh dari hasil analisis instrumen kemampuan membuat keputusan karir

14 yang telah diberikan. Struktur program bimbingan yang dibuat berisi rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan program, komponen program, tahapan kegiatan, pengembangan tema, pengembangan satuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, evaluasi program, tindak lanjut dan indikator keberhasilan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir peserta didik kelas IX di SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan data empirik mengenai: 1. Profil kemampuan pembuatan keputusan karir peserta didik kelas IX SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013; 2. Rumusan program bimbingan karir yang layak menurut pakar dan praktisi. 3. Efektivitas program bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir peserta didik kelas IX SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. E. Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat dalam rangka pengembangan konsep program bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan pembuatan kekputusan karir peserta didik kelas IX Sekolah Menegah Pertama. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi Guru Bimbingan dan Konseling dan penelitian selanjutnya. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 9 Bandung, penelitian ini menghasilkan layanan bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membuat keputusan karir sehingga bermanfaat sebagai dasar untuk merumuskan program bimbingan dan konseling karir agar peserta didik mampu membuat keputusan karir secara tepat khususnya pada kelas sembilan.

15 Bagi penelitian selanjutnya, dapat mengembangkan pengungkapan profil kemampuan pembuatan keputusan karir yang masih terbatas pada dua aspek yaitu pengetahuan dan sikap, menjadi tiga aspek utuh kemampuan pembuatan keputusan karir dengan ditambah aspek keterampilan; dapat mengembangkan penelitian dengan tema yang sama, namun pada populasi dan sampel yang berbeda. Diantaranya pada peserta didik SD, MTs, SMA, SMK, MA dan mahasiswa di perguruan tinggi. Sehingga dapat menghasilkan profil kemampuan pembuatan keputusan karir pada jenjang yang lebih luas; dan dapat mengembangkan metode penelitian dengan menggunakan metode lain, seperti eksperimen murni dengan memberikan perlakuan tidak hanya kepada kelas eksperimen namun juga kepada kelas kontrol, sehingga dapat diketahui perubahan kemampuan pembuatan keputusan karir pada peserta didik pada kedua kelompok sampel. F. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh selama penelitian ini berlangsung, dari awal penelitian sampai penelitian selesai dilaksanakan dan dihasilkan sebuah produk nyata dari penelitian tersebut. Adapun kerangka penelitian dalam penelitian ini digambarkan pada gambar 1.1 dibawah ini.

16 Studi Lapangan Judgement ke Pakar PENDAHULUAN Identifikasi Masalah Studi Pustaka Penyusunan Instrumen Uji Keterbacaan Instrumen Terstandar Uji Validitas dan Realibillitas PELAKSANAAN Pre-test Treatment Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Profil Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Peserta Didik Kelas IX SMP Post-test HASIL DAN LAPORAN Program Bimbingan Karir yang Efektif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Peserta Didik Gamb Gambar 1.1 Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kemampuan Pembatuan Kerangka Keputusan Penelitian Karir Peserta