BAB II KAJIAN TEORETIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. dapat dilakukan melalui aspek georafis dan aspek demografis.

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SPA (SOLUS PER AQUA)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

KONSEP RESORT AND LEISURE

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

I. UMUM. Sejalan...

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

19 Oktober Ema Umilia

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN AGROWISATA. Jika kita tinjau lebih dalam arti dari Pariwisata itu menurut asal katanya, pari

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan di

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Ciwidey, daerah ini kaya akan pemandangan alam dan mempunyai udara yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB II PEMBAHASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Pengertian Pariwisata Menurut Pendit (2003:14) pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan menurut Yoeti (1985:104) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain (tour). Empat faktor dasar pengertian periwisata: a. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu, sekurang-kurangnya 24 jam dan paling lama 1 tahun. b. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. c. Perjalanan itu, apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi. d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat itu. Berdasarkan UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan pengertian dari daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 8

9 B. Pengertian Wisata Alam Menurut Gunn (1994) mengutarakan wisata alam adalah kegiatan wisata dengan daya tarik utamanya adalah sumber daya alam yang terdiri dari 5 bentukan dasar alam yaitu: air, perubahan topografi, flora, fauna, dan iklim. Bentuk sumber daya alam yang umum untuk dikembangkan adalah air, seperti telaga, danau, laut, sungai, air terjun, dan sebagainya. Potensi alam seperti daerah yang memiliki ketinggian tertentu dan mengalami modifikasi lanskap akan sangat menarik bagi kegiatan wisatawan. Flora dan fauna endemik yang sangat variatif banyak menarik wisatawan, bentuk wisata mulai dari kegiatan viewing, watching, hingga berburu hewan. Bahkan perbedaan iklim pun dapat membuka peluang industri wisata. Di dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam memuat antara lain: 1) Dalam suaka margasatwa hanya dapat dilakukan kegiatan wisata terbatas berupa kegiatan mengunjungi, melihat, menikmati keindahan alam dan keanekaragaman tumbuhan serta satwa yang ada di dalamnya. 2) Dalam taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan mengunjungi, melihat, menikmati keindahan alam, keanekaragaman tumbuhan dan satwa, serta dapat dilakukan kegiatan membangun sarana kepariwisataan. 3) Sarana kepariwisataan pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan di dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah tersebut memuat bahwa pengusahaan pariwisata alam meliputi usaha penyediaan jasa wisata alam dan sarana wisata alam.

10 1) Usaha penyediaan jasa wisata alam dapat meliputi: a. jasa informasi pariwisata; b. jasa pramuwisata; c. jasa transportasi; d. jasa perjalanan wisata; dan e. jasa makanan dan minuman. 2) Usaha penyediaan sarana wisata alam dapat meliputi: a. wisata tirta; b. akomodasi; dan c. sarana wisata petualangan. Pengembangan wisata alam di zona pemanfaatan Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam harus berwawasan lingkungan, agar tetap melestarikan ekosistem yang menjadi daya tarik wisata utama di sebuah kawasan wisata alam tersebut. C. Kawasan Hutan Pelestarian Alam Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan Pelestarian Alam, terdiri dari : 1. Kawasan Taman Nasional 2. Kawasan Taman Hutan Raya 3. Kawasan Taman Wisata Alam (Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998)

11 1. Taman Nasional Kawasan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. 2. Taman Hutan Raya (tahura) Kawasan Taman Hutan Raya (tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. 3. Taman Wisata Alam Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut: a. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik; b. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam; c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.

