BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendapatan per kapita saat itu hanya Rp. 129,615 (sekitar US$ 14) per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan sebenarnya telah dirintis sejak lama. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT RUJUKAN BPJS KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan beberapa tahun terakhir masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

secara jelas sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. Peran utama pemerintah terhadap rakyat adalah memberikan. pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat keberadaan perusahaan tersebut di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sub sistem dari sistem pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. jaminan sosial dengan model pengumpulan dana yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. internasional memasuki pasar pelayanan medis di Indonesia. Setiap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisa eksternal dan internal maka dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era reformasi yang ditandai. dengan berbagai perubahan di segala bidang khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dari industri Rumah Sakit dapat dilihat dari tingginya tingkat investasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial

I. PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang. Undang-Undang No 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang No 24 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

2016 GAMBARAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TALAGA BODAS PADA ERA JKN

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

Mencari RS Rujukan Nasional dalam era JKN. Pemetaan Motivasi Direksi dan Spesialis 6 Juni 2014

KEKHAWATIRAN DAN HARAPAN RUMAH SAKIT PRIVAT TERHADAP PELAKSANAAN UU. SJSN/BPJS. Oleh: Mus Aida (Ketua ARSSI)

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi luas menyangkut fungsi pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit sebagai usaha jasa pelayanan kesehatan saat ini mengalami persaingan yang ketat, sehingga persaingan sangat mengandalkan kualitas layanan, biaya perawatan dan tenaga medis yang profesional. Akibat persaingan yang ketat ini, rumah sakit dituntut untuk membuat inovasi dan strategi untuk mendapatkan pelanggan/pasien serta merupakan tantangan bagi pihak rumah sakit sebagai provider terhadap lingkungan usaha yang mengalami perubahan. Lingkungan usaha yang mengalami perubahan pada rumah sakit seperti pemberlakuan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maka rumah sakit sebagai organisasi dalam memahami perubahan lingkungan perlu mengembangkan pemikiran sistematis, sehingga rumah sakit memiliki strategi dalam menghadapi kebijakan pemerintah tersebut. Pemerintah melaksanakan amanah Undang Undang No. 24 Tahun 2011 mulai 1 Januari 2014. Dampak atas pemberlakuan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 ini beberapa asuransi kesehatan dilebur menjadi satu dan dikelola oleh badan 1

baru yang dikenal dengan BPJS atau UHC (Universal Health Coverage). Pemerintah menargetkan seluruh masyarakat Indonesia terlindungi dalam JKN pada tahun 2019. Program JKN merupakan salah satu kebijakan publik dibidang kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS. Program JKN ini merupakan program BPJS kesehatan yang terintegrasi dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tujuan JKN adalah untuk pemeliharaan dan perlindungan kesehatan masyarakat Indonesia. Menurut Kemenkes RI (2013) tentang riset kesehatan dasar secara nasional, sebanyak 50,5% penduduk Indonesia belum memiliki jaminan kesehatan. Askes atau ASABRI dimiliki oleh sekitar 6 persen penduduk, Jamsostek 4,4 persen, asuransi kesehatan swasta dan tunjangan kesehatan perusahaan masing-masing sebesar 1,7 persen. Kepemilikan jaminan didominasi oleh Jamkesmas (28,9%) dan Jamkesda (9,6%). Provinsi Aceh adalah provinsi yang paling tinggi cakupan kepemilikan jaminan kesehatan diantara provinsi lain, yaitu sekitar 96,6 persen penduduk atau hanya 3,4 persen yang tidak punya jaminan apapun. Sebaliknya DKI Jakarta menjadi provinsi dengan cakupan kepemilikan jaminan kesehatan yang paling rendah dan 69,1 persen penduduknya tidak punya jaminan kesehatan. Hasil penelitian Thabrany (2000) menunjukkan bahwa 10% rumah tangga termiskin harus menghabiskan 230% penghasilannya sebulan untuk membiayai sekali rawat inap anggota keluarganya. Sementara 10% keluarga terkaya hanya menghabiskan 120% penghasilan keluarga sebulan untuk membiayai satu kali rawat inap anggota keluarganya. Sampai saat ini sistem kesehatan di Indonesia sangat jauh

