BAB I PENDAHULUAN. 2000), hlm Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan, 2008), hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Iman kepada Rasul adalah salah satu rukun iman yang ke empat. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan permasalahan peserta didik pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Shop Pembelajaran Guru bagi Guru SMAN Banjarangkan, 2007), hlm. 3

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan guna menghadapi tantangan dunia pada era globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai SD/MI hingga SMA/MA. IPS mengkaji tentang. materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbenah di segala bidang. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Media Wacana Press, Yogayakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan bentuk-bentuk tingkah laku yang akan dimiliki peserta didik

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

PENINGKATAN PEMBELAJARAN EKONOMI KONSEP PRINSIP EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP N 2 TODANAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 36

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. Allah berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mujadilah ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. masalah akhlak merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB I PENDAHULUAN. bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

Oleh : AHMAD ROZIKIN NIM :

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. hlm Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran, (Bandung : P.T. Gesindo Persada, 2003),

BAB I PENDAHULUAN. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usana Offset Printing: Surabaya, 1981, hlm

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V. mengembangkan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah (ا : ا)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan masyarakat memasuki era global. Globalisasi ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk sumber daya

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan. dengan jalan mutawātir, dan yang membacanya dipandang beribadah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

siswa adalah selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa itu sendiri. Mata pelajaran PKn sering dianggap sebagai sebuah mata pelajaran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada peserta didik dari jenjang pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan Akidah Akhlak merupakan ilmu agama yang membahas keimanan dan akhlak mulia yang harus ditanamkan kepada peserta didik dan seluruh umat Islam, mengkaji pokok-pokok keimanan dan etika Islam mencakup segi-segi amaliyah perbuatan manusia. Pada dasarnya tujuan pembelajaran Akidah Akhlak pada tingkat pendidikan dasar ialah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar tentang nilai-nilai keimanan dan nilai-nilai akhlak mulia kepada peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan/kompetensi menjalankan ajaran Islam dan sebagai bekal melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 1 Salah satu upaya meningkatkan keberhasilan belajar Akidah Akhlak adalah dengan mengupayakan pembelajaran berkualitas. Indikator keberhasilan pembelajaran berkualitas ditunjukkan dengan adanya perubahan pada aktivitas pembelajaran, pemilihan metode dan media pembelajaran, penentuan pola dan strategi penilaian, dan pengelolaan kurikulum yang dapat meningkatkan kualitas proses dan kompetensi belajar Akidah Akhlak bagi peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah. Salah satu kompetensi yang dikembangkan pada pembelajaran Akidah Akhlak di kelas II semester genap pada Madrasah Ibtidaiyah adalah materi menghindari akhlak tercela. Menghindari akhlak tercela merupakan salah satu rangkaian akhlak mulia yang kedudukannya sangat penting dalam kegiatan sosial masyarakat dalam rangka menciptakan tatanan masyarakat yang aman dan 2000), hlm. 7 1 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media, 1

2 sejahtera. Pentingnya perbuatan menghindari akhlak tercela ini menempatkannya sebagai bagian dari kemampuan peserta didik membentuk pribadi utama sesuai dengan nilai-nilai akhlak Islam. Umat Islam terutama peserta didik perlu dibekali pengetahuan dan pemahaman secara rinci dan mendasar tentang kaidah, manfaat, dan tata cara menjauhi akhlak tercela dan menghindari akhlak tercela sedini mungkin sejak pendidikan dasar di madrasah ibtidaiyah. Kompetensi peserta didik terhadap materi menghindari akhlak tercela ini sangat penting kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pegangan hidup bagi peserta didik dalam aktivitas kehidupan yang benar sesuai ajaran Islam, atau ketika menemukan permasalah tertentu berkaitan dengan pergaulan hidup di masyarakat di era global, maka kemampuan peserta didik terhadap hal ihwal menghindari akhlak tercela dalam hal ini sangat berguna. Kemampuan menghindari dari akhlak tercela ini merupakan bentuk bagi setiap muslim dengan konsekuensi seluruh totalitas pengamalan anggota tubuh baik organ penglihatan, pendengaran, hati, dan anggota tubuh lainnya yang kelak dipertanggungjawabkan di akhirat. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al Isra`ayat 36 : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. Al Isra` : 36). 2 Mewujudkan tujuan pembelajaran Akidah Akhlak materi menghindari akhlak tercela tersebut seharusnya guru mampu menggiring peserta didik benarbenar merasakan manfaat ketika mempelajari materi tersebut. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sebelum materi pelajaran dimulai. Sehingga peserta didik benar-benar siap mempelajari materi tentang menghindari akhlak tercela karena peserta didik sudah mengetahui dengan mempelajari materi tersebut 2 Depag RI, Al Qurandan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 217.

