PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INTERPRETASI DATA KONDUKTIVITAS LISTRIK DALAM PENENTUAN INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI: STUDI KASUS DAERAH TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI

OP-027 INDIKASI INTRUSI AIR LAUT DARI KONDUKTIVITAS AIR TANAH DANGKAL DI KECAMATAN PADANG UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun mahluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan, dimana

ANALISIS PERSEBARAN INTRUSI AIR LAUT PADA AIRTANAH FREATIK DI DESA RUGEMUK KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

INTRUSI AIR LAUT PANTAI BAROMBONG MAKASSAR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amilia Widya, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Air diperlukan manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bayu Suhartanto, Andy Pramana,Wardoyo, M. Firman, Sumarno Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu, Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KUALITAS AIRTANAH PERMUKAAN DAERAH CEKUNGAN AIR KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

Lampiran 1. Peta administrasi Kota Tangerang Selatan. Sumber : BLH Kota Tangerang Selatan

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN...

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

PENENTUAN POLA SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR PANTAI BATAKAN KALIMANTAN SELATAN DENGAN METODE GEOLISTRIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

Kualitas Airtanah Permukaan Daerah Cekungan Air Kota Makassar

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI YUANITA ARUM PRIMANINGTYAS

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

STUDI DAN PEMODELAN AIR TANAH DI PESISIR KOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Laut yang mengelilingi pulau-pulau di Indonesia membuat banyak terbentuknya

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

ABSTRAK STUDI INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN CANDIDASA KARANGASEM

TINJAUAN PUSTAKA. bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

IDENTIFIKASI AIR TANAH PADA AKUIFER DI KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN BERDASARKAN NILAI TOTAL DISSOLVED SOLID DAN DAYA HANTAR LISTRIK

ANALISIS INTRUSI AIR LAUT DENGAN PENGUKURAN TOTAL DISSOLVED SOLIDS (TDS) AIR SUMUR GALI DI KECAMATAN PADANG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

KAJIAN PENGARUH LIMBAH DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIRTANAH BEBAS DI SEBAGIAN KECAMATAN KLATEN TENGAH, KABUPATEN KLATEN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) D-157

PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2

Intrusi air laut terhadap kualitas air tanah dangkal dari pantai kota Surabaya. Rekayasa Teknik Sipil Vol 3 Nomer 3/rekat/14 (2014) :

Transkripsi:

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) Mellisa Saila 1, Muhajjir 1, dan Azmeri 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh Email: amelsaila@gmail.com, ajier12@gmail.com 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh Email: azmeri73@yahoo.com. ABSTRAK Kawasan Pantai Iboih merupakan tempat wisata yang tak pernah sepi pengunjung lokal maupun mancanegara. Kawasan wisata ini mempunyai potensi pariwisata untuk dapat dikembangkan lebih jauh. Sejalan dengan pembenahan dan pengembangan kawasan wisata tersebut, kendala yang dihadapi salah satunya adalah kebutuhan prasarana air bersih. Selain itu, lokasi air tanah yang terlalu dekat dengan pesisir pantai dikhawatirkan terjadinya intrusi air laut. Secara kuantitas air tanah yang ada tidak dapat mencukupi semua kebutuhan tersebut apalagi ditinjau dari kualitas air yang payau tidak layak untuk dikonsumsi. Pada penelitian ini ingin diketahui sejauh mana dampak intrusi air laut terhadap air tanah yang terjadi di Kawasan Wisata Pantai Iboih. Metode penentuan sampel sumur menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan sumur test per jarak 3 m dari garis pantai. Dari jarak tersebut dilakukan pemilihan 2 sumur test sebagai sampel dengan cara random. Indikasi terjadinya intrusi air laut terhadap air tanah dapat ditentukan dengan mengecek nilai conductivity dari sumur test. Conductivity adalah daya hantar listrik yang menunjukkan banyaknya zat padat yang terlarut dalam bentuk ion-ion. Pengukuran conductivity air sumur dilakukan dengan menggunakan alat Quality Water Checker. Pengukuran dilakukan selama tujuh hari dengan periode waktu 13 jam yang dilakukan mulai pukul 06.00-19.00 WIB setiap dua jam. Data yang diperoleh kemudian diolah dalam bentuk grafik untuk mengetahui hubungan antara conductivity terhadap jarak. Indikasi intrusi air laut di kawasan ini berjarak kurang dari 5 meter dari garis pantai. Hasil menunjukkan bahwa untuk jarak tersebut ditemukan 2 sumur yang terintrusi dengan nilai conductivity lebih besar dari 1 S/m. Kata kunci : air tanah, conductivity, intrusi, Pantai Iboih, wisata 1. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan bisnis yang terus berkembang dan memiliki masa depan yang baik di Indonesia. Sebagai negara bahari, wisata laut Indonesia merupakan jenis wisata yang paling diminati turis baik lokal maupun mancanegara. Salah satu kawasan wisata Indonesia yang menjadi andalan para turis berada di ujung Pulau Sumatra yaitu Kota Sabang di Pulau Weh. Pada penelitian ini dikhususkan untuk kawasan Iboih yang merupakan tempat wisata yang selalu ramai pengunjung baik lokal maupun mancanegara. Kawasan wisata ini mempunyai potensi pariwisata untuk dapat dikembangkan lebih jauh, karena kondisi pantainya yang sangat menarik dan indah serta taman bawah lautnya sebagai objek untuk penyelaman. Sejalan dengan pembenahan dan pengembangan kawasan wisata tersebut maka kebutuhan air bersih akan terus meningkat. Kondisi pada saat ini, untuk pemenuhan kebutuhan air bersih lokasi wisata tersebut masih memanfaatkan sumber air yang berasal dari sumur gali dengan kapasitas/debit yang sangat terbatas. Peningkatan kebutuhan air bersih sebanding dengan berkembangnya suatu daerah. Semakin meningkatnya kebutuhan air bersih, maka eksploitasi air tanah akan semakin besar. Hal ini mengakibatkan persediaan air tanah semakin berkurang. Berkurangnya kandungan air tanah pada lapisan akuifer dapat mengakibatkan masuknya air laut (yang massanya lebih berat) ke dalam akuifer. Pengurangan potensi air tanah jika terjadi pada akuifer daerah pantai dapat menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan hidrostatis air tawar dan air asin. Bila tekanan hidrostatis air tawar berkurang maka terjadi intrusi air asin yang meningkatkan kadar garam pada akuifer (Sosrodarsono, 2003). Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah yang terkandung didalamnya sehingga menyebabkan air tanah berubah menjadi air payau atau bahkan air asin (Putranto A - 137

