RENSTRA (RENCANA STRATEGIS) TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ IP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DAFTAR ISI. 1. Rencana Program Dan Kegiatan SKPD Kabupaten Sijunjung Tahun 2015 Pembiayaan APBD Kabupaten Sijunjung.

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

3. Meningkatnya Partisipasi Masyarakat terhadap Program keluarga Berencana yang responsive gender

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 53 TAHUN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 462/KEP/GUB/BAPPEDA-2/2012 TANGGAL : 13 JULI 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Strategis Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

Strategi. Arah Kebijakan. RPJP Nasional. RPJM Daerah. RPJP Daerah. Program. Indikator. Visi Misi Tujuan Sasaran Kebijakan Program/ Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun BAB I - 1

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TULANG BAWANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

BAB I REVIEW RENSTRA SETDA KALTIM

BAB I PENDAHULUAN. LKjIP Dinas, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Tahun

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEMBERDYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN MAROS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN KABUPATEN JOMBANG

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Kabupaten Lamongan Tahun

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Maksud & Tujuan Penyusunan Lakip

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik dan transparan, walaupun perencanaan yang baik dapat dibuat

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RENCANA KERJA (RENJA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.

BAB V TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF KEBUTUHAN PENDANAAN BPPKB PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BAPPEDA PROV. SULTRA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB II PROFIL BADAN KELUARGA BERENCANA PEMBERDAYAAN PEREMBPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN ACEH TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

NAMA SKPD : BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BAPPEDA I - 1

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENSTRA SKPD ) TAHUN ANGGARAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

Transkripsi:

RENSTRA (RENCANA STRATEGIS) TAHUN 2014-2018 BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Jalan Dewi Sartika Nomor 13 Telp. (0541) 747481 Fax. (0541) 741405 E-Mail : badanppdankbprovkaltim@yahoo.co.id Website : www.bppkb.kaltimprov.co.id SAMARINDA 75117 Hal 1

KATA PENGANTAR Perencanaan stratejik merupakan suatu metode untuk mengelola perubahan-perubahan yang tidak dapat dihindari sehingga dapat juga disebut sebagai metode untuk berurusan dengan kompleksitas lingkungan yang berkaitan erat dengan eksistensi sebuah organisasi. Secara internal juga merupakan sebuah metode untuk menangani kompleksitas lingkungan internal yang ditimbulkan bermacam-macam kebutuhan dari tiap unit kerja dalam organisasi. Karena itu perencanaan strategik harus mengacu pada suatu kerangka berfikir logis yang menetapkan di mana sebuah organisasi berada, kemana akan pergi dan bagaimana bisa sampai di sana. Perencanaan stratejik merupakan proses berkelanjutan dan sistematis dari pembuatan keputusan yang berisiko, dengan memanfaatkan sebanyakbanyaknya pengetahuan antisipasif dan mengorganisasikannya secara sistematis usaha-usaha melaksanakan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya sebagai umpan balik untuk pengembangan yang berkelanjutan. Konsekuensi logis dari pengukuran hasil realisasi perencanaan stratejik ini adalah diterapkannya sistem akuntabilitas yang berbasis kinerja. Ini sejalan dengan tuntutan masyarakat akan perlunya transparansi, akuntabilitas dan pada akhirnya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pembuatan dan pengambilan kebijakan publik. Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan satu jawaban nyata dari pemerintah untuk mengatasi tantangan perubahan yang semakin kompleks dan beragam ini. Bagi manajemen yang berorientasi kepada hasil, perencanaan strategis merupakan hal yang penting. Perencanan merupakan starting point bagi proses-proses manjemen secara keseluruhan untuk mencapai hasil yang diinginkan organisasi. Dalam perencanaan ini, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana berupaya untuk mendefinisikan apa yang akan dicapai, mengidentifikasi strategi, memperjelas prioritas organisasi dan bagaimana mencapai hasil tersebut. Dengan kata lain perencanaan strategis Hal 2

disusun dalam rangka pemenuhan tugas pokok Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam hal perumusan kebijakan dan koordinasi bagi seluruh perangkat daerah. Akhirnya diharapkan Perencanaan Strategis di lingkungan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Kalimantan Timur ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam hal-hal sebagai berikut: 1. Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (Performance plan / RKT); 2. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (workplan and budget / RKA); 3. Penyusunan Penetapan Kinerja (Performance Agreement); 4. Pelaksanaan tugas, pelaporan dan pengendalian kegiatan di lingkungan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Kalimantan Timur; dan 5. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Kalimantan Timur. Hal 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2004 dan Permendagri No. 54 Tahun 2010, Rencana Strategis (RENSTRA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berisi tentang visi, misi, tujuan, strategi, arah kebijakan, program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD selama 5 (lima) tahun kedepan. Penyusunan rencana program dan kegiatan tersebut dilakukan dengan memperhatikan kondisi dan isu-isu strategis yang diacu oleh SKPD. Untuk mewujudkan dokumen perencanaan tersebut, perlu dilakukan proses penyusunan rancangan secara baik, terstruktur dengan melibatkan pihakpihak yang terkait. RENSTRA adalah bagian dari suatu sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang merupakan perpaduan antara sistem akuntabilitas kinerja dan sistem manajemen kinerja. Sistem menajemen Strategis Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Badan PP dan KB) Provinsi Kalimantan Timur merujuk pada sistem pengendalian manajemen untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dalam kerangka pemenuhan visi dan misi organisasi dapat dicapai melalui penyelenggaraan kegiatan organisasi yang direncanakan dan dikendalikan dengan baik. Sistem AKIP membentuk siklus tak terputus dari tahapan utama manajemen strategis mulai dari perencanaan strategis (strategic planning), perencanaan kinerja (performance planning), pengukuran kinerja (performance measuring) sampai dengan pelaporan kinerja (performance reporting). Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur adalah badan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kalimantan Timur No. 09 Tahun 2008 Tentang Organisasi & Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencana Hal 4

Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kalimantan Timur dan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 46 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencana Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Memperhatikan Peraturan Pemerintah no 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Kota, Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur mendapat kewenangan untuk menyelenggarakan bidang dalam urusan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan bidang Keluarga Berencana. Sehingga rancangan RENSTRA yang disusun terkait pada upaya pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. RENSTRA SKPD juga melaksanakan amanah Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67 Tahun 2011 tentang perubahan atas peraturan Menteri Dalam Negeri No 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah, dimana penyelenggaraan tata pemerintah melakukan pengintegrasian gender melalui kelembagaan, perencanaan, dan penganggaran. Dokumen ini berisi langkah-langkah strategis yang dilakukan SKPD dalam mewujudkan visi dan misi yang telah dirumuskan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sekaligus menjabarkan isi Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Jo. PP 54 Tahun 2010 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota, dimana Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana merupakan urusan Wajib Pemerintah Daerah. RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur merupakan bagian integral, relevan dan memiiki keterkaitan dengan dokumen perencanaan provinsi Kalimantan Timur lainnya. Dokumen RENSTRA ini memiliki nilai yang sangat strategis, karena dokumen ini menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan / Rencana Hal 5

Kerja (Renja) Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur selama periode 2013-2018. 1. Proses Penyusunan RENSTRA a. Persiapan Penyusunan RENSTRA SKPD Pembentukan Tim Penyusun RENSTRA dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Kalimantan Timur nomor 050.14/K.831/2013 tentang Pembentukan Tim Penyusunan RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 2018. Kegiatan ini dibutuhkan guna mendapatkan gambaran awal dari jabaran visi, misi dan program Gubernur Kalimantan Timur terpilih periode 2014 2018, sesuai dengan tugas dan fungsi Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timuragar selaras dengan program prioritas Gubernur b. Penyusunan Rancangan RENSTRA SKPD Penyusunan rancangan awal RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur merupakan upaya mengintegrasikan dalam rancangan awal RPJMD Provinsi Kalimantan Timur kemudian dilakukan penyempurnaan dengan memberikan masukan terhadap isu-isu strategis sehingga menjadi rancangan RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur. Tahapan penyusunan RENSTRA dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengolahan data dan informasi; Analisa gambaran pelayanan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur; Perumusan isu-isu strategis berdasarkan tupoksi dengan memperhatikan SPM, RENSTRA K/L dan RENSTRA SKPD Kabupaten/Kota; - Perumusan visi dan misi BADAN PP DAN KBProvinsi Kalimantan Timur - Perumusan tujuan - Perumusan sasaran Hal 6

Perumusan strategi dan kebijakan; Perumusan rencana kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif berdasarkan rencana program prioritas RPJMD; Perumusan indikator kinerja Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Kalimantan Timur; dan Dokumen rancangan RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur. c. Penyampaian rancangan RENSTRA Kemudian tim penyusun RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur menyampaikan Rancangan RENSTRA kepada Tim Evaluasi RENSTRA yang dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kalimantan Timur d. Verifikasi Rancangan RENSTRA Tim evaluasi RENSTRA melakukan verifikasi terhadap sistematika rancangan RENSTRA, periodesasi RENSTRA, konsistensi tujuan sasaran pelayanan jangka menengah sesuai RPJMD, program prioritas Gubernur, indikator kinerja utama dan pagu indikatif Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur e. Finalisasi RENSTRA Menindaklanjuti hasil verifikasi rancangan RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur dengan melakukan penyempurnaan 2. Keterkaitan RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur dengan RPJMD Provinsi Kalimantan Timur, RENSTRA K/L dan RENSTRA SKPD Kabupaten/Kota, dan dengan Renja Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur Hal 7

Ditujukan untuk menilai keserasian, keterpaduan, sinkronisasi, dan sinergitas pencapaian sasaran pelaksanaan RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timurterhadap sasaran RENSTRA K/L dan RENSTRA SKPD kabupaten/kota sesuai dengan urusan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana. Analisis RENSTRA K/L dan SKPD kabupaten/kota (yang masih berlaku) dilakukan untuk mengidentifikasi: 1. Apakah capaian sasaran pelaksanaan RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timurtelah berkontribusi terhadap pencapaian sasaran RENSTRA K/L dan RENSTRA SKPD kabupaten/kota; dan 2. Apakah tingkat capaian kinerja RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timurmelebihi/sama/kurang dari sasaran RENSTRA K/L atau rata-rata kabupaten/kota. Analisis RENSTRA kabupaten/kota tidak dilakukan karena keterbatasan data dan informasi yang diperoleh. Sinergitas program dan kegiatan Kabupaten/Kota dan Provinsi Kalimantan Timur dilakukan melalui penetapan program dan kegiatan prioritas. Keterkaitan RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur dengan RENSTRA Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) Republik Indonesia dapat digambarkan melalui analisis capaian RENSTRA Badan PP dan KB pada akhir periode RENSTRA sebelumnya 2009 2013 sebagai berikut : 1. Capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur tahun 2013 adalah 62,65 sedangkan capaian IPG RENSTRA KPP-PA 2013 sebesar 67,80 hal ini menunjukkan capaian kinerja sudah mendekati pada angka IPG Nasional. Namun diperlukan penyelenggaraan perencanaan program, kegiatan dan pendanaan untuk mencapai angka IPG nasional; Hal 8

2. Capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur tahun 2013 adalah 63,39 sedangkan capaian IDG RENSTRA KPP-PA 2013 sebesar 69,14 hal ini menunjukkan capaian kinerja sudah mendekati pada angka IDG nasional. Namun diperlukan penyelenggaraan perencanaan program, kegiatan dan pendanaan untuk mencapai angka IDG nasional; 3. Capaian kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur tahun 2013 adalah sebanyak 6 kebijakan sedangkan capaian kebijakan PUG RENSTRA KPP-PA 2013 sebesar 93 kebijakan. Meskipun capaian kinerja ini belum mendekati namun secara umum capaian kebijakan PUG Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur sudah cukup mengakomodir kebijakan PUG nasional; 4. Capaian kebijakan tentang perlindungan perempuan dari tindak kekerasan sebesar 10 kebijakan, sedangkan capaian kebijakan perlindungan perempuan dan tindak kekerasan nasional sebanyak 26 kebijakan. Diperlukan upaya yang lebih intensif untuk mencapai jumlah kebijakan nasional melalui perencanaan program kegiatan yang lebih focus pada capaian kebijakan tersebut diatas; 5. Capaian kebijakan tentang tumbuh kembang anak sebesar 10 kebijakan, sedangkan capaian kebijakan perlindungan perempuan dan tindak kekerasan Nasional sebanyak 60 kebijakan. Diperlukan upaya yang lebih intensif untuk mencapai jumlah kebijakan nasional melalui perencanaan program kegiatan yang lebih focus pada capaian kebijakan tersebut diatas; 6. Capaian usaha ekonomi perempuan produktif sebesar 9%, sedangkan capaian nasional belum terukur mengingat kegiatan tersebut tidak menjadi sasaran nasional. Kegiatan usaha ekonomi perempuan produktif merupakan kegiatan best practice yang menjadi pilot project di KPP-PA; dan Hal 9

7. Capaian sasaran bidang KB-KS berupa fasilitasi program dan kegiatan Kementerian Agama dan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur. 1.2 LANDASAN HUKUM Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan RENSTRA Tahun 2013-2018 yaitu sebagai berikut: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang; dan diubah terahir kalinya dengan Undang-Undang No.12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah; 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 200-2025; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DPRD, dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Jo. PP 54 Tahun 2010 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota; Hal 10

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah; 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2005-2009; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 pengganti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor No. 59 Tahun 2007; dan diubah terahir kalinya dengan Peraturan Menteri Nomor 62 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 05 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur; 14. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 09 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 09); 15. Peraturan Daerah Kalimantan Timur No. 15 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009-2014; 16. Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 46 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kalimantan Timur; dan Hal 11

17. Peraturan Gubernur Kalimantan Timur No. 34 Tahun 2009 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009-2014. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan RENSTRA ini adalah agar tersedianya dokumen perencanaan di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana. Sedangkan tujuan penyusunan RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timurini adalah tersedianya suatu dokumen yang stratejik dan konferhensif yang menjamin adanya konsistensi perumusan kondisi atau masalah daerah, perencanaan arah kebijakan, pembuatan strategi hingga pemilihan program strategis yang sesuai dengan kebutuhan daerah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana. RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur tahun 2013-2018 digunakan sebagai bahan: 1. Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (Performance plan / RKT); 2. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (workplan and budget / RKA); 3. Penyusunan Penetapan Kinerja (Performance Agreement); 4. Pelaksanaan tugas, pelaporan dan pengendalian kegiatan di lingkungan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur; dan 5. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur. Dokumen RENSTRA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur ini juga dapat digunakan sebagai bahan penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Gubernur Provinsi Kalimantan Timur. Hal 12

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Menguraikan penjelasan masing-masing penyajian rencana stratejik Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur, terdiri dari 7 bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: 1. Bab I pendahuluan Menguraikan tentang latar belakang penyusunan RENSTRA Badan PP dan KB, landasan hukum, maksud dan tujuan dan sistematika penulisan 2. Bab II gambaran pelayanan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur Menguraikan tugas, fungsi dan struktur organisasi, sumber daya, kinerja pelayanan dan tantangan dan peluang pengembangan pelayanan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur 3. Bab III isu- isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Menjelaskan identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan, telaahan visi, misi, dan program Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, telaahan RENSTRA K/L dan RENSTRA kabupaten/kota dan penentuan isu-isu strategis 4. Bab IV visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan Menguraikan Visi dan misi, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah, Strategi dan Kebijakan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur 5. Bab V rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif Menjelaskan rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur Hal 13

6. Bab VI indikator kinerja yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD Menjelaskan indikator kinerja Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD 7. Bab VII penutup Menjelaskan ringkasan RENSTRA serta langkah-langkah yang akan dilaksanakan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur dalam mengimplementasikan RENSTRA Hal 14

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN PP DAN KB PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur sebagai badan koordinatif mendapat kewenangan untuk menyelenggarakan pembangunan bidang pembangunan pemberdayaan perempuan dan bidang keluarga berencana. Bentuk Pelayanan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pemberdayan Perempuan no 1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan. Diamanahkan bahwa perempuan dan anak korban kekerasan mendapat perlindungan dan jaminan layanan terpadu meliputi: 1. Pelayanan Peneriman Pengaduan, penangungjawab Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayan Perempuan dan Anak (P2TP2A) 2. Pelayanan kesehatan, penangungjawab Dinas Kesehatan 3. Pelayanan rehabilitasi sosial, penangungjawab Dinas Sosial dan Kementerian 4. Pelayanan bantuan dan penegakan hukum, penangungjawab Kepolisian, Pengadilan dan Kejaksaan 5. Pelayanan Reintegrasi dan Pemulangan, penangungjawab Dinas Sosial. Gambaran diperlukannya pelayanan bagi Perempuan dan anak korban kekerasan mengingat korban kekerasan dari tahun ketahun semakin meningkat dan semakin kompleks, dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut: Hal 15

Grafik data korban kekerasan di Kaltim 800 600 400 200 0 2010 2011 2012 2013 L 27 46 50 89 P 257 713 657 711 L P Sumber : BPPKB Prov. Kaltim Pelayanan tersebut bersifat multi program dan lintas sektor, dengan adanya peraturan diatas, instansi pemerintah terkait wajib melaksanakan tugas pokoknya sesuai bidang tanggungjawab yaitu mmberikan perlindungan dan pelayanan kepada perempuan dan anak korban kekerasan secara terpadu berdasarkan awal rujukan dari P2TP2A. Pelayanan Penerimaan Pengaduan dilakukan P2TP2A yang secara fungsi dan adminitrasi berada dibawah Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur. Capaian pelayanan bagi Perempuan dan Anak Korban kekerasan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pemberdayan Perempuan No. 1 tahun 2010, Kegiatan pelayanan tersebut terdapat dalam Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender anak dengan kegiatan Fasilitasi P2TP2A. Adapun target capaian penerimaan pengaduan tertera dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan SPM Keterangan No Jenis Pelayanan Indikator Nilai 2014 2015 2016 2017 2018 1. fasilitasi Prosentase % 70 75 80 85 90 pengembangan pusat pengaduan pelayanan terpadu yang terlayani pemberdayaan di P2TP2A perempuan (P2TP2A) Hal 16

