PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN.

OPERASIONAL JEMBATAN TIMBANG DAN RAMPCHECK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembara

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR :SK.967/AJ.202/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1763/AJ.501/DRJD/2003 TENTANG

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Man

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG


BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : 1453/HK.402/DRJD/2005

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG PERLENGKAPAN ANGKUTAN UMUM ORANG

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

SOSIALISASI DALAM RANGKA : PERTEMUAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SELURUH INDONESIA TAHUN 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN BARANG DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 4135/KP.108/DRJD/2013 T E N T A N G KOMPETENSI INSPEKTUR SUNGAI DAN DANAU

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 21 Tahun 2017 Seri E Nomor 15 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angk

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 5 TAHUN 2001 (5/2001) TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Transkripsi:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin penyelenggaraan angkutan umum yang berkeselamatan, perlu dilaksanakan inspeksi terhadap pemenuhan aspek keselamatan pada angkutan umum; b. dalam rangka inspeksi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan pedoman dalam pelaksanaannya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5317); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5468); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 20 14 Nomor 260, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5594); 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1585); 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 46 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1391) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 28 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 227); 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 225); 9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 133 Tahun 2015 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1296); 10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Ber ita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012); 11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 69 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan; 12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum;

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN. Pasal 1 (1) Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan dan menjamin Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (2) Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap objek sebagai berikut: a. Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam ; dan b. Angkutan Barang. (3) Kegiatan inspeksi keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (4) Pedoman pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan acuan dan keseragaman dalam pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 2 (1) Pedoman pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3), terdiri dari: a. Tata Cara Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan b. Formulir Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (2) Tata cara pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan tahapan pelaksanaan serta metode pemeriksaan sebagai panduan bagi Petugas Pemeriksa terminal penumpang dan terminal barang dan/atau Tim Inspeksi dalam melaksanakan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(3) Formulir Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan check list pemenuhan aspek keselamatan pada angkutan umum yang harus diisi oleh Petugas Pemeriksa terminal penumpang dan terminal barang dan/atau Tim Inspeksi pada saat melaksanakan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (4) Formulir Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 3 (1) Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dilakukan di: a. terminal penumpang; dan b. terminal barang. (2) Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Petugas Pemeriksa Terminal Penumpang dan Terminal Barang dan/atau Tim Inspeksi. (3) Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan di Terminal Penumpang dan Terminal Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sebagai tugas rutin. (4) Petugas Pemeriksa Terminal Penumpang dan Terminal Barang sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2), paling sedikit terdiri dari: a. Penguji Kendaraan Bermotor; dan b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). (5) Tim Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2), paling sedikit terdiri dari: a. unsur administrasi; b. unsur teknis; dan c. unsur hukum. Pasal 4 (1) Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Terminal Penumpang Tipe A dan Terminal Barang yang dilakukan oleh Tim Inspeksi, merupakan tugas pembinaan yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Keselamatan.

(2) Inspeksi di terminal penumpang tipe B dan tipe C yang dilakukan oleh Tim Inspeksi, merupakan tugas pembinaan yang dilakukan oleh Dinas yang membidangi sarana dan prasarana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan kewenangannya. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat. (4) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas yang membidangi sarana dan prasarana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai kewenangannya. Pasal 5 Tugas Petugas Pemeriksa dan Tim Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 6 (1) Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dilakukan melalui pemeriksaan: a. unsur administrasi; dan b. unsur teknis. (2) Unsur administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a. Surat Izin Mengemudi (SIM) umum yang masih berlaku dengan klasifikasi sesuai jenis kendaraan; b. Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang masih berlaku, nomor mesin, dan nomor rangka harus sesuai dengan fisik kendaraan; c. Bukti lulus uji berkala yang masih berlaku; dan d. Kartu Pengawasan (KP) yang masih berlaku. (3) Unsur teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. Unsur teknis utama; dan b. Unsur teknis penunjang. (4) Unsur Teknis Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3 ) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 7 (1) Objek Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang tidak memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) akan dikenakan sanksi tilang. (2) Objek Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a akan dikenakan sanksi tidak diberangkatkan sampai terpenuhinya persyaratan teknis utama. (3) Objek Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut dengan kesalahan yang sama akan dikenakan sanksi tidak diberangkatkan sampai terpenuhinya persyaratan teknis penunjang. Pasal 8 (1) Kepala terminal wajib melaporkan hasil Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Terminal Penumpang Tipe A dan Terminal Barang secara berkala setiap 1 (satu) bulan sekali kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat. (2) Kepala terminal wajib melaporkan hasil Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Terminal Penumpang Tipe B dan Tipe C secara berkala 1 (satu) bulan sekali kepada Kepala Dinas yang membidangi sarana dan prasarana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai kewenangannya. (3) Sistem pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat menggunakan sistem informasi. (4) Format surat pelaporan hasil Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan contoh format dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 9 Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

Pasal 10 Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini berlaku, maka Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK. 523/AJ.402/DRJD/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan Umum, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 11 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 Mei 2017 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, ttd. Drs. PUDJI HARTANTO, M. M. Pembina Utama (IV/e) NIP. 19590824 201603 1 001 NASUTION BIN AS Pembina (IV/a) NIP. 19680223 199803 1 002

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 Tanggal : 15 Mei 2017

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, ttd. Drs. PUDJI HARTANTO, M. M. Pembina Utama (IV/e) NIP. 19590824 201603 1 001

Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 Tanggal : 15 Mei 2017 TUGAS PETUGAS PEMERIKSA DAN TIM INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN I. Tugas Petugas Pemeriksa sebagai berikut: a. Pemeriksaan dilakukan untuk setiap bus atau kendaraan yang akan berangkat atau keluar terminal pada zona pengendapan; b. Petugas Penguji Kendaraan Bermotor melakukan pemeriksaan terhadap persyaratan teknis sesuai dengan formulir dan petugas Penyidik Pengawai Negeri Sipil ( PPNS) melakukan pemeriksaan terhadap persyaratan administrasi kendaraan; c. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam Formulir Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; d. Dalam hal salah satu hasil pemeriksaan tersebut di atas tidak memenuhi syarat, maka bus atau kendaraan tidak dapat diberangkatkan; e. Formulir hasil pemeriksaan wajib ditandatangani oleh petugas pemeriksa; f. Bukti hasil pemeriksaan dibuat rangkap dua, satu disampaikan kepada awak bus atau kendaraan sebagai syarat ke tahap berikutnya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku sebelum bus diberangkatkan dan satu lagi untuk arsip Petugas Pemeriksa Kendaraan Bermotor. II. Tugas Tim Inspeksi sebagai berikut: a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; b. Berkoordinasi dengan instansi terkait; c. Melaksanakan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan; d. Pemeriksaan dilakukan terhadap bus yang berangkat atau keluar terminal pada zona pengendapan secara acak sesuai dengan yang direncanakan; e. Petugas Penguji melakukan pemeriksaan terhadap persyaratan teknis sesuai dengan formulir dan petugas Penyidik Pengawai Negeri Sipil (PPNS) melakukan pemeriksaan terhadap persyaratan administrasi kendaraan; f. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam Formulir Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

g. Dalam hal hasil pemeriksaan tersebut di atas tidak memenuhi syarat, maka bus atau kendaraan tidak dapat diberangkatkan; h. Formulir hasil pemeriksaan wajib ditandatangani oleh Ketua Tim Inspeksi; i. Bukti hasil pemeriksaan dibuat rangkap dua, satu disampaikan kepada awak bus atau kendaraan sebagai syarat ke tahap berikutnya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku sebelum bus diberangkatkan dan satu lagi untuk arsip petugas pemeriksa; j. Melakukan penindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh angkutan umum oleh Tim Inspeksi yang berwenang; k. Melakukan rekapitulasi dan analisis data hasil inspeksi; l. Melaporkan hasil inspeksi kepada pimpinan. III. Tahapan Inspeksi 1. Petugas Pemeriksa Terminal: a. Menyiapkan Formulir Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan Umum (Ramp Check); b. Mengecek kesiapan anggota; c. Melaksanakan inspeksi di zona pengendapan; d. Mencatat hasil pemeriksaan pada Formulir Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan Umum (Ramp Check); e. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada awak bus; f. Melakukan rekapitulasi dan analisis data hasil inspeksi; g. Melaporkan hasil inspeksi kepada Direktur Pembinaan Keselamatan yang sudah ditandatangani oleh kepala terminal. 2. Tim Inspeksi a. Tahap Persiapan Administrasi 1) Menyiapkan data dukung administrasi tim. 2) Berkoordinasi dengan: a) Dinas Perhubungan; b) Koordinator Terminal; dan c) Kepolisian. b. Tahap Persiapan Teknis 1) Pengarahan ( briefing) terhadap petugas Inspeksi terkait dengan tata cara pelaksanaan di lapangan. 2) Menyiapkan peralatan dan perlengkapan Inspeksi yang meliputi: a) Helm Keselamatan; b) Sarung Tangan; c) Rompi; d) Sepatu; e) Senter;

