BAB I PENDAHULUAN. atau hanya gambaran pikiran. Makna dari penjelasan tersebut adalah sesuatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Deslyn Everina Simatupang, 2014

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber

APLIKASI SOFTWARE CABRI GEOMETRI PADA MATERI GEOMETRI SEBAGAI UPAYA MENGEKSPLORASI KEMAMPAUAN MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

datar berdasarkan kemampuan berpikir geometris Van Hiele sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari perkembangan dan kualitas pendidikannya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu eksak. Suherman menjelaskan bahwa pelajaran matematika mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna

MAKALAH DASAR-DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu pengetahuan, seperti Biologi, Kimia, dan Fisika; serta menjadi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini sudah sangat pesat, hal

BAB II KAJIAN TEORI A.

Pemanfaatan GeoGebra dalam Pembelajaran Matematika

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan mampu

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Perubahan-perubahan besar dan cepat

ANALISIS LEVEL PERTANYAAN GEOMETRI BERDASARKAN TINGKATAN VAN HIELE PADA BUKU TEKS MATEMATIKA SMP KELAS VII

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI

BAB I PENDAHULUAN. modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan. memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMAHAMI KONSEP KUBUS BALOK DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :

Pengalaman Belajar sesuai Teori Berpikir van Hiele

TEORI BELAJAR VAN HIELE

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5

PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. dalam matematika itu sendiri maupun dalam bidang-bidang yang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI GEOMETRI DI MTs NEGERI 3 KARAWANG

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diterima oleh semua lapisan masyarakat dan dipelajari pada setiap

Oktavia et al., Analisis Penyajian Pembelajaran...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

p4tkmatematika.org Fenomena Hilangnya Tahap Melukis Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran Pada Geometri SMP ditulis oleh Puji Iryanti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang. sesuatu melalui akal dari hasil olahan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN SPATIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam

MANIPULATIF BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MEMBANTU PEMAHAMAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN WORD PROBLEM DI KELAS 7 SMP

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu,

BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Putri Dewi Wulandari, 2013

APLIKASI SOFTWARE GEOMETRI Ipah Muzdalipah1), Ratna Rustina2)

PENGGUNAAN APLIKASI GEOGEBRA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya yang semakin luas ke berbagai bidang tak terkecuali dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

PEMANFAATAN APLIKASI GEOGEBRA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu matematika mulai diajarkan ketika

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBELAJARAN SEGIBANYAK BERATURAN DI SMP. Sumardyono, M.Pd.

2016 DESAIN DIDAKTIS KONSEP PECAHAN UNTUK KELAS III SEKOLAH DASAR

TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Aplikasi matematika dalam kehidupan masyarakat sehari-hari menjadikan

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

TEORI PEMBELAJARAN ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF DIENES

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sebuah ilmu dengan objek kajian yang bersifat abstrak. Dalam Bahasa Indonesia, abstrak diartikan sebagai sesuatu yang tak berujud atau hanya gambaran pikiran. Makna dari penjelasan tersebut adalah sesuatu yang abstrak, tidak berujud dalam bentuk konkret atau nyata, hanya dapat dibayangkan dalam pikiran saja. Contoh sederhana yang mengilustrasikan keabstrakan objek kajian matematika salah satunya dapat ditemukan pada konsep bilangan dan bangun datar. Misalnya, bilangan 2 pada hakikatnya adalah konsep yang abstrak. Konsep dua sebagai bilangan baru akan bermakna bila dikaitkan dengan objek seperti, dua buah bola, dua buah pensil dan lain-lain. Adapun representasi simbolnya berupa 2 adalah sesuatu yang real. Demikian pula dengan konsep lingkaran pada geometri, benda-benda seperti gelang, cincin, bulan, bukanlah lingkaran, melainkan contoh-contoh benda yang membentuk lingkaran. Pengertian lingkaran dalam matematika itu sendiri adalah kumpulan titik-titik yang berjarak sama ke satu titik tertentu. Berdasarkan ilustrasi tersebut, tidak berlebihan bila matematika sering disebut siswa sebagai pelajaran yang abstrak. Hal ini sangat kontras dengan alam pikiran kebanyakan siswa yang terbiasa berpikir tentang objek-objek yang konkret. Oleh karena itu, konsep-konsep matematika yang abstrak tidak dapat