Untuk mendukung capaian layananan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan melalui P2TP2A didukung juga dengan program sebagai berikut: 1. Program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dalam kegiatan pelatihan bagi pelatih TOT SDM pelayanan dan pendampingan korban KDRT dan sosialisasi sistem pencatatan dan pelaporan. 2. Program pengarusutamaan gender dalam kegiatan FGD percepatan standar layanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan, pelatihan pendamping dan anak korban kekerasan, gugus tugas traficking, pelatihan pembuatan pencatatan dan pelaporan pembiayaan (e-costing) dan penerapan sistem prosedure PPPA. 3. Program penyusunan sistem perlindungan perempuan dalam kegiatan sosialisasi dan fasilitasi pembentukan forum koordinasi penyelenggaraan kerjasama dan pemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga. 2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI 1. Dasar Pembentukan Dasar pembentukan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur adalah Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 09 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 09) dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Nomor 46 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok & Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Tehnis Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur merupakan pengembangan dari Biro Sosial dan Pemberdayaan Perempuan, Bagian Pemberdayaan Perempuan pada Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur, berdasarkan Peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 04 Tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Hal 17

Kalimantan Timur dan Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 06 Tahun 2004. Bagian Pemberdayaan Perempuan pada Biro Sosial & PP Setda Provinsi Kalimantan Timur yang terdiri dari 2 Sub Bagian yaitu Sub Bagian Peningkatan Peranan Perempuan dan dan Sub Bag Partisipasi Masyarakat. 2. Struktur Organisasi Struktur organisasi Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari: a. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana b. Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Kepala Subbag Perencanaan Program Kepala Subbag Umum Kepala Subbag Keuangan c. Kepala Bidang Kualitas Hidup Perempuan Kepala Subbid Politik, Sosial, Budaya Kepala Subbid Ekonomi d. Kepala Bidang PerlindunganPerempuan & Anak Kepala Subbid Perlindungan Perempuan Kepala Subbid Perlindungan Anak e. Kepala Bidang Keluarga Berencana & Keluarga Sejahtera Kepala Subbid Keluarga Berencana Kepala Subbid Keluarga Sejahtera Selain struktur organisasi diatas, Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan dibantu oleh lembaga pendukung yang dibentuk berdasarkan keputusan Gubernur terdiri dari: 1) Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A); 2) Forum Anak Kalimantan Timur (FAKT); dan 3) Forum Peduli Anak Berkebutuhan Khusus (FPABK). 3. Tugas Pokok Dan Fungsi Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur mempunyai tugas Hal 18

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Daerah yang bersifat spesifik yaitu badan koordinatif di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana / keluarga sejahtera Provinsi Kalimantan Timur. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur mempunyai fungsi: a. Perumus kebijakan bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana sesuai rencana strategis yang telah ditetapkan oleh Pemerintah; b. Pemberian dukungan dan memfasilitasi atas perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan bidang peningkatan kualitas hidup perempuan; c. Perumusan, perencanaan, pembinaan, koordinasi dan pengendalian bidang perlindungan perempuan dan anak; d. Penguatan koordinasi dan jaringan kerja dan pemberdayaan perempuan dan bidang keluarga berencana & keluarga sejahtera; e. Penyelenggaraan urusan kesekretariatan; f. Pembinaan kelompok jabatan fungsional; dan g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur dibantu oleh lembaga pendukung sebagaimana tersebut diatas. 2.2 SUMBER DAYA Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur adalah Lembaga yang dibentuk Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Keterbatasan sarana/prasarana, SDM serta ketersediaan dana sifatnya tentulah sangat sementara dan diterapkan secara bertahap Hal 19

sehingga keterbatasan itu akan terpenuhi. Jumlah Pegawai Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur saat ini sebanyak 33 pegawai dengan rincian sebagai berikut: 1) PNS dengan Jabatan Eselon II sebanyak 1 (satu) orang; 2) PNS dengan Jabatan Eselon III sebanyak 4 (empat) orang; 3) PNS dengan Jabatan Eselon IV sebanyak 9 (sembilan) orang; dan 4) PNS Non Struktural sebanyak 19 (sembilan belas) orang. 5) Non PNS sebanyak 25 (dua puluh lima ) orang. Ringkasan sumber daya aparatur PNS Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur menurut golongan dan jenis kelamin adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Jumlah sumber daya aparatur PNS BPPKB Prov. Kaltim berdasarkan golongan Jenis Kelamin Golongan Jumlah Laki-laki Perempuan IV 4 3 7 III 7 15 22 II 2 2 4 I 0 0 0 JUMLAH 13 20 33 Ringkasan sumber daya aparatur PNS Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur menurut eselon dan jenis kelamin sebagai berikut: Tabel 2.3 Jumlah sumber daya aparatur PNS BPPKB Prov. Kaltim Hal 20

Esselon berdasarkan esellon Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah I - - - II - 1 1 III 2 2 4 IV 4 5 9 NON ESELON 7 12 19 JUMLAH 13 20 33 Ringkasan sumber daya aparatur PNS Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur menurut usia dan jenis kelamin adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Jumlah sumber daya aparatur PNS BPPKB Prov. Kaltim Berdasarkan usia Jenis Kelamin Usia Jumlah Laki-laki Perempuan > 55 0 0 0 51 55 4 4 8 46 50 2 8 10 41 45 4 3 7 36 40 3 2 5 31 35 0 2 2 26 30 0 0 0 21 25 0 1 1 < 20 0 0 0 Hal 21

