BAB I PENDAHULUAN. akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di

dokumen-dokumen yang mirip
baik dalam kegiatan rumah tangga ataupun industri adalah sungai. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan oleh semua makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan sangat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Maret 2016 di Telaga Bromo dapat dilihat di Tabel 1.

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI TELAGA BETON KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km 2

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

ANALISIS KOMUNITAS BACILLARIOPHYTA PERIFITON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS AIR DI SUNGAI BRANTAS MALANG, JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. sungai. Sungai Brantas merupakan sungai besar di provinsi Jawa Timur dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PEMANFAATAN Tubifex sp SEBAGAI SALAH SATU BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN SUNGAI BRANTAS DI KOTA MALANG

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi. kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan

bentos (Anwar, dkk., 1980).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

STUDI KUALITAS AIR BERDASARKAN INDIKATOR FISIS, KEMIS DAN BIOLOGIS DI WADUK SELOREJO KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa. pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB II KUALITAS PERAIRAN DAN INDEKS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh

BAB 2 BAHAN DAN METODA

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA AIR DI RANU KLAKAH SKRIPSI. Oleh Condro Wisnu NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pesatnya perkembangan industri di berbagai daerah di tanah air

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat. Berbagai aktivitas manusia seperti pembuangan limbah industri dan rumah tangga menyebabkan menurunnya kualitas air sungai. Penambahan bahan buangan dalam jumlah besar dari bagian hulu hingga hilir sungai yang terjadi terus menerus akan mengakibatkan sungai tidak mampu lagi melakukan pemulihan. Pada akhirnya terjadilah gangguan keseimbangan terhadap konsentrasi faktor kimia, fisika dan biologi dalam sungai (Sri, 2010). Sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir (lotik) yang mendapat masukan dari buangan berbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan industri di daerah sekitarnya. Masukan buangan ke dalam sungai akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan. Perubahan ini dapat menghabiskan bahan-bahan yang esensial dalam perairan sehingga dapat mengganggu lingkungan perairan (Sanita, 2000). Pemanfaatan sungai sebagai daerah pembuangan sisa aktivitas manusia menyebabkan sungai cepat mengalami pendangkalan dan menurunkan kualitas air di dalamnya. Jika beban masukan bahan-bahan terlarut tersebut melebihi kemampuan sungai untuk membersihkan diri sendiri (self purification), maka timbul permasalahan yang serius yaitu pencemaran perairan. Pencemaran air ini 1

2 berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota perairan dan kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai tersebut. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Efendi, 2003). Kehidupan di perairan dijumpai tidak hanya pada badan air tetapi juga pada dasar air yang padat. Di dasar air, jumlah kehidupan sangat terbatas, karena ketersediaan nutrien juga terbatas. Oleh karena itu hewan yang hidup di air dalam, hanyalah hewan-hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrien terbatas, sekaligus bersifat toleran (Isnaeni, 2002). Wardhana (2006) menjelaskan bahwa baik buruknya suatu perairan bisa dipengaruhi oleh kegiatan disekitarnya. Seringkali kegiatan yang ada dapat menurunkan kualitas air pada akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Selain itu, upaya pemanfaatan sumber daya alam perairan juga turut mempengaruhi eksistensi komponen ekosistem perairan baik secara struktural maupun fungsional. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan tertentu. Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari satu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Kualitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan terkandung dalam air dan kaitannya untuk menunjang kehidupan ekosistem yang ada di sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur

3 hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekiternya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya (Efendi, 2003). Allah SWT menciptakan air baik yang berada di dalam bumi, di permukaan maupun yang berada di udara mempunyai banyak kegunaan. Semua yang telah diciptakan Allah memiliki banyak manfaat dan mempunyai tujuan tertentu. Termasuk juga dalam penciptaan air. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-A raf/7:56 yang berbunyi: Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(qs.al-a raf/7:56). Konsep mashlahat dan lawannya mafsadat di dalam tradisi fiqh, teologi dan etika Islam memunculkan konsep ishlah yang secara harfiah berarti konservasi. Kata islah didalam alqur an dihubungkan dengan kata ifsad yang keduanya dipakai dalam konteks bumi. Kata ishlah dengan kata turunannya diulang dalam Alqur an sebanyak 181 kali, hal ini menenjukkan pentingnya makna ini didalam konteks perlindungan lingkungan dan aspek-aspek yang terkait dengannya sehinggamenimbulkan kebajikan-kebajikan otentik sebagaimana makna harfiah kata itu (Abdullah, 2010).