dan Kusuma, 2009). Dalam keadaan alami air tanah tawar mengalir ke lautan lewat akuifer-akuifer di daerah pantai yang berhubungan dengan lautan pada pantai yang menjorok ke laut. Tetapi karena meningkatnya kebutuhan akan air tawar, maka airan air tanah tawar ke arah laut telah menurun, atau bahkan sebaliknya, air laut akan mengalir masuk ke dalam sumur-sumur di daratan, maka penyediaan air tawar menjadi tidak berguna, karena akuifer telah tercemar oleh air asin. Untuk membersihkan kembali memerlukan waktu bertahun-tahun. Usaha untuk memindahkan air asin tersebut dari akuifer daratan adalah dengan menggunakan air tanah tawar yang tersedia guna membilas air asin tersebut. Pentingnya melindungi akuifer pantai dari ancaman seperti itu, memerlukan investigasi yang menekankan cara-cara untuk mencegah atau mengendalikan intrusi air laut (Soemarto, 1999). Eksploitasi air tanah secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya intrusi air laut pada daerah tersebut. Jika hal ini terjadi, maka kondisi air pada daerah tersebut tidak layak untuk dikonsumsi, karena adanya rasa asin atau payau. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan suatu penelitian mengenai kualitas air tanah terutama tingkat keasinan air tanahnya. Sejauh ini belum pernah dilakukan suatu penelitian mengenai penyebaran intrusi air laut pada daerah tersebut, sehingga penelitian ini sangat penting untuk segera dilakukan. Hal ini mengingat belum adanya data tentang kasus intrusi pada daerah tersebut. Data hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melihat penyebaran atau peningkatan intrusi air laut pada saat sekarang. 2. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Kawasan Wisata Pantai Iboih, Kecamatan Sukakarya, Sabang. Objek penelitian dikhususkan pada sumur-sumur dangkal yang berada di kawasan Wisata tersebut. Dipilihnya lokasi tersebut dikarenakan kemungkinan telah terjadinya intrusi air laut pada sumur dangkal. Sumber data Untuk memperoleh data yang lengkap untuk kegiatan analisis dan pengolahan data, peneliti menggunakan data primer dan data sekunder 1. Data sekunder : data curah hujan (BMKG Sabang Februari-Maret 2013), data geolistrik (BWS Sumatera-I 2010), dan peta topografi (Bakorsurtanal 1986); dan 2. Data primer : data koordinat sumur, data elevasi sumur, data conductivity air sumur, data fluktuasi muka air tanah, dan data kedalaman sumur. Alat dan media yang digunakan 1. GPS (Global Positioning System) digunakan untuk mengidentifikasi lokasi setiap sumur sehingga diperoleh koordinat geografis dari masing-masing sumur; 2. Waterpass digunakan untuk mengetahui elevasi air tanah terhadap tinggi muka air laut rata-rata atau Mean Sea Level (MSL); dan 3. Quality Water Checker digunakan untuk mengecek nilai conductivity air tanah. Pada penelitian ini Quality Water Checker yang digunakan adalah tipe WQC-20A. Kegiatan Penelitian Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Melakukan survei pendahuluan dalam upaya pendataan sumur pada lokasi penelitian yang menyangkut kepemilikan, kegunaaan sumur serta ijin untuk melakukan pengambilan data; 2. Koordinat geografis dari masing-masing sumur dan tracking garis pantai yang diperoleh dari alat GPS (Global Positioning System) diolah dengan menggunakan software Map Source. Dengan software ini dapat dihitung jarak setiap sumur terhadap garis pantai; 3. Metode penentuan sampel sumur menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan sumur tes dengan jarak 3 m- 30 m dari garis pantai. Dari jarak tersebut dilakukan pemilihan 2 sumur tes sebagai sampel dengan cara random (acak) sehingga terpilihlah 9 sumur sebagai sampel yang akan diukur; 4. Parameter intrusi air laut dapat diketahui dengan pengukuran conductivity (daya hantar listrik yang menunjukkan banyaknya zat padat yang terlarut dalam bentuk ion-ion). Klasifikasi penggolongan nilai conductivity sehingga dikategorikan sebagai air tawar atau air laut dapat dilihat pada skema di bawah ini: Gambar 1. Klasifikasi nilai conductivity dalam S/m A - 138

5. Pengukuran conductivity air sumur dilakukan dengan menggunakan alat Quality Water Checker. Pengukuran dilakukan selama tujuh hari dengan periode waktu 13 jam yang dilakukan mulai pukul 06.00-19.00 WIB setiap dua jam, hal ini dikarenakan jarak antar lokasi sumur yang menghabiskan waktu satu jam lebih dalam sekali pengukuran; dan 6. Indikasi terjadinya intrusi air laut terhadap air tanah dapat ditentukan dengan mengecek nilai conductivity dari setiap sumur. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan grafik untuk mengetahui hubungan antara conductivity terhadap jarak. Untuk mendapatkan persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara keduanya, maka dilakukan analisis regresi agar mendapatkan hubungan yang akurat. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran lokasi penelitian Iboih merupakan daerah tujuan wisata bahari yang menyajikan pemandangan alam bawah laut yang sangat indah. Pemandangan ini dapat dinikmati dengan menyelam ataupun dengan menaiki perahu dengan dasar kaca yang telah tersedia disana. Eksplorasi keindahan alam bawah laut di Iboih dapat dilanjutkan hingga ke Pulau Rubiah. Selain pemandangan alam bawah laut, potensi wisata yang dapat dikelola dari Iboih adalah wisata memancing (game fishing). Potensi pariwisata ini merupakan peluang untuk menarik kunjungan wisatawan dunia dengan semua fasilitas berskala internasional. Secara geografis Iboih terletak pada 05 o 53 00 LU - 05 o 50 00 LU dan 95 o 17 00 BT - 95 o 14 00 BT. Kelurahan Iboih memiliki luas 15 Km 2, dengan tinggi rata-rata + 28 m di atas permukaan laut. Ditinjau dari kondisi topografis wilayah, terdiri dari + 3% daratan rendah, + 10% daratan bergelombang, + 35% bebukit dan + 52% bebukit sampai bergunung. Penelitian ini dilakukan di desa Teupin Layeu dengan luas area 8 ha. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Peta lokasi penelitian Kondisi sumur tes a. Sumur 1 Sumur ini merupakan sumur pertama dari objek penelitian yang terletak dalam pekarangan makam Aulia di Desa Iboih. Koordinat sumur : 5 0 52 18.4 LU dan 95 0 15 33.0 BT Jarak dari garis pantai : 3,4864 m : 4,7 m Gambar 3. Sumur 1 A - 139

