PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA MENGGUNAKAN MEDIA FILM PENDEK PADA SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH I LUMAJANG TAHUN 2013/2014

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS VII-B MTS. DARUN NAJAH PETAHUNAN LUMAJANG

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIE SMPK MARIA FATIMA JEMBER MELALUI TEKNIK PS3

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERJENJANG SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK PGRI CEPU TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX MTs. MIFTAHUSSALAM KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA (FIELD TRIP)

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Dengan

Didit Yulian Kasdriyanto. Staf Pengajar, Universitas Panca Marga, Probolinggo (diterima: , direvisi

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK EPIGONAL. ENIEK SUNARSIH Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMPAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT SISWA KELAS V SDN II KALIBATUR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

Oleh: Angga Prastyo Nugroho Program Studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA IKLAN TELEVISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

Susanto Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: pembelajaran bercerita, metode TSTS, hasil belajar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI. Eri Sutatik SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember

Penerapan Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Bumi di Kelas IV SDN No.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PUISI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Liana Sulistiana Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

Transkripsi:

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA MENGGUNAKAN MEDIA FILM PENDEK PADA SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH I LUMAJANG TAHUN 2013/2014 Imas Maesaroh Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan proses maupun hasil belajar menulis naskah drama siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Lumajang dengan strategi pemodelan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang dalam rancangan penelitiannya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diambil melalui observasi dan tes.hasil evaluasi proses, pada siklus 1 memperoleh nilai rata-rata 77.97 dan pada siklus 2 memperoleh nilai rata-rata 89.29 menunjukan peningkatan 11.32. Sedang pencapaian KKM kelas XI IPA pada iklus 1 sebesar 50%, pada siklus 2 sebesar 85%, menunjukkan peningkatan 35%. Pada evaluasi hasil siklus 1, nilai ratarata kelas 62.3, pada siklus 2 nilai rata-rata 75.8, menunjukkan peningkatan 13.5. Sedang pencapaian KKM kelas XI IPA, pada siklus 1 sebesar 15%, siklus 2 pencapaian KKM kelas sebesar 85% meningkat 70%. Kata kunci: Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama, Media Film Pendek Secara umum tujuan pembelajaran mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum 2006 adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, meperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahsa; dan (2) peningkatan peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Keterampilan menulis sebagai salah satu komponen dari keterampilan berbahasa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan. Menurut Tarigan (2008:22) pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis bermanfaat untuk (1) sarana mengungkapkan diri, yakni bahwa dengan menulis bisa mengungkapkan perasaan hati (kegelisahan, keinginan, kemarahan dan lain-lain); (2) sarana pemahaman, yakni menulis sebenarnya menancapkan pemahaman kuat dalam otak penulis; (3) membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri; (4) meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan; (5) keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah; (6) mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa. Sesuai dengan amanat Kurikulum 2006, pembelajaran sastra hendaknya NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 627

digunakan pesera didik sebagai salah satu kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Menulis naskah drama sebagai salah satu bagian dari menulis sastra yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Bukan hanya menulis rapi, melainkan penulisannya juga harus sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama. Menulis naskah drama yang sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama dapat dijadikan sebagai bentuk penyesuaian awal agar mereka dapat menulis naskah drama dengan baik. Oleh karena itu, menulis naskah drama sebagai salah satu keterampilan bersastra perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Melihat pentingnya pengajaran keterampilan menulis naskah drama, sebagai motivator dan fasilitator, guru harus berusaha untuk menarik minat siswa agar lebih tertarik dan bersemangat dalam pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Sabri (2005:73) bahwa dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berbahasanya. Peserta didik merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan peserta didik harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang terkait dengan pengajaran. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna bagi peserta didik jika berhubungan dengan kebutuhan peserta didik yang berkaitan dengan pengalaman dan minat peserta didik. Karena pengalaman dan minat peserta didik dalam lingkungan harus dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengajaran dan pembelajaran untuk membuat pelajaran lebih bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dianggap sebagai sebuah kesatuan yang pincang. Pembelajaran sastra terkadang dikesampingkan oleh tenaga pengajar maupun pebelajar. Rendahnya gairah pebelajar terhadap sastra hingga kini masih diperbincangkan oleh pengamat sastra. Pebelajar kurang berminat terhadap sastra disebabkan oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, perbaikan terhadap pembelajaran sastra perlu dilakukan oleh guru. Keterampilan menulis naskah drama merupakan kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kreativitas siswa. Dengan menulis naskah drama, siswa dapat mengungkapkan segala ide, gagasan, pemikiran, dan imajinasi yang ada dalam pikirannya dengan media tulis. Pengalaman hidup, bayangan imajinasi, dan pemaknaan tentang kehidupan dapat dituangkan melalui tulisan. Keterampilan menulis naskah drama ini dapat dikuasai dengan latihan yang berulang-ulang. Hal lain yang dapat menjadikan terampil menulis naskah drama adalah adanya kemauan. Kemauan akan memotivasi siswa dan menggerakkan segala informasi atau imajinasi yang ada dalam pikiran untuk dituangkan dalam tulisan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengajaran menulis naskah drama harus ditingkatkan. Salah satu standar kompetensi dalam pembelajaran yang harus dikuasai siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah menulis naskah drama yang terdapat pada standar isi SMA kelas XI semester genap. Dalam KTSP yang berkaitan dengan bidang sastra(drama) adalah kemampuan menyusun naskah drama dengan memperhatikan dialog (penjelasan gerak dan mimik), penokohan, alur, tema, latar dan amanat. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan menulis naskah drama di sekolah menengah sudah menjadi NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 628

