BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB 4 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan pengamatan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin

Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan p. kepercayaan dan power sebesar 80 %.

Stadium klinik karsinoma serviks uteri menurut sistem FIGO 2000

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

HUBUNGAN PENURUNAN KADAR SQUAMOUS CELL CARCINOMA ANTIGEN DENGAN RESPON RADIASI HISTOPATOLOGIS PADA KARSINOMA EPIDERMOID SERVIKS UTERI STADIUM LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2010 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. 1

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

4. HASIL PENELITIAN. 35 Universitas Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. positif (Positive Predictive Value/PPV), nilai duga negatif (Negative Predictive

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Obstetri dan Ginekologi dan Patologi

BAB III METODE PENELITIAN

PENILAIAN RESPON KLINIS DAN KADAR SCC KEMOTERAPI KOMBINASI PACLITAXEL CARBOPLATIN PADA KARSINOMA SERVIKS STADIUM LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis... 36

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB 5. HASIL PENELITIAN. diperoleh 52 subjek yang menderita LLA yang terbagi menjadi 2 kelompok,

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

Penatalaksanaan Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan Selama 5 Tahun (1 Januari 1996 s.d.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA SERVIKS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi

Ethical Clearance 64

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP dr. Kariadi

UJI DIAGNOSTIK PLATELET LYMPHOCYTE RATIO DAN FIBRINOGEN PADA DIAGNOSIS TUMOR PADAT GANAS

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV METODE PENELITIAN

ESTIMASI. Podojoyo, SKM, M.Kes. Podojoyo 1

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis RSUP Dr. Kariadi

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasien keganasan berisiko tinggi menderita anemia (Estrin, 1999). Penelitian

Transkripsi:

66 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS dr. Kariadi Semarang sejak bulan Juli 2005 sampai dengan Maret 2006, didapatkan 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri dari stadium IIB 6 (13,3%) dan IIIB 39 (86,7%) penderita yang hanya mendapatkan terapi radiasi lengkap (eksternal radiasi 5000 cgy dan brakiterapi 1700 cgy). Pada penelitian ini tidak ada penderita stadium IIIA. 5.1 Karakteristik penderita Karakteristik penderita ditampilkan pada tabel 1. Tabel ini menunjukkan bahwa rerata umur penderita adalah 51.0 tahun dengan umur termuda 35 tahun dan tertua 69 tahun. Setelah dikategorikan dijumpai bahwa kelompok usia 41 50 tahun merupakan kelompok usia penderita karsinoma epidermoid serviks uteri yang terbanyak yaitu 46.7 %. Kelompok paritas yang terbanyak adalah kelompok paritas 3 5 yaitu 62.2 %. Stadium keganasan yang terbanyak adalah stadium III B yaitu 86.7% dan stadium II B 13.3%. Berdasarkan diferensiasi sel ganas diketahui bahwa sebagian besar berdiferensiasi moderat yaitu 44.4 %. Pada kedua stadium juga didapatkan jumlah penderita dengan respon radiasi histopatologis baik adalah 36 (80%)

67 penderita, diikuti respon radiasi moderat 4 (8.9 %) penderita dan jelek 5 (11.1%) penderita. Tabel 1. Karakteristik penderita karsinoma epidermoid serviks uteri (n=45) Karakteristik Rerata (SB) n (%) Umur (tahun) 51.0 (8.33) Kategori umur (tahun) - 30 40 3 (6.7%) - 41 50 21 (46.7%) - 51 60 16 (35.6%) - > 60 5 (11.1%) Paritas - 0-2 10 (22.2%) - 3-5 28 (62.2%) - > 5 7 (15.6%) Stadium - II B 6 (13.3%) - III B 39 (86.7%) Derajat diferensiasi sel - Baik 17 (37.8%) - Moderat 20 (44.4%) - Jelek 8 (17.8%) Respon Radiasi Histopatologis - Baik 36 (80,0%) - Moderat 4 (8.9%) - Jelek 5 (11.1%) SB : Simpang Baku Hasil pemeriksaan laboratorium kadar Hb, tes faal hati dan ginjal ditampilkan pada tabel 2 yang menunjukkan rerata kadar Hb, SGOT, SGPT, ureum dan kreatinin masih dalam batas normal. Hal ini menunjukkan tidak ada gangguan fungsi hepar dan ginjal pada subyek penelitian.

68 Tabel 2. Kadar Hb, tes faal hati dan ginjal penderita karsinoma epidermoid serviks uteri (n=45) Pemeriksaan laboratorium Rerata (SB) Hb (g/dl) 11.7 (1.25) SGOT (mg/dl) 26.9 (8.64) SGPT (mg/dl) 32.2 (7.42) Ureum (mg/dl) 18.3 (5.42) Kreatinin (mg/dl) 0.9 (0.56) 5.2 Kadar Squamous Cell Carcinoma antigen Kadar Squamus Cell Carcinoma antigen (SCC antigen) pra dan pasca terapi radiasi ditampilkan pada tabel 3. Tabel 3. Kadar SCC antigen (ng/ml) penderita karsinoma epidermoid serviks uteri (n=45) Terapi radiasi Rerata (SB) P * Pra terapi radiasi 14.2 (8.7) Pasca terapi radiasi 4.9 (5.3) * Mann-Whitney U test, p < 0.001 Pada tabel 3 menunjukkan bahwa kadar SCC antigen pra terapi radiasi adalah lebih tinggi dibanding pasca terapi radiasi. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar SCC antigen pra dan pasca terapi radiasi (p<0.001). Secara klinis, kadar SCC antigen cenderung menurun pada pasca terapi

69 radiasi. Perubahan kadar SCC antigen pra dan pasca terapi radiasi juga ditampilkan pada gambar 3. Tabel 4. Respon radiasi histopatologis (RRH) penderita karsinoma epidermoid serviks uteri (n=45) Respon radiasi histopatologis n (%) - Baik 36 (80.0%) - Moderat 4 (8.9%) - Jelek 5 (11.1%) Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa pasca terapi radiasi sebagian besar penderita menunjukkan respon dengan kategori baik (80.0%). 40 35 A 40 35 B S C C 30 25 20 15 30 25 20 15 RRH Baik Moderat Jelek 10 10 5 5 0 Pra Radiasi Pasca Radiasi 0 Pra Radiasi Pasca Radiasi Gambar 3. (A) Kadar SCC antigen pra dan pasca terapi radiasi. radiasi. (B) Diagram (B) Garis garis perubahan kadar kadar SCC SCC antigen pre dan pra pasca dan radiasi pasca penderita terapi radiasi karsinoma epidermoid berdasarkan serviks uteri kategori di RS RRH. Dr. Kariadi Semarang. Diagram B juga menunjukkan perubahan SCC antigen berdasarkan kategori RRH Pada pasca terapi radiasi dijumpai 20 (44,4%) penderita dengan kadar SCC antigen yang menurun sampai mencapai nilai standard normal ( (51,1%) penderita dengan kadar SCC antigen yang menurun tetapi masih di atas nilai normal (>2,5 ng/ml), serta 2 (4,5%) penderita mempunyai nilai lebih tinggi dari kadar SCC antigen pra terapi radiasi.

70 Perbandingan kadar SCC antigen pra dan pasca terapi radiasi berdasarkan respon radiasi histopatologis ditampilkan pada tabel 5. Tabel 5. Kadar SCC antigen dan respon radiasi histopatologis (RRH) RRH Kadar SCC antigen Baik Moderat-Jelek P * (ng/ml) Rerata (SB) Rerata (SB) Pra radiasi 14.1 (8.86) 14.4 (8.43) 0.8 Pasca radiasi 3.4 (2.72) 10.9 (8.35) 0.05 * Mann-Whitney U test, p 0.05 Tabel 5 menunjukkan bahwa ada perbedaan tapi tidak bermakna pada kadar SCC antigen pra terapi radiasi antara kelompok RRH baik dengan moderat-jelek (p=0.8), cenderung lebih tinggi pada kelompok RRH moderat-jelek, sedangkan pasca terapi radiasi dijumpai bahwa ada perbedaan bermakna antara kadar SCC antigen pada kelompok RRH baik dengan kelompok RRH moderat-jelek (p=0.05), di mana kadar SCC antigen pasca radiasi lebih rendah pada kelompok RRH baik. Perbandingan kadar SCC antigen berdasarkan derajat diferensiasi sel karsinoma ditampilkan pada tabel 6. Tabel 6. Kadar SCC antigen dan derajat diferensiasi sel karsinoma Derajat diferensiasi sel Kadar SCC antigen Baik Moderat-Jelek P * (ng/ml) Rerata (SB) Rerata (SB) Pra radiasi 10.7 (7.71) 16.3 (8.70) 0.03 Pasca radiasi 2.9 (2.59) 6.1 (6.11) 0.05 * Mann-Whitney U test, p 0.05

71 Tabel 6 menunjukkan bahwa ada perbedaan secara bermakna pada kadar SCC antigen baik pra maupun pasca terapi radiasi antara penderita karsinoma epidermoid serviks uteri dengan derajat diferensiasi moderat-jelek dibanding diferensiasi baik, cenderung lebih tinggi pada penderita dengan derajat diferensiasi moderat-jelek, seperti ditampilkan pada gambar 4 berikut ini. 50 40 p=0.03 p=0.05 30 20 Diferensiasi Baik Diferensiasi Moderat- Jelek 10 0 Pra radiasi Pasca radiasi Gambar 4. Kadar SCC antigen (ng/ml) berdasarkan derajat diferensiasi sel pada saat pra dan pasca terapi radiasi. Perbandingan kadar SCC antigen berdasarkan stadium sel karsinoma ditampilkan pada tabel 7. Tabel 7. Kadar SCC antigen berdasarkan stadium sel karsinoma Kadar SCC antigen Stadium II B III B Rerata (SB) Rerata (SB) P * Pra radiasi 11.6 (6.28) 14.6 (8.99) 0.6 Pasca radiasi 3.4 (2.67) 5.1 (5.55) 0.8 * Mann-Whitney U test, p 0.05

72 Tabel 7 menunjukkan ada perbedaan yang tidak bermakna pada kadar SCC antigen baik pra maupun pasca terapi radiasi antara penderita karsinoma stadium IIB dengan stadium IIIB. Rerata kadar SCC antigen pada stadium IIIB sedikit lebih tinggi. Perbandingan kadar SCC antigen berdasarkan stadium keganasan juga ditampilkan pada gambar 5. 50 40 p=0.6 p=0.8 30 20 IIB IIIB 10 0 Pra radiasi Pasca radiasi Gambar 5. Kadar SCC antigen (ng/ml) berdasarkan stadium keganasan pada saat pra dan pasca terapi radiasi. Manfaat kadar SCC antigen sebagai petanda prognostik hasil terapi radiasi ditunjukkan dengan luas area dibawah kurva ROC (receiver operator characteristic) seperti yang ditampilkan pada gambar 6, di mana luas area dibawah kurva untuk kadar SCC antigen pra terapi radiasi adalah 0.5 (p=0.8) sedangkan kadar SCC antigen pasca terapi radiasi adalah 0.8 (p=0.006). Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa kadar SCC antigen pasca terapi radiasi dapat digunakan sebagai petanda prognostik respon radiasi histopatologis.

73 Pada gambar 6 juga diketahui nilai cut-off-point dari kadar SCC antigen pasca terapi radiasi adalah 5.7 ng/ml. 1.00.75 5.7 ng/ml.50.25 0.00 0.00.25 Luas area dibawah kurva untuk SCC antigen: - pra radiasi = 0.5 (p=0.8) - pasca radiasi = 0.8 (p=0.006).50.75 1.00 1 - Spesifisitas Gambar 6. Kurva ROC kadar SCC antigen pra ( ) dan pasca terapi radiasi ( ) untuk memprediksi respon radiasi histopatologiss. Tabel silang antara kategori SCC antigen yang telah dikategorikan sesuai nilai cut-off-point dengan respon radiasi histopatologis ditampilkan pada tabel 8. Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara respon radiasi histopatologis dengan kadar SCC antigen pasca terapi radiasi yang telah dikategorikan sesuai dengan nilai cut-off-point (p<0.001). Kadar SCC antigen pasca

74 terapi radiasi yang 5,7 ng/ml lebih banyak memberikan RRH baik, sedangkan kadar yang > 5,7 ng/ml cenderung lebih banyak menyebabkan RRH moderat-jelek. Tabel 8. Respon radiasi histopatologis (RRH) dengan kategori SCC antigen pasca terapi radiasi berdasarkan nilai cut-off-point 5.7 ng/ml. Kadar SCC antigen RRH Baik Moderat-Jelek n (%) n (%) 30 (66.7) 2 (4.4) > 5.7 ng/ml 6 (13.3) 7 (15.6) 2 = 13.08 db= 1 p<0.001 db :derajat bebas Hasil uji diagnostik kadar SCC antigen pasca terapi radiasi berdasarkan nilai cut-off-point 5.7 ng/ml terhadap RRH ditampilkan pada tabel 9. Tabel 9. Uji diagnostik kadar SCC antigen pasca terapi radiasi berdasarkan nilai cutoff-point 5.7 ng/ml terhadap RRH Parameter Uji Diagnostik 95 % Interval Kepercayaan Sensitivitas = 77.8 % 50.6 s/d 100 Spesifisitas = 83.3 % 71.2 s/d 95.5 Nilai duga positif =53.9 % 26.7 s/d 80.9 Nilai duga negatif =93.8 % 85.4 s/d 100

75 Tabel 9 menunjukkan bahwa dengan nilai cut-off-point 5.7 ng/ml kadar SCC antigen pasca terapi radiasi mempunyai nilai sensitivitas sebesar 77.8 % dengan spesifisitas sebesar 83.3 %. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan adanya nilai duga negatif yang tinggi yaitu 93.8%, akan tetapi nilai duga positif hanya 53.9%. Pada tabel 10 menampilkan variabel - variabel yang dapat berpengaruh terhadap respon radiasi histopatologis. Tabel 10. Faktor - faktor yang dapat berpengaruh terhadap respon radiasi histopatologis Variabel Baik n (%) RRH Moderat-Jelek n (%) P * Kategori umur (tahun) - 20 (44.4) 4 (8.9) - > 50 16 (35.6) 5 (11.1) 0.6 Derajat Differensiasi - Baik 16 (35.6) 1 (2.2) - Moderat-jelek 20 (44.4) 8 (17.8) 0.07 Stadium - IIB 5 (11.1) 1 (2.2) - IIIB 31 (68.9) 8 (17.8) 0.8 Kadar SCC antigen pasca radiasi - 30 (66.7) 2 (4.4) - > 5.7 ng/ml 6 (13.3) 7 (15.6) < 0.001 * Uji X 2, p 0,05 Tabel 10 menunjukkan bahwa derajat diferensiasi dan kadar SCC pasca terapi radiasi yang berhubungan secara bermakna dengan RRH, walaupun demikian tidak berdasarkan pertimbangan secara statistik tetapi dengan pertimbangan patofisiologi seluruh faktor tersebut diikutsertakan dalam uji regresi logistik.

76 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap RRH pada penderita karsinoma epidermoid serviks uteri yang menjadi subyek penelitian ditampilkan pada tabel 11. Tabel 11. Uji regresi logistik pada variabel-variabel yang dapat berpengaruh terhadap respon radiasi histolopatologis Variabel Crude OR Adjusted OR 95% CI dari adjusted OR P * Kategori umur (tahun) - 1.0 1.0 - -> 50 1.6 0.5 0.05 s/d 4.0 0.5 Derajat Differensiasi - Baik 1.0 1.0 - - Moderat-jelek 6.4 5.1 0.4 s/d 67.5 0.2 Stadium - IIB 1.0 1.0 - - IIIB 1.3 0.4 0.01 s/d 11.4 0.6 Kadar SCC pasca radiasi - 1.0 1.0 - - > 5.7 ng/ml 17.5 18.7 2.3 s/d 150.1 0.006 * Uji X 2, p 0,05 Hasil uji regresi logistik tersebut menunjukkan bahwa kadar SCC antigen pasca terapi radiasi > 5.7 ng/ml merupakan prediktor terkuat RRH, di mana pasien dengan kadar SCC antigen pasca terapi radiasi > 5.7 ng/ml mempunyai risiko untuk mendapat RRH moderat-jelek adalah 18.7 X dibandingkan yang 6). Hal ini menunjukkan bahwa kadar SCC antigen dapat digunakan sebagai prediktor terhadap RRH. Hasil tersebut juga menunjukkan rentang interval kepercayaan yang tidak melingkupi angka 1, akan tetapi rentangnya cukup lebar yaitu dari 2.3 s/d 150.1, hal

77 ini disebabkan oleh karena besar sampel yang tidak cukup besar untuk uji regresi logistik. Pada tabel di atas diferensiasi sel yang moderat-jelek juga mempunyai nilai OR yang cukup tinggi yaitu 5.1 X untuk mendapatkan RRH moderat-jelek, akan tetapi oleh karena rentang 95% interval kepercayaannya melingkupi angka 1 maka variabel ini belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko. Variabel umur dan stadium juga belum dapat disimpulkan sebagai faktor protektif atau faktor risiko mengingat rentang 95% interval kepercayaannya melingkupi angka 1.