BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)


BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping


BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

STUDI PERILAKU PENGOBATAN DAN PENGELOLAAN DIABETES MELLITUS DI KELURAHAN PURWODADI DAN DESA TRUWOLU JAWA TENGAH SKRIPSI. Disusun Oleh : Irma Aryani

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (Hiperglikemia) (Riskesdas 2013). Hiperglikemia terjadi bila gula darah sewaktu 200 mg/dl atau glukosa darah puasa 126 mg/dl (Utama, 2004). Menurut Darmono (2007) peningkatan kadar glukosa darah pada diabetes mellitus juga disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Hal tersebut dihubungan dengan defisiensi kerja dan/sekresi insulin secara absolut atau relatif (Riskesdas, 2013). Diabetes mellitus terbagi menjadi dua tipe yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1 disebut juga diabetes mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM). Diabetes mellitus tipe 2 disebut juga diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM). Diabetes tipe 1 terjadi karena timbulnya reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis (Darmono, 2007). Diabetes mellitus tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang disebut resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Insulitis pada diabetes mellitus tipe 1 bisa disebabkan macam-macam diantaranya virus

2 seperti virus cocksakie, rubella, dan herpes. Dan diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan gaya hidup, faktor kegemukan, kebiasaan tidak melakukan aktivitas fisik, faktor stres, serta ras/etnis (Darmono, 2007). Menurut WHO (2007), Indonesia menduduki peringkat ke empat dengan jumlah kasus diabetes mellitus terbanyak di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat. Jumlah kasus di Indonesia sebesar 8,4 juta orang dan diprediksi akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 21,3 juta orang (Depkes RI, 2009). Selain di tingkat dunia, prevalensi diabetes mellitus menurut provinsi di Indonesia, berkisar antara 0,8% di Lampung hingga 2,5% di DKI Jakarta. Sebanyak 8 provinsi di Indonesia mempunyai prevalensi penyakit diabetes mellitus di atas prevalensi nasional. Provinsi tersebut diantaranya Nanggroe Aceh Darussalam (2,6%), Kalimantan Timur (2,7%), Gorontalo (2,8%), DI Yogyakarta (3,0%), Nusa Tenggara Timur (3,3%), Sulawesi Selatan (3,4%), Sulawesi Utara (3,6%), dan Sulawesi Tengah (3,7%) (Riskesdas, 2013). Berbagai faktor seperti faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup dapat mempengaruhi prevalensi diabetes mellitus yang semakin meningkat (Bustan, 2007). Menurut Ngurah & Ketut Suastika (2008) meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang seperti di Indonesia banyak dikaitkan dengan meningkatnya taraf kehidupan masyarakat serta perubahan pola hidup

3 terutama di kota-kota besar. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukan bahwa prevalensi diabetes mellitus cenderung lebih tinggi pada masyarakat di perkotaan (2,0%) dan indeks kepemilikan tinggi (3,0%). Melihat prevalensi diabetes mellitus di Indonesia yang semakin meningkat, perlu dilakukan upaya dalam pengendalian diabetes mellitus yang tercermin dalam pengelolaan diabetes mellitus (Utama, 2004). Upaya pengelolaan diabetes mellitus yang lebih baik, terencana, dan berkelanjutan dilaksanakan berdasarkan empat pilar utama pengelolaan diabetes mellitus, yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik, dan penyuluhan (Weiss at.al., 2006). Diabetes mellitus dapat dikendalikan dengan mengatur pola makan dan diet seimbang sehingga kontrol glukosa darah dapat dilakukan (Waspanji, 2007). Latihan jasmani yang teratur dapat menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan kerja insulin dan menurunkan berat badan (Syahbudin, 2001). Penyuluhan dari tenaga kesehatan mampu memberikan penderita diabetes mellitus pengetahuan yang baik tentang kondisi dan penyakitnya, sehingga akan membuatnya mampu mengendalikan kondisi diabetes melitus tersebut agar dapat mempertahankan kualitas hidupnya (Utama, 2004). Selain itu, pengelolaan diabetes mellitus juga dapat dilakukan dengan pengobatan dengan obat hipoglikemik untuk mempertahankan kadar glukosa darah tetap normal (Rusdi, 2009).

4 Menurut Moningkey (2000) pengobatan yang intensif dapat menambah umur harapan hidup pasien diabetes mellitus rata-rata 2,5 tahun. Pengobatan dan kontrol yang rutin sesuai jadwal akan membuat kadar glukosa darah selalu berada dalam batas yang normal (Tandra, 2008). Berhasilnya pengobatan diabetes mellitus bergantung pada kerjasama antara petugas kesehatan dengan penyandang diabetes dan keluarganya (Basuki, 2005). Demi mencapai berhasilnya pengobatan bagi penderita diabetes mellitus, pembuat kebijakan pelayanan kesehatan di setiap daerah harus di tingkatkan supaya dapat menekan banyaknya penderita diabetes mellitus. Sehingga penderita diabetes mellitus di setiap daerah dapat mengontrol kadar glukosa darah dengan baik sesuai kebijakan dari pelayanan kesehatan (Utama, 2004). Salah satu daerah yang memiliki banyaknya penderita diabetes mellitus adalah Kabupaten Grobogan. Diabetes mellitus adalah satu dari lima penyakit utama tidak menular yang paling banyak di derita di Kabupaten Grobogan (Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, 2011). Kelima penyakit tersebut yaitu penyakit hipertensi, asma, diabetes mellitus, deccom cordis/gagal jantung, dan penyakit paru obstruksi kronik/menahun. Dengan jumlah kasus yaitu hipertensi (15.587 kasus), asma (6.344 kasus), diabetes mellitus (4.297 kasus), deccom cordis/gagal jantung (944 kasus) dan penyakit paru obstruksi kronik/menahun (459 kasus). Banyaknya penderita diabetes mellitus di