2 sekadar ditransfer begitu saja dalam bentuk kumpulan informasi kepada siswa. Tidak heran, jika banyak ditemui siswa yang mengalami kesulitan dalam upaya memahami matematika. Dengan demikian, dibutuhkan suatu proses dalam aktivitas belajar yang jelas, agar siswa dapat memahami objek-objek kajian yang abstrak dalam matematika. Proses pembelajaran tersebut hendaknya merupakan proses yang mengantarkan siswa melakukan dan mengalami kegiatan-kegiatan ke arah pembentukan konsep-konsep abstrak. Secara sederhana, proses ini disebut sebagai proses abstraksi. Istilah abstrak yang merupakan kata dasar dari abstraksi sangat banyak digunakan dalam bidang matematika maupun pendidikan matematika, namun demikian pada kenyataannya istilah abstraksi yang dimaknai sebagai sebuah proses belum banyak dikenal. Seperti diungkapkan oleh Leron (1987), bahwa kata abstraksi bahkan tidak ditemukan di bagian indeks dari buku-buku teks matematika. Senada dengan hal tersebut, Mitchelmore & White (2004) mengungkapkan bahwa hingga saat ini masih sangat sedikit penelitian ataupun literatur profesional yang mengkaji masalah ini. Di lain pihak, abstraksi merupakan proses yang fundamental dalam matematika dan pendidikan matematika. Keberadaan proses abstraksi pada proses pembelajaran merupakan suatu keharusan, karena proses abstraksi berperan penting dalam pembentukan konsep-konsep matematika (Ferarri, 2003). Dalam bidang pendidikan matematika, kajian yang komprehensif tentang proses abstraksi sangat penting. Hal tersebut berkaitan dengan kebutuhan untuk menciptakan suatu proses pembelajaran matematika yang efektif di kelas dalam

3 rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Goodson & Espy, 2005). Terkait dengan hal tersebut, beberapa pakar dalam bidang pendidikan matematika di berbagai belahan dunia telah mengkaji dan meneliti tentang topik abstraksi ini antara lain: Dienes, 1961 (Tall, 2002); Skemp, 1986 (Michelmore & White, 2007); Piaget (1970); Glasserfeld, 1991 (Goodson &Espy, 2005); Dreyfus et al. (2002); Ferarri (2003); Mitchemore & White (2004a, 2004b, 2007); Gusev (2004); Williams (2007); dan Gray & Tall (2007). Bahkan topik ini menjadi isu utama pada International Journal of Education Research pada 2007 (Mitchelmore dan White, 2007). Beberapa kajian tentang abstraksi yang sudah dilakukan oleh pakar terdahulu, banyak yang masih bersifat teoretis, seperti yang dilakukan oleh Ferarri (2003) dan Goodson & Espy (2005). Kajian-kajian yang bersifat teoretis tersebut masih sekadar uraian kronologis kemunculan teori-teori abstraksi dan kritik-kritik tentang teori-teori abstraksi saja, belum sampai pada tahap implementasi dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dalam mengkaji proses abstraksi pada anak dalam belajar matematika masih berkutat pada topik-topik tertentu saja. Contohnya, untuk jenjang Sekolah Dasar dan Menengah, masih berkutat pada bidang aljabar seperti, konsep bilangan, konsep pecahan, penjumlahan, perkalian, atau persamaan garis lurus. Pada jenjang yang lebih tinggi, topik aljabar masih mendominasi selain topik kalkulus. Walaupun ada, topik geometri masih sedikit disoroti, padahal geometri merupakan salah satu

4 komponen utama pada kurikulum pendidikan matematika di seluruh dunia seperti yang diungkapkan oleh Dindyal (2007). Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari objek-objek seperti titik, garis, bidang, ruang, beserta hubungan-hubungannya, yang keseluruhan objeknya jelas bersifat abstrak. Namun, seringkali objek-objek abstrak dalam geometri sedapat mungkin divisualisasikan dan dihubungkan dengan objek-objek yang real secara empiris. Padahal di sisi lain, hubunganhubungan antar objek geometri yang abstrak harus dipelajari secara deduktif karena bersifat teoretis. Hal ini menyebabkan siswa diberbagai belahan dunia mengalami kesulitan dalam belajar geometri seperti diutarakan oleh Laborde et al. (2006). Bukan hanya di berbagai belahan dunia, di Indonesia, geometri merupakan salah satu bagian dari materi matematika sekolah yang cukup bermasalah pula. Seperti diungkapkan oleh Rizal (2008) dalam web miliknya, bahwa dari seluruh cabang matematika, geometri menempati posisi yang paling memprihatinkan. Kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar geometri terjadi mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Kesulitan belajar ini menyebabkan pemahaman yang kurang sempurna terhadap konsep-konsep geometri, yang pada akhirnya menghambat proses belajar geometri selanjutnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Purniati (2006) dan Nurhasanah (2004) juga mengungkapkan bahwa kenyataan di lapangan, geometri merupakan satu pokok dalam matematika yang masih menjadi masalah dari jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

