KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

PENDAHULUAN. beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki. Ekosistem mangrove menjadi penting karena fungsinya untuk

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

adalah untuk mengendalikan laju erosi (abrasi) pantai maka batas ke arah darat cukup sampai pada lahan pantai yang diperkirakan terkena abrasi,

Maksud dari pembuatan Tugas Akhir Perencanaan Pengamanan Pantai Dari Bahaya Abrasi Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Peta Resiko Banjir Rob Karena Pasang Surut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. terdapat di Asia Tenggara. Indonesia dikenal sebagai negara dengan hutan

Transkripsi:

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR Oleh: TAUFIQURROHMAN L2D 004 355 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK oleh: Taufiqurrohman (L2D 004 355) Abstrak Pembangunan yang dilakukan di Indonesia selama ini terkonsentrasi di wilayah daratan semata, sehingga lambat laun wilayah daratan mengalami kejenuhan pembangunan. Permintaan akan lahan yang selalu meningkat dihadapkan pada keterbatasan jumlah lahan merupakan suatu masalah yang harus dicarikan pemecahannya. Melihat kondisi ini wilayah pesisir mulai dilirik sebagai alternatif untuk dikembangkan. Perubahan arah pembangunan ke wilayah pesisir merangsang terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang tentunya membutuhkan ruang untuk mewadahi kegiatannya. Hal ini akan berpengaruh pada pola pemanfaatan lahan yang ada di wilayah tersebut. Perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi kebanyakan mengabaikan lingkungan yaitu tidak sesuai dengan peruntukannya dan melebihi daya dukung yang dimiliki lahan tersebut. Hal ini membuat lahan tidak mampu menopang kegiatan tersebut yang akhirnya mengakibatkan adanya degradasi lingkungan. Degradasi lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Demak ditunjukkan dengan adanya fenomena banjir dan abrasi di sepanjang pantai wilayah pesisir Kabupaten Demak. Permasalahan lingkungan ini dapat ditemukan di sepanjang wilayah pesisir Kabupaten Demak. Untuk kasus banjir/ rob terjadi di Desa Bedono dan Desa Timbulsloko, Sayung Demak. Hal ini terjadi karena adanya konversi lahan sawah menjadi lahan tambak. Penurunan kualitas lingkungan ini apabila dibiarkan tanpa ada penanganan yang serius akan mengancam kelestarian lingkungan dan tentu akan berpengaruh pada kelangsungan hidup penduduknya. Untuk itu diperlukan suatu penelitian mengenai arahan kesesuaian pemanfaatan lahan yang tetap menjaga kelestarian lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari kesesuaian lahan wilayah pesisir Kabupaten Demak. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengidentifikasi aspek biogeofisik wilayah pesisir, pemanfaatan lahan eksisiting dan melakukan analisis kesesuaian pemanfaatan lahan berdasrkan aspek biogeofisik wilayah pesisir. Dari analisis tersebut kemudian dilakukan rasionalisasi untuk mengakomodir antara pemanfaatan lahan eksisiting dengan analisis kesesuaian pemanfaatan lahan sehingga dipeoleh arahan pemanfaatan lahan optimal. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis kesesuaian lahan dengan memanfaatkan Arc View GIS. Selain itu juga menggunakan analisis pemanfaatan lahan eksisting dan komparasi dari hasil dua analisis tersebut. Analisis kesesuaian pemanfaatan lahan diperoleh dengan meng-overly-kan beberapa kriteria biogeofisik wilayah pesisir. Sedangkan analisis kondisi eksisting digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan pemanfaatan lahan yang ada. Dari hasil analisis kesesuaian pemanfaatan lahan kemudian dilakukan komparasi dengan kondisi eksisting yang akan menghasilkan apakah kondisi eksising tersebut sesuai dengan hasil analisis kesesuaian pemanfaatan lahan atau tidak. Selanjutnya dilakukan rasionalisasi/ jalan tengah sehingga diperoleh pemanfaatan lahan optimal. Berdasarkan serangkaian analisis yang dilakukan diperoleh bahwa pemanfaatan lahan yang sesuai dengan daya dukungnya sebesar 43,7%, untuk yang kurang sesuai sebesar 22,3%, dan untuk pemanfaatan yang tidak sesuai sebesar 33,9%. Data ini menggambarkan bahwa pemanfaatan lahan yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Demak yang tidak sesuai dengan peruntukannya mencapai 50%. Hal ini menunjukkan beberapa hal diantaranya adalah kurangnya sosialisasi pemanfaatan lahan yang sesuai dengan peruntukannya, lemahnya peraturan tentang pemanfaatan lahan, dan rendahnya kesadaran terhadap kelestarian lingkungan. Hasil dari rasionalisasi antara kondisi eksisting dan hasil analisis pemanfaatan lahan wilayah pesisir Kabupaten Demak diperoleh arahan pemanfaatan lahan dengan urutan untuk pertanian sebesar 8.230,455 ha (36,8%), perikanan tambak sebesar 5.795,836 ha (25,9%), permukiman sebesar 3.178,053 ha (14,2%), konservasi sebesar 1.991,335 ha (8,9%), perindustrian sebesar 1.963,752 ha (8,8%), pariwisata sebesar 707,296 ha (3,2%), dan perikanan darat sebesar 502,073 ha (2,2%). Dari sini kemudian dilakukan tindakan-tindakan untuk mengoptimalkan produktivitas dari lahan tersebut sesuai daya dukungnya. Dengan demikian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir Kabupaten Demak dan juga terhadap Pemerintah Kabupaten Demak. Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Kawasan Pesisir, Arc View SIG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah pembangunan yang dilaksanakan di daerah selama ini masih terkonsentrasi di daratan, sehingga tekanan kegiatan pembangunan di darat akan semakin tinggi oleh proses pembangunan. Wilayah pesisir pun mulai dilirik untuk dikembangkan dan dijadikan sebagai arah pembangunan setelah intensitas pembangunan yang berada di daratan sudah terlalu tinggi yang ditunjukkan dengan banyaknya area-area terbangun. Hal ini tidaklah tanpa suatu alasan yang kuat atau hanya percobaan belaka, tetapi didasarkan pada suatu fakta bahwa wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang mempunyai beragam potensi kegiatan untuk diusahakan mengingat berbagai keunggulan fisik dan geografis yang dimiliki. Pembangunan wilayah pesisir merupakan jawaban atas permasalahan pembangunan di daratan yaitu berupa keterbatasan daya dukung dan ketersediaan lahan. Sementara jumlah penduduk terus-menerus bertambah dan terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang luar biasa pesatnya. Apalagi sekarang didukung dengan kemajuan teknologi yang selalu ada inovasi-inovasi baru sehingga kegiatan-kegiatan ekonomi berlangsung lebih cepat. Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi setiap waktu mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain ruang sifatnya tetap dalam arti luas, namun dari sisi komposisi baik fisik, ekonomi dan sosial akan selalu berubah seiring dengan perubahan pemanfaatan ruang. Perubahan pemanfaatan ruang yang tidak memperhitungkan keseimbangan geobiofisik akan berakibat kepada kemubaziran dan dampak bencana alam yang akan terjadi. Pengembangan suatu wilayah tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan fisiknya. Suatu keniscayaan bahwa pembangunan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, langkah yang bisa diusahakan adalah berusaha untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan baik selama proses pembangunan maupun pasca pembangunan. Untuk meminimalisir dampak negatif tersebut dapat dilakukan dengan menyiapkan suatu rencana pembangunan yang memperhatikan berbagai aspek lingkungan yang terkena imbas pembangunan dan menyiapkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air 1

