LUTFI RISWANDA Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. t 1000

TUGAS AKHIR. DisusunOleh: MHD YAHYA NIM

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135 cc dengan data sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

: Suzuki Satria F 150 cc. : 150 cc, 4 langkah, DOHC pendingin udara. : Cakram depan belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada gambar berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN CDI PREDATOR DUAL MAP TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC TRANSMISI AUTOMATIC

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

Jurnal Teknik Mesin UMY

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

PENGARUH PENGGUNAAN CDI RACING TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC TRANSMISI AUTOMATIC TAHUN 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN KARBURATOR RACING TERHADAP KINERJA MOTOR 2-LANGKAH 150 CC Andriansyah Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

1. GENERASI PERTAMA 2. GENERASI KEDUA 3. GENERASI KETIGA KURVA PENGAPIAN KURVA PENGAPIAN : : Teknologi Tipe Fitur. Analog AC : Fixed Ignition Timing

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Persiapan bahan pengujian :

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci : ECU BRT, Remot Juken, STD, Performa, Efesiensi.

Jurnal Teknik Mesin. menggunakan alat uji percikan bunga api, dynotest, dan uji jalan.proses pengujian dapat dilihat dibawah ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Teknik Mesin UMY 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 2 JENIS CDI RACING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang masuk melalui lubang intake dengan 7 variabel bukaan klep in saat

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

Gambar 4.1 Grafik perbandingan Daya dengan Variasi ECU Standar, ECU BRT (Efisiensi), ECU BRT (Performa), ECU BRT (Standar).

Jurnal Teknik Mesin UMY

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

PRESTASI MOTOR BENSIN HONDA KARISMA 125 CC TERHADAP BAHAN BAKAR BIOGASOLINE, GAS LPG DAN ASETILEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

PENGARUH PEMAJUAN WAKTU PENGAPIAN DAN PENINGKATAN RASIO KOMPRESI TERHADAP DAYA DAN TORSI SEPEDA MOTOR SUPRA FIT DENGAN BAHAN BAKAR LPG

BAB II LANDASAN TEORI

PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PERTAMAX DAN PERTAMAX PLUS TERHADAP PERFORMA SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN DINAMOMETER CHASSIS

