Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

dokumen-dokumen yang mirip
Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

KRITERIA TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL.. INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS KERAGAAN 22 KABUPATEN TERTINGGAL. Kajian mengenai karakteristik kondisi masing-masing wilayah diperlukan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

SULTAN BACHTIAR NAJAMUDIN MUJIONO

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

I. Permasalahan yang Dihadapi

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Perkembangan Penanaman Modal dan Sektor-sektor I Nyoman Karyawan 63

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Renstra BKP5K Tahun

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN...I.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Transkripsi:

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang penting. Identifikasi potensi dan masalah ini merupakan modal untuk penyusunan konsep pengembangan. Setelah melihat pada uraian fakta dan analisis, serta didukung oleh hasil survey primer, maka berikut ini diuraikan mengenai potensi dan masalah yang ada di Kota Tidore Kepulauan. 5.1.1 Potensi Fisik Kependudukan Perekonomian Tabel 5. 1 Potensi Kota Tidore Kepulauan Potensi Tanah yang berkembang dari bahan volkanik di Tidore mempunyai kesuburan tinggi Tanah-tanah aluvial di Halmahera mempunyai potensi pengembangan pertanian dan permukiman Sumberdaya tanaman perkebunan: pala, cengkeh, kelapa Ketersediaan lahan sebagai habitat manusia masih tinggi Kondisi fisik yang bergunung dan dekat dengan laut mempunyai daya tarik tersendiri untuk dijadikan sebagai wisata agro dan wisata bahari Jumlah penduduk yang cukup untuk menyediakan tenaga kerja baik lakilaki maupun perempuan. Adanya kemajuan dalam indeks pembangunan masyarakat memberikan gambaran keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan kualitas masyarakat, sehingga dapat dijadikan indikasi bahwa masyarakat Kota Tidore Kepulauan mempunyai tingkat partisipasi yang baik dalam pembangunan Banyaknya jumlah penduduk usia muda (jumlah penduduk usia produktif tinggi) berpotensi untuk mempermudah pemberdayaan masyarakat Tingkat kesehatan yang semakin membaik Keunikan budaya dan adat istiadat Tidore dibandingkan daerah Indonesia lainnya dan adanya lokasi bersejarah merupakan potensi untuk tujuan wisata budaya Sektor perkebunan sebagai salah satu sektor pertanian potensi untuk investasi dan memberikan kontribusi terhadap PDRB daerah. Semakin bertambahnya nilai PDRB dari sektor tersier yang menunjukkan perkembangan pada usaha perdagangan dan jasa. Kota Tidore kepulauan mempunyai potensi pada bidang pariwisata sebagai penggerak perekonomian daerah di berbagai sektor Hal V-1

Perikanan Peternakan Sarana Prasarana Potensi Sumberdaya perikanan di WPP 6 (laut Seram dan teluk Tomini) tingkat pemanfaatannya masih rendah Pengembangan budidaya udang/bandeng (tambak udang) Pengembangan budidaya ikan laut di beberapa lokasi yang mencapai 86 ha Sumber hijauan untuk pakan ternak tersedia Sumberdaya manusia sudah mampu beternak, meski teknologinya sederhana Populasi unggas dan kondisi alam cocok untuk pengembangan peternakan unggas Pembangunan infrastruktur yang massive di Sofifi akan menarik perkembangan daerah sekitarnya Jumlah pelabuhan yang cukup banyak mampu melayani pergerakan antar pulau masyarakat Kota Tidore Kepulauan mempunyai letak yang strategis dengan: P.Tidore dilalui oleh jalur lintas penyebrangan penghubung sabuk P.Halmahera dilalui oleh jaringan jalan lintas nasional sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pendorong pergerakan manusia, barang dan jasa intern Kota Tidore Kepulauan Sarana pendidikan dan kesehatan cukup banyak dan mampu melayani wilayah Kota Tidore Kepulauan hingga proyeksi penduduk tahun 2030. Sumber: Hasil Analisis Studio 5.1.2 Masalah Fisik Kependudukan Perekonomian Tabel 5. 2 Permasalahan Kota Tidore Kepulauan Masalah Lahan didominasi lereng curam Tanah dengan solum dangkal Kapasitas tanah menyimpan air rendah, menyebabkan lingkungan lahan mudah mengalami kekeringan Curah hujan tahunan relatif rendah Bahaya erosi tinggi Masih rendahnya budidaya tanaman pangan Teknik konservasi tanah dan air masih rendah Persebaran penduduk masih terpusat di P.Tidore Angka partisipasi sekolah yang semakin menurun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi Keterampilan rendah (masyarakat tidak memiliki spesialisasi ketrampilan) Etos kerja yang rendah dan cepat puas Sumber pendapatan lebih mengandalkan sumberdaya alam (sektor informal/sektor primer) masih banyak yang bekerja sebagai petani perkebunan dan nelayan Jumlah orang bekerja semakin kecil, semakin banyak pengangguran Masih membutuhkan lapangan kerja Masih rendahnya pengelolaan diberbagai sektor perekonomian baik pertanian, perkebunan, perikanan laut Belum adanya pengolahan dari bahan mentah menjadi bahan jadi (sektor hilir) Usaha untuk menjadikan perkonomian daerah yang berdaya saing belum Hal V-2