2 tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Dahuri, 2001). Oleh karena pertemuan dua ekosistem, yaitu ekosistem daratan dan ekosistem lautan ditambah dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya cukup besar, menjadikan wilayah pesisir ini sangat dinamis. Dinamis disini berarti sangat rentan terhadap berbagai aktivitas di atasnya. Selain itu wilayah pesisir ditinjau dari berbagai macam peruntukannya merupakan wilayah yang sangat produktif, sehingga pemanfaatannya untuk berbagai macam peruntukan sangatlah leluasa (Supriharyono, 2000). Wilayah pesisir ini merupakan wilayah yang sangat unik, baik dari sisi kondisi fisik dan sumber daya alam yang dimilikinya, maupun dari sisi fungsi dan perannya di dalam ekosistem kehidupan daratan dan lautan. Hilang dan rusaknya kawasan tersebut akan dapat menimbulkan bencana besar, tidak saja terhadap kehidupan manusia di daratan, tetapi juga terhadap kehidupan keanekaragaman hayati di lautan. Pemanfaatan sumberdaya pesisir erat kaitannya dengan pemanfaatan lahan. Pemanfaatan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahannya tentunya tidak akan menjadi masalah. Namun perubahan tata guna lahan dengan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan dan kemampuan ruang, serta adanya eksploitasi lahan yang kurang terkendali sebagai peningkatan jumlah dan aktivitas tersebut menyebabkan konflik penggunaan lahan. Penebangan atau konversi hutan mangrove untuk pertambakan, permukiman, pelabuhan, tempat rekreasi/wisata, kawasan industri atau peruntukan lainnya merupakan bentuk konflik pemanfaatan lahan. Kegiatan konversi lahan pesisir dari persawahan menjadi tambak, berdampak terhadap peningkatan intrusi air asin ke darat. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kegiatan pemanfaatan lahan pada wilayah pesisir sangat berpengaruh pada kelestarian lingkungan wilayah pesisir. Konversi hutan mangrove untuk pertambakan, permukiman, pelabuhan, tempat rekreasi/wisata, kawasan industri atau peruntukan lainnya mempunyai dampak yang luar biasa terhadap ekosistem wilayah pesisir. Konversi lahan ini akan menyebabkan terjadinya abrasi, intrusi air laut, banjir/rob yang selanjutnya akan menimbulkan degradasi lingkungan. Dengan rusaknya ekosistem wilayah pesisir maka kegiatan budidaya perikanan tambak akan tidak bisa berjalan dengan optimal yang akhirnya akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir. Kedudukan geografis Kabupaten Demak berada di Propinsi Jawa Tengah bagian utara yaitu tepat di sebelah timur Kota Semarang. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang dan merupakan simpul jaringan transportasi Jawa Tengah ini menyebabkan Kabupaten Demak memiliki prospek perkembangan yang besar. Dan tidak menutup kesempatan pula Kabupaten Demak berkembang sebagai daerah penyangga Kota Semarang yang potensial, baik dari sisi perkembangan fisik geografis (perkotaan/ wilayah) maupun dari sisi perkembangan sosial ekonomi. Selain itu Kabupaten Demak juga termasuk dalam Kawasan Industri Semarang dan