f) Scrub; g) Masker; dan h) ATK. c. Tahap Pelaksanaan 1) Melakukan pemeriksaan sesuai dengan Formulir Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 2) Melaksanakan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di zona pengendapan; 3) Mencatat hasil pemeriksaan pada Formulir Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 4) Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada awak kendaraan; 5) Menyampaikan hasil pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (aplikasi online). d. Evaluasi dan Pelaporan 1) Melakukan analisis dan evaluasi berdasarkan hasil Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di lapangan; 2) Melaporkan hasil analisis dan evaluasi kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, ttd. Drs. PUDJI HARTANTO, M. M. Pembina Utama (IV/e) NIP. 19590824 201603 1 001 NASUTION BIN AS Pembina (IV/a) NIP. 19680223 199803 1 002

Lampiran III PeraturanDirekturJenderalPerhubunganDarat Nomor : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 Tanggal : 15 Mei 2017 UNSUR TEKNIS INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN No Jenis Metode Pemeriksaan Nilai / Ukur / Jumlah Sasaran Keterangan UNSUR TEKNIS UTAMA A. SISTEM PENERANGAN 1. Lampu utama kendaraan a. dekat b. jauh Aktifkan lampu utama dan periksa apakah semua lampu utama bisa dimatikan dengan satu klik (dengan saklar). Lampu dekat ataupun jauh dapat menyala sesuai fungsinya, baik kiri maupun kanan. Dilakukan sekurangkurangnya oleh 2 ( dua) orang petugas. 2. Lampu penunjuk arah (sein) Berfungsi saat tuas menunjuk arah diaktifkan Lampu penunjuk arah menyala dengan kelap-kelip - Lampu berwarna kuning tua - Dilakukan sekurang kurangnya oleh 2 (dua) orang petugas. 3. Lampu Rem a. Berfungsi ketika rem diaktifkan, baik kiri maupun kanan b. Memancarkan cahaya merah stabil c. Tidak buram d. Tidak terganggu oleh pengoperasian lampu lain 4. Lampu mundur Berfungsi ketika penerus daya digunakan pada posisi mundur R. Lampu rem berfungsi dengan baik (dapat menyala), baik kiri maupun kanan Lampu mundur menyala saat penerus daya digunakan pada posisi mundur R Dilakukan sekurangkurangnya oleh 2 ( dua) orang petugas - Lampu berwarna putih atau kuning muda - Dilakukan sekurangkurangnya oleh 2 (dua) orang petugas

B. SISTEM PENGEREMAN 5. Rem utama Jalankan kendaraan dengan kecepatan secukupnya, apakah berhenti saat rem diaktifkan Rem berfungsi dengan baik Dilakukan sekurangkurangnya oleh 2 ( dua) orang petugas 6. Rem parkir(parking Brake) Aktifkan rem parkir, gerakan kendaraan secukupnya untuk mengidentifikasi fungsi rem parkir Rem berfungsi dengan baik Dilakukan sekurangkurangnya oleh 2 ( dua) orang petugas C. BADAN KENDARAAN 7. Kondisi kaca depan Periksa kondisi permukaan kaca depan, apakah ada retakan Permukaan kaca rata, jelas untuk melihat keluar, tidak ada retakan Kondisi kaca depan D. SISTEM RODA BAN 8. Kondisi ban Periksa apakah terdapat : - Sayatan - Penyokan atau benjolan, terungkapnya kerangka, kawat atau terpisahnya alur - Pemasangan ban sudah sesuai - Kondisi tangkai katub dan tepi-tepinya (ban tipis) - Tidak ada sayatan - Tidak ada bagian yang mengelupas - Tidak ada benjolan atau penyokan - Keempat ban harus memiliki ukuran yang sama - Kedalaman alur minimal 1 mm (satu milimeter) pada seluruh bagian tapak ban. Untuk mengecek kedalaman alur minimal apabila tidak menggunakan alat adalah dengan melihat tanda atau simbol segitiga pada sisi luar banoriginal. Jika simbol segitiga sudah tidak utuh berarti kondisi kedalaman alur ban di bawah 1 mm (satu milimeter).