Perikanan Peternakan Sarana Prasarana Masalah ada. Sehingga kurang menarik investor, perbankan dan lembaga keuangan. Kurangnya melibatkan masyarakat dalam perekonomian daerah sehingga masih rendahnya lingkungan usaha produktif di Kota Tidore Kepulauan Belum adanya tata ruang pesisir, kelautan dan pulau-pulau kecil sebagainya diamanatkan UU No 27 tahun Sumberdaya perikanan tangkap di lautan Kota Tidore Kepulauan telah melampaui titik optimal (104,06%) Sarana dan prasarana penangkapan ikan yang belum memadai baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Kemampuan sumberdaya manusia perikanan yang masih rendah khususnya dalam bidang budidaya perikanan baik tawar, payau maupun laut Jaringan pasar ikan yang belum kondusif Untuk peternakan unggas khususnya ras, permasalahan utama adalah bibit, dan pakan Sumberdaya manusia terbatas untuk penggunaan teknologi tinggi Secara umum prasarana kota di Tidore Kepulauan masih sangat minim. Prasarana jalan masih membutuhkan perbaikan dan penambahan panjang jalan sehingga dapat menjangkau seluruh wilayah Kota Tidore Kepulauan. Prasarana Telekomunikasi masih memerlukan pembenahan dan penambahan layanan. Prasarana listrik masih kurang memadai terutama untuk wilayah yang berada di bagian Pulau Halmahera dan pulau pulau kecil di Wilayah Kota Tidore Kepulauan. Prasarana persampahan belum mendapat banyak perhatian. Mungkin dikarenakan masyarakat masih banyak mengubur sampah di halaman belakang rumah masing masing. Prasarana air bersih masih sangat kurang. Hingga saat ini jaringan air bersih baru menjangkau sebagian daerah Pulau Tidore. Biaya transportasi masih relatif mahal sehingga mempersulit pergerakan manusia dan barang Sumber: Hasil Analisis Studio 5.2 Prospek Pengembangan Prospek pengembangan di Kota Tidore Kepulauan tidak dapat terlepas dari potensi dan masalah yang ada. Potensi baik dari segi fisik, kependudukan, ekonomi, perikanan, peternakan dan perkebunan kesemuanya membentuk suatu kesatuan yang dapat memajukan Kota Tidore Kepulauan. Dari hasil survey dan analisis yang telah dilakukan diketemukan bahwa sumbangan terbesar PDRB berasal dari sektor pertanian terutama sektor perkebunan. Komoditas perkebunan utama adalah cengkeh dan pala. Sedangkan untuk perikanan yang berkembang adalah perikanan tangkap mengingat wilayah laut WPP 6 masih dalam kondisi under fishing. Sumbangan terhadap PDRB Kota Tidore Kepulauan yang cukup Hal V-3

besar juga didapat dari sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan besar yang semakin meningkat. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa Kota Tidore Kepulauan mengalami perkembangan dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran. Potensi fisik dan alam di Kota Tidore Kepulauan memberikan banyak nilai yang dapat dikembangkan antara lain sektor primer pertanian-perkebunan, keindahan alam dan keberagaman budaya serta peninggalan sejarah merupakan potensi untuk lebih meningkatkan kegiatan perdagangan, hotel dan restoran serta jasa sebagai sektor tersier. Selain itu, sumber daya alam yang melimpah baik dari perkebunan, perikanan dan peternakan apabila diperkuat maka akan mendorong tumbuhnya industri pengolahan yang mendukung sektor primer. Sehingga penggerak perekonomian Kota Tidore Kepulauan yang akan merangsang kestabilan sektor primer dan memacu sektor sekunder dan tersier adalah sektor pariwisata. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan prospek pengembangan Kota Tidore Kepulauan ditunjang oleh tiga sektor yaitu: - Pariwisata - Pertanian - perkebunan - Perdagangan, jasa dan industri Hal V-4

