BAB II KAJIAN PUSTAKA. kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Anak anak yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

WARUNG MATEMATIKA SEBAGAI PENGEMBANGAN KECERDASAN MATEMATIS-LOGIS ANAK BAGI GURU TAMAN KANAK-KANAK (TK)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA DI KELAS V SD NEGERI LAMREUNG ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama secara efektif. Sumber daya manusia yang memiliki

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kualitas pendidikan atau hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

APLIKASI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PENDIDIKAN

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB I PENDAHULUAN. setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hal

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

I Made Bawa Mulana (Guru Matematika SMA Negeri 4 Singaraja)

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

Bingkai-Bingkai Akal Budi Felix Lengkong

BAB II KAJIAN PUSTAKA. logis. Sedangkan penalaran yaitu cara menggunakan nalar atau proses mental

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3. merupakan kebutuhan yang mutlak yang harus dikembangkan dan dikelola

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, salah satunya adalah kemampuan dalam bidang matematika.

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

ARTIKEL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Anak Usia Dini SRI SUMARMI A53B090201

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

(universal) sehingga dapat dipahami oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialammi oleh siswa tersebut. Menurut Logan, dkk belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan 14. Belajar pada manusia juga dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas 15. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah atau di lingkungan masyarakat. Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah 14 Sia Tjundjing, Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU, Jurnal Anima Vol.17 no.1, 2001. 15 Winkel, WS, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1997), h.193

12 mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu 16. Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya 17. Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach 18 : Belajar yang sebaik-baknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancainderanya tidak terbatas hanya indera penglihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain. Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas, antara lain 19 : a. Perubahan Intensional Perubahan dalam proses belajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa 16 Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h.105 17 Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997, h.34 18 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h.231 19 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.116

13 menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, dan keterampilan. b. Perubahan Positif dan Aktif Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan mereka karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan. c. Perubahan Efektif dan Fungsional Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi. Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Pembelajaran Matematika Istilah pembelajaran berkaitan dengan istilah belajar. Fontana menyatakan bahwa pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan

14 yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman 20. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah telah diatur dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dapat ditemukan dalam dokumen KTSP bahwa pembelajaran memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan katerkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 20 Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h.8

15 Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, dalam penelitian ini peneliti mendifinisikan pembelajaran sebagai upaya terencana dan terarah untuk mengkondisikan siswa agar dapat mengalami proses belajar matematika secara optimal. 3. Prestasi Belajar Matematika Penilaian terhadap prestasi belajar siswa bertujuan untuk mengetahui suatu pencapaian tingkat keberhasilan dari usaha yang dilakukan. Jika dikaitkan dengan konsep belajar, maka penngertian prestasi akan mengarah pada satu tujuan belajar. Seluruh aktivitas manusia pasti memiliki tujuan tertentu. Pengukuran dan penilaian sebagai parameter keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut senantiasa dilakukan dalam proses belajar mengajar untuk mengetahui hasil atau prestasi belajar siswa. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, akan diketahui pula kedudukan siswa di dalam kelas. Prestasi belajar ini biasanya dinyatakan dengan bentuk angka, huruf, atau simbol dalam buku raport. Prestasi belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Sebelum prestasi belajar didefinisikan, maka arti dari masing-masing kata harus diketahui terlebih dahulu agar mudah dipahami. Dalam bahasa Inggris, prestasi biasanya disebut achievement yang berasal dari kata achieve yang berarti meraih, sedangkan achievement

16 diartikan hasil atau prestasi 21. Dalam kamus bahasa Indonesia, prestasi artinya hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan) 22. Menurut Mas ud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja 23. Menurut Nasrun Harahap, prestasi adalah penilaian guru tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penugasan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilainilai yang terdapat dalam kurikulum 24. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan prestasi belajar matematika adalah pemahaman atau kemampuan akademik yang dapat dicapai oleh siswa terhadap materi yang diajarkan. Baik berupa pengetahuan, pemahaman konsep, maupun keterampilan menyelesaikan soal, dan kemampuan menerapkan materi dalam memecahan masalah sehari-hari. Prestasi belajar dapat diketahui melalui tes prestasi belajar. Dari tes ini akan didapatkan skor hasil tes yang menggambarkan sejauh mana siswa memahami konsep yang mereka terima sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 21 Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Modern English Press, 1986), h.18 22 Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h.787 23 Mas ud Hasan Abdul Qohar, Kamus Ilmu Populer, (Jakarta: Bintang Pelajar, 1983), h.56 24 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h.20-21

17 4. Teori Intelegensi Ganda Teori intelegensi ganda ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli Psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika serikat. Ia mulai menuliskan gagasannya tentang intelegensi ganda dalam bukunya Frames of Mind pada tahun 1983 25. Gardner mendifinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata 26. Dalam pengertian di atas bahwa inteligensi bukan hanya kemampuan seseorang untuk menjawab suatu tes IQ dalam kamar tertutup yang lepas dari lingkungannya. Inteligensi memuat kemampuan untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Tekanan pada persoalan nyata ini sangat penting bagi Gardner karena seseorang baru sungguh berinteligensi tinggi bila dia dapat memecahkan persoalan dalam hidup nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin tinggi inteligensinya bila ia dapat memecahkan persoalan dalam hidup nyata dan situasi yang bermacam-macam, situasi hidup yang sungguh kompleks. Maka, untuk mengerti inteligensi seseorang yang menonjol nyata 25 Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah Cara Menerapkan Teori Multiple Intellegences Howard Gardner, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), h.17 26 Ibid, h.17

18 perlu dilihat bagaimana orang itu menghadapi persoalan nyata dalam hidup, bukan hanya dengan tes di atas meja. Pada awal penelitiannya Gardner mengumpulkan banyak sekali kemampuan manusia yang kiranya dapat dimasukkan dalam pengertiannya tentang inteligensi. Setelah semua kemampuan itu dianalisis secara teliti, akhirnya dia menerima adanya tujuh inteligensi yang dimiliki manusia. Pada bukunya Intelligence Reframed, ia menambahkan adanya dua inteligensi baru, yaitu inteligensi lingkungan atau naturalis (naturalis intelligence) dan inteligensi eksistensial (existential intelligence). Maka, saat ini ada sembilan inteligensi yang diterima, yaitu: 1) Inteligensi linguistik (kemampuan verbal) 2) Inteligensi matematis-logis (kemampuan numerik) 3) Inteligensi spasial-visual (kemampuan berimajinasi dengan ruang dan warna) 4) Inteligensi musikal (kemampuan bermusik, menyanyi, memainkan instrumen) 5) Inteligensi kinestetik-badani (kemampuan berolahraga, menari, senam) 6) Inteligensi intrapersonal (kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi) 7) Inteligensi interpersonal (kemampuan mengenal dan memahami diri sendiri)

19 8) Inteligensi lingkungan (kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik) 9) Inteligensi eksistensial (kemampuan untuk menjawab persoalanpersoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia) Berikut akan dijelaskan mengenai inteligensi linguistik (kemampuan verbal) dan inteligensi matematis-logis (kemampuan numerik). a. Kemampuan Verbal Gardner menjelaskan inteligensi linguistik (kemampuan verbal) sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti yang dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, maupun orator. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Orang yang berkemampuan verbal tinggi akan berbahasa lancar, baik, dan lengkap. Ia mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa. Orang tersebut dengan mudah mengerti urutan dan arti kata-kata dalam belajar berbahasa. Mereka mudah untuk menjelaskan, mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Mereka lancar dalam berdebat. Dalam mempelajari dan membaca teks sastra, dengan mudah akan mengingat dan bahkan menghafalkan puisi yang begitu panjang. Analisis linguistiknya kuat. Dalam mengungkapkan suatu fakta yang sama, orang ini akan lancar dan menceritakan dengan

20 perbendaharaan kata yang bervariasi sehingga tidak menjemukan. Dalam menulis dan berbicara, kalimatnya sungguh hidup dan utuh serta bervariasi. Banyak dari mereka mudah dan senang bermain drama, menulis puisi, dan berpidato. Secara umum, mereka memang mampu untuk menguasai berbagai bahasa dengan baik. Dalam pengertian bahasa orang itu mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap makna kata-kata (semantik), aturan di antara kata-kata (sintaksis), pada suara ritme ungkapan kata (fonologi), dan terhadap perbedaan fungsi bahasa (pragmatik). Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Paus Yohanes Paulus II, Martin Luther King Jr, Winston Churcill, termasuk tokoh-tokoh yang menonjol dalam kemampuan verbal 27. Kegiatan atau usaha yang sangat cocok bagi orang yang mempunyai kemampuan verbal tinggi adalah sebagai penulis puisi, novel, cerita, berita, dan sejarah. Pekerjaan sebagai wartawan, jurnalis, editor, kritikus sastra, ahli sastra, cocok juga bagi inteligensi ini. Mereka juga baik menjadi pembicara, termasuk para pencerita di depan banyak orang, seperti orator, tukang kampanye, penjual jamu di depan umum. Mereka cocok menjadi penerjemah, pemandu tamu asing, dan bekerja di kantor berita, radio, dan televise. Sebagai pribadi mereka juga dapat menjadi 27 Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah Cara Menerapkan Teori Multiple Intellegences Howard Gardner, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), h.26-27

21 penikmat hasil karya tertulis atau lisan seperti membaca dan menjadi pendengar yang baik 28. Anak yang mempunyai kemampuan verbal meski masih di sekolah dasar sudah kelihatan mempunyai kemampuan berbahasa dengan baik. Bila diberi pekerjaan untuk membuat kalimat, kalimatnya sudah cukup baik. Ia senang mengekspresikan diri dengan bahasa, ia suka ikut lomba baca puisi. Biasanya nilai bahasanya lebih baik dibandngkan dengan teman lain yang kurang tinggi kemampuan verbalnya. Seorang guru yang cermat dengan melihat hasil karangan anak-anak dengan cepat akan mengerti bahwa anak tertentu mempunyai kemampuan berbahasa lebih dri yang lain. Orang yang kemampuan verbalnya tidak tinggi, tetap dapat belajar bahasa dan menggunakan bahasa tersebut. Namun, hasilnya akan kurang lancar seperti yang mempunyai kemampuan verbal tinggi 29. b. Kemampuan Numerik Anak-anak yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang sangat muda. Mereka mienikmati berhitung dan dengan cepat belajar menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Selain itu, anak-anak yang terampil dalam matematika 28 Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah Cara Menerapkan Teori Multiple Intellegences Howard Gardner, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), h.27 29 Ibid, h.28

22 cepat memahami konsep waktu, anak-anak yang cerdas secara matematis senang melihat pola dan informasi mereka dan dapat mengingat bilangan dalam pikiran mereka untuk jangka waktu yang lebih panjang. Dengan teori inteligensi ganda Howard Gardner, menekankan bahwa kesamaan dari semua individu yang berhasil adalah bagi mereka yang memiliki perpaduan yang kuat dari paling sedikit empat sampai lima dari sembilan inteligensi yang dijelaskan Dr. Howard Gardner. Inteligensi matematis-logis (kemampuan numerik) adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Inteligensi ini mencakup kemampuan untuk mengolah angka, matematika, dan juga hal-hal lain yang berhubungan dengan angka. Kemampuan numerik mempunyai ciri-ciri antara lian: 1) Menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala 2) Menikmati penggunaan bahasa komputer atau program logika 3) Suka menanyakan pertanyaan logis 4) Menjelaskan masalah secara logis 5) Merancang eksperimen untuk menguji hal-hal yang tidak dimengerti 6) Mudah memahami sebab akibat 7) Menikmati pelajaran matematika, IPA dan berprestasi tinggis

23 Menurut Gardner, kemampuan numerik adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis, programmer, dan logikus. Termasuk dalam inteligensi tersebut adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan. Orang yang mempunyai kemampuan numerik sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Dalam menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokkannya sehingga mudah dilihat mana yang pokok dan mana yang tidak, mana yang berkaitan anatar satu dan yang lain, serta mana yang merupakan persoalan lepas. Maka, dia tidak mudah bingung. Mereka juga dengan mudah membuat abstraksi dari suatu persoalan yang luas dan bermacam-macam sehingga dapat melihat inti persoalan yang dihadapi dengan jelas. Mereka suka dengan simbolisasi, termasuk simbolisasi matematis. Pemikiran orang berkemampuan numerik adalah induktif dan deduktif. Jalan pikirannya bernalar dan dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat. Bila menghadapi persoalan, ia akan lebih dahulu menganalisanya secara sistemtis, baru kemudian mengambil langkah untuk memecahkannya. Biasanya orang yang menonjol dalam inteligensi ini dapat menjadi organisator yang baik. Orang yang kuat dalam inteligensi matematis-logis secara menonjol dapat melakukan tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak, seperti

24 matematika dan filsafat. Kebanyakan para filsuf dan ahli matematika memang sangat kuat inteligensi matematis-logisnya. Orang yang berkemampuan numerik mudah belajar berhitung, kalkulus, dan bermain dengan angka. Bahkan, ia dengan senang menggeluti simbol angka dalam buku matematika daripada kalimat yang panjang-panjang. Pemkiran orang ini alamiah, berurutan. Silogismenya kuat sehingga mudah dimengerti dan mudah mempelajari persoalan yang analitis. Mereka juga cocok untuk menjelaskan kenyataan fisis seperti yang terjadi dengan sains. Dengan kekuatan pada pemikiran induktif, mereka dapat dengan mudah melihat dan mengumpulkan gejala-gejala fisis, kemudian merangkumkannya dalam suatu kesimpulan ilmiah. Maka, mereka dapat menemukan suatu hukum ataupun teori dari gejala-gejala fisis yang diteliti. Itulah yang dilakukan oleh para saintis. Mereka juga dapat dengan baik melakukan tugas sehari-hari yang berkaitan dengan negoisasi seperti jual beli, berdagang, membuat strategi memecahkan persoalan, menurut harta benda, merencanakan suatu proyek, dan sebagainya. Tokoh-tokoh yang menonjol dalam inteligensi matematis misalnya Einstein, John dewey, Bertrand Russell, Stephen Hawking, Habibie. Anak yang mempunyai kemampuan numerik menonjol biasanya mempunyai nilai matematika yang baik, jalan pikirannya bila bicara dan memecahkan persoalan logis. Pikirannya rasional. Ia mudah belajar

25 matematika dan sains. Anak ini biasanya suka belajar dengan skema, bagan, dan tidak begitu suka bacaan yang panjang kalimatnya. Ia dengan mudah mengerti isi buku bila ada skema dan bagan di dalamnya. Dengan melihat pekerjaan siswa dalam hal matematika atau sains, seorang guru dengan cepaat dapat mengetahui siswa mana yang mempunyai kemampuan numerik lebih menonjol dibandingkan yang lain. Kekurangan inteligensi matematis-logis mengakibatkan sejumlah besar problem individu dan budaya. Tanpa kepekaan terhadap bilangan seseoraang kemungkinan besar tertipu oleh harapan-harapan tidak realistis akan memenangkan sebuah undian atau membuat keputusan keuangan yang keliru, dia juga cenderung gagal dalam berbagai tugas yang memerlukan matematika praktis. 30 B. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, 1. H o = adanya pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Zainuddin Waru. H 1 = tidak adanya pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Zainuddin Waru. 30 Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah Cara Menerapkan Teori Multiple Intellegences Howard Gardner, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), h.26-27, h.30

26 2. H o = adanya pengaruh kemampuan numerik terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Zainuddin Waru. H 1 = tidak adanya pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Zainuddin Waru. 3. H o = adanya pengaruh kemampuan verbal dan kemampuan numerik terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Zainuddin Waru. H 1 = tidak adanya pengaruh kemampuan verbal dan kemampuan numerik terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Zainuddin Waru.