BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan perawatan yang lebih menekankan pada perawatan kulit, sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tertutup popok yang paling sering dialami oleh bayi atau anak-anak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca

HUBUNGAN PEMAKAIAN DIAPERS DENGAN KEJADIAN RUAM POPOK PADA BAYI USIA 6 12 BULAN. Siti Aisyah* ABSTRAKS

DERAJAT DIAPER RASH PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI RSUD WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN IBU DALAM PERAWATAN DAERAH PERIANAL PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI DESA SUROKONTO WETAN KECAMATAN PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

EFEKTIFITAS MINYAK KELAPA DAN MINYAK ZAITUN TERHADAP PENCEGAHAN DIAPER DERMATITIS PADA ANAK USIA 3 24 BULAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PERAWATAN PERIANAL DENGAN BABY OIL MENURUNKAN KEJADIAN DIAPER DERMATITIS PADA NEONATUS DI RUANG NEONATUS RSUD SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

PEMAKAIAN DISPOSABLE DIAPERS DENGAN TERJADINYA DIAPER RASH PADA BAYI DI POSYANDU DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO IRMANIA JANUARTI

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

BAB I LATAR BELAKANG

ASTRIN SAFALIA B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini para orang tua belum menyadari bahwa menjaga kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN (OLIVE OIL) TERHADAP RUAM POPOK (DIAPER RASH) DI DESA TEBALOAN - GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Meria Turnip adalah Mahasiswa D-IV Bidan pendidik

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan. yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya

Psikologi Terapan UI ini.

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan yang diperlukan (Maryanti, 2009). SADARI (Pemeriksaan

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU IBU DALAM MENCEGAH DIAPER RASH (RUAM POPOK) Di Desa Ngampel, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Sisa tali

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. besar seperti benjolan di daerah areola (Saryono&Roischa, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) TERHADAP PENCEGAHAN DIAPER RASH PADA BAYI USIA 1 12 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS DEPOK II SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2014 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik berjumlah sekitar

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan Universitas

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis. lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB I PENDAHULUAN. anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi. tubuhnya sendiri serta fungsinya.(hidayat Alimul,2005)

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan. semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Memiliki anak yang sehat merupakan dambaan setiap orang tua. Semua bayi memiliki kulit yang sangat peka, berbeda dengan kulit orang dewasa yang tebal dan mantap, kondisi kulit pada bayi yang relatif tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi. Secara struktural, kulit bayi dan balita belum berkembang dan berfungsi secara optimal, sehingga diperlukan perawatan yang lebih menekankan pada perawatan kulit, sehingga bisa meningkatkan fungsi utama kulit sebagai pelindung dari pengaruh luar tubuh. Selain perawatan kulit rutin, para orang tua juga perlu memperhatikan perawatan kulit pada daerah yang tertutup popok agar tidak terjadi gangguan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah ganguan kulit tersebut adalah dengan perawatan perianal (Manulang, 2010). Para orang tua modern sudah merasa nyaman dengan penggunaan diaper atau popok bayi sekali pakai, karena mereka tidak perlu bersusah payah untuk mencuci dan menjemur tumpukan popok bayi seperti pada masa orang tua mereka dulu. Namun, ada beberapa orang tua jaman sekarang yang lebih memilih menggunakan popok kain untuk bayi mereka dengan alasan kesehatan dan kenyamanan bayi. Salah satu masalah kesehatan kulit yang sering terjadi pada bayi adalah diaper rash (ruam popok), bagi bayi yang sering menggunakan popok, maka anda juga harus rajin memperhatikan popoknya. Karena kepraktisannya saat penggunaan dan kelalaian saat menggantinya sang bayilah 1

2 yang mendapatkan dampak buruknya, seperti iritasi pada kulit bayi, sehingga mengakibatkan bayi menjadi rewel. Diaper rash (ruam popok) pada bayi membuat kulit kemerahan, agak membentol. Bayi yang terkena diaper rash (ruam popok) biasanya akan rewel, karena dengan cara itulah mengekspresikan rasa tidak nyaman (shelly sim, 2014). Menurut laporan Journal of Pediatrics terdapat 54% bayi berumur 1 bulan yang mengalami ruam popok setelah memakai disposable diaper. Dalam artikel yang berjudul Disposable Diapers : Potential Health Hazards, Cathy Allison menyatakan kalau Procter & Gamble (Produsen Pampers dan Huggies) melalui penelitiannya memperoleh data mencengangkan. Angka ruam popok pada bayi yang menggunakan disposable diaper meningkat dari 7,1% hingga 61%. Sementara itu Mark Fearer dalam artikelnya yang berjudul Diaper Debate-Not Over Yet menyatakan beberapa hasil studi medis menunjukkan angka peningkatan ruam popok 7% pada tahun 1955 dan 78% pada tahun 1991 (Nyak, C, 2008). Di Amerika Serikat terdapat sekitar satu juta kunjungan bayi dan anak dengan ruam popok yang berobat jalan setiap tahun. Penelitian di Inggris menemukan, 25% dari 12000 bayi berusia 4 minggu mengalami ruam popok. Gangguan kulit ini menyerang bagian tubuh bayi atau anak yang tertutup popok. Daerah yang terserang biasanya area genetal, lipatan paha dan bokong (Steven, 2008). Lebih dari 30% bayi dan balita di Indonesia mengalami diaper rash (ruam popok). Ini terjadi karena orang tua tidak peduli dengan jenis popok, popok yang dipakai sepanjang hari dan jarang diganti dan popok kain dicuci asal bersih (Marta Fitria, 2014). Sedangkan pasien yang dirawat di

