MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

dokumen-dokumen yang mirip
Asisten : Astari Rantiza/ Tanggal Praktikum : 24 Februari 2015

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

MODUL 2 TELEMETRI. Asisten: (Zamzam Multazam/ ) (M Rifqi/ ) Tanggal Praktikum: ( ) Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

FAQ tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

REAKSI INTI. HAMDANI, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras.

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

MAKALAH FISIKA DAN KIMIA DASAR 2B DAMPAK MASALAH LINGKUNGAN LEDAKAN REAKTOR NUKLIR FUKUSHIMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

Reactor Safety System and Safety Classification BAB I PENDAHULUAN

Asisten: (Ghina Kamila/ ) Tanggal Praktikum: ( )

Hasbullah, M.T. Electrical Engineering Dept., Energy Conversion System FPTK UPI 2009

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

2014, No MANAJEMEN TERAS. Langkah-langkah Manajemen Teras terdiri atas:

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

PENENTUAN PREDIKSI WAKTU EKSPERIMEN PERPINDAHAN KALOR PENDIDIHAN MENGGUNAKAN BUNDEL UJI QUEEN-1

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

ANALISIS TRANSIEN AKIBAT KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PADA TERAS SILISIDA RSG-GAS MENGGUNAKAN KODE EUREKA-2/RR

Generation Of Electricity

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

Definisi PLTN. Komponen PLTN

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

DINAMIKA PROSES TANGKI [DPT]

TENIK PENGUKURAN TINGKAT DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE CANDU

KARAKTERISTIK PRODUK FISI SAAT TERJADI KECELAKAAN PARAH DAN EVALUASI SOURCE TERM

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF

FISIKA TERMAL Bagian I

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

Transkripsi:

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN Muhammad Ilham, Annisa Khair, Mohamad Yusup, Praba Fitra Perdana, Nata Adriya, Rizki Budiman 121178, 12115, 121177, 121118, 12116, 12114 Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia Email: muhammad_ilham@students.itb.ac.id Asisten: (CH. A. Andre Mailoa /12126) Tanggal Praktikum: 6-3-214) Abstrak Teknologi Nuklir sebagai sumber pembangkit tenaga listrik mengalami banyak perkembangan. Karenanya diperlukan suatu prosedur keselamtan agar prosesnya aman dan tidak merugikan. Reaksi fisi merupakan proses fisis dari inti atom yang sebagai sumber energy ini. Banyak unsur yang terbentuk dari reaksi fisi Uranium, salah satunya Xenon. Keberadaan Xenon inilah yang dapat menyebabkan adanya efek Xenon sehingga daya pada reaktor berubah jika jumlahnya berlebih. Dalam praktikum ini akan dilakukan simulasi sederhana menggunakan Microsoft Excel untuk mengamati proses terjadinya Efek xenon secara perhitungan teoritik. Melalui simulasi didapatkan bahwa kecelakaan akibat Efek xenon dapat dihindari dengan adanya penambahan reaktivitas eksternal dari luar reaktor. Kata Kunci: Daya reaktor, Temperatur, Xenon, Iodin, Fluks, ULOF, UTOP I. Pendahuluan 1.1 Tujuan Melakukan simulasi sederhana terhadap kecelakaan pada reaktor nuklir dengan menentukan parameter pada efek osilasi Xenon menggunakan Ms. Excel sehingga dapat dianalisis dan memahami kecelakaan reaktor akibat efek Xenon. 1.2 Teori Dasar Secara umum penyebab kecelakaan reaktor nuklir dapat diidentifikasi karena, reaktivitas positif sehingga reaktor mengalami kenaikan dya secara cepat (kasus Chernobyl), kegagalan system thermal hidrolik utama saat PLTN beroperasi (kasus TMI II), problem pembuangan panas sisa (kasus Fukushima). Reaksi fisi merupakan reaksi pembelahan inti atom berat (dalam simulasi ini digunakan U-235) akibat penembakan neutron sehingga menghasilkan inti atom ringan, dan partikel lain (neutron, foton) yang memicu terjadinya reaksi berikutnya (berantai). Reaksi fisi ini menghasilkan daya keluaran yang sangat besar sehingga dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik melalui reaktor nuklir pada PLTN. Gambar 1. Skema reaksi fisi pada U-235 Dari skema diatas, kita dapat melihat produk fisi akan meluruh menjadi Te-135 dan Xe-135 secara langsung, namun Te-135 akan meluruh menjadi I-135 kemudian menjadi Xe- 135. Hal ini mengakibatkan penumpukan jumlah Xe-135 yang sangat kuat menyerap neutron sehingga terjadi perubahan daya reaktor secara drastic (efek Xenon). Jumlah Xenon dalam reaktor nuklir, dimana secara analitik dapat dituliskan sebagai berikut : 1) laju perubahan jumlah I-135 2) laju perubahan jumlah Xe-135