3 akan mempunyai kemampuan khusus untuk memecahkan masalah terkait materi menghindari akhlak tercela yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya berkata lain bahwa materi menghindari akhlak tercela merupakan materi pelajaran yang paling istimewa. Keistimewaannya bukan pada hal yang positif, namun sebaliknya materi menghindari akhlak tercela dianggap sulit di antara materi pelajaran Akidah Akhlak yang lain. Sulit karena peserta didik hanya dijejali dengan pengertian, konsep, dan tata cara menghindari akhlak tercela yang memerlukan niat dan kesadaran khusus agar peserta didik bersungguh-sungguh untuk menghindari dan menjauhi akhlak tercela. Di samping itu juga diperparah dengan adanya kesan angker/killer pada guru. Guru yang mengajarkan sudah tidak bersahabat, tujuan pembelajaran tidak disampaikan, media yang digunakan juga monoton hanya buku pelajaran, papan tulis dan kapur tulis saja. Kesemuanya itu semakin menambah kesan buruk terhadap mata pelajaran Akidah Akhlak khususnya materi menghindari akhlak tercela. Pembelajaran yang dialami peserta didik juga sangat membosankan, apalagi pada materi menghindari akhlak tercela ini, peserta didik merasa sangat kebingungan. Pada materi pelajaran Akidah Akhlak yang lain seperti puasa atau sholat tidak begitu bermasalah karena materi ini sudah dialami dalam realitas nyata dan sudah diajarkan sejak kelas 1, namun ketika peserta didik menghadapi materi menghindari akhlak tercela, maka hal ini akan jadi masalah bagi peserta didik. Kasus ini baru sekelumit dari permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dalam mempelajari materi menghindari akhlak tercela. Di samping itu masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Hal ini menjadikan peserta didik merasa enggan untuk mempelajari materi tersebut. Sehingga bisa dipastikan peserta didik tidak aktif selama kegiatan belajar mengajar pada materi menghindari akhlak tercela. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa salah satu karakteristik mata pelajaran Akidah Akhlak adalah mempunyai objek yang bersifat nyata. Sifat nyata ini menyebabkan banyak peserta didikdi kelas II MI Islamiyah Krengseng mengalami kesulitan belajar Akidah Akhlak karena dituntut harus memiliki kompetensi motorik atau kemampuan mengerjakan dan mengamalkan materi

4 menghindari akhlak tercela tersebut. Sesuai dengan Buku Catatan Harian dari peneliti selaku guru kelas II bahwa hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Akidah Akhlak belum menggembirakan. Rendahnya hasil belajar Akidah Akhlak disebabkan oleh faktor peserta didik yaitu mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Selain itu, proses belajar Akidah Akhlak peserta didik belum bermakna, sehingga pengertian peserta didik tentang konsep sangat lemah, dan kebanyakan mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan keterampilan menghindari akhlak tercela ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya materi menghindari akhlak tercela bagi peserta didik adalah karena pembelajaran Akidah Akhlak materi menghindari akhlak tercela kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh peserta didik dan kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide mata pelajaran Akidah Akhlak matrei menghindari akhlak tercela. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata peserta didik dengan ide-ide materi pelajaran menghindari akhlak tercela dalam pembelajaran Akidah Akhlak di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna. Selain alasan di atas, pada kenyataannya sebagian besar peserta didik di kelas II MI Islamiyah Krengseng, pelajaran Akidah Akhlak dianggap pelajaran yang menakutkan karena peserta didik disuruh tampil di depan untuk praktik dan sulit untuk dipelajari, karena selama ini guru hanya bercerita tentang hal ikhwal perbuatan menghindari akhlak tercela yang realitasnya sulit dipahami. Meskipun diakui materi menghindari akhlak tercela sangat berguna bagi kehidupan manusia, namun banyak peserta didik belum bisa merasakan manfaatnya, kecuali dalam lingkup keimanan untuk melaksanakan kewajiban menghindari akhlak tercela di era globalisasi yang serba glamour dan banyaknya budaya-budaya asing yang dapat menggoyahkan akhlak peserta didik. Simpulan tersebut diperoleh berdasarkan pernyataan bapak Muslich, S.Pd.I, selaku kepala MI Islamiyah Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2014/2015, menurutnya sebagian peserta didik masih mengamalkan materi Akidah Akhlak dalam kehidupan sehari-hari hanya sebatas menjalankan kewajiban sebagi umat