5 Kabupaten Grobogan dibedakan berdasarkan usia, antara lain menurut usia 45-64 tahun, usia 15-44 tahun, dan usia > 65 tahun. Dengan jumlah kasus yaitu usia 45-64 tahun 3.534 kasus (78%), usia 15-44 tahun 563 kasus (13%), dan usia > 65 tahun 405 kasus (9%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, 2011). Berdasarkan banyaknya penderita diabetes mellitus di Kabupaten Grobogan, maka peneliti melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan yang dilakukan adalah melakukan wawancara singkat pada 10 orang penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan 5 orang penderita diabetes mellitus di Desa Truwolu. Wawancara di Kelurahan Purwodadi pada tanggal 2 Juli 2012, penderita diabetes mellitus paling banyak disebabkan karena pola makan yang tidak dijaga didukung pendapatan perkapita yang mencukupi dan menjadi pendorong bebasnya pola makan sehari-hari. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di desa pada tanggal 3 juli 2012 di Puskesmas Ngaringan, menunjukan hal yang sama yaitu karena pola makan yang tidak teratur. Walaupun demikian pengelolaan dan penanganan penderita diabetes di Kelurahan Purwodadi baik, hal tersebut dikarenakan faktor ekonomi yang tinggi dan fasilitas kesehatan yang tersedia dari mulai Bidan, Puskesmas, Dokter Praktek, Klinik Kesehatan, bahkan Rumah Sakit. Pengelolaan dan pengobatan di desa didasari oleh faktor ekonomi yang rendah serta penanganan yang masih menggunakan cara tradisi seperti

6 ramuan-ramuan yang diminum. Ditambah lagi di desa hanya ada bidan desa sebagai fasilitas kesehatan sedangkan puskesmas dan rumah sakit berada jauh dari desa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Studi Perilaku Pengobatan dan Pengelolaan Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. 1.2 Identifikasi Masalah Diet, latihan, pengontrolan kadar gula, serta gaya hidup yang baik dapat mengontrol penyakit diabetes mellitus. Namun jika hal itu sudah dilakukan tetapi kadar glukosa darah tetap naik maka dapat menggunakan pengobatan farmakologi yaitu dengan obat hipoglikemi oral dan insulin. Sebagian penderita diabetes mellitus yang hiperglikeminya tidak bisa dikendalikan dengan oral maka dapat dilakukan dengan penyuntikan insulin. Namun dalam pengobatan dan pengelolaan tidak semua orang mengetahuinya dan mau melakukannya. Semuanya itu tergantung pada sumber daya yang ada, fasilitas pendukung, adat istiadat, serta pendapatan di setiap daerah dan masing-masing orang khususnya di Kota/Kelurahan dan di Desa. Padahal jika penyakit diabetes mellitus ini tidak segera diobati dan dikelola dengan baik maka akan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana perbandingan perilaku pengobatan dan

7 pengelolaan diabetes melitus di Desa Truwolu dan Kelurahan Purwodadi. 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Perilaku pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi 2. Perilaku pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus di Desa Truwolu 3. Responden Populasi dalam penelitian ini dikhususkan pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan penderita diabetes mellitus di Desa Truwolu. Dengan jumlah sampel sebanyak 44 orang. Empat puluh empat orang tersebut terdiri dari 17 orang penderita diabetes mellitus di Desa Truwolu dan 27 orang penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi. 4. Batasan Istilah a. Diabetes mellitus adalah kelainan yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dihubungan dengan defisiensi kerja dan/sekresi insulin secara absolut atau relatif. b. Perilaku

8 Perilaku merupakan suatu tanggapan atau respon seseorang terhadap rangsangan (stimulus) yang tampak oleh mata (nyata), karena itu rangsangan sangat mempengaruhi perilaku (Sarwono, 2008). Dengan demikian, perilaku adalah perbuatan/tindakan seseorang untuk melakukan sesuatu berdasarkan beberapa faktor. c. Pengobatan Pengobatan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan untuk mengobati (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Dengan demikian, pengobatan adalah suatu upaya/cara untuk mengobati sesuatu. d. Pengelolaan Pengelolaan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengelola (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Dengan demikian, pengelolaan adalah usaha yang bertujuan untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui perilaku pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi

9 2. Mengetahui perilaku pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus di Desa Truwolu 3. Membandingan perilaku pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : 1.5.1 Secara teoritis : Bagi pendidikan keperawatan : Bagi pendidikan keperawatan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber pengetahuan dan masukan bagi mahasiswa dalam menerapkan asuhan keperawatan sehingga dapat peka terhadap pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus. 1.5.2 Secara praktis : a. Bagi praktek keperawatan Manfaat dari penelitian ini dapat menjadi masukan, acuan dan sumber pengetahuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif tentang pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus. b. Bagi penelitian keperawatan Bagi penelitian keperawatan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti, sehingga penelitian ilmiah dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya. Serta dapat

10 dijadikan sumber informasi bagi penelitian keperawatan tentang pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus. c. Bagi peneliti Bagi peneliti, dapat dijadikan sumber pengetahuan dan pembelajaran tentang pengobatan dan pengelolaan diabetes mellitus yaitu diet, latihan jasmani, evaluasi, dan obat hipoglikemi, sehingga dapat dijadikan acuan dalam dunia kerja.