BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan lembar fakta World Health Organization (WHO) tahun 2013, setiap hari terjadi sekitar 800 kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada Hari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

ALI SADIKIN NIM : J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditangani adalah tinggi nya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 307 per

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

BAB I PENDAHULUAN Dari hasil survei yang telah dilakukan, AKI telah menunjukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan wanita. Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu setiap tahun kurang lebih orang dan mayoritas kematian terjadi di negara berkembang (WHO et

BAB I PENDAHULUAN. bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah kematian perinatal sebesar orang. Dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini kesehatan global difokuskan pada masalah kesehatan ibu, sampai saat ini masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

Menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu masih merupakan tantangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah angka kematian ibu di Indonesia tertinggi diantara negara ASEAN lainnya seperti Singapura hanya 3 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 5 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 8-10 per 100.000 kelahiran hidup dan Vetnam 50 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 359 per 100.000 kelahiran hidup BPS et al. (2012). Penurunan kematian ibu merupakan prioritas kesehatan masyarakat dunia dan menjadi salah satu target dalam kerangka Millennium Development Goals (Murray et al., 2007). Akselerasi penurunan kematian ibu merupakan fokus dari strategi global untuk kesehatan perempuan dan anak yang telah diluncurkan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (Hogan et al., 2010). Departemen Kesehatan (2011), mengemukakan faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, secara garis besar dapat di kelompokan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung berkaitan dengan kondisi saat melahirkan seperti perdarahan, hipertensi atau tekanan darah tinggi saat kehamilan (eklampsia), infeksi, partus lama dan komplikasi keguguran, penyebab langsung tersebut diperburuk oleh status kesehatan dan gizi ibu yang kurang baik. Sementara itu penyebab tidak langsung antara lain adalah rendahnya taraf pendidikan perempuan, kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi, kedudukan dan peranan ibu yang tidak menguntungkan dalam keluarga, kuatnya tradisi dan budaya lokal dalam menyikapi proses persalinan, serta kurangnya ketersediaan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (KB). Menyadari kondisi di atas, telah dilaksanakan Making Pregnency Safer (MPS) dengan tiga pesan kunci yaitu: 1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; 2) setiap komplikasi ditangani secara adekuat; dan 3) setiap

2 wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Prawirohardjo, 2010). Target MPS pertama ditetapkan tahun 2010 adalah meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terampil menjadi 90%. Strategi untuk mencapai target tersebut di atas ialah meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas cost-efective dan berdasarkan buktibukti. Cara lain yang juga dapat mengurangi jumlah kematian ibu yaitu membuat rencana kelahiran termasuk mengerti tanda bahaya, merencanakan penolong persalinan, rencana tempat persalinan dan menabung untuk transportasi atau biaya. Kesehatan reproduksi dapat ditingkatkan jika wanita hamil menerima perawatan yang diawasi oleh tenaga kesehatan dari hamil hingga persalinan dan seterusnya (Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012, proposi kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis profesional meningkat dari 73% pada SDKI 2007 menjadi 83% di SDKI 2012. Kelahiran yang ditolong oleh dukun masih berperan, terutama di daerah pedesaan 20%, ibu tidak pernah sekolah 34%, ibu dengan urutan kelahiran tinggi 34%, dan 32% ibu dengan kuantil kekayaan terendah. Lebih dari sembilan dalam sepuluh kelahiran di daerah perkotaan dibantu oleh tenaga medis dibandingkan 75% kelahiran di daerah perdesaan (BPS et al., 2012). Salah satu strategi yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah perawatan antenatal (ANC), dimana ANC adalah kunjungan berkesinambungan yang dilakukan ibu hamil selama masa kehamilan ke pelayanan kesehatan untuk mengidentifikasi secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi kehamilan, memantau kemajuan kehamilan, mempersiapkan persalinan aman dan menerima kelahiran bayi. ANC menyediakan promosi kesehatan dan pelayanan kesehatan preventif, dimana petugas ANC akan memberikan informasi mengenai tanda-tanda dan gejala komplikasi selama kehamilan, persalinan dan postpartum yang membutuhkan perawatan oleh tenaga kesehatan serta rencana kelahiran yang aman (Kementrian Kesehatan RI 2012).

3 Jumlah kunjungan ANC bervariasi tiap negara, di Eropa Barat dan Amerika Utara ANC meliputi 12 sampai 16 kunjungan ke pelayanan kesehatan. Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan (ANC), menurut jadwal 1-1-2 yaitu paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, sekali kunjungan dalam trimester kedua, dan dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (Kementrian Kesehatan RI 2012). Survei menunjukkan bahwa kunjungan ANC dengan frekuensi 1-1-2 lebih mungkin untuk diselesaikan oleh wanita hamil di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Berdasarkan statistik WHO hanya 81% dari perempuan di Indonesia menghadiri empat kali kunjungan antenatal (Villar et al., 2001). Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia menyajikan 74% ibu hamil memenuhi jadwal yang dianjurkan pemerintah, yaitu paling sedikit sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua, dan dua kali di trimester ketiga (BPS et al., 2012). Ibu hamil di perkotaan cenderung lebih melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan (1-1-2) 80% dibandingkan dengan ibu hamil tinggal di perdesaan 68% (BPS et al., 2007). dari berbagai negara menunjukkan bahwa pemanfaatan ANC masih rendah karena berbagai faktor antara lain sosial demografi, pengetahuan, dukungan sosial dan pelayanan ANC (Simkhada et al., 2008). Kesehatan ibu dan anak tidak hanya terkait dengan pelayanan yang diberikan baik pemerintah maupun swasta, namun juga terkait dengan pendidikan, status ekonomi, budaya, lingkungan, dan tenaga yang profesional. di Provinsi Xien Khouang Lao menunjukkan bahwa prediktor signifikan dari pemanfaatan ANC adalah tingkat pendidikan, pendapatan, pengetahuan, sikap, jarak ke layanan, ketersediaan angkutan umum, biaya transportasi, dan biaya jasa (Ye et al., 2010). Selanjutnya, persalinan oleh dukun di negara berkembang masih dominan, terutama di daerah perdesaan. Di Uganda, dukun dipilih sebagai penolong persalinan pertama karena alasan biaya, keyakinan yang sama, toleransi terhadap waktu selama perawatan setelah persalinan (Tuguminize, 2006, Barageine et al., 2014).

4 Di negara maju, 98% dari wanita hamil menerima perawatan prenatal dan kelahiran di bawah pengawasan petugas kesehatan terampil dan sejumlah besar wanita hamil di Afrika dan Asia tidak menerima perawatan prenatal yang memadai serta masih rendah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (Zanconato et al., 2006). Sedangkan di Indonesia, bidan diperlukan jika ada masalah pada kandungannya, wanita hamil lebih nyaman bersalin dengan dukun karena lebih banyak waktu, toleransi terhadap sistem pembayaran, murah, dan wanita hamil tidak memiliki keyakinan pada bidan baru karena muda dan belum berpengalaman. Menurut Serilaila (2010) faktor-faktor yang berkaitan dengan pemilihan dukun sebagai penolong persalinan pada Suku Banjar adalah faktor ekonomi, ketenteraman, serta hubungan sosial dukun pada masyarakat. Data Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013, ibu hamil sebanyak 64.389 dengan cakupan K1 62.138 (96,50%) dan cakupan K4 58.783 (91,23%) serta persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 97,88% (Departemen Kesehatan, 2013). Kabupaten Natuna merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau, dimana cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan belum mencapai standar nasional. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna menunjukkan tahun 2013 jumlah sasaran ibu hamil 1.719 jiwa, ibu bersalin 1.641 orang, cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan (ANC) tahun 2013 K1 yakni 81.50% dan K4 62.30%. Angka tersebut masih dibawah standar nasional, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 1.244 (75.82%) dan persalinan oleh tenaga non kesehatan 397 (24,18%), angka kematian ibu sebanyak 7 ibu serta angka kematian bayi sebanyak 15 bayi. Kasus kematian ibu dan bayi di Kabupaten Natuna banyak terjadi di rumah yang mana persalinan ditolong oleh dukun, dan penyebab kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dan partus lama. Dari 106 orang dukun yang ada di Kabupaten Natuna, hanya 71 orang yang terlatih dan bermitra. Dari dua belas kecamatan di Kabupaten Natuna, hanya dua kecamatan yang cakupan persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan memenuhi standar nasional yaitu Kecamatan Bunguran Timur dan Pulau Laut, sedangkan sebelas kecamatan lainnya masih dibawah standar nasional (Dinkes Kabupaten Natuna, 2013).

5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna tahun 2013 menyatakan bahwa persentase pemeriksaan kehamilan terus meningkat, namun persentase kelahiran yang ditolong oleh dukun masih cukup tinggi. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah penelitian yang dapat dikemukakan adalah Apakah terdapat hubungan antara kepatuhan antenatal dengan pemilihan penolong persalinan di Kabupaten Natuna? C. Tujuan 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan kepatuhan antenatal care (ANC) dengan pemilihan penolong persalinan di Kabupaten Natuna. 2. Tujuan khusus a. Diketahui jumlah ibu yang tidak patuh memeriksakan kehamilan (ANC). b. Diketahui penolong persalinan yang dipilih oleh ibu yang tidak patuh memeriksakan kehamilan. c. Diketahui hubungan kepatuhan pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan pemilihan penolong persalinan. d. Diketahui faktor luar terhadap hubungan kepatuhan antenatal care dengan pemilihan penolong persalinan (umur, pendidikan ibu, jarak kepelayanan kesehatan dan paritas). D. Manfaat 1. Manfaat praktis a. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Pengembangan program Kesejahteraan Ibu dan Anak, khususnya programprogram yang ada di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna, memberi gambaran dan masukan dalam merencanakan, menyusun dan mengevaluasi efektifitas dan efisiensi program kesehatan ibu dan anak.

6 b. Bagi peneliti Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan khususnya tentang antenatal care (ANC) dan persalinan. 2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam bidang ilmu kesehatan ibu dan anak khususnya tentang antenatal care dan persalinan. b. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan penelitian yang terkait dengan antenatal care. E. Keaslian Beberapa penelitian serupa pernah dilakukan antara lain: Tabel 1. Keaslian Asundep et al, (2013) Judul Persamaan Perbedaan Hasil Disain Determinan of access to antenatal care and a birth outcome in Kumasi, Ghana luar penelitian: Kumasi, Ghana Biaya, paritas dan jarak terbukti mempengaruhi kehadiran ANC yang dikaitkan dengan hasil kehamilan yang merugikan. Van Eijk et al. (2006) Use of antenatal services and delivery care among women in rural western Kenya: a community based survey Disain penelitan: Cross Sectional luar: Umur, jarak, paritas, tingkat pendidikan. penelitian: Kenya Faktor bermakna dikaitkan dengan melahirkan di luar fasilitas kesehatan dan pemilihan dukun adalah: usia 30 tahun, paritas 5, Sosial ekonomi rendah, pendidikan rendah, dan jarak. Asamoah et al. (2014) Magnitude and trends of inequalities in antenatal care and delivery under skilled care among different sociodemographic groups in Ghana from 1988 2008 independen Desain penelitian dependenden penelitian: Ghana Kesenjangan pendidikan antara desa dan kota berhubungan dengan ketidaksetaraan pemamfaatan antenatal care dan persalinan oleh tenaga kesehatan

7 Lanjutan Tabel 1 Judul Persamaan Perbedaan Hasil Yenita (2011) Faktor determinan pemilihan penolong persalinan diwilayah kerja Puskesmas Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Desain : Cross Sectional Dependen Ada hubungan aksesibilitas, faktor budaya, pengaruh suami dengan pemilihan tenaga penolong persalinan Theresia (2003) Hubungan kopetensi bidan dalam ANC dengan pemilihan penolong persalinan terikat Bebas dan desain penelitian Hasil peluang dukun dibanding bidan untuk dipilih sebagai penolong persalinan oleh ibu hamil yang ANC dengan bidan berkompetensi kurang dan biaya persalinan yang rendah adalah lebih besar.