3 sekitarnya yang memiliki potensi yang cukup besar. Dari potensi yang dimiliki tersebut dapat diketahui adanya peluang-peluang bagi Kabupaten Demak dan wilayah pesisirnya untuk dapat meraih bagi sektor perdagangan, jasa, industri, perkantoran dan keagenan, perbankan serta pariwisata. Melihat potensi perkembangan Kabupaten Demak tersebut tentunya akan berpengaruh pada seluruh wilayah Kabupaten Demak terutama wilayah pesisirnya letaknya berbatasan langsung dengan Kota Semarang dan terdapat Jalur Pantura yang sangat penting keberadaannya. Perkembangan suatu wilayah tentunya akan bersinggungan dengan yang namanya pemanfaatan lahan. Karena lahan adalah media untuk mewadahi perkembangan tersebut. Perubahan pemanfaatan lahan merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakkan lagi. Namun perubahan pemanfaatan lahan harus tetap memperhatikan daya dukung lahan itu sendiri. Karena jika perubahan pemanfaatan lahan tersebut tidak sesuai dengan daya dukungnya akan berakibat pada rusaknya lahan tersebut dan lahan tersebut tidak bisa optimal dsan pemanfaatannya. Untuk itu diperlukan suatu kajian tentang kesesuaian pemanfaatan lahan dan rencana pengendalian pemanfaatannya sehingga kelestarian lingkungan dapat terus terjaga. Sebagai salah satu upaya dalam mencari kesesuaian pemanfaatan lahan wilayah pesisir Kabupaten Demak baik luasan maupun lokasinya, maka digunakanlah Arc View dari Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai alat bantu untuk menganalisis kesesuaian pemanfaatan lahan. Selain itu SIG juga mampu mencari luasan dan lokasi lahan yang diinginkan. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information System (GIS) adalah sebuah alat bantu (baik sebagai tools maupun bahan tutorials) utama yang perlu dikedepankan karena SIG mampu bertindak sebagai manajemen berupa informasi melalui bantuan komputer yang berkaitan erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwaperistiwa yang terjadi di muka bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar peta (Eddy Prahasta, 2002). Kemampuan tersebut membuat sistem informasi dalam SIG berbeda dengan sistem informasi pada umumnya dan membuatnya berharga bagi Penentu Kebijakan untuk memberikan penjelasan tentang suatu peristiwa, membuat peramalan kejadian, dan perencanaan strategis lainnya. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kesesuaian pemanfaatan lahan wilayah pesisir masing-masing aktivitas guna lahan. Sehingga tercapai pemanfaatan lahan optimal dalam artian sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya. Sehingga kebutuhan perkembangan wilayah dapat terpenuhi dan keberlanjutan lingkungan wilayah pesisir dapat terus terjaga yang akhirnya kembali pada meningkatnya kesejahteraan masyarat pesisir dan Kabupaten Demak.