d. Hasil Uji Heteroskedastisitas b. Hasil Uji Koefisien Determinasi BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gencarnya Pengembangan dan Pembangunan di Indonesia dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan negara diatur dengan undang undang. Hal ini. tarif pajak yang tertuang pada Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 17

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara. Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN PAJAK DENGAN INDIKATOR TARIF PAJAK EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system,

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. negeri tertarik untuk mendirikan perusahaan guna memanfaatkan sumber daya yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teoriteori

BAB I PENDAHULUAN. laba dan komponennya. Laba dapat menggambarkan kinerja perusahaan selama

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. meneliti mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak. dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepemilikan asing terhadap aggressive tax avoidance pada perusahan sektor. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

Oleh Septi Imelia Pembimbing : Zirman dan Rusli. Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah

Iqbal Nul Hakim Darmadi, Zulaikha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan terpenting bagi negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I dilakukannya, yaitu yang berupa dividen dan capital gain.

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan cara bagaimana harus kembali pada kondisi yang baik. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri yaitu berupa pajak (Waluyo, 2013:2). pembayar/pemotong/pemungut pajak (Siti Resmi, 2016:1).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Zimmerman (1986). Teori ini berupaya untuk menjelaskan mengapa kebijakan

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jensen dan Meckling (1976) Jensen dan Meckling (1976) Weston dan Brigham (2001:21) Jensen dan Meckling (1976)

Abstrak. Kata kunci: penghindaran pajak, corporate governance, koneksi politik, leverage, dan return on asset

BAB I PENDAHULUAN. program-program pembangunan yang dapat dinikmati rakyat. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Nurlaila

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dasar 1945 Amandemen III yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, arus kas bebas, dan investment

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi. Oleh: Vicky Amelia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun (Dalam Miliar Rupiah) Sumber Penerimaan 2013 % 2014 % 2015 %

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. punggung pembiayaan nasional. Pajak merupakan pengalihan sumber dana dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya alam yang berlimpah, sehingga banyak

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

Transkripsi:

c. Hasil Uji Autokorelasi d. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran 5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda a. Hasil Uji F (Uji Simultan) b. Hasil Uji Koefisien Determinasi c. Hasil Uji t (Uji Parsial) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber utama dalam penerimaan negara. Penerimaan pajak, yang meliputi pemasukan pajak serta bea dan cukai, juga termasuk tulang punggung anggaran negara. Penerimaan pajak ditargetkan sebesar Rp1.546,7 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016, lebih tinggi 16,32% dari target tahun 2015. Dengan demikian Pemerintah melalui Kementrian Keuangan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai target tersebut. Target tersebut membuat kecemasan bagi wajib pajak, karena mereka pasti berfikir untuk bisa membayar pajak sekecil mungkin bukan sebesar mungkin.

Pajak menurut (Brotodiharjo, 1993) adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian harta kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Pengertian tersebut memungkinkan wajib pajak untuk melakukan usahausaha menghindari pajak. Hampir semua orang atau Badan Usaha berusaha untuk mengatur jumlah pajak yang harus dibayar. Perusahaan dapat melakukan perencanaan pajak yang tujuannya untuk menekan serendah mungkin kewajiban pajaknya. Perencanaan pajak perusahaan tersebut bertentangan dengan tujuan Pemerintah, yaitu meningkatkan APBN khususnya dari sektor pajak. Perusahaan dapat melakukan manajemen pajak yang tujuannya untuk 1 menekan serendah mungkin kewajiban pajaknya. Manajemen pajak harus dilakukan dengan baik agar tidak menjurus kepada pelanggaran norma perpajakan atau penghindaran pajak. Perusahaan juga harus dapat memanfaatkan celah-celah yang ada dalam peraturan perpajakan, tindakan ini sering juga disebut tindakan agresif dalam perpajakan. Hasil dari manajemen pajak adalah jumlah pajak yang riil yang dibayarkan oleh perusahaan yang tercantum pada laporan laba rugi perusahaan. Ada beberapa cara supaya suatu perusahaan dapat memaksimalkan manajemen pajaknya, memanfaatkan ukuran perusahaan dapat menjadi salah satu cara untuk mendapatkan insentif pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003), Richardson dan Lanis (2007), Darmadi (2013), dan Ardyansah (2014) menjelaskan bahwa perusahaan yang termasuk dalam perusahaan berskala