sebuah tuntutan yang harus dilakukan oleh tenaga pengajar. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru di SMA Muhammadiyah I Lumajang diperoleh keterangan bahwa kegiata pembelajaran menulis naskah drama di kelas XI IPA masih mengalami kendala. Kendala yang dihadapi berasal dari faktor siswa dan guru. Dari factor siswa, diketahui bahwa siswa kesulitan dalam menentukan tema yang akan mereka kembangkan menjadi naskah drama. Selain itu, siswa merasa kesulitan dalam menentukan alur cerita yang akan mereka susun dan mereka kembangkan menjadi dialog dalam naskah drama. Hal tersebut disebabkan dari awal penentuan tema sudah merasa kesulitan sehingga siswa kurang bisa mengembangkan alur cerita dalam naskah drama tersebut. Faktor lainnya, siswa juga kesulitan dalam memulai tulisan, ide macet di tengah jalan, serta sulit membangun konflik dalam cerita. Siswa juga beranggapan bahwa menulis naskah drama merupakan kegiatan yang sulit, menjenuhkan, dan hanya orang-orang hebat yang dapat menulis naskah drama. Kesulitan tersebut tidak dijadikan tantangan bagi siswa untuk memahami dan menguasai, tetapi menjadikan mereka malas, tidak tertarik, dan bahkan tidak termotivasi mengikuti pembelajaran menulis naskah drama. Hal ini tentu berpengaruh pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis naskah drama dengan kompetensi dasar mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama dan kompetensi dasar menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk latar pada naskah drama dengan baik. Dari faktor guru, cara mengajar guru yang masih bersifat tradisional yaitu hanya bertujuan menyampaikan pengetahuan, kegiatan belajar seluruhnya terpusat pasa guru, isi pelajaran tidak diserap melalui proses mental emosional secara pengalaman, kegiatan interaksinya sangat terbatas, prinsip belajar siswa aktif kurang dapat diterapkan, Sunarti dan Subana (2011;13). Guru belum menggunakan metode yang saat ini sudah berkembang. Sabri (2005:51) menyatakan bahwa suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas ada pada guru. Perasaan cemas dan khawatir pada siswa sering tidak menumbuhkan kekreatifan belajar siswa. Selain itu, belum adanya pemanfaatan media oleh guru dalam. Guru hanya mengandalkan buku teks atau LKS yang digunakan siswa. Padahal kehadiran media dalam pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting karena dengan adanya media dapat membantu kerumitan bahan pelajaran yang disampaikan. Melihat kenyataan tersebut, penulis tergerak melakukan penelitian mengenai dengan strategi pemodelan menggunakan media film pendek. Penggunaan strategi pemodelan tersebut diharapkan dapat mengatasi kendala dalam menulis naskah drama khususnya bagi siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Lumajang dan dapat mengubah perilaku siswa ke arah yang positif. Strategi pemodelan, menurut Chauhan (dalam Sunarti dan Subana 2011:16) sebagai model pengajaran adalah proses belajar mengajar yang menggambarkan proses penentu dan penciptaan situasi khusus yang dapat menyebabkan siswa mampu berinteraksi dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Strategi pemodelan sebagai model pengajaran yang dapat dijadikan alternatif agar pembelajaran lebih efektif dan menarik. Penggunaan strategi ini lebih cocok NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 629

apabila disatukan dengan media film pendek karena pada dasaranya unsurunsur seperti tema, alur, penokohan, latar, konflik, amanat serta dialog sudah tersaji dalam film pendek. Setidaknya siswa mendapat sebuah motivasi berupa stimulus melalui film pendek tersebut dan mampu menyajikan naskah baru dalam bentuk naskah drama sederhana karya siswa sendiri. Dengan demikian, siswa telah mampu memberikan respons yang positif dan kreatif dalam mengapresiasi sastra yaitu menulis naskah drama berdasarkan pengalaman orang lain. Prodes modeling atau pemodelan dalam pelaksanaannya menurut teori belajar sosial, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan. Strategi pemodelan dilaksanakan dengan tahapan perhatian/atensi, mengingat/retensi, reproduksi/ membuat, dan motivasi. Strategi ini sejalan dengan pembelajaran kontekstual, mampu mengkonkritkan konsep yang abstrak difikiran siswa, utamanya dalam pembelajaran menulis naskah drama. Selain itu siswa belajar dalam kondisi gembira. Pelaksanaan strategi pemodelan dilengkapi dengan tayangan film pendek sebagai media pembelajaran. Film pendek dipilih karena dalam film pendek terkandung sebagian besar bahkan keseluruhan unsur-unsur pembangun drama. Dengan menyaksikan, menonton, dan menikmati film pendek diharapkan siswa mendapatkan sebuah rangsangan atau stimulus untuk menulis naskah drama. Dengan demikian siswa mempunyai model untuk memilih salah satu cuplikan peristiwa yang terdapat dalam tayang film tersebut untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan kreatif. Penelitian mengenai strategi pemodelan dalam keterampilan bersastra, khususnya menulis telah banyak dilakukan oleh pakar atau peneliti bidang sastra, maupun mahasiswa yang melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran keterampilan menulis yang selama ini berlangsung. Pembelajaran keterampilan menulis diarahkan pada tercapainya kemampuan dan kemahiran siswa untuk menulis dalam berbagai kesempatan, sehingga diharapkan bisa menghasilkan siswasiswi yang terampil menulis. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Dasna dan Fatchan (2007:2) penelitian tindakan kelas (PTK) adalah bentuk penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru untuk menemukan solusi dari permasalahan yang timbul dikelasnya agar dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di kelas. PTK dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Siklus digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa dalam menulis naskah drama. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus II. Pada siklus II tindakan dilakukan untuk melakukan perbaikan yang didasarkan pada siklus I yang bertujuan untuk melihat peningkatan hasil belajar dalam menulis naskah drama setelah dilakukan tindakan. PTK dilakukan dalam bentuk proses pengkajian yang terdiri atas empat tahap, yaitu (a) perencanan, (b) melakukan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4 langkah. PTK dilakukan dalam bentuk proses pengkajian yang terdiri atas empat tahap, yaitu (a) perencanan, (b) melakukan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Kegiatan penelitian ini dimulai dari refleksi awal untuk NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 630