dari cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat dan prinsip keadilan yang merata (setara) atau equity egalitarian yang menjamin bahwa setiap penduduk mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medisnya. Realita di Indonesia, rakyat yang membayar lebih banyak mendapat pelayanan yang lebih banyak atau lebih baik mutunya. Implementasi kebijakan JKN dilakukan secara menyeluruh terhitung tanggal 1 Januari 2014, baik dilakukan oleh rumah sakit pemerintah dan swasta, Puskesmas maupun praktik-praktik kesehatan pribadi. Secara aktual implementasi program JKN masih belum maksimal yang ditunjukkan oleh berbagai masalah secara teknis maupun operasional. Hal ini seperti belum tersosialisasinya secara menyeluruh tentang ketentuan dalam program JKN baik kepesertaannya, proses pengklaiman, kejelasan jasa pelayanan bagi pelaku pelayanan seperti dokter maupun masalah dari aspek regulasi ditingkat pemerintah daerah (Mulyadi, 2014). Menurut Trisnantoro (2013) kebijakan publik BPJS mengenai pelayanan kesehatan untuk masyarakat menengah kebawah ada dua faktor penting yang belum pasti, yaitu jumlah dokter spesialis dan sikap dokter spesialis untuk menerima pembayaran dari BPJS. Saat ini masih terjadi kekurangan tenaga spesialis dan subspesialis dibeberapa rumah sakit Indonesia. Negosiasi untuk pembayaran jasa medik masih sulit dan ada keterbatasan anggaran pemerintah dan pada masa yang akan datang masih ada ketidakpastian mengenai tenaga spesialis dan sub spesialis serta besarnya pembayaran.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014, terhitung tanggal 1 Januari 2014 semua peserta JKN yang ingin berobat ke sarana pelayanan kesehatan maka lebih dahulu berkunjung ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar, kecuali bila kasusnya adalah kegawatdaruratan. Jadi peserta JKN tidak bisa langsung berobat ke Rumah Sakit. Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar dalam era BPJS diberikan wewenang kesehatan layanan primer mencakup 144 macam diagnosis penyakit dengan alur klinis (clinical pathway) yang sudah disusun organisasi profesi terkait. Hal ini memberikan makna bahwa puskesmas sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat pertama wajib menangani pelayanan kesehatan mencakup 144 jenis diagnosis penyakit dan tidak boleh dirujuk ke PPK 2 atau PPK 3 kecuali memenuhi kondisi TACCC (time, age, complication, comorbidity, condition). Bila rumah sakit sebagai PPK 2 dan PPK 3 menangani kasus dengan diagnosis tersebut dan tidak memenuhi kondisi TACCC berarti tidak akan dibayar oleh BPJS. Hal ini memberikan makna bahwa selama ini 144 jenis diagnosis penyakit yang dapat ditangani rumah sakit tanpa rujukan yang jelas dari Puskesmas tidak bisa ditangani lagi dan berdampak terhadap pengurangan kunjungan pasien dan pendapatan rumah sakit. Mempertahankan usaha rumah sakit sebagai jasa pelayanan kesehatan dalam era JKN, maka suatu organisasi harus mempunyai pemikiran untuk melakukan upaya perbaikan dan pembenahan secara terus menerus. Perbaikan dan pembenahan harus dimulai dari hal-hal yang kecil, karena hal tersebut akan membawa dampak yang

sangat besar dan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha. Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut adalah dengan adanya suatu formulasi stratregi pemasaran yang tepat. Formulasi strategi antar suatu organisasi tidak akan pernah sama tergantung kepada visi, misi dan tujuan dari organisasi itu sendiri. Pemasaran rumah sakit di Indonesia telah memasuki era persaingan global oleh karena itu para pemilik rumah sakit dituntut untuk mengubah orientasinya yang dahulu menganggap bahwa pelayanan kesehatan hanya berfungsi sosial. kini harus juga dikelola secara bisnis, walaupun fungsi sosial tidak dapat ditinggalkan sama sekali. Kondisi seperti ini diperlukan produk yang sesuai dengan minat dan kebutuhan konsumen karena ini adalah inti dari strategi pemasaran (Urban dan Star, 2006) Menurut Urban dan Star (2006) analisis strategi harus dilakukan sebelum keputusan pemasaran diambil dan program pemasaran dijalankan karena kalau tidak maka penggunaan sumber daya perusahaan menjadi tidak efisien, oleh karena itu dalam memformulasikan strategi pemasaran terdapat proses yang harus dilalui, yaitu: melakukan analisis strategi, melakukan pengambilan keputusan strategi dan melakukan implementasi strategi. Analisis SWOT (Strengths-Weakness-Opportunity-Threats) pada umumnya timbul secara langsung atau tidak langsung dikarenakan persaingan yang datang dari perusahaan lain yang memproduksi barang dan jasa yang sejenis dengan produk perusahaan. Hal ini membuat perusahaan harus menetapkan strategi untuk memenangkan persaingan atau dapat bertahan hidup. Persaingan yang semakin ketat