Jumlah 13 20 33 Sedangkan ringkasan sumber daya aparatur PNS Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur menurut pendidikan dan jenis kelamin adalah sebagai berikut: Tabel 2.5 Jumlah sumber daya aparatur PNS BPPKB Prov. Kaltim Berdasarkan pendidikan Jenis Kelamin Pendidikan Jumlah Laki-laki Perempuan S.3 0 0 0 S.2 4 4 8 S.1 7 10 17 D.IV 0 0 0 SM 1 0 1 D.III 0 2 2 D.II 0 0 0 D.I 0 0 0 SLTA 2 3 5 SLTP 0 0 0 SD 0 0 0 JUMLAH 14 19 33 Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur bertempat di gedung perkantoran di Jalan Dewi Sartika No. 13 Samarinda, Gedung perkantor sebelumnya dipergunakan oleh Badan Pendidikan dan Latihan Provinsi Kalimantan Timur. Selain sarana gedung kantor, terdapat prasarana lainnya untuk memenuhi kegiatan dan kebutuhan operasional perkantoran secara bertahap dilakukan melalui pengadaan peralatan kantor dan rehabilitasi kantor. Realisasi anggaran belanja sarana dan Hal 22

prasarana dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 2.6 Realisasi anggaran belanja sarana dan prasarana Tahun Realisasi Belanja Sarpras (Rp) 2009 46.400.945 2010 858.583.000 2011 1.192.951.420 2012 1.323.171.545 2013 1.330.926.334 Jumlah 4.752.033.244 2.3 KINERJA PELAYANAN BADAN PP DAN KB PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Kinerja pelayanan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur merupakan capaian kinerja yang telah dilaksanakan melalui implementasi RENSTRA tahun 2009-2013, tercermin dari indikator kinerja sebagai berikut: 1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Merupakan alat ukur keberhasilan atau kinerja dalam bidang pembangunan manusia. Adapun indikatornya meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata sekolah, dan daya beli. Kondisi kualitas pembangunan manusia di Kalimantan Timur pada awal periode RENSTRA yaitu tahun 2009 berdasarkan angka IPM adalah 74,84. Target capaian indikator kinerja IPM pada akhir tahun 2012 adalah sebesar 76,46 sebagaimana tertuang pada Rencana Kinerja (Renja). Target IPM pada akhir tahun 2012 tersebut berhasil dicapai provinsi Kalimantan Timur dengan realisasi IPM Hal 23

mencapai angka 76,71 atau sebesar 100,33% dari target yang ditetapkan. Capaian indikator kinerja IPM selama tahun 2009 2012 meningkat stabil dengan rata-rata capaian indikator kinerja IPM sebesar 100,33%. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan kualitas pembangunan manusia di provinsi Kalimantan Timur. 2) Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Menggambarkan tingkat pemberdayaan perempuan dalam forum-forum politik dan ekonomi. Angka ini menunjukan sejauh mana perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan ekonomi dan politik dan mengambil bagian dalam mengambil keputusan. Adapun indikator IDG jumlah perempuan anggota parlemen, jumlah perempuan sebagai manajer dan administrator, angkatan kerja dan rata-rata upah di sektor non pertanian. Pada awal periode RENSTRA tahun 2009 Provinsi Kalimantan Timur menduduki peringkat 28 nasional pada bidang pemberdayaan gender. Berdasarkan rencana kerja tahun 2012, Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur menargetkan perbaikan peringkat menjadi peringkat 25. Berdasarkan peringkat capaian IDG tahun 2012, Provinsi Kalimantan Timur menduduki peringkat 23 dari 33 provinsi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbaikan pemberdayaan gender di provinsi Kalimantan Timur. Atas keberhasilan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam pembangunan bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak tersebut, selama tiga tahun berturut-turut mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mendapatkan penghargaan Anugrah Parahita Ekapraya (APE) dari Pemerintah Republik Indonesia. Tahun 2011 provinsi Kalimantan Timur mendapatkan penghargaan APE tingkat pratama kemudian meningkat capaiannya pada tahun 2012 dan 2013 yaitu mendapat penghargaan APE tingkat madya. 3) Indeks Pembangunan Gender (IPG) Hal 24

Menggambarkan perbandingan tingkat kemampuan dasar antara perempuan dan laki-laki. Dengan semakin seimbangnya kemampuan dasar perempuan dan laki-laki maka dapat meningkatkan kualitas hidup kaum perempuan dengan indikator angka harapan hidup (laki-laki dan perempuan), angka melek huruf (laki-laki dan perempuan), rata-rata sekolah (laki-laki dan perempuan), dan daya beli (laki-laki dan perempuan). Pada awal periode RENSTRA tahun 2009 provinsi Kalimantan Timur menduduki peringkat 29 nasional pada bidang pembangunan gender. Berdasarkan rencana kerja tahun 2012, ditargetkan pada akhir tahun 2012 provinsi Kalimantan Timur diharapkan dapat menduduki peringkat 26. Namun realisasi capaian IPG tahun 2012, pemerintah Provinsi Kalimantan Timur hanya berhasil memperoleh peringkat 29 secara nasional dari 33 provinsi di Indonesia. Pencapaian IPG selama tahun 2009 2012 belum mencapai target yang diharapkan. Belum tercapainya target indikator kinerja terutama disebabkan oleh rendahnya sumbangan pendapatan perempuan terhadap pendapatan daerah dan tidak tersedianya data terpilah pada SKPD pendukung. 4) Terwujudnya Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di Provinsi dan Kabupaten / Kota Menggambarkan terbentuknya P2TP2A di kabupaten/kota yang berfungsi untuk memberika layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan. Layanan terpadu terdiri dari pelayanan penerimaan pengaduan, kesehatan, bantuan dan layanan hukum, rehabilitasi sosial, reintegrasi dan pemulangan. Fungsi layanan tersebut menjadi tanggung jawab SKPD dan instansi vertikal terkait. Target pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) selama periode RENSTRA 2009 sampai dengan 2013 adalah terbentuknya 15 P2TP2A di seluruh kabupaten/ kota dan provinsi Kalimantan Timur. Target tersebut telah dapat dipenuhi seluruhnya pada tahun 2012. Pencapian ini terutama disebabkan oleh peningkatan intensitas dan efektifitas advokasi yang Hal 25

dilakukan oleh Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur ke SKPD Pemberdayaan Perempuan di masing-masing kabupaten/kota se- Kalimantan Timur serta adanya dukungan pendanaan dari pemerintah kabupaten/kota. 5) Terwujudnya Model Desa Prima (Perempuan Indonesia Maju Mandiri) Menggambarkan sebuah desa percontohan untuk menanggulangi kemiskinan melalui upaya ekonomi disertai pengurangan beban biaya kesehatan dan pendidikan bagi keluarga miskin dengan memanfaatkan seluruh potensi, serta mengkoordinasikan berbagai program pemberdayaan perempuan dari instansi terkait, LSM, organisasi perempuan, organisasi kemasyarakatan. Target pembentukan model Desa Prima (Perempuan Indonesia Maju Mandiri) selama periode RENSTRA 2009 sampai dengan 2013 adalah terbentuknya 14 model Desa Prima di seluruh kabupaten/ kota pada provinsi Kalimantan Timur. sampai dengan tahun 2013 telah terealisasi sebanyak 27 model desa prima. Untuk mencapai target ini, BADAN PP DAN KB Provinsi Kalimantan Timur secara aktif melaksanakan advokasi dan fasilitasi tentang pembentukan desa prima di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Terlampauinya capaian ini terutama disebabkan kuatnya komitmen kepala daerah dan tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya pembentukan desa prima untuk menanggulangi masalah kemiskinan di suatu wilayah. Rincian mengenai pencapaian kinerja pelayanan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur selama periode RENSTRA 2009-2013 terdapat pada Tabel Lampiran 2.7. Jumlah anggaran dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan program dan kegiatan untuk pencapaian kinerja pelayanan BADAN PP DAN KB Provinsi Kalimantan Timur pada umumnya mengalami pertumbuhan setiap tahun, kecuali hanya pada program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan di tahun 2012 dan 2013 yang mengalami pertumbuhan negatif. Sedangkan pertumbuhan Hal 26

paling tinggi terdapat pada program Program Peningkatan Peran serta dan Kesetaraan gender dalam Pembangunan. Rasio antara realisasi dan anggaran (prosentase penyerapan anggaran) selama lima tahun pada umumnya berkisar antara 64,39% s.d. 100%. Penyerapan anggaran paling rendah terdapat pada program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan. Rendahnya penyerapan terutama terdapat pada kegiatan pelaksanaan kebijakan perlindungan perempuan di daerah, penyusunan sistem perlindungan bagi perempuan dan fasilitasi upaya perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan dikarenakan adanya perubahan lokasi kegiatan yang lebih dekat sehingga beban akomodasi dan transportasi menjadi lebih rendah. Sedangkan penyerapan anggaran paling tinggi terdapat pada program Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Program KRR direalisasikan dalam bentuk advokasi/ konseling calon pengantin menuju keluarga bahagia dan sejahtera, advokasi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang kesehatan reproduksi remaja. Keberhasilan penyerapan anggaran didukung faktor koordinasi yang baik antara BADAN PP DAN KB Provinsi Kalimantan Timur dengan mitra kerja SKPD Provinsi Kalimantan Timur, instansi vertikal dan lembaga masyarakat pemerhati perempuan dan anak. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak penyerapan anggarannya dari tahun ke tahun dibawah 82%. Rendahnya penyerapan anggaran terutama dikarenakan rendahnya penyerapan kegiatan Advokasi dan Fasilitasi PUG bagi Perempuan dan Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak. Adapun faktor yang mempengaruhi rendahnya penyerapan kegiatan diatas adanya ketidaksesuai jadwal kegiatan antara BADAN PP DAN KB Provinsi Kalimantan Timur dengan BADAN PP DAN KB kabupaten/kota. Program Pengembangan Model Operasional BKB Posyandu-Padu merupakan program baru yang dimulai pada tahun 2013 karena adanya transisi perubahan struktur organisasi sesuai Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2008. Hal 27

Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan penyerapan anggarannya selama lima tahun dibawah 90%. Tidak tercapainya target pada kegiatan Perumusan kebijakan peningkatan kualitas hidup perempuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan Perumusan kebijakan peningkatan peran dan posisi perempuan di bidang politik dan jabatan publik dikarenakan belum adanya pedoman teknis tentang program peningkatan kualitas hidup perempuan dibidang ilmu pengetahun adan teknologi. Rincian mengenai anggaran dan realisasi pendanaan pelayanan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur selama periode RENSTRA 2009-2013 terdapat pada Tabel Lampiran 2.8. 2.4 TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN SKPD Dalam upaya pencapian target pelayanan Badan PP dan KB Provinsi Kalimantan Timur, tentunya masih terdapat dan akan selalu menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang menghambat pencapaian tujuan. Oleh karenanya perlu dirancang suatu strategi dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada agar tujuan dapat tercapai dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat terlaksana dengan baik. Dalam mengidentifikasi tantangan, ancaman, kekuatan dan peluang perlu dilakukan suatu metode untuk menganalisanya. Salah satunya yaitu dengan menggunakan metode SWOT Analysis (strength, Weakness, Oportunity and Threat analysis). Identifikasi tantangan, ancaman, kekuatan dan peluang BADAN PP DAN KB Provinsi Kalimantan Timur menurut SWOT Analysis adalah sebagai berikut: Tabel 2.9 Identifikasi tantangan, ancaman, kekuatan dan peluang (SWOT Analisys) No. KEKUATAN/ STRENGTH (S) No. KELEMAHAN/ WEAKNESS (W) Hal 28