melakukan kajian pendahuluan tentang kondisi objektif di lapangan. Langkah ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kesulitan yang dialami oleh guru dan siswa kemudian dicarikan pemecahannya. Langkah berikutnya dilakukan kegiatan perencanaan, tindakan, obsevasi, analisis dan refleksi. Kegiatan pada setiap siklus dimungkinkan diikuti dengan perencanaan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang. Namun bila hasil yang diperoleh mengalami perubahan cenderung frekuensi persentasenya meningkat dibanding dengan siklus sebelumnya, maka pelaksanaan pada siklus berikutnya tidak perlu dilaksanakan lagi, seperti yang tercermin pada alur penelitian oleh Kemmis dan Taggart dalam Dasna dan Fatchan (2007:9). Untuk mengetahui proses dengan menggunakan media film pendek, observer mengamati dan mencatat berbagai peristiwa yang terjadi selama proses belajar mengajar melalui lembar observasi nonsistematis. Untuk mengetahui respon dan keterlibatan siswa terhadap penggunaa media film pendek, observer mengisi sistematis yang sudah disiapkan. Penilaian untuk mengetahui keberhasilan proses pada siklus 1diperoleh dari hasil lembar pengamatan aktifitas siwa dan guru saat pembelajaran berlangsung. Berikut adalah tabel yang menunjukan hasil penilaian proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan media film pendek. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada aspek aktivitas siswa menulis naskah drama dalam pembelajaran dengan strategi pemodelan menggunakan media film pendek, 1 siswa atau 5% memperoleh nilai 100, 8 siswa atau 40% memperoleh nilai 86.6, 1 siswa atau 5% memperoleh nilai 80, 6 siswa atau 30% memperoleh nilai 73.3, 1 siswa atau 5% memperoleh nilai 66.6, 3 siswa atau 15% memperoleh nilai 60. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPA adalah 75 dan ketuntasan kelompokmya 70%. Bila dibandingkan dengan KKM tersebut baru 10 siswa atau 50%, siswa di kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Lumajang mencapai ketuntasan, belum mencapai ketuntasan kelompok sehingga perlu tindakan siklus lanjutan. Sebagai bahan refleksi, untuk mengetahui respon siswa terhadap efektivitas pembelajaran menulis naskah drama menggunakan strategi pemodelan dengan media film pendek, diperoleh melalui angket. Angket siswa berisi pendapat atau tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran menulis naskah drama melalui media film pendek. Berbagai pertanyaan diperlukan untuk mengetahui pendapat dan tanggapan siswa dalam pembelajaran ini. Data tersebut menunjukkan bahwa 13 siswa atau 65% menyatakan materi tentang menulis naskah drama yang telah diberikan peneliti mudah dipahami dan menarik karena dibantu dengan media film pendek dan 7 siswa atau 30% mengatakan masih merasa kesulitan karena materi yang diberikan terlalu banyak dan membingungkan. Pendapat siswa mengenai media film pendek dengan strategi pemodelan dalam yaitu 14 siswa atau 70% mengatakan media dan metode tersebut membantu kesulitan siswa dalam menulis naskah drama, sedangkan 6 siswa atau 30% mengatakan bahwa media dan metode tersebut dapat memunculkan kreativitas baru dalam menulis naskah drama. Kesulitan yang dialami siswa ketika melalui media film pendek dengan strategi pemodelan, yaitu 7 siswa atau 35% mengatakan kesulitan menyusun NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 631

alur sebuah cerita. Kemudian 11 siswa atau 55% mengatakan kesulitan mengembangkan dialog dalam sebuah naskah drama dan 2 siswa atau 10% tidak mengalami kesulitan. Perasaan siswa ketika mengikuti yaitu 16 siswa atau 80% mengatakan senang ketika mengikuti pembelajaran karena dari pembelajaran menggunakan media film pendek dengan strategi pemodelan siswa tidak harus terpaku mendengarkan penjelasan guru saja (ceramah) dan siswa dalam hal ini bisa saling bertukar pikiran dengan temannya. Kemudian 4 siswa atau 20% mengatakan tidak senang karena dari awal mereka memang tidak menyukai. Saran siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama selanjutnya, yaitu 11 siswa atau 55% mengatakan untuk selanjutnya menggunakan film yang lebih menarik, jadi siswa tidak merasa bosan. Kemudian 7 siswa atau 35% mengatakan untuk pembelajaran menulis naskah drama selanjutnya menggunakan film yang mudah dipahami jalan ceritanya, dan 2 siswa atau 10% tidak memberikan saran. Untuk mengetahui hasil, guru membagi lembar kerja siswa LKS menulis nasakah drama.. Pada tahap ini siswa dituntut bisa menulis naskah drama setelah menyimak film pendek. Hasill tes siswa siklus 1 merupakan hasil keterampilan siswa dalam menulis naskah drama dengan menggunakan media film pendek. Siswa yang mengikuti tes keterampilan menulis naskah drama berjumlah 20 siswa. Hasil tes keterampilan menulis naskah drama siswa pada siklus 1 secara klasikal mencapai nilai rata-rata 62.3dan berkategori cukup. Dari 20 siswa, tidak terdapat siswa yang memperoleh nilai berkategori sangat baik, yaitu antara 85-100. Selanjutnya, terdapat 3 siswa (15%) yang memperoleh nilai berkategori baik, yaitu antara 75-85. Terdapat 11 siswa (55%) yang memperoleh nilai cukup, yaitu antara 60-74. Terdapat 6 siswa (30%) yang memperoleh nilai kurang, yaitu antara 0-59. Oleh karena itu, masih diperlukan perbaikan agar persentase ketuntasan siswa kelas XI IPA SMA Muhmmadiyah I Lumajang dalam menulis naskah drama memenuhi standar ketuntasan yang telah ditentukan. Berdasarkan analisis data, nilai antara 60-74 adalah nilai yang paling banyak diperoleh siswa dan nilai antara 85-100 adalah nilai yang paling sedikit diperoleh oleh siswa. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan karena siswa sudah mampu menulis naskah drama sesuai dengan media film pendek, mampu menghadirkan unsur naskah drama, mampu menggunakan kalimat efektif, serta mampu menulis naskah drama dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. Siswa yang memperoleh nilai rendah disebabkan oleh beberapa hal berikut. (1) Kebahasaan, penggunaan diksi yang kurang tepat, kurang mampu membuat bahasa dialog antar tokoh, kurang hidup, kurang mencair, dan kurang jelas, dan kurang utuh. (2) Organisai, kelengkapan/keutuhan/keruntutan/koher ensi unsur-unsur intrinsik naskah drama di antaranya alur dan tokoh, dialog, latar, ruang, waktu serta mencantumkan kramagung masih kurang. (3) Kesuaian tema dengan amanat berdasarkan film pendek juga masih kurang. (4) Penyajian alur kurang dikembangkan dengan dramatis sesuai peristiwa yang terdapat dalam film pendek dan kurang mengandung konflik yang mendukung; (5) Kaidah penulisan naskah drama. Untuk mengatasi kekurangankekurangan tersebut, dilakukan beberapa tindakan, yaitu 1) menjelaskan kepada siswa tentang kaidah penulisan naskah drama, 2) menayangkan media film NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 632