OPORTUNITY Bab V Laporan Akhir Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tidore Kepulauan SWOT INTERNAL Tabel 5. 3 Matriks SWOT Kota Tidore Kepulauan STRENGTH WEAKNESS EKSTERNAL Pengembangan Sofifi sebagai ibu kota Provinsi Kedekatan dengan Kota Ternate Adanya jalur Trans Halmahera Potensi wisata bahari Potensi wisata sejarah Potensi wisata budaya Kesuburan tanah Ketersediaan lahan Ketersediaan tenaga kerja Ketersediaan pelabuhan Ketersediaan sarana pendidikan Sumber daya perikanan yang besar Pengembangan pariwisata di Pulau tidore dan sekitarnya Pengembangan industri agro di wilayah Tidore yang berada di Pulau halmahera Pengembangan pelabuhan Pengembangan perkebunan dan perikanan Mengembangkan potensi urban farming pada wilayah P. Tidore dan mengembangkan perkebunan rempah rempah pada wilayah P. Halmahera Meningkatkan hubungan dengan bandara di P. Ternate untuk mendukung pergerakan barang dan jasa Persebaran penduduk yang tidak merata Prasarana listrik dan komunikasi yang belum memadai Kualitas prasarana jalan yang masih rendah. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi, listrik, dan telekomunikasi. Pembentukan pusat-pusat pelayanan kegiatan di kawasan selatan Kota Tidore Kepulauan Pengembangan transportasi laut Hal V-5

THREAT Bab V Laporan Akhir Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tidore Kepulauan INTERNAL STRENGTH WEAKNESS EKSTERNAL Kerawanan bencana gempa bumi Kerawanan bencana tsunami Kerawanan bencana gunung api Kerawanan bencana banjir Kerawanan bencana Curah hujan yang rendah Lahan curam Ancaman Erosi Potensi wisata bahari Potensi wisata sejarah Potensi wisata budaya Kesuburan tanah Ketersediaan lahan Ketersediaan tenaga kerja Ketersediaan pelabuhan Ketersediaan sarana pendidikan Sumber daya perikanan yang besar Penyediaan ruang dan jalur evakuasi. Perbaikan manajemen bencana. Peningkatan kesadaran bencana pada mayarakat. Pembuatan aturan ketat bagi kawasan rawan bencana. Peningkatan kerjasama dengan Persebaran penduduk yang tidak merata Prasarana listrik dan komunikasi yang belum memadai Kualitas prasarana jalan yang masih rendah. Prioritas pembangunan sarana dan prasarana yang terintegrasi dengan manajemen bencana Peningkatan sumber daya manusia dan penggunaan teknologi. Peningkatan partsipasi masyarakat untuk mempercepat proses pembangunan. Sumber: Hasil Analisis Studio Hal V-6

Hasil analisis SWOT berupa strategi utama tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut ini: Gambar 5. 1 Analisis SWOT dan Strategi Utama Sumber: Hasil Analisis Tim Bagan tersebut menegaskan hasil analisis SWOT bahwa kekuatan yang dimiliki oleh Kota Tidore Kepulauan berasal dari sektor bahari dengan peluang kondisi fisik lingkungan yang masih alami dan belum dimanfaatkan secara optimum disikapi dengan menjadikan wisata bahari (pariwisata) sebagai prime mover perekonomian. Sumber daya manusia dan infrastruktur di Kota Tidore Kepulauan merupakan kelemahan yang kritis dengan peluang kondisi fisik lingkungan yang masih alami dan belum dimanfaatkan secara optimum disikapi dengan strategi pengembangan perikanan laut dan industri agro. Ancaman lingkungan yang kritis berupa rawan bencana dan perlindungan kawasan lindung disikapi dengan strategi pemantapan pertanian secara luas yaitu pemantapan sektor perikanan, perkebunan dan peternakan sebagai sektor basis perekonomian. Kondisi fisik lingkungan yang masih alami dan belum dimanfaatkan secara optimum namun berada pada area rawan bencana dan kawasan lindung disikapi dengan strategi perlindungan daerah konservasi. Kebijakan untuk daerah konservasi antara lain dengan melakukan tindakan konservasi pada daerah yang dilindungi untuk tetap bertahan dalam luasan dan fungsinya serta tindakan regenerasi untuk daerah yang rusak seperti kawasan hutan bakau. Gambaran penyelesaian permasalahan dari hasil analisa SWOT tersebut diharapkan dapat dikembangkan menjadi konsep-konsep pengembangan Kota Tidore Kepulauan yang diturunkan menjadi perencanaan tata ruang kota (struktur dan pola ruang), arahan pengembangan dan indikasi program. Hal V-7