BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lahan petani di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang dan Salimpat, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Identifikasi Serangga dan Patogen dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Kabupaten Solok, Sumatera Barat dan Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2009. Metode Penelitian Penentuan lahan pengamatan dan petak contoh Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung pada lahan milik petani di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Setiap desa dipilih 4 lahan tanaman bawang merah dengan luasan 0,3-1 ha. Setiap lahan diamati tiap minggu sebanyak 6 kali pengamatan. Masing-masing lahan diambil 5 petak contoh dan setiap petak contoh diambil 5 rumpun tanaman contoh. Pengambilan petak contoh dilakukan secara diagonal dengan satu petak contoh terletak di perpotongan garis diagonal lahan dan empat lainnya terletak pada garisgaris diagonal. Pengamatan hama Pengamatan hama dilakukan secara langsung pada setiap tanaman contoh, dengan mengidentifikasi jenis hama dan menghitung tingkat kerusakan tanaman berdasarkan gejala serangan pada tiap tanaman contoh. Untuk hama yang tidak dapat diidentifikasi di lapangan dimasukkan kedalam alkohol 70% untuk diidentifikasi di laboratorium. Perbedaan tingkat kerusakan tanaman pada setiap desa diolah dengan uji-t pada taraf nyata 5% menggunakan program MINITAB 14. Intensitas kerusakan oleh hama dihitung menggunakan acuan rumus menurut (Suryaningsih, 2002):
12 (nx v) I = X 100% N x V I = Intensitas kerusakan (%) n = jumlah tanaman dalam setiap kategori serangan v = nilai skala tiap kategori serangan N = Jumlah tanaman yang diamati V = nilai skala serangan tertinggi Nilai skala kerusakan (vi) ditentukan sebagai berikut : vi = 0 : bila tidak ada gejala kerusakan vi = 1 : bila gejala kerusakan 1-20% vi = 2 : bila gejala kerusakan 21-40% vi = 4 : bila gejala kerusakan 61-80% vi = 5 : bila gejala kerusakan 81-100% vi = 3 : bila gejala kerusakan 41-60% Pengamatan penyakit Pengamatan penyakit dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap gejala yang terdapat pada tanaman contoh. Contoh tanaman sakit diamati di laboratorium untuk diidentifikasi. Gejala penyakit pada setiap tanaman contoh dihitung untuk menentukan kejadian penyakit dan intensitas penyakit. Kejadian penyakit dihitung berdasarkan proporsi tanaman yang terserang dalam suatu pertanaman, tanpa memperhitungkan berat atau ringannya serangan (Sinaga, 2006):
13 Kejadian penyakit = n/n x 100% n = Jumlah tanaman yang terserang N = Jumlah tanaman yang diamati Untuk penyakit yang bersifat polisiklik (Siklus infeksi terjadi berulangulang dalam rantai infeksi, misal: blas daun, bercak daun, dan bulai) dihitung juga intensitas penyakit. Penentuan intensitas penyakit didasarkan pada rumus Townsend dan Heuberger (1974 dalam Agrios 1997): ni x vi Intensitas penyakit = X 100% N x V ni = jumlah tanaman yang terserang pada kategori ke-i vi = nilai skala kerusakan ke-i N = total tanaman contoh V = nilai skala kerusakan tertinggi (=5) Nilai skala kerusakan (vi) ditentukan sebagai berikut : vi = 0 : bila tidak ada gejala kerusakan vi = 1 : bila gejala kerusakan 1-20% vi = 2 : bila gejala kerusakan 21-40% vi = 4 : bila gejala kerusakan 61-80% vi = 5 : bila gejala kerusakan 81-100% vi = 3 : bila gejala kerusakan 41-60% Wawancara dengan petani Wawancara dengan petani dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh data primer tentang tingkat pendidikan, umur, pengalaman dalam bertani, luas lahan, status kepemilikan
14 lahan, pengetahuan tentang pengelolaan tanaman dan organisme pengganggu tanaman (OPT) bawang merah, cara pengendalianya, biaya produksi, serta pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam mengelola pertanaman. Jumlah petani responden masing-masing desa adalah 20 orang. Responden dipilih tanpa membedakan antara petani yang pernah mengikuti SLPHT dan tidak pernah mengikuti SLPHT. Data sekunder meliputi curah hujan, suhu, ph, produksi, dan lain-lain berasal dari data yang sudah ada pada instansi pertanian yang terkait, Kantor Kecamatan dan Kantor BPP Kecamatan Lembah Gumanti. Analisis usahatani 1. Analisis pendapatan usahatani Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus menurut Soekartawi (2002) : Pendapatan = TR - TC Total Penerimaan (TR) = PxQ Total Biaya (TC) = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan Pendapatan = (PxQ) - (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan) 2. Efesiensi usahatani diukur Return Cost Ratio (R/C) Return Cost Ratio (R/C) atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Analisis R/C ratio bertujuan untuk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usahatani tertentu. Nilai R/C meliputi R/C tunai dan R/C total, R/C tunai merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya tunai sedangkan R/C total merupakan perbandingan penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Apabila nilai R/C ratio > 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada pada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut, apabila nilai R/C ratio < 1 maka tiap unit yang dikeluarkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh, sedangkan untuk kegiatan usaha yang memiliki R/C ratio = 1, berarti kegiatan
15 usaha berada pada keuntungan normal (normal profit). Rumus menurut Soekartawi (2002): Penerimaan Total Q x P R/C ratio = = Biaya Total BT + BD Q = Total Produksi (kg) P = Harga Jual Produk (Rp) BT = Biaya Tunai (Rp) BD = Biaya diperhitungkan (Rp)