3 Ruang perinatologi RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo dalam satu bulan terakhir, dari 201 pasien yang dirawat, sebanyak 35 bayi (17,5%) pasien menderita diaper dermatitis. Ibu yang memeriksakan bayinya saat imunisasi di puskesmas Bungkal sebanyak 60 bayi, yang mengalami diaper dermatitis sebanyak 11 bayi (18,3%) (Umu Rokhmiana, 2012). Menurut laporan PWS KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Dinkes Ponorogo pada bulan Januari Desember tahun 2013, jumlah bayi di Ponorogo sebanyak 11.614 bayi, jumlah bayi tertinggi terdapat di Kecamatan Balong yang berjumlah sebanyak 609 bayi. Dari hasil studi pendahuluan oleh peneliti di dapatkan dari jumlah 10 ibu yang memiliki bayi di jumpai fenomena bahwa ibu memakaikan popok sekali pakai pada saat mengajak bepergian, ibu memakaikan popok dalam jangka waktu yang lama dan ada juga yang mengalami diaper rash (ruam popok). Diaper rash (ruam popok) dikenal dengan sebutan ruam popok, karena gangguan kulit ini timbul di daerah yang tertutup popok, yaitu sekitar alat kelamin, bokong, serta pangkal paha bagian dalam. Tanda-tanda diaper rash (ruam popok) adalah kulit sekitar daerah tersebut meradang, berwarna kemerahan kadang lecet. Biasanya, ruam kulit ini membuat si kecil merasa gatal dan tidak nyaman. Penyebab diaper rash (ruam popok) biasanya karena kulit bayi lembab dan penggunaan diaper yang cukup lama. Daerah yang langsung berhubungan dengan popok terutama adalah lipat paha, pantat dan paha bagian dalam, sehingga kulit tersebut mudah sekali menderita kelainan. Banyak faktor penyebabkan terjadinya diaper rash (ruam popok). Diantaranya faktor fisik (pakaian, popok), faktor kimiawi (bahan kimia dalam urine dan fecese), faktor enzimatik (bahan kimia yang bereaksi secara enzim) dan

4 adanya mikroba (jamur dan bakteri pada urine dan fecese yang terdapat pada popok) (Suririnah, 2010). Di dalam urine juga terdapat berbagai organism diantaranya bacterium amoniagenes yang dapat mengubah urea menjadi ammonia. Ammonia dapat meningkatkan Ph pada permukaan kulit bayi sehingga kulit lebih mudah terjadi iritasi (Whaley and Wong, 2000). Walaupun diaper rash (ruam popok) bukan merupakan kelainan yang mematikan, namun bila dibiarkan akan semakin meluas sehingga bisa mengganggu pertumbuhan si kecil. Ketika dia sudah dewasa kelak, bukan tidak mungkin dia akan merasa malu karena bercak yang muncul sewaktu kecil itu akan membekas hingga dewasa. Dampak terburuk dari penggunaan popok yang salah, selain mengganggu kesehatan kulit juga dapat mengganggu perkembangan pertumbuhan bayi dan balita. Hal itu diutarakan oleh seorang pakar kesehatan kulit di Jakarta rendahnya pengetahuan pemakaian popok bayi yang benar memang telah menggejala di Indonesia. Pencegahan diaper rash harus segera dilakukan dengan menghindari pemakaian popok yang basah. Bayi atau balita penderita diaper rash akan mengalami gangguan seperti rewel dan sulit tidur. Gejala itu dapat berkembang menjadi granuloma yang dapat terinfeksi jamur Candida Albicans jika tidak segera diatasi. Karena itu, seorang ibu disarankan segera mengganti popok setiap kali bayi ngompol (Aisyah, 2009) Ketepatan dalam perawatan daerah perianal memerlukan ketepatan perilaku ibu dalam menjaga kesehatan kulit bayi. Kebanyakan ibu lebih memilih diapers dari pada memilih popok kain, dengan alasan diapers bayi lebih praktis karena tidak perlu sering mengganti popok yang basah akibat