S1 Komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana S2 Peraturan Daerah tentang pembentukan Gugus Tugas Pencegahan Tindak Pindana Perdagangan Orang (PTPPO) dan Eksploitasi Seksual Anak (Eksa) S3 Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak S4 Penunjukan dan penetapan provinsi yang mengembangkan kabupaten/kota layak anak dari Pemerintah Pusat W1 a. Pelaksanaan PUG yang belum optimal b. Kualitas dan kuantitas SDM yang masih kurang memadai W2 Rendahnya kepedulian masyarakat terhadap perlindungan perempuan dan anak W3 Masih rendahnya akses perempuan dalam pembangunan daerah W4 Kualitas LSM/LM, ORMAS Pemerhati Anak yang masih rendah No. PELUANG/ OPPORTUNITY (O) No. ANCAMAN/ THREAT (T) O1 Kuantitas LSM/LM, ORMAS Pemerhati Anak yang cukup memadai O2 Adanya jejaring dengan lembaga yang mendukung program T1 Ketersediaan anggaran yang belum memadai T2 Ketersediaan data terpilah lakilaki dan perempuan O3 Pengembangan Model Desa Prima (Perempuan Maju dan Mandiri) T3 Keengganan korban kekerasan (perempuan dan anak) untuk melapor karena faktor budaya T4 Kurang dukungan dari para pengambil keputusan dalam pelaksanaan program pemberdayaan perempuan Hal 29

T5 Duplikasi program dengan pelaksana program baik di Pusat dan Daerah T6 Migrasi penduduk yang kurang terkendali Berdasarkan SWOT analysis tersebut diatas, maka dapat ditentukan faktor-faktor kunci keberhasilannya sebagai berikut: 1) Strategi SO (Memaksimalkan Strength / Kekuatan untuk Memanfaatkan Opportunity / Peluang). a) Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait dengan memaksimalkan peran Pemerintah Kabupaten/ Kota, dan pembinaan yang efektif terhadap LSM/LM, ORMAS Pemerhati Anak; b) Secara berkala melakukan sosialisasi/ kampanye yang efektif atas Perda/Peraturan terbaru dan pemberian penghargaan pada masyarakat yang mendukung pemberdayaan perempuan dan anak sehingga menambah motivasi dukungan masyarakat; dan c) Secara periodik melakukan capacity building POKJA PUG dalam mendorong implementasi PPRG pada SKPD untuk menuju kesetaraan gender. 2) Strategi ST (Memaksimalkan Strength/ kekuatan untuk mengurangi Threat/ ancaman). a) Memaksimalkan dana operasional untuk membiayai kegiatan operasional; b) Pendekatan yang efektif bagi pengambil keputusan dalam pengambilan kebijakan penganggaran, dan akses pembangunan yang berpihak kepada perempuan; c) Memanfaatkan tokoh non formal semaksimal mungkin dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap korban kekerasan perempuan dan anak; dan Hal 30

d) Memaksimalkan koordinasi dengan mitra kerja lain/stakeholder dalam program pemberdayaan perempuan dan anak serta keluarga berencana. 3) Strategi WO (Meminimalkan Weakness/ kelemahan untuk menangkap Opportunity/ peluang) a) Pelaksanaan pelatihan teknis/fungsional, kursus secara berkala dan terencana untuk meningkatkan kualitas SDM; dan b) Mengevaluasi kembali sistem pembinaan LSM/LM, ORMAS Pemerhati Anak untuk efektifitas peningkatan kualitas. 4) Strategi WT (Meminimalkan Weakness/ kelemahan untuk menghindari Threat/ancaman) a) Intensifikasi dan ekstensifikasi informasi dari pihak terkait tentang data terpilah laki-laki dan perempuan dalam segala bidang; b) Mengefektifkan kerjasama dengan pihak yang terkait dalam rangka pengendalian penduduk; dan c) Memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada untuk kegiatan operasional. Hal 31

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN Penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah provinsi Kalimantan Timur (RPJMD) 2013-2018 menjadi acuan dalam pelaksanaan pembangunan di daerah, dan menjadi prioritas karena menyangkut Pembangunan Sumberdaya Manusia. Masalah Utama dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana adalah rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan politik. 1. Permasalahan terkait peningkatan indeks pembangunan manusia a. Angka kemiskinan yang masih tinggi Di bidang ekonomi, kemampuan perempuan untuk memperoleh peluang kerja dan berusaha masih rendah. Demikian pula halnya akses terhadap sumber daya ekonomi, seperti teknologi, informasi pasar, kredit, dan modal kerja. Tingkat pengangguran pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Besaran upah/gaji yang diterima penduduk perempuan di sektor non-pertanian lebih kecil dibanding laki-laki. Selain itu banyak perempuan yang bekerja pada pekerjaan marginal sebagai buruh lepas, atau pekerja keluarga tanpa memperoleh upah, atau dengan upah rendah. Mereka tidak memperoleh perlindungan hukum dan kesejahteraan. Dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan, perempuan dan anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terkena dampak. Di dalam kegiatan agrobisnis umumnya perempuan mempunyai peran relatif besar pada bidang pemasaran dibanding laki-laki. Namun akses dan kontrol perempuan dalam kelembagaan yang mendukung agrobisnis relatif masih rendah. Hal ini antara lain disebabkan kentalnya budaya yang membatasinya. Kemampuan Hal 32

perempuan untuk memperoleh peluang kerja dan berusaha masih rendah. Demikian pula halnya akses terhadap sumber daya ekonomi, seperti teknologi, informasi pasar, kredit, dan modal kerja. Secara statistik angka kemiskinan di Kalimantan Timur cukup tinggi. Ternyata salah satu penyumbang tingginya angka tersebut adalah kecilnya penghasilan perempuan sebagai tenaga kerja dan kepala keluarga. b. Angka buta aksara yang masih tinggi; Penduduk Kalimantan Timur yang buta aksara, ternyata didominasi oleh perempuan. Angka melek huruf perempuan masih terus tinggi dibanding laki-laki. Tingkat pendidikan dan kesempatan memperoleh pendidikan masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain kurangnya kesempatan memperoleh pendidikan dan budaya patriarchi (peran perempuan lebih pada peran domestik). c. Minimnya dukungan bagi partisipasi perempuan keluarga miskin dalam pembangunan. Pemberdayaan Perempuan merupakan upaya untuk mencapai kesetaraan dalam mencapai manfaat pembangunan, tidak terkecuali untuk perempuan di desa tertinggal. Sebagai alternatif pilihan upaya pemberdayaan perempuan dalam pengurangan beban biaya hidup, beban biaya kesehatan dan pendidikan pada perempuan keluarga miskin yaitu dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada, serta mengkoordinasikan berbagai Program Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana baik oleh masyarakat maupun oleh Pemerintah setempat yang secara bersama-sama bersinergi, memfokuskan kegiatan dalam rangka peningkatan produktivitas ekonomi perempuan. Upaya tersebut dilaksanakan di desa tertinggal dan merupakan sebuah model desa percontohan yang dikenal dengan Model Desa Perempuan Indonesia Mandiri (Desa Prima): Menanggulangi kemiskinan; Hal 33