5 Islam, sehingga mereka tidak dapat melihat apakah sesungguhnya makna pelajaran Akidah Akhlak tersebut bagi kehidupannya. 3 Realitas pembelajaran di kelas II MI Islamiyah Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2014/2015 ini tidak sesuai harapan tujuan belajar Akidah Akhlak, yakni agar peserta didik memiliki kompetensi tentang materi menghindari akhlak tercela. Banyak peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajarnya. Ulangan harian dan ulangan umum menunjukkan masih banyak peserta didik yang nilainya baru sebatas nilai minimal lulus (KKM), yaitu 75. Berdasarkan identifikasi guru mata pelajaran Akidah Akhlak, hal ini berkaitan dengan rendahnya keaktifan peserta didik saat pembelajaran Akidah Akhlak berlangsung. Mengingat permasalahan di atas, guru perlu mencari solusi yang tepat agar tujuan pembelajaran Akidah Akhlak materi menghindari akhlak tercela dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Berdasarkan studi literatur dari buku modul Meningkatkan Kompetensi Belajar Peserta Didik di Madrasah Ibtidaiyah dari Kementerian Agama Republik Indonesia, peneliti akan menerapkan metode drill and practice dalam pembelajaran. Metode ini dipilih karena menurut modul tersebut merupakan metode pembelajaran yang efektif diterapkan untuk meningkatkan kompetensi menghindari akhlak tercela dan memahami materi menghindari akhlak tercela yang baik. Metode drill and practice merupakan bagian dari pembelajaran langsung yang dikembangkan dengan tujuan agar memudahkan peserta didik mampu menghindari akhlak tercela, kaidah, faedah, dan tata cara pelaksanaannya dengan benar tanpa ada kesalahan. Menurut Martinis Yamin, ucapan dan kegiatan siswalah yang lebih penting dalam pembelajaran daripada ucapan dan perbuatan guru. Tugas utama guru Akidah Akhlak dalam menerapkan metode drill and practice ini adalah mendorong siswa menghafal, memahami, dan berbuat mengajak peserta didik terlibat sepenuhnya dalam aktivitas pembelajaran. 4 3 Wawancara dengan Bapak Muslich, S.Pd.I, di ruang kepala Madrasah tanggal 4 Pebruari 2013. 4 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2007), hlm. 118-119.

6 Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengajukan penelitian skripsi dengan judul Meningkatkan Keaktifan dan Kompetensi Belajar Fiqih Materi Menghindari akhlak tercela Melalui Metode Drill and Practice pada Siswa Kelas II MI Islamiyah Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2014/2015. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas beberapa masalah dapat diidentifikasi antara lain : 1. Kemampuan prestasi belajar Akidah Akhlak siswa kelas II MI Islamiyah Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten BatangTahun Pelajaran 2014/2015 sangat rendah; 2. Rendahnya kompetensi peserta didik dalam menghafalkan dan memahami kaidah, hikmah, dan tatta cara pelaksanaan menghindari akhlak tercela; 3. Kesadaran peserta didik terhadap pentingnya mata pelajaraan Akidah Akhlak perlu ditingkatkan; 4. Banyaknya faktor-faktor internal dan eksternal pada diri peserta didik yang menghambat kompetensi mata pelajaran Akidah Akhlak; 5. Guru belum terbiasa menggunakan metode pembelajaran inovatif; 6. Guru juga jarang menggunakan media pembelajaran, yang sering adalah hanya media buku, kapur, dan papan tulis; 7. Desain pembelajaran kurang mengembangkan inovasi yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa; dan 8. Perlunya penerapan metode drill and practice pada proses pembelajaran Akidah Akhlak khususnya materi menghindari akhlak tercela di kelas II MI Islamiyah Krengseng untuk meningkatkan aktivitas dan kompetensi belajar peserta didik. C. Fokus Penelitian Skripsi ini penulis lebih memfokuskan pembahasan tentang penggunaan metode drill and practice dalam menyelesaikan persoalan tentang rendahnya aktivitas dan kompetensi belajar Akidah Akhlak materi menghindari akhlak tercela pada peserta didik kelas II MI Islamiyah Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2014/2015.