b. Sumur 2 Sumur ini merupakan salah satu sumur yang banyak digunakan oleh masyarakat, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Sumur ini digunakan sebagai sumber air beberapa kamar pemandian bagi wisatawan-wisatawan yang berkunjung. Koordinat sumur : 5 0 52 24.9 LU dan 95 0 15 22.4 BT Jarak dari garis pantai : 4.572 m : 2,7 m Gambar 4. Sumur 2 c. Sumur 3 Sumur ini merupakan sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi wisatawan yang menetap di cottage pada lokasi tersebut. Koordinat sumur : 5 0 52 18.9 LU dan 95 0 15 27.7 BT Jarak dari garis pantai : 12,192m : 4,7 m Gambar 5. Sumur 3 d. Sumur 4 Sumur ini merupakan sumur yang hanya digunakan untuk pemandian para wisatawan. Sumur ini memiliki kualitas yang kurang baik untuk digunakan sehari-hari. Koordinat sumur : 5 0 52 18.9 LU dan 95 0 15 27.7 BT Jarak dari garis pantai : 16.154 m : 4,7 m Gambar 6. Sumur 4 A - 140

e. Sumur 5 Sumur ini merupakan sumber air yang memiliki kualitas air yang baik, akan tetapi masyarakat cenderung tidak menggunakan sumber ini dikarenakan lokasi sumur yang cukup tinggi dan kuantitasnya yang minim. Koordnat sumur : 5 0 52 25.4 LU dan 95 0 15 21.8 BT Jarak dari garis pantai : 17,374 m : 5,1 m Gambar 7. Sumur 5 f. Sumur 6 Sumur ini banyak digunakan oleh masyarakat sekitar. Sumur ini memiliki kualitas dan kuantitas air yang baik. Sumber air ini sering dijadikan sebagai tempat penyucian para ibu-ibu rumah tangga di sekitar pesisir pantai. Koodinat sumur : 5 0 52 21.1 LU dan 95 0 15 24.2 BT Jarak dari garis pantai : 17.983 m : 3,56 m Gambar 8. Sumur 6 g. Sumur 7 Sumur ini merupakan sumur yang digunakan untuk kebutuhan domestik rumah tangga. Sumber utama air sumur ini merupakan air yang dibeli dari sumur tampungan yang terletak tidak jauh dari lokasi pantai. Koordinat sumur : 5 0 52 24.1 LU dan 95 0 15 22.2 BT Jarak dari garis pantai : 27.432 m : 5,08 m Gambar 9. Sumur 7 A - 141

h. Sumur 8 Sumur ini terletak di menasah desa Iboih, sumur ini memiliki kualitas dan kuantitas yang cukup baik untuk terus digunakan. Sumur ini digunakan untuk kebutuhan peribadatan masyarakat sekitar. Selain itu tidak jarang juga sumur ini juga digunakan oleh wisatawan untuk pemandian. Koordinat sumur : 5 0 52 24.9 LU dan 95 0 15 22.4 BT Jarak sumur dari garis pantai : 28,042 m : 3,56 m Gambar 10. Sumur 8 i. Sumur 9 Sumur ini merupakan sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat dengan cara membeli. Sumur ini memiliki kuantitas yang cukup banyak, secara kualitas sumur ini tidak memenuhi standar air bersih dikarenakan memiliki kadar kekeruhan yang tinggi, namun hal ini tidak menyurutkan perilaku masyarakat untuk tetap menggunakan sumber ini dikarenakan minimnya sumber air di kawasan tersebut. Koordinat sumur : 5 0 52 33.2 LU dan 95 0 14 51.4 BT Jarak sumur dari garis pantai : 34,138 m : 2,34 Analisa intrusi air laut Gambar 11. Sumur 9 Tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah dapat diketahui dengan analisis kualitasnya berdasarkan parameter conductivity (gambaran numerik dari kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik). Nilainya tergantung pada kandungan garam-garam terlarut yang dapat terionisasi dalam air pada temperatur saat pengukuran dilakukan. Secara teoritis air laut memiliki nilai conductivity yang tinggi karena mengandungg banyak senyawa kimia yang mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik. Oleh karena itu, untuk memprediksi suatu daerah terintrusi air laut dapat dilihat dari pola penyebaran hubungan nilai conductivity terhadap jarak dari garis pantai. Semakin jauh dari garis pantai secara teoritis nilai conductivity semakin kecil. Pengukuran conductivity air tanah dilakukan selama 7 hari dengan periode waktu 2 jam. Data conductivity sumur selama tujuh hari dapat dilihat pada tabel 1. Dari data conductivity yang telah diukur dapat diketahui pola penyebaran conductivity terhadap jarak dari garis pantai yang secara jelas dan lengkap disajikan pada Gambar 12. Kurva pola penyebaran conductivity yang disajikan menggunakan metode regresi power karena metode regresi tersebut mempunyai nilai koefisien determinan yang mendekati nilai 1 dibandingkan dengan metode regresi yang lain. A - 142

sumur Jarak dari garis pantai (m) Tabel 1. Data conductivity sumur test. Nilai conductivity (S/m) Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 1 3.4864 1.016 1.018 1.020 1.023 1.036 1.034 1.033 1.026 2 4.572 1.017 1.019 1.020 1.024 1.028 1.026 1.023 1.022 3 12.192 0.014 0.019 0.013 0.015 0.037 0.037 0.041 0.025 4 16.154 0.045 0.047 0.051 0.056 0.086 0.086 0.086 0.065 5 17.374 0.042 0.046 0.053 0.063 0.087 0.082 0.092 0.067 6 17.983 0.016 0.022 0.019 0.025 0.056 0.058 0.058 0.036 7 27.432 0.016 0.018 0.018 0.020 0.030 0.030 0.028 0.023 8 28.042 0.025 0.024 0.025 0.026 0.051 0.052 0.055 0.037 9 34.138 0.010 0.009 0.010 0.011 0.021 0.024 0.021 0.015 ratarata Grafik 12. Hubungan jarak dan conductivity Suatu daerah terintrusi air laut dapat diprediksi dengan menghubungkan nilai conductivity terhadap jarak dari garis pantai. Jika diamati dari kurva diatas, maka nilai conductivity menurun seiring dengan semakin jauh daerahnya dari tepi pantai. Dari kurva diatas dapat diprediksi sebaran nilai conductivity dengan suatu persamaan regresi power. Pola penyebaran nilai conductivity sumur dangkal berdasarkan jarak dari garis pantai diperoleh persamaan regresinya yaitu y = 9,9174x -1,849 dengan R² = 0,8681. Dari hasil pengukuran dan analisa data yang dilakukan, ditemukan 2 dari sembilan sumur warga di sekitar pesisir pantai telah terintrusi. Kedua sumur yang terintrusi tersebut memiliki jarak <5 m dari garis pantai dengan nilai conductivity lebih besar dari 1 S/m. Disarankan kepada masyarakat untuk memperoleh air tanah dengan kualitas yang lebih baik pada jarak >5 m dari garis pantai. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Nilai conductivity pada sumur-sumur yang menjadi objek penelitian berada pada rentang nilai 0,015-1,026 S/m. 2. Conductivity air tanah sumur pada daerah penelitian lebih tinggi di daerah dekat dengan garis pantai dan menurun bila terletak jauh dari garis pantai. 3. Indikasi intrusi air laut di kawasan ini berjarak kurang dari 5 meter dari garis pantai. Hasil menunjukkan bahwa untuk jarak tersebut ditemukan 2 sumur yang terintrusi dengan nilai conductivity lebih besar dari 1 S/m. DAFTAR PUSTAKA Putranto,TT. dan Kusuma, KI. (2009). Permasalahan Air tanah Pada Daerah Urban. Jurnal Teknik, Vol. 30 No. 1. Soemarto, CD. (1999). Hidrologi Teknik Edisi Ke-2. Penerbit Erlangga, Jakarta Sosrodarsono, S. dan Takeda, S. (2003). Hidrologi untuk Perairan. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Husni, A. dan Santoso, R. (2012). Sebaran TDS, DHL, Penurunan Muka Air Tanah dan Prediksi Intrusi Air Laut di Kota Tangerang Selatan. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. A - 143