E. PERLENGKAPAN 9. Sabuk keselamatan di kursi pengemudi - Berfungsi mengunci pada saat dihentakkan secara mendadak untuktempat duduk pengemudi - Mengunci saat dihentakkan untuk tempat duduk pengemudi Sabuk keselamatan 10. Dimensi Muatan 1. Periksa, apakah lebar muatan melebihi lebar bak muatan kendaraan; 2. Periksa, apakah tinggi kendaraan beserta muatannya tidak melebihi 1,7 x Lebar Kendaraan, dengan maksimal tinggi 4,200 mm (empat ribu dua ratus milimeter); 3. Periksa, apakah bobot muatan tersebar diseluruh platform kendaraan. Dimensi muatan harus memenuhi: 1. Lebar muatan tidak boleh melebihi bak muatan kendaraan; 2. Tinggi kendaraan beserta muatannya tidak melebihi 1,7 x Lebar Kendaraan, dengan maksimal tinggi 4,200 mm (empat ribu dua ratus milimeter); 3. Bobot muatan harus disebar diseluruh platform kendaraan (memenuhi aspek keseimbangan muatan). Angkutan Barang 11. Pemenuhan persyaratan umum (plakat dan simbol kendaraan pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3)) Periksa apakah Kendaraan Pengangkut bahan berbahaya dan beracun (B3) memenuhi persyaratan umum sesuai dengan peraturan yang berlaku Pemenuhan plakat dan symbol pada kendaraan pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3) harus sesuai : Bentuk Ukuran Penempatan Angkutan Barang Mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: 725/AJ.302/DRJD/ 2004 tentang Penyelenggaraan Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Jalan

UNSUR TEKNIS PENUNJANG A. PENGUKUR KECEPATAN (SPEEDOMETER) 12. Pengukur kecepatan (speedometer) Jalankan kendaraan dengan kecepatan secukupnya, apakah jarum penunjuk kecepatan berfungsi dengan baik Pengukur kecepatan berfungsi dengan baik - Angkutan Barang Kendaraan dapat dijalankan oleh pengemudi yang bersangkutan, petugas mengamati panel pengukur kecepatan. B. SISTEM PENERANGAN 13. Lampu posisi Berfungsi ketika lampu utama diaktifkan. Lampu posisi penerangan kendaraan dapat menyala sesuai fungsinya saat lampu utama dihidupkan. Umum - Lampu penerangan posisi depan berwarna putih - Lampu penerangan posisi belakang berwarna merah C. BAGIAN BADAN KENDARAAN 14. Kaca Spion Periksa apakah terdapat kaca spion - Berjumlah 2 (dua) buah atau lebih - Dibuat dari kaca atau bahan lain yang dipasang pada posisi yang dapat memberikan pandangan ke arah samping dan belakang dengan jelas tanpa mengubah jarak dan bentuk objek yang terlihat. 15. Penghapus kaca (wiper). Berfungsi pada saat tuas diaktifkan - Kedua penghapus kaca (wiper) berfungsi dengan baik - Dilengkapi dengan alat penyemprot air Karet wiper harus bagus (menghapus kaca dengan bersih).