4 Makna mashlahat dalam tradisi ulama klasik masih relevan. Dalam konteks konservasi lingkungan, prinsip kerja mashlahat dioperasikan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang dimanifestasikan dalam penjagaan atas lima hal: yakni menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan property. Lima hal ini dilihat dari perspektif ekologi adalah komponen-komponen lingkungan yang keberadaannya adalah mutlak (Abdullah, 2010). Pencemaran dapat mengubah struktur ekosistem dan mengurangi jumlah spesies dalam suatu komunitas, sehingga keragamannya berkurang. Dengan demikian indeks keanekaragaman ekosistem yang tercemar selalu lebih kecil dari pada ekosistem alami. Keanekaragaman di suatu perairan biasanya dinyatakan dalam jumlah spesies yang terdapat di tempat tersebut. Semakin besar jumlah spesies akan semakin besar pula keanekaragamannya. Hubungan antara jumlah spesies dengan jumlah individu dapat dinyatakan dalam bentuk indeks keanekaragaman (Okid dkk, 2001). Usaha pengendalian kerusakan sungai dan kebijakan pengelolaannya mengharuskan pemantauan kualitas sungai. Pemantauan ini umumnya dilakukan dengan menggunakan parameter fisik atau kimia. Akhir-akhir ini pemantauan dengan biota lebih diperhatikan, mengingat biota lebih tegas dalam mengekspresikan kerusakan sungai, karena biota terpengaruh langsung sungai dalam jangka panjang, sedang sifat-sifat fisik dan kimia cenderung menginformasikan keadaan sungai pada waktu pengukuran saja. Di samping itu, biota ramah lingkungan, murah, cepat dan mudah diinterpretasi (Okid dkk, 2001).

5 Plankton merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat dijadikan indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai. Plankton memegang peran penting dalam mempengaruhi produktifitas primer perairan sungai. Plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan indeks saprobik, dimana indeks ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau hubungan suatu organisme dengan senyawa yang menjadi sumber nutrisinya. Sehingga dapat diketahui hubungan kelimpahan plankton dengan tingkat pencemaran suatu perairan (Suwondo dkk, 2004 ). Plankton yang mempunyai sifat selalu bergerak dapat juga dijadikan indikator pencemaran perairan. Plankton akan bergerak mencari tempat sesuai dengan hidupnya apabila terjadi pencemaran yang mengubah kondisi tempat hidupnya. Dengan demikian terjadi perubahan susunan komunitas organisme di suatu perairan hal ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya pencemaran di perairan. Dalam hal ini terdapat jenis-jenis plankton yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui hal tersebut sesuai dengan kondisi biologi (Zahidin, 2008). Plankton merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-Jatsiah/45:3 yang berbunyi, Artinya: Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.(qs. Al-Jatsiah/45:3).

6 Satino dkk (2010), telah melakukan penelitian tentang Struktur Komunitas Fitoplankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Telaga Di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta, hasil dari penelitian tersebut menemukan plankton sebanyak 46 jenis yang terdiri dari 4 divisi Cyanophyta 2 jenis, divisi Chlorophyta 12 jenis, divisi Crysophyta 13 jenis, divisi Euglenophyta 2 jenis, 8 jenis dari kelas Rotifer, dan 9 jenis dari Crustacean. Densitas plankton tertinggi yaitu dari divisi Cyanophyta sebesar 43.824 dan densitas terendah yaitu divisi Euglenophyta sebesar 570. Indeks dominansi berkisar antara 0,05-0,354, indeks diversitas plankton sebesar 2,027. Berdasarkan koefisien saprobik dan indeks keanekaragaman secara terpisah antara fitoplankton dan zooplankton menunnjukkan bahwa kualitas air di telaga Bembem dan telaga Jongge Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta berada dalam kategori tidak tercemar. Verba (2009), telah melakukan penelitian tentang Keanekaragaman Plankton Sebagai Indikator Kualitas Air Danau Siais Kabupaten Tapanuli Selatan, hasil dari penelitian tersebut mendapatkan sebanyak 65 genus dari 13 kelas plankton yang terdiri dari 8 kelas phyroplankton yaitu Ascomycetes, Bacilliariophyceae, Chlorophyceae, Chrysophyceae, Cyanophyceae, Dinophyceae, dan 5 kelas Zooplankton yaitu; Adenophora, Branchiopoda, Ciliate, Maxiliopoda, dan Mogonononta. Nilai kelimpahan tertinggi adalah genus Glenodinium sebesar 6571,429 ditemukan pada stasiun 5, dan 22 genus dengan nilai kelimpahan terendah sebesar 2,321 pada stasiun 4. Hasil dari analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa intensitas cahaya, ph, DO, substrat organik, memberikan pengaruh positif terhadap keanekaragaman plankton.