12 D. Pengertian Wisatawan Menurut United Nation Conference on Travel and Tourism di Roma dalam Pitana (2003:43) memberikan batasan yang lebih umum mengenai wisatawan dengan menggunakan istilah visitor (pengunjung) yaitu: Setiap orang yang mengunjungi negara yang bukan tempat tinggalnya, untuk berbagai tujuan tetapi bukan untuk mencari pekerjaan atau penghidupan dari negara yang dikunjungi. Sedangkan menurut WTO dalam Pitana (2003:46) ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati di dalam memberikan batasan mengenai pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai berikut: a. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas b. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan. c. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi. Berdasarkan dari pengertian-pengertian tersebut, yang disebut dengan wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk berlibur, bisnis, pertemuan dan bukan untuk mencari pekerjaan. E. Pengertian Fasilitas Wisata Menurut Marpaung (2002:69) fasilitas wisata adalah sesuatu yang bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapatkan pengalaman rekreasi.

13 Menurut Lawson & Bovy (1977:24), secara mendasar membagi penyediaan fasilitas untuk wisatawan di suatu lokasi wisata menjadi dua kategori besar, yaitu: 1. Fasilitas yang biasa terdapat di setiap jenis atraksi wisata dan terletak dimanapun juga seperti akomodasi, katering, hiburan, leisure, dan relaksasi, serta penyediaan infrastruktur teknis dasar untuk kegiatan operasional atraksi wisata. 2. Fasilitas yang mengidentifikasi lokasi atau tempat dari atraksi tersebut. Fasilitas ini memberdayakan ketersediaan sumber setempat dan sekitarnya untuk kemenarikan dari fasilitas itu sendiri. Contoh; area pinggir pantai, gunung, resort spa, dan resort perkotaan. Berdasarkan kategori tersebut, maka penyediaan fasilitas dan atraksi wisata di danau termasuk penyediaan fasilitas yang mengidentifikasikan lokasi atau tempat karena penyediaan fasilitas berupa shelter yang terletak di sekitar area pinggir danau. F. Konsep Pengembangan Fasilitas Kawasan Wisata Dalam merencanakan suatu kawasan wisata, perlu adanya suatu perencanaan yang terpadu dan diarahkan untuk memepertahankan kondisi lingkungan dengan tetap memberikan berbagai kemudahan bagi wisatawan yang datang dalam rangka meningkatkan pengalaman rekreasi mereka. Perencanaan penyediaan fasilitas ini berdampak pada perlunya standar-standar acuan dalam penyediaan fasilitas wisata pada suatu atraksi wisata. 1. Konsep dasar pengembangan fasilitas wisata Menurut Makalam (1994:15) pada dasarnya suatu standar tidak dapat dipaksakan dan standar fasilitas wisata yang ditetapkan haruslah sensitif terhadap

14 kondisi lingkungan fisik dan kebutuhan manusia. Karena itu, tidak ada satupun atraksi wisata yang akan memilki standar fasilitas wisata yang sama. Perencanaan pariwisata di mancanegara menunjukan, bahwa tidak ada satu pun peraturan yang dapat mengatur standar fasilitas wisata terutama untuk jenis atraksi wisata yang berbeda. 2. Penentuan jenis fasilitas wisata Yang termasuk dalam fasilitas wisata adalah fasilitas pendukung kegiatan wisata seorang pengunjung harian atau seorang wisatawan. Baud-Bovy dan Lawson (1977:2465) membagi fasilitas pendukung (ancillary facilities) ke dalam enam jenis fasilitas, yaitu: a. Akomodasi (hotel, motel, cottage, apartment, dan lainnya) b. Makan minum (restaurant, coffee shop, snack bar, dan lainnya) c. Sanitasi d. Aksesibilitas (jalan akses, setapak, pintu masuk/gerbang utama dan tempat parkir) e. Fasilitas aktif, yaitu fasilitas yang dijadikan sebagai salah satu penunjang aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung atau wisatawan. f. Lain-lain (gedung, kantor/administrasi, pos keamanan, pos penjaga pantai, dan lainnya). Semua jenis fasilitas tersebut, termasuk ke dalam jenis fasilitas wisata yang sudah berkembang di kawasan wisata danau dan merupakan standar fasilitas wisata yang harus tersedia, karena merupakan fasilitas pendukung kegiatan rekreasi wisatawan.