5 Berdasarkan Kurikulum 2006, geometri pada jenjang SMP mendapatkan porsi yang besar dari keseluruhan isi kurikulum jika dibandingkan dengan beberapa materi yang lain seperti, aljabar, peluang atau statistik. Hal ini mengindikasikan bahwa, geometri merupakan salah satu komponen penting pada kurikulum matematika di SMP, sehingga pembelajaran geometri yang tidak memadai akan berkontribusi besar terhadap ketidakberhasilan pembelajaran matematika di sekolah secara keseluruhan. Jika ditelisik kembali kaitan antara objek-objek geometri yang abstrak dan kesulitan siswa dalam belajar geometri, maka dapat muncul dugaan bahwa sesungguhnya terdapat masalah dalam pembelajaran geometri yang terjadi di sekolah berkaitan dengan pembentukan konsep-konsep yang abstrak. Mempelajari konsep yang abstrak tidak dapat dilakukan hanya dengan melalui transfer informasi saja, tetapi dibutuhkan suatu proses pembentukan konsep melalui serangkaian aktivitas yang dialami langsung oleh siswa. Serangkaian aktivitas pembentukan konsep abstrak tersebut secara sederhana dapat disebut sebagai proses abstraksi. Sesuai dengan karakteristik geometri, proses abstraksi haruslah terintegrasi dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Terkait dengan proses abstraksi dalam pembelajaran yang berlangsung, beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah metode pembelajaran, model pembelajaran, bahan ajar, ketersediaan dan penggunaan alat peraga ataupun keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran.

6 Walaupun sudah banyak penelitian yang mengkaji tentang berbagai permasalahan dalam pembelajaran geometri, tetapi tidak banyak yang menyoroti proses abstraksi dalam pembelajaran geometri. Padahal abstraksi memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran geometri seperti yang diungkapkan oleh Gray & Tall (2007) tentang pentingnya peranan abstraksi saat belajar geometri, salah satu contohnya dapat terlihat ketika siswa mempelajari berbagai jenis bangun datar seperti segitiga atau segiempat. Siswa mengenali bangun-bangun segitiga atau segiempat dengan mengamati karakteristik yang sama atau berbeda untuk dari objek berupa bangun-bangun tersebut, kemudian membuat klasifikasi jenis-jenis bangun tersebut berdasarkan karakteristikkarakteristik yang ditemukan siswa. Adapun jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu tingkat perkembangan berpikir siswa, aktivitas siswa belajar geometri telah diteliti oleh pakar pendidikan dari Belanda, yaitu pasangan Dina van Hiele-Geldof dan Pierre Marrie van Hiele. Mereka secara khusus telah menemukan teori tentang level berpikir siswa dalam belajar geometri. Teori tersebut lebih dikenal dengan istilah Teori Belajar van Hiele. Teori ini menyatakan bahwa siswa yang belajar geometri akan melalui lima level/tingkatan yang bersifat hierarkis (Crowley, 1987). Level tersebut terdiri atas: visualization, analysis, informal deduction, formal deduction, dan rigor. Kelima level ini berkaitan erat pula dengan pembentukan konsep dalam geometri. Terkait dengan kelima level berpikir dalam belajar geometri, van Hiele juga mengajukan suatu model yang disesuaikan dengan teori tersebut. Model

7 pembelajaran yang diajukan terdiri atas lima tahap yaitu, inquiry, directed orientation, explication, free orientation, dan integration. Kelima tahap ini sering disebut pula sebagai Model Pembelajaran Geometri van Hiele atau Tahapan Pembelajaran van Hiele. Bila dicermati lebih lanjut, secara teoretis pembentukan konsep yang terkait dengan objek-objek geometri dapat dilihat dari dua sudut pandang. Kedua sudut pandang tersebut adalah, sudut pandang proses abstraksi dan sudut pandang teori belajar van Hiele. Namun secara praktek dalam pembelajaran, pembentukan konsep yang terkait dengan objek-objek geometri dapat dilihat dari dua sudut pandang yang lain, yaitu sudut pandang proses abstraksi dalam tahapan pembelajaran van Hiele. Selain kedua sudut pandang tersebut, dalam pembelajaran geometri perlu diperhatikan pula peranan alat peraga dalam proses pembelajaran. Hal tersebut berkaitan erat dengan sifat objek-objek geometri yang abstrak. Ketika teori van Hiele muncul, jenis alat peraga pembelajaran matematika masih terbatas pada benda-benda konkret. Namun, seiring perkembangan teknologi saat ini berkembang jenis alat peraga baru yang dikenal dengan konsep alat peraga maya. Alat peraga ini memiliki karakteristik benda-benda semi konkret dan dapat dimanipulasi langsung oleh siswa dalam proses pembelajaran. Contohnya jenis Dynamic Geometry Software (perangkat lunak geometri dinamis) seperti Logo, Cabri Geometry, Wingeom, dan Geometers Sketchpad (GSP). Salah satu software geometri dinamis yang cukup populer adalah Geometers Sketchpad (GSP). GSP adalah salah satu software komersial yang

8 khusus diciptakan untuk membantu proses pembelajaran geometri Euclid. Software ini memberikan kesempatan pada siswa maupun guru untuk melakukan eksplorasi terhadap hubungan-hubungan yang mungkin antar konsep-konsep pada bangun datar dan sifat-sifatnya secara intuitif maupun secara induktif yang dilakukan pada awalnya dengan cara informal (Serow, 2008). Beberapa penelitian yang terkait dengan GSP seperti Choi-Koh (2000), Olkun et al. (2002) mengemukakan bahwa GSP dapat membantu menciptakan suatu situasi yang potensial di dalam kelas untuk membangun atau mengembangkan kemampuan berpikir dalam belajar geometri yang berujung pada pemahaman siswa terhadap konsep-konsep geometri yang abstrak. Terkait dengan proses pembelajaran geometri di kelas, penjelasan pada paragraf sebelumnya memunculkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Apakah abstraksi muncul dalam proses pembelajaran geometri di kelas? Bagaimana proses abstraksi yang terjadi dalam belajar geometri? Aktivitas asbtraksi seperti apakah yang muncul pada pembelajaran geometri yang menggunakan model belajar van Hiele? Pada tahap-tahap manakah aspek abstraksi dapat muncul pada proses pembelajaran yang berlangsung di kelas? Apakah semua aspek asbtraksi selalu muncul? Bagaimana abstraksi yang terjadi dalam proses penyelesaian masalah yang terkait dengan proses pembelajaran? Bagaimana peran alat peraga dalam pembelajaran geometri terkait dengan proses abstraksi? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul tersebut, perlu dilakukan suatu studi yang intensif, dengan melihat lebih detail pada proses

9 pembelajaran yang berlangsung di kelas serta proses yang terjadi ketika siswa menyelesaikan suatu masalah yang memungkinkan terlihatnya suatu proses abstraksi. William (2007), Gusev (2004), dan Dindyal (2007) secara terpisah telah melakukan penelitian tentang abstraksi secara intensif. Para peneliti tersebut menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengkaji lebih jauh tentang proses abstraksi yang terjadi pada siswa Sekolah Menengah Pertama. Mereka memotret proses pembelajaran yang berlangsung melalui serangkaian observasi dan wawancara intensif terhadap beberapa siswa untuk menganalisis proses abstraksi yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas. Berkaca pada mereka yang telah melakukan penelitian terdahulu dalam upaya menguak suatu proses berpikir, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk penelitian dengan judul: Abstraksi Siswa SMP dalam Belajar Geometri melalui Penerapan Model van Hiele dan Geometers Sketchpad (Junior High School Students Abstraction in Learning Geometry through van Hiele s Model and Geometers Sketchpad). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, terkait dengan proses abstraksi dan penggunaan GSP dalam pembelajaran geometri diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

10 1. Bagaimana proses abstraksi siswa Sekolah Menengah Pertama yang belajar geometri dengan model pembelajaran van Hiele disertai media software dinamis geometri Geometers Sketchpad? 2. Bagaimana proses abstraksi siswa Sekolah Menengah Pertama yang belajar geometri dengan model pembelajaran konvensional tanpa media software geometri dinamis? 3. Bagaimana proses abstraksi siswa Sekolah Menengah Pertama yang belajar geometri dengan model pembelajaran van Hiele dengan media software geometri dinamis dalam menyelesaikan masalah? 4. Bagaimana proses abstraksi siswa Sekolah Menengah Pertama yang belajar geometri dengan model pembelajaran konvensional tanpa media software geometri dinamis dalam menyelesaikan masalah? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang tertera pada rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. memperoleh deskripsi lengkap tentang proses abstraksi siswa Sekolah Menengah Pertama dalam belajar geometri pada kelas yang menggunakan model pembelajaran van Hiele disertai media software dinamis geometri Geometers Sketchpad; 2. memperoleh deskripsi lengkap tentang proses abstraksi siswa Sekolah Menengah Pertama dalam belajar geometri dengan model pembelajaran konvensional tanpa media software geometri dinamis;

11 3. memperoleh deskripsi lengkap tentang proses abstraksi siwa Sekolah Menengah Pertama yang belajar geometri menggunakan model pembelajaran van Hiele disertai media software dinamis geometri Geometers Sketchpad dalam menyelesaikan masalah; 4. memperoleh deskripsi lengkap tentang proses abstraksi siswa Sekolah Menengah Pertama yang belajar geometri dengan model pembelajaran konvensional tanpa media software geometri dinamis dalam menyelesaikan masalah. D. Pentingnya Masalah Pada dasarnya topik abstraksi telah diteliti oleh beberapa oleh peneliti dan para ahli yang berkecimpung dalam bidang matematika, pendidikan matematika dan psikologi pendidikan matematika yang berasal dari berbagai belahan dunia. Namun kajian-kajian tersebut mayoritas masih banyak yang berada pada tataran wacana, khususnya untuk topik abstraksi. Penelitian ini adalah sebuah upaya pengkajian abstraksi langsung pada setting pembelajaran sesungguhnya yang berlangsung di dalam kelas. Kemudian menghubungkan teori-teori yang sudah ada dengan temuan-temuan di lapangan, sebagai salah satu rangkaian dalam upaya menyusun sebuah model yang dapat memunculkan abstraksi dalam setiap proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dan dapat sesuai dengan karakteritik berpikir siswa. Perkembangan teknologi yang memicu lahirnya berbagai alat peraga maya dalam bentuk software memberi pengaruh bagi proses pembelajaran matematika

12 khususnya geometri di berbagai belahan dunia. Banyak muncul berbagai software untuk belajar geometri seperti Logo, Cabri Geometry, Geogebra, dan GSP. Di lain pihak, kemajuan teknologi juga membuat sekolah-sekolah berusaha untuk melengkapi fasilitas belajar dengan laboratorium komputer sebagai salah satu media pembelajaran. Jika kemunculan berbagai software pembelajaran geometri dikaitkan dengan fasilitas laboratorium komputer di sekolah maka diperlukan suatu wacana pemanfaatan software-software tersebut dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Hal tersebut, menjadikan penelitian ini berperan dalam memberikan wacana pemanfaatan GSP sebagai upaya memunculkan proses abstraksi dalam sebuah proses pembelajaran matematika khususnya geometri bagi para guru. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan wacana baru dalam dunia pendidikan matematika di Indonesia dan membuka peluang untuk melakukan riset lanjutan berkenaan dengan topik abstraksi ini. E. Definisi Operasional 1. Abstraksi adalah suatu proses pembentukan konsep berupa objek-objek matematika yang bersifat abstrak melalui serangkaian aktivitas pengorganisasian ulang pengetahuan-pengetahuan matematis yang sudah dikonstruksi sebelumnya menjadi suatu struktur yang baru. 2. Model pembelajaran geometri van Hiele adalah model belajar geometri yang dikemukakan oleh van Hiele yang terdiri atas lima tahap yaitu (1)

13 inquiry/information, (2) directed orientation, (3) explication, (4) free orientation dan (5) integration. 3. Model pembelajaran geometri konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang biasa digunakan dalam belajar matematika oleh guru yaitu model ceramah. 4. Software geometri dinamis dalam penelitian ini adalah sebuah program komputer yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan konstruksi geometris pada geometri Euclid. 5. Software Geometers Sketchpad (GSP) adalah software geometri dinamis untuk dimensi 2 yang menyediakan menu untuk mengkonstruk objekobjek geometri yang secara tradisonal biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan jangka dan mistar, menggambar dan melukis berbagai situasi geometris pada bidang Euclid, dan melakukan pengukuran pada berbagai aspek bangun datar. GSP yang digunakan dalam penelitian ini adalah GSP versi 4.07.