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 4.1 Grafik percobaan perbandingan Daya dengan Variasi ECU Standar, ECU BRT (Efisiensi), ECU BRT (Performa), ECU BRT (Standar).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN KOIL RACING TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH VARIASI TIMING PENGAPIAN TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 100 CC BERBAHAN BAKAR CAMPURAN PREMIUM-ETHANOL DENGAN KANDUNGAN ETHANOL 50% LUTFI RISWANDA Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Bahan bakar alternatif dapat menjadi pilihan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang semakin menipis. Penggunaan ethanol sebagai campuran bahan bakar dapat meningkatkan angka oktan pada bahan bakar sehingga pembakaran lebih sempurna. Pada sistem pengapian CDI, timing pengapian sangatlah penting untuk mendapatkan waktu yang tepat dalam proses pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar. Proses pembakaran yang lebih baik perlu dilakukan perubahan timing pengapian dengan penggantian CDI racing serta memperpanjang trigger pada magnet yang sudah disesuaikan dengan CDI racing, maka dilakukanlah penelitian tentang variasi timing pengapian terhadap kinerja motor bensin 4 langkah 100 cc berbahan bakar campuran premium-ethanol dengan kandungan ethanol 50%. Dalam penelitian ini diambil data torsi, daya, dan mf antara kondisi CDI standar, CDI racing timing standar dan CDI racing timing non-standar. Pengambilan data torsi dan daya menggunakan metode throttle spontan, tahapan dalam throttle spontan ini pertama-tama motor dihidupkan kemudian dimasukkan pada gigi rasio ke-3, kemudian throttle ditahan pada putaran 3500 rpm setelah stabil pada putaran 3500 rpm throttle mulai dinaikkan secara spontan sampai 10000 rpm. Hasil pengujian dari metode ini adalah torsi dan daya yang dikeluarkan dari dynotest, sedangkan pengambilan data mf menggunakan metode per-rpm dengan cara membuka throttle dari 2000 rpm kemudian dinaikkan menjadi 8000 rpm secara bertahap dengan kenaikannya putaran mesin setiap 1000 rpm. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada kondisi CDI racing torsi dan daya lebih tinggi dibandingkan pada kondisi CDI standar. Pada kondisi CDI standar konsumsi bahan bakar mf lebih rendah dari pada kondisi CDI racing. Kata Kunci: CDI Racing, Timing Pengapian, Ethanol, Motor 4 Langkah PENDAHULUAN Tingkat pertumbuhan manusia yang semakin tinggi menyebabkan kebutuhan energi berbahan bakar fosil meningkat setiap tahunnya. Bahan bakar fosil menjadi sumber energi primer untuk kebutuhan manusia sehari-hari dalam berbagai aktivitas seperti penggunaan kendaraan bermotor, mesinmesin industri dan sarana pengkonversi energi lainnya. Hal ini menimbulkan permasalahan karena ketersediaan bahan bakar fosil terbatas dan tidak dapat terbarukan, sehingga tidak mampu mengimbangi kebutuhan manusia yang besar akan energi. Apabila penggunaan bahan bakar premium berlebihan akan semakin menipisnya minyak bumi di Indonesia, maka diperlukan suatu bahan bakar alternatif dari bahan bakar hayati yaitu ethanol. Pada sistem pengapian timing pengapian sangatlah penting untuk memajukan atau memundurkan sistem pengapian yang akan diteruskan ke ruang bakar, dengan demikian pengapian yang dikeluarkan oleh busi lebih besar untuk membakar bahan bakar dan udara pada ruang bakar. Untuk meningkatkan kinerja mesin salah satunya dilakukan penggantian CDI racing dan mengatur timing pengapian. Dengan adanya derajat timing pengapian untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh CDI racing berbahan bakar premium-ethanol dan timing 1

pengapian agar dapat mengetahui kinerja yang dihasilkan mesin. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji coba perbandingan antara kondisi CDI standar, CDI racing dengan timing standar dan CDI racing non-standar pada mesin 4- langkah 100cc. Dengan dilakukan penelitian ini supaya mengetahui kinerja mesin yang dihasilkan jika digunakan untuk harian maupun di dunia balap. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan pengetahuan kepada masyarakat dari kinerja yang dihasilkan CDI standar, CDI racing timing standar dan CDI racing timing nonstandar. METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Mototech Jl. Ringroad Selatan, Kemasan, Singosaren, Banguntapan Bantul Yogyakarta. Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin sepeda motor 4 langkah dengan merek Honda Astrea Grand 100 cc. Berikut ini adalah gambar dan spesifikasi dari Honda Astrea Grand 100 cc. Merek : HONDA Tipe : Astrea Grand Tipe mesin : Pendingin udara 4- langkah, SOHC Volume Silinder : 85.5 cc Diameter Langkah : 47.0 x 49.5 mm Perbandingan Kompresi : 9.4 : 1 Karburator : Keihin 16 mm x 1 Transmisi : 4 Speed (N-1-2-3-4-N) Sistem starter : Motor stater dan stater engkol Baterai : 12 V - 5 Ah Sistem pengapian : CDI-DC, magnet Sistem pelumasan : Pelumasan basah Kapasitas oli mesin : 800 cc Kapasitas tangki bahan bakar : 3.7 liter 2. CDI yang digunakan dalam penelitian ini adalah CDI BRT (bintang racing team), berikut ini adalah gambar komponen CDI- DC digital dan spesifikasi CDI-DC digital. Gambar 1. CDI-DC dan remote digital Spesifikasi CDI BRT (bintang racing team) Tegangan kerja : 9 s/d 18 volt Ignition control : Digital MCU 8 bit flash Microprocessor : LPC 92 flash series 12Mhz power by NXP founded by philips. Konsumsi arus Tegangan out (Max) : 0.1 s/d 0.75 A : 270 volt Temperatur lingkungan : -15ºC s/d 80ºC Memori : Programmable by remote (i-max series) Mapping (smart click series) Spesifikasi remote programmer : Switch selector Tegangan kerja : 12 volt Displai : 5 digit 7 segment Microprocessor : LPC 92 flas series 12Mhz power by NXP founded by philips Konsumsi arus : 0.1 A Function key up, down : menu, edit, enter (read), 3. Dynamometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur torsi dan daya sebuah mesin. 2