7 Atsirin dkk (2001), telah melakukan penelitian tentang Keragaman Plankton Sebagai Indikator Kualitas Sungai Di Kota Surakarta, hasil dari penelitian tersebut menunjukkan identifikasi plankton yang terjaring dalam pengambilan sampel di Sungai Pepe dapat ditunjukkan dengan menggunakan Indeks diversitas Shannon Wienner Sungai Pepe di daerah hulu sebesar 1,979, menunjukkan kualitas perairan yang tercemar ringan, sedang daerah hilir sebesar 0,901, menunjukkan tercemar berat. Sungai Brantas sebagai penyedia sumber daya air bagi masyarakat disekitar aliran sungai tentunya harus memenuhi beberapa kriteria atau parameter tingkat kualitas perairan sungai yang baik, hal tersebut dapat dipantau dengan menggunakan beberapa indikator pencemaran perairan, diantaranya yaitu plankton sebagai bioindikator alami yang senantiasa mampu memberikan beberapa informasi penting yang dibutuhkan masyarakat sekitar perairan tentang pencemaran yang terjadi diperairan daerah aliran sungai Brantas. Aliran Sungai Brantas dari hulu ke hilir mengalami penurunan kualitas yang cukup signifikan. Bahkan, hasil pantauan dan pengujian kualitas air yang dilakukan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Pemkot Batu menyebutkan, sebagian besar aliran sungai itu masuk kategori tidak layak konsumsi. Tepatnya melebihi baku mutu kelas II untuk konsumsi rumah tangga (Anonymous a, 2012). Sungai Brantas merupakan sungai yang memiliki panjang ± 320 km dengan daerah aliran seluas ± 12.000 km 2, atau lebih kurang seperempat luas wilayah propinsi Jawa Timur (Jasa tirta I, 2005). Sungai Brantas bersumber pada lereng gunung Arjuna dan Anjasmara bermuara di selat Madura. Jumlah

8 penduduk di wilayah ini ± 14 juta jiwa (40 % dari penduduk Jawa Timur), dimana sebagian besar bergantung pada sumber daya air, yang merupakan sumber utama bagi kebutuhan air baku untuk konsumsi domestik, irigasi, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain (Handayani, 2001). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa saja jenis plankton yang ada diperairan sungai Brantas? 2. Bagaimana keanekaragaman dan dominansi plankton yang ada diperairan sungai Brantas? 3. Bagaimana kualitas air yang ada diperairan sungai Brantas berdasarkan keanekaragaman plankton serta sifat fisika dan kimia? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi jenis plankton yang ada diperairan sungai Brantas. 2. Mengetahui keanekaragaman dan dominansi plankton yang ada diperairan sungai Brantas. 3. Mengetahui kualitas air sungai Brantas berdasarkan keanekaragaman plankton serta sifat fisika dan kimia.

9 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai informasi yang berguna bagi instansi terkait dalam pengelolaan lingkungan yang ada di Sungai Brantas dalam upaya mempertahankan kelestarian plankton sebagai indikator perairan. 2. Memberikan pengetahuan, bahwa plankton dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kualitas air perairan Sungai Brantas. 3. Memberikan informasi ilmu pengetahuan biologi, khususnya keanekaragaman plankton. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Lokasi pengamatan hanya dilakukan diperairan hulu sungai Brantas, Kota Batu (Desa Sumber Brantas, Desa Punten), Kabupaten Malang (Sengkaling), Kota Malang (Splendid dan Gadang). 2. Plankton yang digunakan sebagai bioindikator adalah kelompok fitoplankton dan zooplankton. 3. Identifikasi jenis plankton berdasarkan pada ciri-ciri morfologinya, sampai pada tingkat Genus. 4. Sifat fisika dan kimia air yang dianalisis meliputi: ph, Suhu, kandungan Nitrat (NO 3 ) dan Fosfat (PO 4 ), TSS, TDS, Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD).