Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon

dokumen-dokumen yang mirip
2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

NILAI BUDAYA ARSITEKTUR MASJID SANG CIPTA RASA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

87 Universitas Indonesia

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat. hiasan Matahari dengan Kalimah Toyyibah, nisan ini merupakan

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya

MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA BANGUNAN DAN ARKEOLOGI

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

INTERAKSI KEBUDAYAAN

KONSEP ARSITEKTUR JAWA DAN SUNDA PADA MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Usaha Preservasi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HUBUNGAN BUDAYA PADA PENINGGALAN PURBAKALA ISLAM KOMPLEK SUNAN SENDANG DI DESA SENDANGDUWUR

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

Pengaruh Belanda dalam Arsitektur Masjid Agung di Priangan

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak

Pengaruh Budaya Jawa-Hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB IV RAGAM HIAS RUMAH BAGHI DI DESA GUNUNG AGUNG PAUH KECAMATAN DEMPO UTARA KOTA PAGARALAM

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

E. KOMPLEKS PEMAKAMAN ASTANA GUNUNG SEMBUNG

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

PENGARUH ARSITEKTUR HINDU TERHADAP ARSITEKTUR ISLAM PADA BANGUNAN MASJID (STUDI KASUS MASJID TRUSMI DESA TRUSMI KECAMATAN PLERED

Perkembangan Arsitektur 1

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

Pengaruh Kebudayaan Cina terhadap Arsitektur Masjid Mantingan

JENIS-JENIS KALIGRAFI, MOTIF MOTIF ORNMEN, ORNAMEN MELAYU, ORNMEN ARAB, (LAMPIRAN) DENA LOKASI, PETA, GAMBAR MASJID,

Perubahan Tipologi Arsitektur Masjid Kesultanan Ternate

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

Transkripsi:

SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Yanuar Mandiri yanuar_mandiri@yahoo.com Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Abstrak Masjid Sang Cipta Rasa merupakan salah satu masjid kuno di Cirebon yang dibangun sekitar abad ke-15 dengan mandatangkan arsitek yang berasal dari Majapahit. Masjid ini memiliki arsitektur yang unik yang tidak dimiliki oleh masjid-masjid kuno lainnya terutama sako guru nya. Selain arsitekturnya yang unik masjid ini juga kaya akan ornamen yang mencirikan adanya alkulturasi budaya pra-islam terutama masa Hindhu. Kajian ini akan memusatkan perhatian pada ornamen yang terdapat di bangunan Masjid Sang Cipta Rasa yang terpengaruh oleh langgam hias seni Majapahit. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, data diperoleh dengan observasi lapangan, pendokumentasian, dan studi literatur. temuan data kemudian di analisis dengan membandingkan motif hias peninggalan Majapahit dengan ornamen yang terdapat di Masjid Sang Cipta Rasa. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara visual terdapat kesamaan antara ragam hias yang berasal dari Majapahit dengan ornamen bangunan masjid. Kata-kunci : Cirebon, Ornamen, Masjid Sang Cipta Rasa Pendahuluan Sekitar abad ke-14 M, agama Islam telah memperoleh tempat pijakan yang cukup kuat di Pulau Jawa dan berangsur-angsur berkembang menjadi agama yang paling berkuasa di Jawa. Orang-orang pribumi yang memeluk Islam bertambah banyak dan terbentuklah golongan baru dalam masyarakat. Lambat laun terbentuklah desa-desa, daerah-daerah Islam dan akhirnya berdiri suatu kerajaan Islam yang berdaulat. Begitupun dengan asal muasal terbentuknya Kesultanan Cirebon yang berasal dari sebuah desa nelayan yang bernama Muara Jati. Berawal dari pemukiman berskala kecil yang dihuni oleh kelompok Muslim yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi pusat peradaban Islam di Jawa Barat menggantikan kekuasaan yang bercorak Hinduistis. Transformasi tersebut berjalan dengan damai dan tenang tanpa adanya pertumpahan darah, hal tersebut terjadi karena adanya karisma para wali maupun karena kedekatan atau kuatnya geneologis penguasa baru yang Islam dengan penguasa yang digantikannya, Hindu (Ambary, 1998:114). Pada masa perkembangan Islam, Masjid merupakan salah satu bukti monumental bahwa Islam diterima oleh masyarakat setempat. Dibangunnya masjid di suatu kerajaan, menandai bahwa Islam diterima secara resmi sebagai agama kerajaan dan penanda paling utama, sebuah wilayah itu telah mendapat pengaruh Islam atau sudah di islamkan (Wuri Handoko, 2013:39). Dengan demikian, masjid menjadi salah satu data yang paling spesifik yang menggambarkan cara Islam berkembang di suatu wilayah. Pada abad 15-16 Masehi merupakan abad transisi dari arsitektur Jawa-Hindu ke arsitektur Jawa-Islam sehingga diperoleh bentuk masjid yang beragam dan memiliki kekhasan corak atau bentuk bila dibandingkan dengan corak masjid-masjid di negeri lain. Menurut Uka Tjandrasasmita kekhasan corak seni bangun masjid tersebut disebabkan faktor keuniversalan dalam pengertian masjid menurut hadis, dan tidak adanya aturan dalam Al-Qur an sehingga para arsitek mempunyai kebebasan untuk berkreasi membuat bangunan masjid (2009:237). ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017 117

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Perkembangan Cirebon sebagai pusat peradaban Islam di Jawa Barat, antara lain ditandai juga dengan berkembangnya rancang bangun dan arsitektur Islam berupa Masjid yang mengadopsi anasir-anasir lokal pra-islam (Ambary, 1998: 115). Setidaknya lebih dari 18 masjid kuno yang diperkirakan dibangun pada masa perkembangan Islam di Cirebon dalam arsitekturnya lekat dengan arsitektur pra islam terutama masa Hindu-Budha. Di antara masjid tersebut yaitu Masjid Cipta Rasa, Masjid Kanoman, Masjid Baitul Karim Pekalangan, Masjid Ki Buyut Trusmi, Masjid Kaliwulu, Masjid Ki Buyut Gamel, Masjid Megu Gede, Masjid Kramat Depok, Masjid Kramat Pesalakan, dan Masjid Ki Buyut Sapu Angin Bondan. Sebaran masjid tua lebih banyak terdapat di wilayah Cirebon bagian barat jika Cirebon kota dijadikan sebagai titik tengahnya. Sebaran itu bisa dilihat dari keberadaan semua masjid tua Cirebon yang tersebar di antara Cirebon kota dan Cirebon bagian barat (Hakim, 2011: 291). Tulisan ini akan mengkaji salah salah satu bangunan Masjid, yaitu Masjid Sang Cipta Rasa dengan menitikberatkan kajian pada sisi ornamen pada bangunan masjid. Selama ini penelitian mengenai ornamen pada bangunan masjid khususnya di Cirebon masih bersifat umum dan belum ada penelitian yang membahas secara spesifik mengenai bentuk serta latar belakang historis ornamen tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Ambary (1998) mengenai ragam hias masjid di Cirebon menyimpulkan bahwa masjid-masjid kuno di Cirebon banyak menggunakan ornamen yang berasal dari masa Hindhu-Budha terutama Majapahit. Tetapi Ambary tidak mengemukakan secara spesifik bentuk langgam hias Majapahit seperti apa yang dijadikan ornamen bangunan Masjid di Cirebon. Oleh karena itu tulisan ini akan memaparkan, mendiskusikan dan menganalisis bentuk dari ornamen yang memiliki hubungan dengan langgam hias Majapahit. Pemilihan Masjid Sang Cipta Rasa sebagai objek penelitian didasari karena berdasarkan historis pembangunannya, masjid ini dibangun langsung oleh arsitek dari Majapahit sehingga akan sangat relevan dengan penelitian ini. Diharapkan dengan penelitian ornamen di Masjid Sang Cipta Rasa memberikan sumbangan data baru yang lebih spesifik mengenai bentuk ornamen bangunan masjid yang terpengaruh oleh langgam hias dari Majapahit. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pengamatan empirik di lapangan, pengambilan foto dan studi literatur. Masjid Sang Cipta Rasa Sebutan Sang Cipta Rasa diberikan oleh Sunan Kalijaga yang memiliki arti sebagai tempat untuk membangun rasa keagungan (Alamsyah, 2010:174). Selain itu, masjid ini dikenal pula sebagai Masjid Pakungwati karena di masa lampau termasuk komplek Keraton Pakungwati dan sekarang disebut juga sebagai Masjid Agung Kasepuhan karena berada di kompleks Keraton Kasepuhan. Sejarah Masjid Cipta Rasa sendiri berawal dari masa ketika Cirebon di pimpin oleh Syeh Syarif Hidayatullah atau yang biasa di sebut dengan Sunan Gunung Jati, di mana Sunan Gunung Jati merupakan cucu dari raja Pajajaran prabu Siliwangi dari Syarifah Mudzaim (Rarasantang) (Wardiya, 2006:46). Dalam menjalankan roda pemerintahan kerajaan Cirebon Sunan Gunung Jati senantiasa berdasar pada apa yang telah ia dalami dari ilmu agama Islam karena selain sebagai raja ia merupakan salah satu dari anggota Walisongo yang notabene mengemban tugas untuk mendakwahkan agama Islam di pulau jawa pada khususnya. Dalam mengembangkan kerajaan Cirebon Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) memiliki tiga visi salah satunya yaitu, membuat tempat yang menjadi pusat kegiatan bagi masyarakat khususnya kegiatan keagamaan yakni dengan mendirikan Masjid Sang Cipta Rasa (Ramdhany, 2012: 5) Pembangunan Masjid Sang Cipta Rasa dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat yang berasal dari Majaphit dengan melibatkan tukang sebanyak 500 orang berasal dari Cirebon, Demak, dan Majapahit (Keraton Kasepuhan, 2012:1). Tentang berdirinya Masjid ini ada beberapa tafsiran tahun pembuatannya berdasarkan babad Cirebon masjid ini dibangun berdasarkan tahun sangkala Mungal=1, Mungup=1, Jemblung=2, Gatileng=1, Asu=1, jadi 11 121 dijumlah=4, 1(asu) 118 ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017

Yanuar Mandiri dibalik 1411 Sasakala atau 1489 Masehi. Sedangkan menurut tradisi keraton menyebutkan bahwa masa berdirinya masjid diungkapkan dalam suatu candrasengkala yang berbunyi WASPADA PANEMBAHE YUGANING RATU yang artinya Waspada=2, Panembahe=2, Yuga=4, Ratu=1 jadi 1422, caka=1500 Masehi jumlah tepatnya=1490. Masjid Sang Cipta Rasa mengalami beberapa kali penambahan dan perbaikan. Pada tahun 1549 masjid tersebut terbakar dan kemudian diperbaiki. Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu I (1568-1649) sekeliling bangunan inti diberi serambi. Kemudian pada tahun 1597 Panembahan Girilaya membangun serambi baru di sebelah timur serambi Panembahan Ratu I. Pada tahun 1679 Sultan Sepuh I bersama Sultan Anom I menambahkan sebuah serambi di depan serambi Girilaya sehingga di sisi timur terdapat tiga buah serambi yang berasal dari masa yang berlainan (Alamsyah P, 2010:174). Selanjutnya dari tahun 1934 sampai tahun 1978, Masjid Sang Cipta Rasa mengalami beberapa kali pemugaran dan penambahan fasilitas. Dari segi arsitektural Masjid Sang Cipta Rasa memperlihatkan kekhasan arsitektur yang sama dengan masjid lainnya, seperti Masjid Agung Demak, Masjid Agung Yogyakarta, Masjid Agung Surakarta, dan Masjid Agung Banten. Kekhasan masjid-masjid tersebut terlihat dari segi arsitektur berupa: denahnya persegi empat atau bujur sangkar dan berbentuk pejal; atapnya bertumpang atau bertingkat terdiri dari dua, tiga, lima atau lebih dan makin ke atas makin lancip; mempunyai serambi di depan atau di samping ruangan utama masjid; dibagian depan atau samping masjid terdapat kolam; dan disekitar masjid diberi pagar tembok dengan satu, dua atau tiga gerbang ( Tjandrasasmita, 2009: 239). Disamping kesamaan kekhasan arsitektur tersebut, Masjid Sang Cipta Rasa memiliki keistimewaan dari masjid-masjid kuno lainnya, yaitu dengan adanya saka tatal (salah satu saka gurunya terbuat dari potongan-potongan kayu jati, lalu ditata rapih menjadi tiang). Jumlah saka (tiang) yang menopang bangunan utama masjid sebanyak 30 saka, 12 diantaranya terletak ditengah sebagai sako guru (lihat gambar 1). Komponen lain yang berbeda adalah keberadaan maksurah yang terdapat diruang utama Masjid Sang Cipta Rasa. Maksurah hanya terdapat di masjid kesultanan yang berfungsi sebagai perlindungan bagi Sultan dan pejabat tinggi kerajaan selama melaksanakan sholat di masjid dari kemungkinan serangan fisik terhadap petinggi kerajaan. Terdapat dua maksurah di dalam masjid Sang Cipta Rasa, pertama berada di shaf paling depan sebelah kanan mihrab diperuntukkan bagi Sultan dan Keluarga keraton Kasepuhan. Kedua berada di shaf paling belakang disamping kiri pintu utama diperuntukkan bagi Sultan dan keluarga keraton Kanoman. Masjid Sang Cipta Rasa juga memiliki kekayaan ornamen yang menghiasi setiap elemen dari bangunan masjid seperti di mihrab, tiang, balok diatas pintu, struktur atap, dinding, mimbar, pagar keliling, gapura masjid dan dibagian lainnya. Ornamen tersebut memperlihatkan adanya alkulturasi budaya dari Pra Islam yang kental dengan pengaruh budaya Hindu. Namun dalam pembahasan ini, kajian hanya difokuskan terhadap ornamen penghias bangunan Masjid Sang Cipta Rasa yang mendapat pengaruh dari langgam motif hias masa Majapahit. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 119

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Gambar 1. Denah Masjid Sang Cipta Rasa, terlihat bangunan utama (terdapat huruf A,B,C,dan D) berbentuk persegi empat yang ditopang oleh saka sebanyak 30, 12 diantaranya berfungsi sebagai saka guru (sumber: BPCB Banten 2015) Motif Hias Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Ornamen jika merujuk pada Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai 1 hiasan dalam arsitektur, kerajinan tangan, dan sebagainya; lukisan; perhiasan; 2 hiasan yang dibuat (digambar atau dipahat) pada candi (gereja atau gedung lain) (http://kbbi.web.id/ornamen). Sedangkan menurut kamus Istilah Arkeologi ornamen diartikan sebagai ragam hias (Permana, 2016:240). Dalam buku pendidikan seni rupa disebutkan bahwa ornamen memiliki pengertian sebagai hiasan-hiasan yang terdapat pada suatu tempat yang disesuaikan dengan keserasian situasi dan kondisi. Merujuk dari beberapa pengertian ornamen tersebut dapat dambil kesimpulan bahwa ornamen atau ragam hias dalam pembahasan ini dapat diartikan sebagai komponen produk seni yang bertujuan sebagai hiasan pada bangunan masjid, dengan tujuan spiritual maupun material. Menurut Ambary (1998:198) hiasan yang menjadi ciri khas masjid negara-negara Islam tidak tampak pada masjid kuno di Indonesia. Hiasan masjid Indonesia khususnya di Cirebon hanya tampak pada bagian-bagian tertentu dengan meneruskan tradisi hias pra-islam. Hiasan dalam bentuk pahatan mengingatkan pada karya seni pahat pada candi-candi di zaman Majapahit. Hiasan pada dinding masjid Sang Cipta Rasa baik teknis maupun estetis, bersumber pada tradisi seni hias Majapahit. Ciri motif hias yang berasal dari Majapahit dapat diidentifikasi berupa motif hias daun-daunan, bunga-bungaan, bukit karang, pemandangan, makara, ular, garuda, gunungan, surya majapahit, Bunga Teratai (ambary, 1998:198; Munandar, 2008:9), selain itu motif hias Majapahit dilukiskan juga dengan bentuk bulatan dan krawingan (cekung) dan terdiri dari ujung ukel dan daun-daun 120 ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017

Yanuar Mandiri waru maupun pakis (suluran). Beberapa bentuk motif hias Majapahit yang terdapat di bangunan Masjid Sang Cipta Rasa dapat diidentifikasi sebagai berikut: A. Sulur Sulur sering disebut juga sebagai lung-lungan, berasal dari kata dasar lung yang berarti batang tumbuh-tumbuhan melata yang masih muda, bentuk sulur ini juga menyerupai pucuk dari tanaman pakis. Ornamen ini bersifat konstruksional dan berfungsi memberikan keindahan pada suatu bangunan secara distilisasikan (tidak utuh sebagaimana kenyataannya) dan menggambarkan tanaman sorgawi (Suwardi, 2010). Ornamen berbentuk sulur banyak ditemukan pada hiasan gapura dan candi-candi masa Majapahit, diantaranya terdapat di Gapura Bajangratu dan Candi Minakjinggo (lihat gambar 2). Sedangkan ornamen bentuk sulur yang pada Masjid Sang Cipta Rasa terdapat pada bagian atas muka mihrab, mimbar, dinding, tiang, balok tarik (penghubung antar tiang) dan dibeberapa bagian lainnya dengan cara dipahat en relief pada kayu, batu bata, ataupun tembok (lihat gambar 3). Gambar 2. Ornament bentuk sulur yang terdapat di dinding Candi Minakjinggo (sumber: https://sgimage.detik.net.id) Gambar 3. Ornamen bentuk sulur yang terdapat dibeberapa elemen bangunan Masjid Sang Cipta Rasa (Foto: penulis, 2015) B. Bunga Teratai Bunga Teratai mendapat tempat yang khusus dalam seni hias Masa Majapahit bahkan hiasan teratai sebagai pembentuk karakter kesenian Majapahit didukung pula oleh catatan musafir Cina bernama Ma Huan yang mengunjungi Majapahit pada akhir pemerintahan Hayam Wuruk yang menyebutkan bahwa bunga penting yang terdapat di Kota Majapahit yaitu teratai (Munandar, 2008:9). Hampir setiap hasil budaya periode Majapahit akan bersentuhan dengan bunga teratai baik yang digambarkan sempurna, sebagian ataupun stilir. Ornament bunga teratai banyak ditemukan pada hiasan gerabah, candi, bahkan sering dipahatkan di kiri kanan arca dari masa Majapahit (Buwono, Zuraidah: 2016). Ornamen bentuk bunga teratai yang terdapat di Masjid Sang Cipta Rasa terdapat pada tiang (pilaster) sisi kiri dan kanan muka mihrab yang dipahat pada batu-batu alam yang tersusun. Selain itu hiasan bunga teratai juga terdapat di atas mihrab dalam keadaan terbalik (lihat gambar 5). Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 121

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Gambar 4. Arca perwujudan Raden Wijaya koleksi Museum Nasional (tampak bunga teratai menghiasi kiri dan kanan dari arca dalam bentuk kuncup dan mekar) (sumber:http://nationalgeographic.co.id) Gambar 5. Ornament bunga teratai dalam bentuk kuncup yang terdapat di mihrab Masjid Sang Cipta Rasa (Foto: penulis, 2015) C. Surya Majapahit Surya Majapahit merupakan simbol kebesaran Majapahit yang digambarkan garis-garis dengan bentuk susunan tumpal sehingga membentuk seolah seperti matahari dengan pancaran sinar di sekelilingnya ( Bawono & Zuraidah, 2016). Hiasan surya Majapahit ini ditemukan dengan berbagai variasi. Salah satu koleksi Museum Nasional yaitu balok batu dengan hiasan surya Majapahit dengan lingkaran sempurna, delapan pancaran sudut sinar, serta bagian tengahnya terdapat gambaran delapan dewa penguasa arah mata angin (lihat gambar 6). ornamen Surya Majapahit di Masjid Sang Cipta Rasa terdapat di atas permukaan mihrab, ragam hias ini dipahatkan pada dinding batu tersusun yang menggambarkan sinar atau cahaya (lihat gambar 7). Gambar 6. Surya Majapahit Koleksi Museum Nasional Indonesia (Sumber: Wiikipedia) D. Ornamen Bajangratu Gambar 7. Ornamen surya Majapahit di bagian atas mihrab Masjid Sang Cipta Rasa yang menyerupai pancaran sinar (Foto: penulis, 2015) Bajangratu merupakan nama dari salah satu gapura peninggalan kerajaan Majapahit yang terletak di Trowulan, Jawa Timur. Dilihat dari bentuknya gapura ini merupakan bangunan pintu gerbang Paduraksa dengan bagian atapnya bertingkat-tingkat sedangkan di bagian puncaknya berbentuk persegi (Kusumajaya, dkk: 17:1993). Di Masjid sang Cipta Rasa terdapat ornamen yang bentuknya di adopsi dari gapura Bajangratu. Ornamen tersebut terdapat di sepanjang pagar keliling berjumlah 122 ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017

Yanuar Mandiri 20 dengan ukuran tinggi 70 cm selain itu ornamen bentuk Bajangratu juga terdapat di hiasan pintu gerbang utama Masjid Sang Cipta Rasa (lihat gambar 9). Gambar 8. Gapura Bajangratu Majapahit (Sumber: http://pensa-sb.info/) Gambar 9. Ornamen Bajangratu di gapura Masjid Sang Cipta Rasa ( foto: Penulis, 2015) Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut: pertama, Masjid Sang Cipta Rasa merupakan masjid kuno yang memiliki nilai sejarah tinggi tentang perkembangan penyebaran Islam pertama di Jawa Barat dan sekaligus bukti akan adanya akulturasi budaya Islam dan Hindhu pada bangunan Masjid di Cirebon. Kedua, karakteristik ornamen bangunan Masjid Sang Cipta Rasa sangat mengekpresikan cita rasa langgam hias dari tradisi seni Majapahit. Daftar Pustaka Ambary, H.M. (1998). Ed. Jajat Burhanudin Menemukan Peradaban Arkeologi dan Islam di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Anonim. (1997). Laporan Teknis Pemugaran Masjid Agung Cirebon: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Jawa Barat : BPCB Banten. tidak di terbitkan. Anonim. (2015). Laporan Pemetaan dan Penggambaran Masjid Sang Cipta Rasa. BPCB Banten. Tidak diterbitkan. Bawono, R.A. & Zuraidah. (2016). Ragam Seni Hias Majapahit: Penciri Hasil Budaya Majapahit. (Disampaikan dalam Seminar Nasional Seri Bahasa, Sastra, dan Budaya pada tanggal Senin, 29 Februari 2016 di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana) Handoko, W. (2013). Arsitektur Masjid Kuno dan Perkembangan Islam di Maluku. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi: Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Hakim, A. (2011). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Akulturasi Budaya Bangunan Masjid Tua Cirebon: Studi Pada Masjid Kaliwulu Plered Cirebon. Jurnal Suhuf: Kementerian Agama 2, 289-314. Munandar, A.A. (2008). Ibukota Majapahit, Masa Jaya dan Pencapaiannya. Jakarta: Komunitas Bambu. Ramdhany, M. (2012). Skripsi Studi Analisis Arah Kiblat Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Semarang: Fakultas Syariah IAIN Walisongo. P. Alamsyah, S. (2010). Nilai Budaya Arsitektur Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penelitian Sejarah dan Purbakala: Bandung: BPKNST Bandung. Permana, R. & Cecep, E. (2016). Kamus Istilah Arkeologi-Cagar Budaya. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Wildan, D.(2012). Sunan Gunung Jati : Petuah, Pengaruh dan Jejak-Jejak Sang Wali di Tanah Jawa. Tanggerang Selatan: CV Sapta Harapan. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 123

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Tjandrasasmita, U. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Keraton, Kasepuhan. (2012). Booklet: Masjid Sang Cipta Rasa. Cirebon: Kesultanan Kasepuhan Cirebon. Tidak diterbitkan. Kusumajaya, I Made. dkk. 1993. Mengenal Kepurbakalaan Majapait di Daerah Trowulan. BP3 Jawa Timur. Tidak diterbitkan. Website www.wikipedia.com/surya Majaphit, diakses 25 Maret 2017 http://kbbi.web.id/ornamen diakses tanggal 25 Maret 2017 http://pensa-sb.info/wp-content/uploads/2010/12/candibajangratu2.jpg diakses tanggal 26 Maret 2017 http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/07/memecahkan-simbol-bunga-teratai-negeri-mesir-hingga-nusantara diakses tanggal 26 Maret 2017 124 ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017