7 Penggunaan atau penerapan metode drill and practice merupakan hal yang baru dan pertama kali bagi peserta didik kelas II MI Islamiyah Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang, sehingga penulis tertantang untuk meneliti keaktifan dan kompetensi belajar peserta didik menggunakan metode drill and practice tersebut dalam pembelajaran Akidah Akhlak materi menghindari akhlak tercela. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pokok pada penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut : 1. Apakah penggunaan metode drill and practice dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik pada proses pembelajaran Akidah Akhlak materi menghindari akhlak tercela di kelas II MI Islamiyah Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Apakah penggunaan metode drill and practice dapat meningkatkan kompetensi belajar peserta didik dalam pembelajaran Akidah Akhlak materi menghindari akhlak tercela di kelas II MI Islamiyah Krengseng Kecamatan Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan hasil pemikiran dan permasalahan di atas, peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik melalui penggunaan metode drill and practice dalam pembelajaran Akidah Akhlak materi menghindari akhlak terceladi di kelas II MI Islamiyah Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Dapat meningkatkan kompetensi belajar peserta didik melalui penggunaan metode drill and practice dalam pembelajaran Akidah Akhlak materi menghindari akhlak tercela di kelas II MI Islamiyah Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2014/2015.

8 F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara Teoritis a. Sebagai bahan masukan bagi pendidik, dan pemerhati pendidikan untuk dijadikan bahan analisis dalam rangka memberdayakan peningkatan kualitas pembelajaran Akidah Akhlak melalui penerapan metode drill and practice. b. Mampu menambah keilmuan tentang penerapan metode pembelajaran yang efektif dan inovatif dalam penelitian tindakan kelas di madrasah, khususnya strategi dan peranann guru dalam meningkatkan kompetensi belajar peserta didik dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak melalui metode drill and practice. 2. Secara Praktis a. Manfaat bagi peserta didik 1) Terciptanya pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik dapat menangkap materi yang dipelajari dengan mudah. 2) Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar Akidah Akhlak materi menghindari akhlak tercela. 3) Mendapatkan pemahaman konsep yang benar tentang materi menghindari akhlak tercela. 4) Meningkatkan kompetensi belajar peserta didik dalam pembelajarn Akidah Akhlak materi menghindari akhlak tercela melalui penggunaan metode drill and practice. b. Manfaat bagi guru 1) Meningkatkan kreativitas guru Akidah Akhlak dalam penggunaan metode drill and practice sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan kompetensi belajar peserta didik. 2) Sebagai tolak ukur dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas dan motivasi meningkatkan keterampilan memahami metode atau

9 strategi pembelajaran yang bervariasi dan bermakna sesuai dengan tuntutan profesionalisme guru. c. Manfaat bagi lembaga/madrasah 1) Memberi masukan dalam menggunakan metode drill and practice sebagai inovasi dalam pembelajaran Akidah Akhlak. 2) Memberikan sumbangan yang baik pada madrasah itu sendiri dalam rangka perbaikan proses pembelajaran pada khususnya dan madrasah lain pada umumnya. d. Manfaat bagi peneliti 1) Peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung bagaimana memilih strategi pembelajaran menggunakan metode drill and practice pada mata pelajaran Akidah Akhlak SD/MI, sekaligus sebagai contoh yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan kelak di lapangan. 2) Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di madrasah. 3) Peneliti sebagai guru Pendidikan Agama Islam dapat menanamkan konsep tentang menghindari akhlak tercela dengan benar.