pendek yang lebih menarik agar siswa lebih mudah mengembangkannya dalam bentuk naskah drama, 3) memberikan selingan-selingan hiburan agar siswa tidak merasa jenuh, 4) memotivasi siswa agar lebih giat lagi belajar menulis naskah drama. Berikut ini disajikan diagram yang berisi daftar nilai siswa pada pembelajaran menulis naskah drama siklus I. Nilai tes siklus 1 ini merupakan penjumlahan nilai dari enam aspek penilaian keterampilan menulis naskah drama yang meliputi 1) isi cerita, 2) bahasa 3) organisasi, 4) kesesuaian tema dengan amanat, 5) estetika, 6) kaidah penulisan naskah drama. Dari hasil refleksi pelaksanaan siklus 1 disimpulkan bahwa penggunaan media film pendek untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama belum mencapai ketuntasan. Oleh karena itu perlu dilanjutkan ke siklus yang ke-2. Berdasarkan analisis data, nilai ratarata keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus 1 adalah 69.965 dan ratarata nilai siklus 2 adalah 86.62 atau naik 16.925. Selain itu dari segi ketuntasan kelompok, pada siklus 1 yang mendapat nilai >75 sebesar 30% sedang pada siklus 2 yang mendapt nilai >75 sebesar 70% atau naik 40%. Nilai rata-rata kegiatan siswa menulis naskah drama dalam pembelajaran pada siklus 1 adalah 77.97 dan rata-rata nilai siklus 2 adalah 89.29 atau naik 11.32. Selain itu dari segi ketuntasan kelompok, pad a siklus 1 yang mendapat nilai >75 sebesar 50% sedang pada siklus 2 yang mendapt nilai >75 sebesar 85% atau naik 35%. Nilai rata-rata siswa menulis naskah drama dalam pembelajaran pada siklus 1 adalah 62.3 dan rata-rata nilai siklus 2 adalah 75.8 atau naik 13.5. Selain itu dari segi ketuntasan kelompok, pad a siklus 1 yang mendapat nilai >75 sebesar 15% sedang pada siklus 2 yang mendapt nilai >75 sebesar 85% atau naik 70%. Melihat penilaian proses dan penilain hasil pembelajaran dari siklus 1 ke siklus2 mengalami peningkatan maka sudah tidak dilaksanakan tindakan lanjutan. Hasil angket siswa siswa berisi pendapat atau tanggapan siswa mengenai proses pemeblajaran menulis naskah drama dengan strategi pemodelan menggunakan media film pendek. Hasil angket siswa pada siklus 1 ke siklus 2 juga mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil angket siswa pada siklus I diketahui bahwa masih terdapat siswa yang kesulitan dalam memahami materi karena menurut siswa materi yang diberikan terlalu banyak dan membingungkan. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti melakukan penyederhanaan materi pada siklus 2 sehingga siswa dapat terpusat sepenuhnya pada pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media film pendek. Pada siklus 2 pemahaman siswa mengenai materi menulis naskah menunjukkan perubahan. Dengan demikian perolehan hasil maupun perilaku siswa dalam dengan menggunakan media film pendek mengalami peningkatan dan dapat dikatakan berhasil sehingga tidak perlu diadakan penelitian lanjutan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul peningkatan dengan strategi pemodelan menggunakan media film pendek pada siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Lumajang tahun 2013/2014 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Penerapan strategi pemodelan dengan menggunakan media film pendek dapat meningkatkan NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 633