15 G. Pengertian Atraksi Wisata Berdasarkan dengan lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan di tempat wisata, terdapat dua jenis atraksi yaitu atraksi penahan dan atraksi penangkap. Seperti yang dikemukakan oleh Soekadijo (2000:50) berikut: Atraksi wisata yang dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati, bahkan pada kesempatan lain wisatawan akan kembali lagi ke tempat yang sama. Atraksi demikian itu adalah atraksi penahan. Sebaliknya, ada juga atraksi yang hanya dapat menarik kedatangan wisatawan. Atraksi itu adalah atraksi penangkap wisatawan (tourist catcher), yang hanya sekali dinikmati, kemudian ditinggalkan lagi oleh wisatawan. Sedangkan Marioti dalam Yoeti (1996:172) berpendapat bahwa Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, hasil ciptaan manusia, dan wisata minat khusus. 1. Hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa berupa : a. lklim, misalnya cuaca cerah banyak cahaya matahari, sejuk, panas, hujan, dan sebagainya. b. Fauna dan flora seperti tanaman-tanaman yang langka, burungburung, ikan, binatang buas, taman nasional, daerah perburuan, dan sebagainya. c. Pusat-pusat kesehatan, sumber air mineral, sumber air panas. 2. Hasil ciptaan manusia yaitu benda-benda yang bersejarah, kebudayaan dan keagamaan, misalnya: a. Monumen bersejarah, dan sisa peradaban masa lampau. b. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handy craft. c. Acara tradisional, pameran, festival, upacara perkawinan dan lain-lain. d. Rumah-rumah beribadah, seperti mesjid, gereja, kuil atau candi maupun pura. 3. Wisata minat khusus. Motif perjalanan seseorang atau kelompok orang dapat berupa menikmati rekreasi. a. Adventure (petualangan)

16 b. Sosial Budaya c. Pendidikan d. Belanja/shopping e. Keagamaan f. Olahraga Atraksi wisata yang termasuk ke dalam atraksi wisata yang berkembang di kawasan wisata danau, yaitu atraksi wisata alami atau hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa serta atraksi wisata minat khusus yaitu wisata adventure dan olahraga. H. Syarat-Syarat Atraksi Wisata Yang Baik Menurut Soekadijo (2000:61-62) atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberikan kepuasan pada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk mencapai hasil itu, beberapa syarat harus dipenuhi, yaitu : a. Kegiatan dan objek yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam keadaan yang baik. b. Karena atraksi wisata itu harus disajikan dihadapan wisatawan, maka cara penyajiannya harus tepat. c. Atraksi wisata adalah terminal dari mobilitas spasial suatu perjalanan, maka dari itu juga harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial yaitu akomodasi, transportasi, dan promosi serta pemasaran. d. Keadaan tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama. e. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin. Di sebuah kawasan wisata danau, danau serta panorama alam di sekelilingnya merupakan atraksi utama. Sehingga harus selalu dijaga