5 buang air, selain itu membuat rumah lebih bersih tidak terkena air kencing bayi. Diapers juga membuat pekerjaaan ibu menjadi lebih ringan karena tidak perlu mencuci, menjemur, menyetrika setumpuk popok. Pada sisi buruknya penggunaan diapers dapat menyebabkan terjadinya diaper rash (ruam popok). Kesalahan dalam pemakaian popok bisa menjadi ancaman terhadap bayi. Dampak terburuk dari pemakaian popok yang salah selain mengganggu kesehatan kulit juga dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan bayi. Bayi yang mengalami diaper rash (ruam popok) akan mengalami gangguan seperti rewel dan sulit tidur, selain itu proses menyusui menjadi terganggu karena bayi merasa tidak nyaman sehingga berat badan tidak meningkat (Handy, dalam Fransiska 2011). Kemampuan ibu dalam perawatan daerah perianal sama halnya dengan merawat kulit bayi dari kegiatan sehari-hari, misalnya seperti memandikan secara teratur, mengganti popok atau baju pada saat yang tepat, memilih bahan pakaian yang lembut, memilih kosmetik berupa sabun mandi, sampo dan minyak khusus bayi dipilih dengan tepat dan disesuaikan dengan keadaan kulit bayi (Sudilarsih, 2010). Pemakaian diaper dengan cara yang benar dapat mengurangi bahkan menghindari terjadinya diaper rash. Memilih popok yang terbuat dari bahan katun yang lembut, jangan terlalu sering menggunakan diaper, memakaikan diaper dengan benar dan tidak terlalu ketat sehingga kulit bayi tidak tergesek, mengganti diaper segera mungkin bila terlihat sudah menggelembung, membersihkan urin atau kotoran dengan baik, karena kulit yang tidak bersih sangat mudah mengalami diaper rash (ruam popok) (Suririnah, 2011).

6 Berdasarkan masalah dan beberapa fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perilaku Ibu Dalam Mencegah Diaper Rash (Ruam Popok) 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Perilaku Ibu dalam Mencegah Diaper Rash (Ruam Popok) 1.3 Tujuan penelitian Untuk mengetahui Perilaku Ibu Dalam Mencegah Diaper Rash (Ruam Popok) di Desa Ngampel, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Peneliti a. IPTEK Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan teknologi untuk dijadikan sebagai pertimbangan dan pengembangan ilmu keperawatan yang terkait dengan masalah-masalah kesehatan anak. b. Institusi (Fakultas Ilmu Kesehatan) Bagi dunia pendidikan keperawatan khususnya Institusi Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo untuk pengembangan ilmu dan teori keperawatan khususnya mata kuliah keperawatan anak.

7 2. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai referensi peneliti selanjutnya dalam penelitian dan sebagai ilmu pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk informasi dalam penelitian. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Responden Meningkatkan kesadaran ibu dalam menerapkan pola hidup sehat dan untuk mencegah timbulnya penyakit yang mungkin terjadi. 2. Manfaat Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ponorogo bermanfaat sebagai masukan untuk mengembangkan kurikulum, khususnya matakuliah keperawatan anak. 1.5 Keaslian penelitian Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terkait dengan perilaku ibu dalam mencegah diaper rash adalah sebagai berikut: 1. Sri Nurhayati, Mariyam (2013) program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang yang berjudul Pengetahuan Dan Kemampuan Ibu Dalam Perawatan Daerah Perianal Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Desa Surokonto Wetan Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal dengan hasil penelitian seluruh responden termasuk dalam kategori dewasa awal dan plaing banyak berusia 22 tahun dengan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMP sebanyak 22 responden (44 %) serta mayoritas responden

8 bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 43 responden (86 %). sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sedang dalam perawatan daerah perianal pada bayi sebanyak 23 (46%). sebagian responden memiliki kemampuan yang cukup dalam perawatan daerah perianal sebanyak 23 (46%). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, waktu, dan tempat penelitian, sedangkan persamaanya adalah sama-sama meneliti tentang penilaian seorang Ibu, dimana pada penelitian yang sudah dilakukan difokuskan pada Pengetahuan Dan Kemampuan Ibu Dalam Perawatan Daerah Perianal Pada Bayi Usia 0-12, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada Perilaku Ibu Dalam Mencegah Diaper Rash (Ruam Popok). 2. Rokhmiana, Umu (2012) Program Studi Ilmu Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo yang berjudul Efektifitas Baby Oil Untuk Perawatan Perianal Dalam Mencegah Diaper Dermatitis Pada Neonates dengan penelitian analisa data diperoleh hasil yaitu semua bayi yang mendapatkan perawatan perianal tanpa baby oil yaitu 15 orang (100%) tidak mengalami diaper dermatitis dan semua bayi yang mendapatkan perawatan perianal dengan baby oil yaitu 15 orang (100%) juga tidak mengalami diaper dermatitis. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, waktu, dan tempat penelitian, sedangkan persamaanya adalah sama-sama meneliti tentang diaper rash atau diaper dermatitis. Dimana pada penelitian yang sudah dilakukan difokuskan pada Efektifitas Baby

9 Oil Untuk Perawatan Perianal Dalam Mencegah Diaper Dermatitis Pada Neonates, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada Perilaku Ibu Dalam Mencegah Diaper Rash (Ruam Popok).