BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

ARIS SETYADI J

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

I. PENDAHULUAN. makanan tunggal bagi bayi normal sampai usia 6 bulan. Selain itu, ASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa karena ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi baik kualitas dan kuantitasnya (Depkes RI, 2005). ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi seimbang, dan secara alami disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi (Wiji, 2013). ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Diantaranya ialah menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit non infeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi dan asma. Selain itu ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak. Menyusui bayi bisa menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindungi dalam dekapan ibunya, mendengar langsung degap jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui olehnya. Hal itu tidak akan dirasakan bayi ketika minum susu lainnya selain ASI (Prasetyono, 2009). 1

2 Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang bayi yang optimal baik fisik maupunmental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar tatalaksananya dilakukan dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusu secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif (Depkes RI, 2005).Selama ini masih banyak ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya. Hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk menghisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusui terganggu. Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir untuk dibersihkan, ditimbangdan diberi pakaian. Ternyata proses ini sangat mengganggu proses alami bayi untuk menyusui, sehingga proses menyusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran tidak terlaksana. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara kulit bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu sampai dia menyusu sendiri (Depkes, 2008). Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusui eksklusif dan mempertahankan menyusui daripada yang menunda menyusui dini. Selain itu dengan menyusu dini maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli, 2008). Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan World Health Organization (WHO) dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini dapat

3 menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. WHO juga menganjurkan bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, dan pemberian ASI dilanjutkan dengan didampingi makanan pendamping ASI (MP-ASI) selama 2 tahun pertama. Studi kualitatif yang dilakukan oleh Fikawati dan Syafiq (2010) melaporkan faktor predisposisi kegagalan ASI adalah pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD. Pemerintah Indonesia sendiri telah mencanangkan anjuran WHO sejak tahun 2004 melalui dikeluarkannya Kepmenkes No. 450/ MENKES/IV/2004 tentang pemberianasi eksklusif pada bayi di Indonesia dan Undang-undang (UU) No.36 tentang kesehatan dalam pasal 128 disebutkan bahwa (1) setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali ada indikasi medis, (2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus, dan (3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum (Depkes, 2010). Walaupun WHO dan UNICEF telah menetapkan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi selama 6 bulan pertama bayi, namun angka prevalensi pemberian ASI eksklusif dibeberapa negara bervariasi. Hasi penelitian di 111 kota di Negara Brazil menunjukkan bahwa hanya 13,9% bayi yang diberi ASI eksklusif (Venancio, 2005). Hasil penelitian di Uganda pada bulan Agustus 2008 menunjukkan

4 bahwa 49,8% ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan (Petit, 2008). China memiliki tingkat menyusui eksklusif hanya 28% sedangkankamboja berhasil meningkatkan tingkat pemberian ASI eksklusif untuk bayi dibawah 6 bulan secara drastis dari 11,7% pada tahun 2000 menjadi 74% pada tahun 2010 (UNICEF, 2013). Di Indonesia berdasarkanhasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dilaporkan bahwa bayi di Indonesia yang mendapatkan ASIdalam satu jam pertama hanya 49% dan yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 42%. (Kemenkes RI, 2013).Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa persentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (IMD) pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia sebesar 34,5% dan persentase IMD diprovinsi Aceh sebesar 39,7% (Kemenkes RI, 2014). Data dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 menunjukkan persentase pemberian ASI eksklusifmeningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6 %. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,4%, sedangkan persentase yang terendahterdapat di Provinsi Maluku sebesar 25,21% dan untukprovinsi Aceh sebesar 48,76%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Provinsi Aceh ini menjadikan Provinsi Aceh menjadi daerah dengan cakupan pemberian ASI eksklusif terendah ke sembilan di Indonesia (Kemenkes RI, 2014). Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI eksklusif antara lain disebabkan pemasaran susu formulamasih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan

5 yang tidak ada masalah medis, masih banyak tenaga kesehatan di tingkat layanan yang belum peduli pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif yaitu masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi usia 0-6 bulan, masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI dan belum maksimalnya kegiatan sosialisasi, edukasi dan advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI eksklusif (Kemenkes, 2014). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah termasuk upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada hakekatnya merupakan usaha menyampaikan pesan pada masyarakat, kelompok atau individual, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2010). Penyuluhan kesehatan pada dasarnya adalah suatu proses mendidik individu/ masyarakat yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Fitriani, 2011). Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan memberikan informasi melalui kegiatan yang disebut pendidikan dan penyuluhan kesehatan, dampaknya akan lama tetapi bila perilaku berhasil diadopsi masyarakat maka akan langgeng bahkan selama hidup akan dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk (2012), menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan, kemampuan dan motivasi menyusui ibu primipara. Hasil

6 penelitian Lina (2012) juga memperlihatkan bahwa penyuluhan dengan metode konseling dapat meningkatkan pemberian ASI eksklusif, ibu yang mendapatkan penyuluhan ASI eksklusif dengan metode konseling dapat meningkatkan peluang 5,770 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan penyuluhan ASI eksklusif dengan metode konseling. Proses pengadopsian perilaku IMD dan ASI eksklusif pada ibu hamil dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan. Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Agar kegiatan penyuluhan dapat mencapai hasil yang maksimal, maka metode dan media penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar dan harus disesuaikan dengan sasaran. Ceramah merupakan metode penyuluhan yang baik digunakan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Ceramah sering digunakan pada kelompok yang pesertanya lebih dari 15 (lima belas) orang. Pada metode ceramah dapat terjadi proses perubahan perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo, 2005). Penggunaan media akan sangat membantu dalam proses penyuluhan kesehatan. Leaflet merupakan media penyuluhan yang diperuntukkan untuk massa dengan biaya terjangkau, fungsinya untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat karena dapat memberikan detil pesan yang tidak mungkin bila disampaikan dengan lisan. Keberhasilan penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2007). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nasution

7 (2010), yang menunjukkan bahwa media promosi kesehatan (leaflet) efektif untuk menaikkan skor pengetahuan dan skor sikap ibu hamil tentang IMD dan ASI eksklusif. Demikian juga dengan hasil penelitian Emilia (2008) menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet yang dilakukan kepada ibu hamil berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian Bangun (2010), juga menyatakan setelah dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap keluarga dalam penanganan tuberkulosis paru. Ketiga penelitian ini menyimpulkan bahwa metode ceramah dan media leaflet mampu mempengaruhi perilaku respondennya. Kabupaten Aceh Tamiang merupakan salah satu dari 23 kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi Aceh.Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Aceh Tamiang masih rendah dan mengalami penurunan setiap tahun. Menurut Profil Kesehatan Aceh Tamiangtahun 2012, persentase bayi yang diberi ASI eksklusif baru mencapai 36,3 %. Pada tahun 2013, persentase bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami penurunan yaitu mencapai 28,5 %, dari jumlah bayi yang menyusui sebanyak 3212 orang bayi, hanya 915 saja yang mendapat ASI eksklusif. Dari 14 Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang, presentase ASI eksklusif yang paling rendah terdapat di Puskesmas Sungai Iyu, yaitu sebesar 8,5% dan Puskesmas Banda Mulia sebesar 27,7 % (Dinkes Aceh Tamiang, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Sungai Iyu dan Puskesmas Banda Mulia masih sangat rendah dan jauh

8 dari target yang diharapkan. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif tersebut melalui perubahan perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan penulisdi Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Iyu dan Puskesmas Banda MuliaKabupaten Aceh Tamiangditemukan masih ada kebiasaan masyarakat yang memberikan makanan/ minuman beberapa saat setelah bayi lahir seperti madu, larutan gula, susu formula dan nasi pisang dengan alasan ASI saja tidak mencukupi sehingga khawatir bayinya akan kelaparan. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan ibu akan pentingnya manfaat ASI eksklusif. Hasil wawancara awal kepada beberapa ibu hamil juga ditemukan bahwa masih banyak ibu hamil yang belum paham tentang IMD dan ASI eksklusif dan manfaatnya.fenomena ini memberikan suatu indikasi peranan promosi kesehatan tentangasi eksklusif yang ada dalam bentuk buku KIA ternyata belum efektif untuk memenuhi tujuan perubahan perilaku sasaran. Berdasarkan informasi yang didapat dari bidan di desa, mereka mengatakan melakukan penyuluhan baru sebatas komunikasi langsung pada saat ibu hamil berkunjung ke posyandu untuk memeriksakan kehamilannya dan penyuluhan tersebut belum dilakukan secara intensif. Menghadapi permasalahan yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan masyarakat termasuk masalah IMD danasieksklusif, maka perlu dilakukan penyuluhan kepada ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang IMD dan ASI eksklusif.berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan

9 penelitian yangberjudul efektifitas penyuluhan metode ceramah dengan leaflet terhadap peningkatan perilaku ibu hamil tentang IMD dan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Iyudan Puskesmas Banda Mulia Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015. 1.2. Permasalahan Bagaimana efektivitas penyuluhan metode ceramah dengan leaflet terhadap peningkatan perilaku ibu hamil tentang IMD dan ASIeksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Iyu dan Puskesmas Banda Mulia Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahuiefektivitas penyuluhan metode ceramah dengan leaflet terhadappeningkatan perilaku ibu hamil tentangimd dan ASIEksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Iyudan Puskesmas Banda Mulia Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015. 1.4. Hipotesis Ada perbedaan perilaku ibuhamil tentangimd dan ASI eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan.

10 1.5. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagidinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang khususnya Puskesmas Sungai Iyu dan Puskesmas Banda Mulia dalam upaya peningkatan promosi kesehatan khususnya promosi tentang IMD dan ASI eksklusif. 2. Meningkatkan pemahaman ibu hamil tentang manfaat IMD dan ASI eksklusif pada bayinya sehingga cakupan pemberian ASI eksklusif meningkat. 3. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu promosi kesehatan dan menjadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.