17 kelestariannya, agar kesan yang diperoleh wisatawan terhadap atraksi wisata tersebut bertahan lama. Selain itu, atraksi wisata pendukung harus bervariasi serta disajikan dengan tepat agar dapat menahan wisatawan cukup lama berada di kawasan wisata. I. Konsep Pengembangan Kualitas Kawasan Wisata Menurut Jubenville (1976:65), secara konseptual pengembangan kualitas suatu kawasan wisata harus menekankan pada aspek keindahan alami yang dapat ditimbulkan. Pemahaman suatu keindahan alami berdasar kepada kondisi lahan (termasuk pengembangan buatan manusia) yang layak bagi pengalamanpengalaman tertentu. Sedangkan menurut Inskeep (1991:213-214) prinsip-prinsip dalam aplikasi pengembangan kualitas kawasan wisata adalah: 1. Konservasi tampilan alam khusus Termasuk atraksi utama seperti pantai, sungai, pemandian air panas, dan lainnya. Konservasi ini juga dapat dibuat menjadi tampilan alam yang menarik, seperti lansekap, footpath, dan titiktitik pemandangan lainnya. 2. Perawatan titik pemandangan Termasuk pula tampilan pemandangan yang penting seperti pegunungan, pantai, lautan, sungai, dan lainnya. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan karakter ODTW bersangkutan. 3. Pengelompokkan fasilitas dan aktivitas Khususnya pengelompokkan pada jenis-jenis yang berbeda. 4. Aksesibilitas Membatasai jumlah kendaraan yang datang yang dapat mengganggu daya dukung lingkungan. 5. Zona penyangga (buffer zone) di sekitar resort Penting dilakukan untuk menghindari gangguan-gangguan dari pengguna terhadap zona utama (main attraction) 6. Kebutuhan aksesibilitas bagi masyarakat umum Menjadi lebih baik apabila ODTW tersebut dapat dikunjungi dan masyarakat luas mendapatkan kemudahan untuk mengunjunginya.

18 7. Kebutuhan infrastruktur Seperti persediaan air bersih, tempat pembuangan limbah (sampah), sewage, dan sistem telekomunikasi. 8. Mempertahankan kapasitas lingkungan Artinya tidak melebihi daya dukung lingkungan untuk menjaga kelangsungan ODTW dan nilai kemenarikannya. 9. Pembangunan bertahap Tiap tahap pembangunan dilakukan dalam kurun waktu tertentu agar pengembangan ODTW tetap terkontrol dan ODTW tersebut berfungsi secara efektif. Kawasan wisata danau harus selalu dijaga kelestariannya, dengan cara selalu memperhatikan pengembangan wisatanya dan membagi zonasi ke dalam zona inti, penyangga dan pelayanan. Zona penyangga (buffer zone) harus selalu ada disekitar zona inti agar menghindari kemungkinan adanya gangguan dari pengunjung, serta harus tetap mempertahankan kapasitas lingkungan dengan tidak berlebihan dalam pengembangan agar dapat mempertahankan nilai kemenarikan dari objek wisata tersebut. J. Karakteristik Danau Danau (situ) di Jawa Barat banyak terdapat di daratan tinggi, namun ada juga beberapa situ yang berada di daratan rendah. Berikut beberapa karakteristik danau di Jawa Barat. 1. Tipologi Fisik Danau Beberapa karakter fisik yang ada dalam hal ini akan berpengaruh terhadap pola pengembangan dan penempatan fasilitas, karakter tersebut antara lain dapat dilihat pada Tabel 2.1.

19 - Kondisi sekitar berbukit - Topografi berkontur - Ruang pengembangan terbatas kendala fisik Tabel 2.1 Tipologi Fisik Danau Tipologi Fisik Danau - Topografi landai - Ruang pengembangan cukup luas Sumber: Hand Out Standarisasi Fasilitas Sarana Objek Wisata Alam & Budaya, 2008. 2. Tipologi Lokasi Danau Berdasarkan keleluasaan menetapkan wilayah pengembangan dan tema/corak pengembangan disesuaikan dengan keselarasan dengan lingkungan (terbangun) di sekitarnya serta ketersediaan fasilitas pendukung di sekitar lokasi wisata, maka ada beberapa karakter danau, yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Tipologi Lokasi Danau Kawasan perkotaan Kawasan pedesaan Kawasan terbangun Akses mudah Dilingkungi kawasan fungsional lainnya Fasilitas penunjang relatif tersedia Akses terbatas Dilingkungi kawasan hijau belum terbangun Fasilitas penunjang terbatas bahkan kadang tidak ada pedesaan Akses cukup, mesti kadang terbatas Dilingkungi kawasan pemukiman kepadatan rendah Fasilitas penunjang relatif tersedia Sumber : Hand Out Standarisasi Fasilitas Sarana Objek Wisata Alam & Budaya, 2008.

20 Karakter danau yang terletak di kawasan perkotaan akan mudah dicapai, sedangkan di kawasan pedesaan akan lebih sulit dicapai dikarenakan aksesibilitasnya. Akan tetapi, karakter danau di pedesaan menyuguhkan pemandangan yang lebih alami daripada di perkotaan. K. Pola Aktivitas Wisatawan di Danau/Situ/Waduk Terdapat banyak aktivitas wisata yang dapat dilakukan di kawasan wisata danau. Gambaran jenis aktivitas yang sering dilakukan di danau/situ/waduk serta aktivitas lain yang potensial dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3 Aktivitas di Danau/Situ/Waduk Aktivitas yang telah berkembang Aktivitas yang potensial dikembangkan Jalan-jalan Menikmati pemandangan Berperahu Tracking Hiking Memancing Photography Bermain/rekreasi keluarga Jet ski Outbound Berkuda Tea walk ATV Sumber : Hand Out Standarisasi Fasilitas Sarana Objek Wisata Alam & Budaya, 2008. Salah satu daya tarik utama yang menyebabkan dijadikannya danau sebagai objek wisata adalah keindahan danau itu sendiri, sehingga salah satu aktivitas utama wisatawan mengunjungi danau adalah menikmati keindahan pemandangan danau. Aktivitas lain yang sering dilakukan adalah aktivitas di air seperti

21 berperahu, memancing, sepeda air, dan lain-lain. Walaupun demikian aktivitas lain yang tidak behubungan dengan air banyak pula dilakukan seperti hiking, jogging, tracking, dan lain-lain. Mengingat pada umumnya danau dikelilingi oleh bentang alam lainnya seperti gunung, hutan atau lembah. L. Siklus Aktivitas Wisata Menurut Mclntyre (1993:130) setiap area pariwisata atau atraksi wisata memiliki siklus hidup (tourist area of life cycle), dimana ada beberapa tahapan di dalam siklus tersebut, yaitu: 1. Involvement Masa dimana suatu objek wisata baru dikenal oleh pengunjung atau masa dimana suatu objek wisata pertama kali dibuka untuk umum. 2. Development Masa suatu objek wisata diterima keberadaannya oleh pengunjung, dikaitkan dengan banyaknya pengunjung yang berkunjung. 3. Stagnation Masa dimana tingkat jumlah pengunjung mulai berkurang dan berkurangnya keuntungan akibat penurunan tingkat kunjungan. 4. Rejuvenation Masa dimana suatu objek wisata dapat meningkatkan keuntungan dengan cara peningkatan kualitas.

NUMBER OF TOURIST 22 5. Decline Masa dimana suatu objek wisata mulai menurun dan kecenderungan keuntungan yang juga mulai menurun. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat secara diagramatis sebagaimana pada gambar 2.1. berikut. Gambar 2.1. Siklus Atraksi Wisata Rejuvenation Critical Range of Elements of Capacity Stagnation Consolidation Decline Development Involvement Exploration TIME Sumber : R.W. Butler The Concept of a Tourist Area Cycle of Evaluation (1980:7) Siklus atraksi tersebut akan dialami oleh masing-masing objek, sehingga yang perlu diantisipasi adalah bagaimana agar objek tersebut tidak mengalami penurunan (decline) yang terlalu cepat dan drastis, serta bagaimana

