BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Penentuan lahan pengamatan dan petak contoh Pengamatan hama

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa Desa

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3. METODE KAJIAN A. Lokasi, Waktu dan Biaya Penelitian Metode Kerja 1. Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN A.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

PETUNJUK PENGAMATAN OPT PERKEBUNAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

PERBEDAAN USAHATANI KANGKUNG DARAT (Ipomoea aquatica) SISTEM ORGANIK DAN ANORGANIK. Edi Supriyono, Dawud Ardisela, Ismarani Abstract

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta lokasi penelitian. loupe, kuas, sarung tangan, jaring serangga,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KENTANG DI KABUPATEN KARO

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

IV. METODE PENELITIAN

KAJIAN IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN ACEH BARAT PROVINSI ACEH

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Wawancara Pengamatan dan Pengambilan Contoh

IV. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BALITSA & WUR the Netherlands,

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani Padi Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Sarana. Produksi

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015.

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lahan petani di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang dan Salimpat, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Identifikasi Serangga dan Patogen dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Kabupaten Solok, Sumatera Barat dan Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2009. Metode Penelitian Penentuan lahan pengamatan dan petak contoh Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung pada lahan milik petani di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Setiap desa dipilih 4 lahan tanaman bawang merah dengan luasan 0,3-1 ha. Setiap lahan diamati tiap minggu sebanyak 6 kali pengamatan. Masing-masing lahan diambil 5 petak contoh dan setiap petak contoh diambil 5 rumpun tanaman contoh. Pengambilan petak contoh dilakukan secara diagonal dengan satu petak contoh terletak di perpotongan garis diagonal lahan dan empat lainnya terletak pada garisgaris diagonal. Pengamatan hama Pengamatan hama dilakukan secara langsung pada setiap tanaman contoh, dengan mengidentifikasi jenis hama dan menghitung tingkat kerusakan tanaman berdasarkan gejala serangan pada tiap tanaman contoh. Untuk hama yang tidak dapat diidentifikasi di lapangan dimasukkan kedalam alkohol 70% untuk diidentifikasi di laboratorium. Perbedaan tingkat kerusakan tanaman pada setiap desa diolah dengan uji-t pada taraf nyata 5% menggunakan program MINITAB 14. Intensitas kerusakan oleh hama dihitung menggunakan acuan rumus menurut (Suryaningsih, 2002):

12 (nx v) I = X 100% N x V I = Intensitas kerusakan (%) n = jumlah tanaman dalam setiap kategori serangan v = nilai skala tiap kategori serangan N = Jumlah tanaman yang diamati V = nilai skala serangan tertinggi Nilai skala kerusakan (vi) ditentukan sebagai berikut : vi = 0 : bila tidak ada gejala kerusakan vi = 1 : bila gejala kerusakan 1-20% vi = 2 : bila gejala kerusakan 21-40% vi = 4 : bila gejala kerusakan 61-80% vi = 5 : bila gejala kerusakan 81-100% vi = 3 : bila gejala kerusakan 41-60% Pengamatan penyakit Pengamatan penyakit dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap gejala yang terdapat pada tanaman contoh. Contoh tanaman sakit diamati di laboratorium untuk diidentifikasi. Gejala penyakit pada setiap tanaman contoh dihitung untuk menentukan kejadian penyakit dan intensitas penyakit. Kejadian penyakit dihitung berdasarkan proporsi tanaman yang terserang dalam suatu pertanaman, tanpa memperhitungkan berat atau ringannya serangan (Sinaga, 2006):

13 Kejadian penyakit = n/n x 100% n = Jumlah tanaman yang terserang N = Jumlah tanaman yang diamati Untuk penyakit yang bersifat polisiklik (Siklus infeksi terjadi berulangulang dalam rantai infeksi, misal: blas daun, bercak daun, dan bulai) dihitung juga intensitas penyakit. Penentuan intensitas penyakit didasarkan pada rumus Townsend dan Heuberger (1974 dalam Agrios 1997): ni x vi Intensitas penyakit = X 100% N x V ni = jumlah tanaman yang terserang pada kategori ke-i vi = nilai skala kerusakan ke-i N = total tanaman contoh V = nilai skala kerusakan tertinggi (=5) Nilai skala kerusakan (vi) ditentukan sebagai berikut : vi = 0 : bila tidak ada gejala kerusakan vi = 1 : bila gejala kerusakan 1-20% vi = 2 : bila gejala kerusakan 21-40% vi = 4 : bila gejala kerusakan 61-80% vi = 5 : bila gejala kerusakan 81-100% vi = 3 : bila gejala kerusakan 41-60% Wawancara dengan petani Wawancara dengan petani dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh data primer tentang tingkat pendidikan, umur, pengalaman dalam bertani, luas lahan, status kepemilikan

14 lahan, pengetahuan tentang pengelolaan tanaman dan organisme pengganggu tanaman (OPT) bawang merah, cara pengendalianya, biaya produksi, serta pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam mengelola pertanaman. Jumlah petani responden masing-masing desa adalah 20 orang. Responden dipilih tanpa membedakan antara petani yang pernah mengikuti SLPHT dan tidak pernah mengikuti SLPHT. Data sekunder meliputi curah hujan, suhu, ph, produksi, dan lain-lain berasal dari data yang sudah ada pada instansi pertanian yang terkait, Kantor Kecamatan dan Kantor BPP Kecamatan Lembah Gumanti. Analisis usahatani 1. Analisis pendapatan usahatani Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus menurut Soekartawi (2002) : Pendapatan = TR - TC Total Penerimaan (TR) = PxQ Total Biaya (TC) = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan Pendapatan = (PxQ) - (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan) 2. Efesiensi usahatani diukur Return Cost Ratio (R/C) Return Cost Ratio (R/C) atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Analisis R/C ratio bertujuan untuk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usahatani tertentu. Nilai R/C meliputi R/C tunai dan R/C total, R/C tunai merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya tunai sedangkan R/C total merupakan perbandingan penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Apabila nilai R/C ratio > 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada pada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut, apabila nilai R/C ratio < 1 maka tiap unit yang dikeluarkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh, sedangkan untuk kegiatan usaha yang memiliki R/C ratio = 1, berarti kegiatan

15 usaha berada pada keuntungan normal (normal profit). Rumus menurut Soekartawi (2002): Penerimaan Total Q x P R/C ratio = = Biaya Total BT + BD Q = Total Produksi (kg) P = Harga Jual Produk (Rp) BT = Biaya Tunai (Rp) BD = Biaya diperhitungkan (Rp)