dan tajam mengakibatkan perusahaan membutuhkan antisipasi yang tepat dan akurat, sehingga perusahaan dapat memasarkan produknya dipasar dan bahkan bila memungkinkan menjadi pemimpin pasar. Untuk itu perusahaan harus menetapkan dan merealisasikan strategi agar perusahaan dapat bertahan dalam lingkungan yang dinamis (Kotler, 2012). Salah satu kabupaten di Provinsi Aceh adalah Kabupaten Aceh Utara. Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe merupakan rumah sakit pemerintah yang wajib melayani pasien JKN di Kabupaten Aceh Utara. Saat ini Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe memang belum mempunyai strategi pemasaran yang terformulasi secara jelas dalam menghadapai implementasi JKN, sehingga penilaian dan keputusan para pengelolanya menghadapi berbagai permasalahan dalam implementasi JKN. Merumuskan suatu strategi pemasaran yang tepat dan membuat program dalam pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhoksemawe berorientasi kepada kepuasan pelanggan/pasien dengan memberikan pelayanan yang berkualitas didukung oleh tenaga profesional. Rumah sakit umum saat ini terdapat 7 (tujuh) unit di Kabupaten Aceh Utara yang tersebar dibeberapa tempat, 6 (enam) unit diantaranya sudah bekerja sama dengan BPJS dalam implementasi program JKN. Semua rumah sakit tersebut berupaya memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat di Kabupaten Aceh Utara. Hasil penelitian Mukti (2008) tentang Strategi pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Mandiri Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Propinsi

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa berdasarkan strategi yang terpilih, yaitu (a) pengembangan produk (Product Development) dengan melakukan perbaikan produk dilakukan terhadap nilai produk biaya pelayanan kesehatan (santunan) rawat inap rumah sakit. Berdasarkan diversifikasi (Diversification) melakukan peningkatan cakupan kepesertaan dengan membidik pangsa pasar yang lebih tinggi. Berdasarkan penetrasi/ konsentrasi pasar (Market Penetration), yaitu menarik minat masyarakat melalui kebijaksanaan harga, yaitu besaran premi yang relatif terjangkau dengan keadaan ekonomi masyarakat dan kebijaksanaan pembayaran adanya subsidi dari pemerintah serta pembayaran secara cicilan. Hasil penelitan Hasjmy (2004) menyimpulkan bahwa kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman memiliki peluang besar untuk digunakan sebagai manajemen strategis untuk pengembangan RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh tetapi dihambat oleh kelemahan dalam negeri. Formulasi strategis yang tepat untuk RSUD Zainoel Abidin adalah turn around strategy. Hasil penelitan Prabowo (2013) menyimpulkan bahwa RSU Pelita Anugerah Mranggen memiliki kelemahan yang lebih besar dari kekuatan, peluang yang dimiliki lebih besar dari ancaman (kuadran II), yang menuntut manajer meminimalkan kelemahan dan memaksimalkan peluang dan strategi yang diambil adalah turn around strategy. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti Kesiapan Rumah Sakit dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) dengan Menggunakan Analisis SWOT di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kesiapan RSUD Cut Meutia Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara dalam menghadapi implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan menggunakan analisis SWOT. 1.3. Tujuan Penelitian Meneliti kesiapan rumah sakit baik dari faktor internal maupun faktor eksternal berupa kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) maupun ancaman (threat) dengan menggunakan analisis SWOT dalam menghadapi implementasi JKN di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan bermanfaat bagi: 1. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dapat memberikan masukan dalam penyusunan regulasi pendukung untuk menghadapi implementasi JKN di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe 2. Pengambil kebijakan di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe dalam menghadapi implementasi JKN dan menghadapi persaingan. 3. Akademik, memperkaya khasanah ilmu pengetahuan administrasi rumah sakit khususnya yang berkaitan dengan strategi pemasaran