Melalui upaya ekonomi, pengurangan beban biaya kesehatan dan pendidikan bagi keluarga miskin; Memanfaatkan seluruh potensi/sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia; Meningkatkan produktivitas ekonomi perempuan kelompok miskin di berbagai kegiatan usaha, untuk meningkatkan pendapatan keluarga; Meningkatkan akses kelompok perempuan terhadap informasi, teknologi tepat guna, dan berbagai sumber pembiayaan; dan Mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Gender melalui Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP). Sasaran umum Desa Prima adalah perempuan dari keluarga miskin agar terjadi penurunan tingkat kemiskinan di wilayah tersebut. Target sasaran adalah desa/kelurahan yang memenuhi jumlah Keluarga Pra KS dan KS I cukup tinggi (diatas 10%). Kriteria lokasi desa prima secara geografis: terisolir, tidak memiliki atau belum dapat memanfaatkan sumber daya alam, sedangkan secara ekonomis adalah pendapatan perkapita per tahun dibawah standar minimum, tidak memiliki akses terhadap pekerjaan. Kriteria secara sosiologi antara lain daerah tertinggal (belum terjamah pembangunan), termasuk dari aspek pendidikan, kesehatan, kebudayaan, informasi dan sarana prasarana fisik. Desa/kelurahan yang akan dijadikan model Desa Prima adalah desa/ kelurahan yang mempunyai penduduk miskin (Pra KS dan KS I) relatif seimbang dengan penduduk yang mampu. Desa/ kelurahan tersebut mempunyai sumber daya alam yang memadai dan berpotensi untuk dikembangkan dan telah disepakati bersama untuk ditunjuk oleh pemerintah provinsi/kabupaten sebagai lokasi Desa Prima, dengan Surat Keputusan Gubernur/Bupati. d. Pengembangan menuju Kabupaten/Kota Layak Anak yang belum menyeluruh Provinsi Kalimantan Timur ditunjuk sebagai salah satu dari Hal 34

10 (sepuluh) Provinsi di Indonesia untuk mengembangkan Kabupaten/Kota Layak Anak. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak RI Nomor 56 Tahun 2010 tanggal 26 Juli 2010 tentang Penunjukan & Penetapan Provinsi Yang Mengembangkan Kabupaten/Kota Layak Anak ditindak lanjuti dengan Surat Gubernur Ke Bupati /Walikota Se- Kalimantan Timur Surat Nomor: 463/11189/ Badan PP dan KB/XII/2010, Tanggal 20 Desember 2010 Perihal Fasilitasi Pengembangan Kabupaten & Kota Layak Anak. Kabupaten/kota layak anak adalah sistem pembangunan Kabupaten/Kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam program dan kegiatan pemenuhan hak & Perlindungan anak. Alasan mengapa kabupaten/kota Layak Anak perlu dilaksanakan karena: Anak adalah amanah Tuhan yang perlu dipertanggungjawabkan secara pribadi dan sosial; Jumlah anak 30-36% dari total penduduk, Tidak bisa diabaikan; Perubahan global mengancam tata nilai agama, sosial, dan budaya lokal; Embrio SDM yang handal dan tangguh menentukan masa depan bangsa dan negara; dan Anak terancam & menjadi korban kekerasan, pelecehan, dikriminasi, perlakuan salah. e. Tingginya angka keluarga Pra Sejahtera Kualitas Manusia Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan penilaian Indeks Pembangunan manusia (IPM) Kalimantan Timur tahun 2011 berada pada peringkat 5 dengan nilai 76,22. Kesulitan untuk meningkatkan kualitas penduduk indonesia dikarenakan komposisi penduduk yang mengalami tripele burden, yang ditandai dengan besarnya usia balita dan anak, remaja dan lansia bila dibandingkan dengan penduduk usia produktif. Hal 35

Dengan komposisi penduduk diatas, merupakan keharusan bagi Pemerintah untuk melakukan peningkatan kualitas manusia Indonesia guna kepentingan pembangunan berkelanjutan (Undang- Undang No. 52 Tahun 2009). Dalam rangka pembangunan keluarga berdasarkan siklus hidup, pelaksanaan pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan kualitas anak dengan pemberian akses informasi, pendidikan, penyuluhan dan pelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak: peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga, peningkatan kualitas lansia agar tetap produktif dan berguna bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam kehidupan keluarga, serta peningkatan akses dan peluang terhadap penerimaan informasi dan sumber daya ekonomi melaui usaha mikro keluarga, mutlak perlu diberhasilkan. Berkaitan dengan kesejahteraan keluarga adalah masih tingginya angka keluarga Pra Sejahtera tahun 2012 yaitu sebanyak 50.794 dan Keluarga Sejahtera I sebanyak 101.177 keluarga, sehingga perlu upaya peningkatan pendapatan keluarga untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Selama kurun waktu 10 tahun sejak diberlakukan otonomi daerah tahun 2000, proporsi penduduk terpadat masih berada di kota-kota besar mengingat berbagai fasilitas kesehatan, pendidikan serta lapangan pekerjaan masih terkonsentrasi di kota-kota tersebut. Prosentase migrant risen di daerah perkotaan tiga kali lipat lebih besar daripada migrant risen di daerah perdesaan, masingmasing sebesar 3,8% dan 1,2% (SP 2010). Namun, dalam 10 tahun terakhir juga terjadi perubahan pola migrasi dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa akibat adanya pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru. Saat ini terdapat beberapa provinsi di luar Jawa yang menjadi daerah tujuan migrant antara lain Hal 36