keterampilan menulis naskah drama baik peningkatan proses maupun hasil. Peningkatan proses pembelajaran dengan penerapan strategi pemodelan menggunakan media film pendek terjadi pada 2 aspek yang dapat dilihat dari siklus 1 dan siklus 2. (a) Pada aspek aktivitas siswa dalam proses pada siklus 1 nilai rata-rata 69.965 dan pada siklus 2 nilai rata-rata 86.62, naik 16.925. (b) Pada aspek keterampilan menulis naskah drama, pada siklus1 nilai rata-rata 77.97 dan pada siklus 2 nilai rata-rata 89.29, naik 11.32. Peningkatan hasil pembelajaran dengan penerapan strategi pemodelan menggunakan media film pendek dapat dilihat dari penilaian siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 nilai rata-rata 62.3 sedang pada siklus 2 adalah 75.8, naik 13.5. Saran Berdasrakan hasil penelitian penerapan strategi pemodelan dengan menggunakan media film pendek untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Lumajang dapat diajukan beberapa saran berikut. Strategi pemodelan dengan menggunakan film pendek sebagai media pembelajaran sangat efektif digunakan dalam pembelajaran. Dengan media dan strategi tersebut dapat merangsang minat dan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, pembelajaran tersebut dapat mengubah perilaku siswa menjadi lebih aktif, antusias, berani dan percaya diri, serta bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Strategi pemodelan dengan menggunakan media film pendek, pada smateri-materi tertentu dapat diterapkan misalnya pada materi membacakan puisi, menulis cerpen, membaca nyaring, menulis esai, memerankan adegan dan dialog. Guru bisa mengembangkan dengan fleksibel. Seiring dengan berkembangnya teknologi, khususnya audiovisual, perkembangan film beriringan dengan perubahan zaman, merupakan sarana yang bisa dipakai sebagi media pembelajaran dalam strategi pemodelan. Hal ini tentu menyenangkan dan tidak membosankan siswa. Bagi para peneliti yang menekuni bidang penelitian bahasa dan sastra Indonesia kiranya dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai keterampilan menulis naskah drama. Para peneliti hendaknya dapat menerapkan berbagai strategi, model, metode, teknik, dan media yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa, khususnya menulis naskah drama. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat membantu guru untuk memecahkan masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya dalam menulis naskah drama di kelas sehingga berdampak positif bagi perkembangan pendidikan yang lebih berkualitas. Srategi pemodelan dengan media film pendek merupakan strategi pembelajaran berbasis PAIKEM GEMBROT (pembelajaran aktif, inofatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, berbobot) dapat dikembangkan dan disosialisasikan keefektifan strategi pembelajaran ini.dari hasil penelitian yang telah dipaparkan terdapat pokokpokok temuan dalam penggunaan media film pendek untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama, di antaranya. Dalam proses pembelajaran, persiapan mengajar sangat menentukan keberhasilan mengajar. Perencanaan yang matang menunjukkan kesiapan pelaksanaanya dan pelaksanaan yang optimal akan membuahkan hasil yang maksimal. Pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan film pendek dikemas dalam pembelajaran yang PAIKEM GEMBROT (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 634

efektif, menyenangkan, gembira, dan berbobot). Siswa tampak asyik, sibuk, gembira, berkolaborasi dengan teman dan berhasil dalam pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga. Dahar, R.W. 2010. Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Dasna Wayan dan Fatchan Ahmad. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri Malang: BPSG. Junaedi, Mistar. 2006 Pedoman Penulisan Tesis. Program Pascasarjana Unisma. Kosasih, Engkos. 2008. Cerdas berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Siswanto, Wahyudi. 2013. Pengantar Teori Sastra. Malang: Aditya Media Publishing. Sunarti dan Subana 2011. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia. Tarigan, Hanry Guntur 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: Angkasa Sadiman, Arief. S. 2005. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 635