Gambar 2. Dynamometer 4. Computer berfungsi sebagai akurasi data dari dynamometer. 5. Tachometer adalah alat untuk mengukur putaran mesin. Gambar 3. Tachometer I-MAX 5.Burret adalah alat untuk mengukur volume bahan bakar. Gambar 4. Burret 7. Stop watch adalah alat untuk menghitung waktu konsumsi bahan bakar. 8. Thermometer adalah alat untuk mengukur suhu. Bahan Penelitian Bahan bakar yang digunakan pada penelitian ini adalah : Premium dan Ethanol Persiapan Penelitian Adapun langkah-langkah persiapan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Melakukan pemeriksaan mesin (dynamometer) dan peralatan sebelum digunakan supaya memperoleh data yang lebih akurat. 2. Melakukan kalibrasi alat ukur seperti burret, stopwatch, dan thermometer sebelum digunakan. 3. Melakukan modifikasi triger magnet sepeda motor Astrea Grand 100 cc tahun 1997 dan disesuaikan dengan CDI racing BRT I-MAX. 4. Melakukan pengaturan pada CDI racing dengan memprogram derajat timing pengapian supaya mendapatkan timing yang sesuai. 5. Melakukan pengisian bahan bakar pada tangki dengan gelas ukur bahan bakar. Tahapan Pengujian Pengujian Torsi dan Daya Proses pengujian torsi dan daya adalah sebagai berikut : 1. Melakukan pencampuran bahan bakar premium-ethanol dengan campuran 50% premium dan 50% ethanol. 2. Melakukan pengisian bahan bakar premium-ethanol 50%. 3. Melakukan pengecekan sistem saluran bahan bakar, untuk memastikan tidak terjadi kebocoran bahan bakar. 4. Melakukan pengaturan pada CDI racing dengan memprogram derajat timing pengapian dengan menggunakkan remote supaya mendapatkan timing yang sesuai. 5. Mempersiapkan alat ukur seperti tachometer dan thermometer. 6. Melakukan pemasangan sepeda motor di unit dynamometer. 7. Melakukan pengujian daya dan torsi sesuai prosedur yang ditentukan. 8.Melakukan control apabila ada gejala mesin yang tidak normal. 9. Merapikan kembali bahan dan alat yang telah digunakan. Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Proses pengujian konsumsi bahan bakar adalah sebagai berikut : 1. Melakukan pencampuran bahan bakar premium-ethanol dengan campuran 50% premium dan 50% ethanol. 2. Melakukan pengisian bahan bakar premium-ethanol 50%. 3. Melakukan pengecekan sistem saluran bahan bakar, untuk memastikan tidak terjadi kebocoran bahan bakar. 4. Melakukan pengaturan pada CDI racing dengan memprogram derajat timing 3

pengapian dengan menggunakkan remote supaya mendapatkan timing yang sesuai. 5. Mempersiapkan alat ukur seperti tachometer, burret, stop watch, thermometer, dan blower. 6. Melakukan pengujian konsumsi bahan bakar sesuai prosedur yang telah ditentukan. 7. Merapikan kembali bahan dan alat yang telah digunakan. Gambar 5. Flow chart pengujian daya dan torsi Parameter Yang Digunakan Dalam Perhitungan Penelitian ini mengunakan parameter perhitungan sebagai berikut : 1. Daya mesin (P) terukur pada hasil percobaan. 2. Torsi mesin (T) terukur pada hasil percobaan. 3. Konsumsi bahan bakar (mf) terukur pada hasil percobaan. Diagram Alir Penelitian Proses penelitian ini ditunjukkan seperti terlihat pada diagram alir sebagai berikut : Gambar 6. Flow chart pengujian konsumsi bahan bakar Keterangan: Kondisi 1 Sepeda motor mesin standar (CDI Standar) dan menggunakkan bahan bakar campuran premium-ethanol 50%. Kondisi2 Sepeda motor mesin standar (CDI racing dengan timing standar) dan menggunakkan bahan bakar campuran premium-ethanol 50%. Kondisi 3 Sepeda motor mesin standar (CDI racing dengan timing non-standar) dan menggunakkan bahan bakar campuran premium-ethanol 50%. 4

Skema Alat Uji dan Prinsip Kerja a. Skema Alat Uji Torsi dan Daya Motor Skema alat uji dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 7. Skema alat uji torsi dan daya motor (Dynotest). Keterangan gambar : 1. Torsiometer 2. Tachometer 3. Computer 4. Penahan motor 5. Indicator petunjuk bahan bakar (burret) 6. Mesin 7. Dynamometer 8. Knalpot 9. Karburator b. Prinsip Kerja Alat Uji Prinsip kerja alat uji ini adalah rotor yang digerakkan oleh motor yang tenaganya akan diukur dan berputar dalam medan magnet. Kekuatan medan magnetnya dikontrol dengan mengubah arus sepanjang susunan kumparan yang ditempatkan pada kedua sisi dari motor. Rotor ini berfungsi sebagai konduktor yang memotong medan magnet. Karena pemotongan medan magnet tersebut maka terjadi arus dan arus ini diinduksi dalam rotor sehingga rotor menjadi panas. Alat ini adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur torsi atau momen puntir poros out-put penggerak mula seperti motor bakar, motor listrik. Tujuan pengukuran torsi ini adalah untuk menentukan besar daya yang bisa dihasilkan penggerak tersebut. Metode Pengujian Torsi, Daya dan Konsumsi Bahan Bakar a. Metode throttle spontan Metode throttle spontan adalah memainkan throttle secara spontan mulai dari 3500 rpm sampai 10000 rpm. Tahapan dalam throttle spontan ini pertama-tama motor dihidupkan kemudian dimasukkan gigi rasio dari 1 sampai dengan 3, kemudian throttle ditahan pada 3500 rpm setelah stabil pada 3500 rpm baru throttle dinaikkan secara spontan sampai 10000. Hasil pengujian dari metode ini daya dan torsi yang dikeluarkan dari dynotest. b. Metode throttle per rpm Metode throttle per rpm adalah memainkan throttle dari 2000 rpm kemudian dinaikkan menjadi 8000 rpm secara bertahap setiap kenaikkannya 1000 rpm. Tahapan ini hampir sama hanya yang membedakan adalah throttle dibuka secara bertahap. Pada metode ini grafik dari dynotest tidak dapat dikeluarkan, hanya daya dan torsi yang dapat terlihat karena grafik hanya terlihat dengan metode throttle spontan. Hasil pengujian dengan metode ini adalah daya dan waktu yang diperlukan untuk konsumsi bahan bakar yang diperlukan saat proses pembakaran. Pengambilan data saat konsumsi bahan bakar setiap 10 cc dengan bukaan throttle secara bertahap yaitu 1000 rpm. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data spesifikasi obyek penelitian dan hasil pengujian. Data tersebut diolah dengan perhitungan untuk mendapatkan variabel yang diinginkan kemudian dilakukan pembahasan. Berikut ini merupakan proses pengumpulan data, perhitungan, dan pembahasan. Perhitungan Perhitungan kinerja mesin berdasarkan data hasil pengujian kondisi yang dilakukan pada 2000-8000 (rpm) sampai dengan putaran mesin maksimal, dengan sistem throttle per rpm adalah sebagai berikut : Konsumsi bahan bakar (mf ) mf = b t. 3600 1000. ρ bb (kg / jam) 5

Jika : b = 10 cc t = 185 s ρ bb = massa jenis untuk bahan bakar premium-ethanol 50% (kg/liter). ρ bb = ( 0,7471 x 50% ) + ( 0,7893 x 50% ) ρ bb = 0,7682 (kg/liter) Maka : mf = ( cc s. s jam cc liter 10 185.. kg ) liter 3600 1000 mf = 0,149 (kg/jam). 0,7534 Perbandingan Torsi, Daya, dan Konsumsi Bahan Bakar (mf ) Terhadap Pengaruh Penggunaan CDI standar, CDI racing timing standar dan CDI racing timing nonstandar. Torsi (T) Pada gambar grafik 8 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara putaran mesin (rpm) dan torsi (N.m) pada kondisi mesin standar dan menggunakan CDI racing dengan campuran bahan bakar premiumethanol 50 %. Gambar 8. Grafik pengaruh CDI terhadap torsi (T). Dari gambar grafik 8 terlihat bahwa semua kurva menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu torsi mengalami penurunan hingga putaran mesin tertentu. Torsi tertinggi dihasilkan pada kecepatan putaran mesin 4381 rpm dengan timing pengapian ± 33º sebelum titik mati atas (TMA) yaitu sebesar 7.01N.m dalam kondisi motor standar menggunakan CDI racing dengan timing standar. Dari gambar 8 menunjukkan bahwa penggunaan CDI standar dengan CDI racing torsi mengalami cenderung yang sama pada putaran awal, tapi pada putaran tinggi CDI racing torsi yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan CDI standar. Hal ini dikarenakan perbedaan sudut timing pengapian dan besarnya pengapian. Pada CDI racing sudut timing pengapiannya sudah dimajukan sehingga torsi semakin meningkat. Sedangkan pada CDI standar torsi yang dihasilkan hanya mencapai 6500 rpm dikarenakan sistem suplai pengapiannya CDI standar dibatasi (limiter), yaitu pembatasan suplai arus pada sistem pengapiannya, sehingga api yang dibutuhkan untuk pembakaran tidak optimal. Sedangkan pada CDI racing tidak dibatasi oleh limiter sehingga api yang dikeluarkan oleh CDI racing lebih besar dibandingkan CDI standar. Pada gambar 8 dapat dilihat CDI racing timing standar dan CDI racing timing non-standar menunjukkan pada putaran awal, CDI racing timing standar dengan kecepatan 3.500 rpm dengan sudut pengapian ±33º sebelum TMA dan pada putaran akhir 7.500 rpm dengan sudut pengapian ±33º sebelum TMA torsi meningkat. Sedangkan torsi pada mesin dengan menggunakan CDI racing timing non-standar pada 3.500 rpm sampai 7.500 rpm, berada dibawah torsi mesin dengan CDI racing timing standar. Hal ini dikarenakan pada saat rpm rendah CDI racing timing standar dengan sudut timing pengapian ±33º lebih tepat sehingga dalam proses pembakaran bahan bakar lebih baik. Pada CDI racing dengan timing non-standar, terlihat bahwa pada putaran akhir 7.750 rpm sampai 10.750 rpm torsi meningkat dengan menggunakan sudut timing pengapian ± 46 o sebelum TMA terlihat lebih baik. Perbedaan ini dikarenakan setiap kemajuan timing pengapian torsi mengalami peningkatan, lalu adanya perbedaan timing pengapian yang 6

dimodifikasi, dengan putaran mesin semakin tinggi, gerakan torak semakin cepat. Oleh karena itu titik pengapian yang berubah-ubah (ter program) tidak terkunci secara tetap seperti CDI standar, diharapkan mampu mempertahankan tenaga akibat ledakan yang terjadi. Pada saat langkah kompresi torak bergerak naik ke atas, kompresi semakin padat seiring dengan gerakan torak yang terus naik menekan dan memampatkan campuran bahan bakar yang siap dibakar. Pada CDI racing dengan timing non-standar dengan timing pengapian ±47 o - ±46 o sebelum TMA percikkan bunga api dari busi disetting untuk mulai dinyalakan. Pembakaran itu sifatnya merambat bukan meledak, tidak langsung terjadi lalu selesai, jadi ada rentang waktu yang dibutuhkan dari mulai api busi pertama kali dinyalakan lalu kemudian merambat atau menyebar ke seluruh ruang bakar hingga selesai membakar campuran bahan bakar yang tersedia. Percikan bunga api ini membuat tekanan di dalam silinder dan ruang bakar yang sudah padat menjadi semakin melonjak secara drastis dan terus meningkat sampai mencapai puncak tekanan maksimal di titik tertentu, dan setelah campuran bahan bakar habis terbakar, maka tekanan silinder pun kembali turun. Proses ini terjadi beberapa saat setelah torak melewati TMA. Daya (P) Pada gambar grafik 9 menunjukkan grafik hubungan antara putaran mesin (rpm) dan daya (HP) dengan kondisi mesin standar dan menggunakan CDI racing dengan campuran bahan bakar premium-ethanol 50 %. Gambar 9. Grafik pengaruh CDI terhadap daya (P). Dari gambar grafik 9 terlihat bahwa semua kurva menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu daya mengalami kenaikkan. Daya tertinggi dihasilkan pada kecepatan putaran mesin 6750 rpm dengan timing pengapian ± 33º sebelum titik mati atas (TMA) yaitu sebesar 5,9 HP dalam kondisi motor standar menggunakan CDI racing dengan timing standar. Dari gambar 9 menunjukkan bahwa penggunaan CDI standar dengan CDI racing daya mengalami cenderung yang sama pada putaran awal, tapi pada putaran tinggi CDI racing daya yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan CDI standar. Hal ini dikarenakan perbedaan sudut timing pengapian dan besarnya pengapian. Pada CDI racing sudut timing pengapiannya sudah dimajukan sehingga torsi semakin meningkat. Sedangkan pada CDI standar torsi yang dihasilkan hanya mencapai 6500 rpm dikarenakan sistem suplai pengapiannya CDI standar dibatasi (limiter), yaitu pembatasan suplai arus pada sistem pengapiannya, sehingga api yang dibutuhkan untuk pembakaran tidak optimal. Sedangkan pada CDI racing tidak dibatasi oleh limiter sehingga api yang dikeluarkan oleh CDI racing lebih besar dibandingkan CDI standar. 7

Pada gambar 9 dapat dilihat CDI racing timing standar kurva berada diatas CDI racing timing non-standar dan pada putaran awal CDI racing timing standar dikecepatan 3.500 rpm dengan sudut pengapian ±33º sebelum TMA dan pada putaran akhir 7.250 rpm dengan sudut pengapian ±33º sebelum TMA daya pada CDI racing timing standar meningkat, sedangkan CDI racing timing non-standar berada dibawah kurva CDI racing timing standar diputaran 3.500 rpm sampai 7.500 rpm CDI racing timing non-standar daya di bawah CDI racing timing standar. Hal ini dikarenakan pada saat rpm rendah CDI racing timing standar dengan sudut timing pengapian ±33º lebih tepat sehingga dalam proses pembakaran bahan bakar lebih baik. Pada CDI racing dengan timing non-standar, terlihat bahwa pada putaran akhir 7.250 rpm sampai 10.750 rpm daya meningkat dengan menggunakan sudut timing pengapian ± 46 o sebelum TMA terlihat lebih baik. Perbedaan ini dikarenakan setiap kemajuan timing pengapian daya mengalami peningkatan, lalu adanya perbedaan timing pengapian yang dimodifikasi, dengan putaran mesin semakin tinggi, gerakan torak semakin cepat. Oleh karena itu titik pengapian yang berubah-ubah (ter program) tidak terkunci secara tetap seperti CDI standar, diharapkan mampu mempertahankan tenaga akibat ledakan yang terjadi. Pada saat langkah kompresi torak bergerak naik ke TMA, kompresi semakin padat seiring dengan gerakan torak yang terus naik, menekan, dan memampatkan campuran bahan bakar yang siap dibakar. Pada CDI racing dengan timing non-standar dengan timing pengapian ±47 o - ± 46 o sebelum TMA percikkan bunga api dari busi disetting untuk mulai dinyalakan. Pembakaran itu sifatnya merambat bukan meledak, tidak langsung terjadi lalu selesai, jadi ada rentang waktu yang dibutuhkan dari mulai api busi pertama kali dinyalakan lalu kemudian merambat atau menyebar ke seluruh ruang bakar hingga selesai membakar campuran bahan bakar yang tersedia. Percikkan bunga api ini membuat tekanan di dalam silinder dan ruang bakar yang sudah padat menjadi semakin melonjak secara drastis dan terus meningkat sampai mencapai puncak tekanan maksimal di titik tertentu, dan setelah campuran bahan bakar habis terbakar, maka tekanan silinder pun kembali turun. Proses ini terjadi beberapa saat setelah torak melewati TMA.piston melewati titik mati atas (TMA). Konsumsi Bahan Bakar (mf ) Pada gambar grafik 10 menunjukkan grafik hubungan antara putaran mesin (rpm) dan konsumsi bahan bakar (mf ) dengan kondisi mesin standar menggunakan campuran bahan bakar premium-ethanol 50 %. Gambar 10. Grafik pengaruh CDI terhadap konsumsi bahan bakar (mf ). Dari gambar grafik 10 terlihat bahwa semua kurva menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu kurva mengalami kenaikan setiap putaran mesin karena konsumsi bahan bakar berbanding lurus dengan putaran mesin. Kurva konsumsi bahan bakar yang lebih banyak terjadi pada CDI racing timing standar. Pada gambar grafik 10 di atas menunjukkan perbedaan kurva konsumsi bahan bakar (mf ) kurva CDI racing timing standar dan CDI rracing timing non-standar lebih tinggi dibandingkan dengan CDI standar. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan timing pengapian, kemajuan timing pengapian menyebabkan penyuplaian bahan bakar yang dibutuhkan lebih banyak 8