16. Klakson Berfungsi pada saat tombol klakson ditekan - Mengeluarkan suara saat tombol klason ditekan - Tombol klakson sesuai bawaan pabrik Bukan tombol klakson tambahan. D. KAPASITAS TEMPAT DUDUK 17. Kesesuaian kapasitas duduk tempat Disesuaikan dengan bukti lulus uji berkala kendaraan bermotor Jumlah tempat duduk harus sesuai dengan yang tertulis dengan bukti lulus uji berkala kendaraan bermotor Angkutan Umum Orang Dalam E. PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR 18. Ban cadangan Periksa apakah ban cadangan tersedia dan memiliki ukuran yang sama dengan ban yang terpasang pada kendaraan 19. Segitiga pengaman Periksa apakah terdapat segitiga pengaman 20. Dongkrak Periksa apakah terdapat dongkrak dan dapat berfungsi dengan baik dengan dicoba mengaktifkan dongkrak secukupnya. 21. Pembuka roda Periksa apakah terdapat Pembuka Roda Ban cadangan tidak dalam keadaan rusak, kempes dan kedalaman alur minimal 1 mm (satu milimeter) pada seluruh bagian tapak ban. - Terdapat segitiga pengaman berwarna merah dengan jumlah paling sedikit 2 (dua) buah - Mengeluarkan cahaya pada saat terkena sinar lampu pada malam hari Dongkrak ada Pembuka roda ada

22. Lampu senter Periksa apakah terdapat lampu senter dan dapat berfungsi dengan baik F. FASILITAS TANGGAP DARURAT Lampu senter paling sedikit 2 (dua) buah dan dapat berfungsi dengan baik 23. Pintu Darurat Periksa apakah terdapat pintu darurat untuk mobil bus yang mempunyai jumlah tempat duduk sekurangkurangnya 27 buah dan pintu darurat dicoba dibuka (minimal lebar 430 mm (empat ratus tiga puluh milimeter)) 24. Jendela Darurat Periksa apakah terdapat jendela darurat, sekurangkurangnya : - 1 buah pada sisi kanan dan kiri untuk tempat duduk tidak lebih dari 26 buah kursi - 2 buah pada sisi kanan dan kiri untuk tempat duduk berjumlah 27 s.d. 50 buah kursi - 3 buah pada sisi kanan dan kiri untuk tempat duduk berjumlah 51 s.d. 80 buah kursi - 4 buah pada sisi kanan dan kiri untuk tempat duduk lebih dari 80 buah kursi - Ukuran jendela darurat minimal (2 buah pada sisi kanan dan kiri untuk tempat duduk berjumlah 27 s.d. 50 buah kursi Terdapat pintu darurat, dapat berfungsi dan terdapat pentunjuk cara membuka Terdapat jendela darurat dan tidak ada penghalang Angkutan Umum Angkutan Umum Orang Dalam Orang Dalam

25. Alat pemukul/pemecah kaca (martil) Periksa apakah terdapat alat pemukul/pemecah kaca (martil) yang terpasang pada setiap jendela - Paling sedikit berjumlah 1 (satu) buah pada setiap satu jendelaatau sisi jendela - Palu/martil pada salah satu ujungnya berbentuk lancip Angkutan Umum Orang Dalam DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, ttd. Drs. PUDJI HARTANTO, M. M. Pembina Utama (IV/e) NIP. 19590824 201603 1 001 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT NASUTION BIN AS Pembina (IV/a) NIP. 1968 0223 199803 1 002

Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK..2574/AJ.403/DRJD/2017 Tanggal : 15 Mei 2017 CONTOH FORMAT SURAT PELAPORAN HASIL INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN KOP INSTANSI Nomor : (Nama Kota),... Klasifikasi : Lampiran :... lembar Perihal : Penyampaian Hasil Rekapitulasi Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Yth. Kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat di TEMPAT 1. Memperhatikan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :... tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bersama ini kami sampaikan hasil rekapitulasi Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Harian pada terminal... sebagaimana terlampir. 2. Demikian disampaikan, atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih. KEPALA TERMINAL (nama terminal) Nama Pangkat/ Golongan NIP

FORM ULIR HASIL REKAPITULASI INSPEKSI KESELAM ATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN HARIAN HARI/ TANGGAL : NAMA TERMINAL : NOMOR NO NAMA PO TRAYEK KENDARAAN STUK JENIS ANGKUTAN PELANGGARAN SANKSI** Keterangan : KEPALA TERMINAL 1 : AKAP (nama terminal) * 2 : AKDP ** 1 : Berangkat 2 : Tidak Berangkat Nama 3 : Tilang Pangkat/Golongan NIP