23 mengembalikan objek tersebut pada kondisi normal atau yang lebih maju (lebih berkembang). Salah satu hal yang dapat membantu permasalahan ini adalah dengan mengatur fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan wiatawan saat ini dan akan dibutuhkan pada masa datang sejalan dengan perubahan trend/perkembangan yang terjadi. M. Segmentasi Pasar Objek Daya Tarik Wisata Danau/Situ/Waduk Dalam hand out perkuliahan Konsep Resort, Standarisasi Fasilitas Sarana Objek Wisata Alam & Budaya diterangkan, Secara umum, segmen pasar danau/situ/waduk dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: a. Segmen pasar lokal, yaitu hanya dikunjungi oleh masyarakat setempat (satu kota/kabupaten) b. Segmen pasar regional, yaitu dikunjungi tidak hanya oleh masyarakat setempat tapi juga oleh penduduk di luar kawasan, bahkan skala nasional c. Segmen pasar internasional, yaitu danau tersebut telah dikenal dan dikunjungi pula oleh turis mancanegara. Lama kunjungan ke danau biasanya adalah tidak lebih dari satu hari, sehingga wisatawan tidak menginap. Walaupun demikian, terdapat pula wisatawan yang menginap. Hal ini terjadi bila danau terletak di kawasan wisata atau bersatu dengan atraksi/objek wisata lain. Semakin banyak atraksi dan aktivitas yang ada di lokasi danau, maka akan semakin lama waktu yang diluangkan wisatawan di lokasi tersebut.

24 N. Konsep Pengunjung Menurut Hainim (2000:24) suatu pengembangan kawasan wisata tidak terlepas dari pasar atau pengunjungnya. Artinya, pengembangan aktivitas wisata harus sesuai dengan permintaan profil pasar wisata sebagai pengunjung di atraksi tersebut. 1. Profil Pengunjung Menurut Kotler (2000:263) secara konseptual, untuk menentukan profil dan minat pengunjung dapat dilakukan melalui beberapa aspek yaitu aspek geografi, aspek demografi, dan juga aspek psikografi. a. Geografi Profil pengunjung dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok unit geografis, yaitu kewarganegaraan, asal negara, kota, propinsi, desa, lingkungan dan lainnya. b. Demografi Pada aspek demografis ini, pengunjung dapat dikelompokan menjadi beberapa variabel dasar seperti umur, keluarga, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, generasi, nasionalitas, dan kelas sosial. Variabel demografis adalah yang paling sering digunakan dalam menentukan profil dan minat pengunjung. Hal ini disebabkan oleh pilihan, penggunaan, dan keinginan pengunjung sering berhubungan dengan variabel demografis tersebut. Selain itu, variabel ini juga mudah untuk diukur. Meskipun misalnya pasar sasaranya tergambarkan bukan secara demografis (misalnya dalam personality

25 type), hubungan kembali kepada karakteristik demografi untuk memperkirakan besarnya pasar sasaran. c. Psikografi 1) Gaya hidup (life style) Masyarakat banyak yang sudah mempunyai gaya hidup sendiri-sendiri. Produk yang mereka konsumsi mencerminkan gaya hidup mereka. 2) Kepribadian (personality) Pihak pemasar telah menggunakan variable kepribadian untuk menentukan profil pengunjung. Sehingga banyak pula yang menggunakan brand personalities pada nama produknya untuk membedakan dengan produk lainnya. 3) Nilai (value) Bagi beberapa pihak marketer, profil pengunjung ditentukan melalui nilai inti (core values), suatu sistem keyakinan yang terdapat pada prilaku dan tingkah laku pengunjung. Nilai inti mengkaji profil pengunjung secara lebih dalam daripada prilaku dan tingkah laku, serta menentukan pilihan dan minat mendasar pengunjung terhadap suatu produk untuk jangka waktu yang lama.

26 B. Kerangka Pemikiran Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Situ Patengan Latar belakang Perlu adanya inovasi dan renovasi dari fasilitas dan atraksi wisata. Permintaan wisatawan terhadap pengembangan wisata Rumusan masalah Kendala yang dihadapi dalam Pengembangan... Wisatawan Pengelola Data Perilaku Persepsi Kebijakan Data... Analisis Analisis Kuesioner Analisis SWOT.. Sintesis Rekomendasi Pengembangan Fasilitas dan Atraksi Wisata...