besar membayar pajak lebih rendah daripada perusahaan yang berskala kecil. Penelitian lain oleh Noor et. al. (2010) dan Chiou et. al. (2012) menyebutkan bahwa perusahan yang berskala besar membayar pajak lebih besar daripada perusahaan berskala kecil. Adanya political cost yang menyebabkan jumlah beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan besar menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya (Zimmerman, dalam Noor et al., 2010). Selain dengan memanfaatkan ukuran perusahaan, perusahaan juga dapat menekan tingkat profitabilitas yang digambarkan oleh Return On Assets (ROA) untuk memaksimalkan manajemen pajak perusahaan. Penelitian oleh Chiou et. al. (2012), Darmadi (2013) menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan dikenai pajak yang tinggi. Semakin besar penghasilan yang diterima oleh perusahaan akan menyebabkan semakin besar pajak penghasilan yang dikenakan kepada perusahaan. Penelitian lain oleh Derashid dan Zhang (2003), Noor et. al. (2010) dan Ardyansah (2014) menemukan bahwa besarnya profitabilitas perusahaan dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Penyebabnya adalah karena perusahaan dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan yang memiliki pendapatan tinggi cenderung menghadapi beban pajak yang rendah. Rendahnya beban pajak perusahaan dikarenakan perusahaan dengan pendapatan yang tinggi berhasil memanfaatkan keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang lain yang dapat menyebabkan tarif pajak efektif perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya. Intensitas kepemilikan aset tetap juga dapat mempengaruhi beban pajak perusahaan karena adanya beban depresiasi yang melekat pada aset tetap. Beban

depresiasi yang timbul atas kepemilikan aset tetap akan mempengaruhi pajak perusahaan, hal ini dikarenakan beban depresiasi akan bertindak sebagai pengurang pajak (Blocher et al., 2007). Penelitian dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003), Richardson dan Lanis (2007), Noor et al. (2010), Darmadi (2013) dan Ardyansah (2014) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi yang besar dalam aset tetap akan membayar pajaknya lebih rendah, karena perusahaan mendapatkan keuntungan dari depresiasi yang melekat pada aset tetap yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Penelitian lain di China oleh Chiou et. al. (2012) menyatakan bahwa intensitas aset tetap yang tinggi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingginya tarif pajak efektif. Besarnya intensitas persedian dapat menimbulkan biaya tambahan yang dapat mengurangi laba perusahaan. PSAK No 14 menjelaskan jumlah pemborosan (bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi), biaya penyimpanan, biaya administrasi dan umum, dan biaya penjualan dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya biaya. Biaya tambahan yang timbul akibat investasi perusahaan terhadap persediaan akan mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan. Penurunan pembayaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan disebabkan adanya hubungan linear antara laba perusahaan dengan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. Penelitian tentang intensitas persediaan yang dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003), Richardson dan Lanis (2007), Noor et al. (2010), Chiou et al. (2012) dan Darmadi (2013) menemukan bahwa besarnya intensitas persediaan berakibat pada bertambahnya pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Bertambahnya jumlah pajak yang dibayar oleh

perusahaan dikarenakan tidak adanya faktor pengurang pajak dalam kepemilikan persediaan. Adanya perbedaan antara teori dan penelitian yang telah dilakukan, perlu dikaji lebih dalam pengaruh intensitas persediaan terhadap tarif pajak efektif dalam perusahaan tersebut. Hutang dapat menyebabkan penurunan pajak, penurunan tersebut dikarenakan adanya biaya bunga yang timbul dari hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Biaya bunga yang timbut tersebut dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan. Adanya bunga hutang, perusahaan akan lebih memilih menggunakan hutang dalam pembiayaan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003), Richardson dan Lanis (2007), Noor et. al. (2010), Chiou et. al. (2012), dan Darmadi (2013) menunjukkan bahwa hutang perusahaan dapat mengurangi beban pajak yang dibayarkan dengan memanfaatkan bunga hutang sebagai pengurang pajak. Penelitian lain oleh Ardyansah (2014) menyatakan bahwa peningkatan hutang diikuti oleh peningkatan biaya pajak. Perusahaan menggunakan hutang yang diperoleh untuk keperluan investasi sehingga menghasilkan pendapatan diluar usaha perusahaan. Hal ini membuat laba yang diperoleh perusahaan naik dan mempengaruhi kenaikan beban pajak yang ditanggung perusahaan. Pemerintah dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 memberikan fasilitas perpajakan kepada perseroan terbuka berupa pengurangan tarif sebesar 5%. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (2b) dan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2007 pasal 2 menjelaskan syarat untuk mendapatkan fasilitas pengurangan tarif pajak adalah:

1) Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dapat memperoleh penurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5% (limapersen) lebih rendah dari tarif tertinggi Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang. 2) Penurunan Tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka apabila jumlah kepemilikan saham publiknya 40% (empat puluh persen) atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) Pihak. 3) Masing-masing Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya boleh memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang disetor. 4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus dipenuhi oleh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dalam waktu paling singkat 6 (enam) bulan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun pajak. Perusahaan yang mendapatkan fasilitas pajak maka tarif pajak efektif pasti rendah. Perusahaan yang dikenakan tarif pajak yang rendah akan berusaha mentaati peraturan pajak agar tidak dikenai sanksi terkait dengan pelanggaran yang dapat merugikan perusahaan. Adanya peraturan tentang fasilitas pengurangan tarif pajak akan menimbulkan adanya perbedaan dalam pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2013) menjelaskan bahwa