Penggunaan bahan bakar CDI racing timing standar terlihat lebih boros dan CDI racing timing non-standar terlihat lebih hemat, karena dari hasil torsi dan daya yang sama dapat menghasilkan penggunaan bahan bakar yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan kebutuhan bahan bakar berbanding lurus dengan putaran mesin (rpm), setiap kemajuan timing pengapian yang tepat dapat menghemat bahan bakar yang ada di dalam ruang bakar. Pada CDI standar tidak mengalami perubahan karena system suplai pengapiannya dibatasi (limiter) dan suplai pengapian yang dihasilkan menjadi terbatas KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dengan mengkaji kegiatan penelitian yang meliputi proses pengambilan data, hasil pengujian serta hasil perhitungan secara menyeluruh, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Torsi tertinggi pada CDI racing dengan timing standar pada putaran mesin 4381 rpm dengan timing pengapian ± 33º yaitu sebesar 7,01 N.m. Untuk torsi tertinggi pada CDI racing dengan timing nonstandar pada putaran mesin 4668 rpm dengan timing pengapian ± 47º yaitu sebesar 6,41 N.m. 2. Daya tertinggi pada CDI racing dengan timing standar pada putaran mesin 6750 rpm dengan timing pengapian ± 33º yaitu sebesar 5,9 HP. Untuk daya tertinggi pada CDI racing dengan timing non-standar pada putaran mesin 7473 rpm dengan timing pengapian ± 47º yaitu sebesar 5,9 HP. 3. Konsumsi bahan bakar (mf ) pada penggunaan bahan bakar CDI racing timing standar terlihat lebih boros dan CDI racing timing nonstandar terlihat lebih hemat. Saran Saran yang dapat disampaikan pada pengujian kondisi CDI standar, CDI racing dengan timing standar dan CDI racing dengan timing non-standar adalah : 1. Untuk meningkatkan Torsi dan Daya yang maksimal perlu dilakukan penggantian seluruh komponen sistem pengapian. 2. Pada waktu pengaturan timing pengapian CDI racing BRT I-max programmable 24 step perlu dilakukan secara tepat supaya mendapatkan kinerja mesin yang maksimal. 3. Untuk meningkatkan pemakaian bahan bakar terbarukan atau bahan bakar alternatif agar tidak bergantung pada pemakaian bahan bakar fosil. 4. Untuk pemakaian CDI racing baik digunakan pada kendaraan yang disetting dengan kecepatan tinggi. 5. Untuk pemakaian sehari-hari dianjurkan menggunakan CDI standar karena lebih sedikit penggunaan bahan bakar. 6. Untuk mempermudah melakukan penelitian tentang motor bakar perlu adanya dynotest di laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Adita, 2006, Pengaruh Pemakaian CDI Standar Dan Racing Serta Busi Standar Dan Busi Racing Terhadap Kinerja Motor Yamaha Mio 4 Langkah 110 cc Tahun 2008, Tugas Akhir. Arends, BPM. & Barenschot, N., Motor Bensin, Erlangga, Jakarta, 1980. Arismunandar, 2005, Motor Bakar Torak, Edisi Kelima, Penerbit ITB, Bandung. BRT, Buku Panduan CDI BRT, PT. Trimentari Niaga, Cibinong. Buku Panduan Servis Honda Astrea Supra 100 cc, PT. Astra International, Jakarta. Hermanto, 2003, Pengaruh Variasi Komposisi Bensin-Ethanol Pada Berbagi Variasi Rasio Kompresi Terhadap Unjuk Kerja Mesin Bensin 4 Langkah 110 cc, Tugas Akhir. Hidayat W., 2012, Motor Bensin Modern, PT Rineka Cipta, Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/etanol kamis 28 November 2013. Halaman ini terakhir diubah pada 00.59, 7 April 2013. http://www.indobioethanol.com kamis 28 November 2013. 9

Margono, 2003, Pengaruh Variasi Penambahan Etanol Pada Bahan Bakar Premium Terhadap Unjuk Kerja (Performance) Mesin Motor Honda Supra 100 cc, Tugas Akhir. Muklisanto, 2003, Pengaruh Variasi Komposisi Bensin Dan Etanol Pada Variasi Rasio Mainjet Terhadap Unjuk Kerja Mesin 4 Langkah 110 cc, Tugas Akhir. Muliyadi, 2006, Pengaruh Variasi Bentuk Permukaan Piston Dan Variasi Rasio Kompresi Terhadap Kinerja Motor Bakar 4 Langkah 110 cc Berbahan Bakar Campuran Premium- Ethanol, Tugas Akhir. Setiyawan, 2007, Pengaruh Ignition Timing Dan Compression Ratio Terhadap Unjuk Kerja Dan Emisi Gas Buang Motor Bensin Berbahan Bakar Campuran Etanol 85% Dan Premium 15% (E-85), Tugas Akhir. 10