perusahaan yang mendapatkan fasilitas perpajakan akan mengakibatkan memburuknya manajemen pajak perusahaan. Indikator memburuknya manajemen pajak suatu perusahaan adalah meingkatnya tarif pajak efektif perusahaan Berdasarkan UU Nomor 40 tahun 2007, komisaris independen diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan atau anggota Dewan Komisaris lainnya. Fungsi Komisaris independen ialah melakukan, mengarahkan dan mengawasi agar tidak terjadi asimetri informasi yang sering terjadi antara pemilik perusahaan (prinsipal) dan manajemen perusahaan (agen). Komisaris independen menjadi penengah antara manajemen perusahaan dan pemilik perusahaan dalam mengambil kebijakan agar tidak melanggar hukum, termasuk penentuan strategi yang terkait dengan pajak. Persyaratan mengenai komisaris independen yang harus ada dalam jajaran dewan komisaris menunjukan bahwa peran dari komisaris independen sangat penting bagi perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah (2014) menyatakan bahwa perusahaan dengan proporsi komisaris independen yang lebih banyak akan melaporkan beban pajak yang lebih tinggi. Pernyataan tersebut sesuai fungsi komisaris independen sebagai penengah antara manajemen perusahaan dan pemilik perusahaan dalam mengambil kebijakan agar tidak melanggar hukum. Adanya perbedaan hasil penelitian dan data yang terus mengalami pembaharuan, maka diperlukan penelitian untuk mengatasi permasalahan ini. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu oleh Darmadi (2013) dengan perbedaan penambahan variabel independen. Berbeda dengan

penelitian Darmadi (2013) yang menggunakan 6 variabel independen yaitu ukuran perusahaan, tingkat hutang, profitabilitas, intensitas persediaan, intensitas aset tetap, dan fasilitas perpajakan, penelitian ini menambah 1 variabel independen yaitu komisaris independen dari penelitian Ardyansah (2014). Penambahan variabel komisaris independen ini dikarenakan dalam penelitian Ardyansah (2014) variabel ini berpengaruh positif signifikan terhadap Tarif Pajak Efektif. Tahun pengamatan yang digunakan pada penelitian Darmadi (2013) yaitu tahun 2011 2012, sedangkan penelitian ini mengambil data dari tahun 2014 2015. 1.2 Perumusan Masalah Tingginya target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari sektor Pajak yang ditetapkan oleh pemerintah, mendorong perusahaan untuk melakukan manajemen pajak. Banyaknya perusahaan yang ingin menekan kewajiban perpajakannya menyebabkan adanya perbedaan antara perhitungan beban pajak yang ditetapkan dengan tarif pada undang-undang dan yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan. Beberapa faktor yang dapat dimaksimalkan oleh perusahaan untuk kegiatan manajemen pajaknya antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, tingkat hutang perusahaan, intensitas kepemilikan aset tetap, intensitas kepemilikan persediaan, fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah dan komisaris independen. Faktor-fakktor tersebut dapat digunakan untuk memaksimalkan kinerja manajemen pajak perusahaan, maka rumusan masalah yang diungkap dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif?

2. Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif? 3. Apakah intensitas aset tetap berpengaruh terhadap tarif pajak efektif? 4. Apakah intensitas persediaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif? 5. Apakah tingkat hutang perusahaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif? 6. Apakah fasilitas perpajakan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif? 7. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap tarif pajak efektif? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji secara empiris: 1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap tarif pajak efektif. 2. Pengaruh profitabilitas terhadap tarif pajak efektif. 3. Pengaruh intensitas kepemilikan aset tetap terhadap tarif pajak efektif. 4. Pengaruh intensitas kepemilikan persediaan terhadap tarif pajak efektif. 5. Pengaruh tingkat hutang perusahaan terhadap tarif pajak efektif. 6. Pengaruh fasilitas perpajakan terhadap tarif pajak efekif. 7. Pengaruh komisaris independen terhadap tarif pajak efektif. 1.4 Manfaat Penelitian Adanya penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi literatur dan dapat membantu bagi penelitian yang berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi tarif pajak efektif, 2. Bagi Perusahaan Manufaktur, agar dapat lebih berhati-hati dalam melakukan manajemen pajak agar tidak digolongkan dalam penyelundupan pajak, 3. Bagi Regulator, agar dapat lebih memperhatikan hal-hal yang bisa digunakan oleh perusahaan dalam rangka manajemen pajak yang dapat mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling dalam Masri dan Martani (2012) menjelaskan teori agensi adalah kontrak antara satu atau beberapa principal yang mendelegasikan wewenang kepada orang lain (agent) untuk mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan. Dalam pelaksanaan kontrak akan timbul biaya agensi (agency cost), yaitu biaya yang timbul agar manajer bertindak selaras dengan tujuan pemilik, seperti pembuatan kontrak ataupun melakukan pengawasan (Masri dan Martani, 2012). Timbulnya manajemen pajak sangat dipengaruhi oleh agency problem. Masri dan Martani (2012) menjelaskan masalah agensi yang muncul dengan adanya manajemen pajak adalah karena adanya perbedaan kepentingan