3) reaktivitas negative akibat Xe-135 4) rapat daya rata-rata Dengan rumus : III. Data dan Pengolahan Jumlah populasi Xenon dan Iodin Dengan menggunakan persamaan (1), (2) dapat diperoleh grafik populasi Xenon dan Iodin terhadap waktu : t Vs Xe 5 1 15 Gambar 2. Populasi Xenon dalam keadaan normal 1E+16 t Vs I II. Metode Percobaan dan Hipotesa 2.1 Metode Percobaan Pada praktikum ini dimodelkan jumlah Xenon, Iodin, nilai p dan P axe menggunakan persamaan (1), (2), (3), dan (4) dalam selang waktu 2 jam selang,1 jam (grafik kondisi stabil). Lalu dilakukan perubahan fluks untuk %,5%,25%,dan 5% pada jam ke 1 sampai 2. Plot grafik tersebut terhadap waktu dan dibandingkan terhadap grafik saat kondisi stabil. diambil nilai P axe untuk mendapat nilai reaktivitas eksternal. Simulasi kedua digunakan untuk mencari daya reaktor dan temperature reaktor, kemudian diplot terhadap waktu dengan selang waktu. 2.2 Hipotesa Adnya perubahan nilai fluks, maka populasi Xenon akan mengalami perubahan. Hal ini akan menyebabkan daya yang dihasilkan pun berubah. 5 1 15 Gambar 3. Populasi Iodin dalam keadaan normal t Vs Xe 5 1 15 2 25 Gambar 4. Populasi Xenon terhadap waktu dengan perubahan fluks % 1 2 3

Gambar 5. Populasi Xenon terhadap waktu dengan perubahan fluks 5% 5 1 15 2 25 Gambar 6. Populasi Xenon terhadap waktu dengan perubahan fluks 25% 5 1 15 2 25 Gambar 7. Populasi Xenon terhadap waktu dengan perubahan fluks 5% Gambar 8. Populasi Iodin terhadap waktu dengan perubahan fluks % t Vs I 5 1 15 2 25 1 2 3 Gambar 9. Populasi Iodin terhadap waktu dengan perubahan fluks 5% Gambar1. Populasi Iodin terhadap waktu dengan perubahan fluks 25% 1 2 3 Gambar 11. Populasi Iodin terhadap waktu dengan perubahan fluks 5% Reaktivitas negatif Reaktivitas negatif terhadap waktu dapat ditunjukkan oleh grafik hubungan keduanya :,1,5 -,5 -,1 1 2 3 Gambar 12. Reaktivitas terhadap waktu dengan perubahan fluks %,1,5 -,5 -,1 t Vs ro(t),5,1,15,5,1,15 Gambar 13. Reaktivitas terhadap waktu dengan perubahan fluks 5%

,1,5 -,5 -,1 Gambar 14. Reaktivitas terhadap waktu dengan perubahan fluks 25%,1,5 -,5 -,1 Gambar 15. Reaktivitas terhadap waktu dengan perubahan fluks 5% Reaktivitas Positif Selisih titik minimum dan titik ketika dilakukan perubahan daya, Reaktivitas negatif yang telah diperoleh ditambah dengan konstanta (selisih titik minimum dan titik ketika dilakukan perubahan daya) sehingga dihasilkan grafik : Potong di 16.1,1,5 -,5 -,1 -,15 Gambar 16. Reaktivitas terhadap waktu dengan perubahan fluks % Potong di 16.7,5,1,15,5,1,15 2 4 + rho ext,1,5 -,5 -,1 -,15 Gambar 17. Reaktivitas terhadap waktu dengan perubahan fluks 5% potong di 14,1,5 -,5 -,1 -,15 Gambar 18. Reaktivitas terhadap waktu dengan perubahan fluks 25% Potong di 16.7,1,5 -,5 -,1 -,15 2 4 2 4 2 4 plus rho ext plus rho ext plus rho ext Gambar 19. Reaktivitas terhadap waktu dengan perubahan fluks 5% Hubungan daya dan temperatur terhadap waktu Reaktivitas total daya dengan mencari terlebih dahulu ext Berikut grafik hubungan daya terhadap waktu untuk masing-maisng perubahan daya:

P Vs t Hubungan temperatur terhadap suhu untuk masing-masing perubahan daya : 6 4 2,5,1,15 6 4 2 t Vs T Gambar 2. P vs t dengan perubahan fluks % 4 3 2 1 Gambar 21. P vs t dengan perubahan fluks 5% 4 3 2 1,5,1,15 Gambar 22. P vs t dengan perubahan fluks 25% 4 3 2 1,5,1,15,5,1,15 Gambar 23. P vs t dengan perubahan fluks 5% Gambar 24. T vs t dengan perubahan fluks % 6 4 2,5,1,15 Gambar 25. T vs t dengan perubahan fluks 5% 6 4 2,5,1,15 Gambar 26. T vs t dengan perubahan fluks 25% 6 4 2,5,1,15,5,1,15 Gambar 27. T vs t dengan perubahan fluks 5%

Hubungan temperatur coolant terhadap suhu untuk masing-masing perubahan daya : 432 Gambar 28. C vs t dengan perubahan fluks % 437 435 433 t Vs C,5,1,15 Gambar 29. C vs t dengan perubahan fluks 5% 437 435 433 Gambar 3. C vs t dengan perubahan fluks 25% 437 435 433,5,1,15,5,1,15,5,1,15 Gambar 31. C vs t dengan perubahan fluks 5% IV. Pembahasan Osilasi xenon pada simulasi terjadi karena adanya perubahan fluks neutron akibat dari perubahan daya yeng diberikan. Perubahan fluks neutron akan semakin besar sehingga xenon akan meluruh dengan cepat, ketika jumlah xenon yang semakin kecil menyebabkan daya yang diproduksi semakin besar. Adanya ketidakstabilan daya, karena xenon merupakan absorber neutron yang sangat kuat (cross section) yang jauh lebih besar daripada U-235, Sehingga neutron yang seharusnya dipakai untuk reaksi fisi akan terserap oleh Xenon. Saat daya berkurang maka jumlah fluks neutron juga akan berkurang, sehingga reaktivitas di dalam reaktor akan berkurang pada selang waktu tertentu dan daya menurun. Namun temperature pada pendingin akan bertambah lebih cepat karena penangkapan neutron oleh Xenon. Waktu optimal untuk menyalakan kembali reaktor dari kondisi shutdown ketika jumlah xenon berkurang menjadi sama dengan jumlah Xenon sebelum reaktor mengalami shutdown yakni sekitar 5-6 jam setelah reaktor dimatikan. Dapat dilihat pada grafik reaktivitas feedback, yaitu pada nilai reaktivitas yang stabil. Osilasi daya terhadap efek xenon mempengaruhi kecelakaan reaktor. Ini disebabkan karena ketika fluks menurun maka jumlah xenon akan meningkat dan daya yang diproduksi semakin banyak. Ini mengakibatkan temperatur pendingin dan bahan bakar meningkat dan terjadilah ledakan pada reaktor. Pada fast reaktor hampir seluruh neutron yang ada digunakan untuk reaksi fisi, sehingga untuk reaktor jenis ini bahan bakar yang digunakan merupakan bahan bakar yang telah diperkaya. Karena banyaknya unsur lain yang menyerap neutron, mengakibatkan efek Xenon memiliki pengaruh yang relatif sangat kecil. Kecelakaan pada reaktor yang terjadi pada Chernobyl disebabkan oleh kesalahan operator. Untuk keslahan operator terjadi akibat penarikan batang kendali untuk meningkatkan daya keluaran dari reaktor. Namun saat temperatur pendingin berada pada temeperatur tinggi, kecepatan memasukkan batang proteksi saat keadaan darurat yang lama mengakibatakan penguapan seluruh cairan dan mengakibatkan adanya tekanan gas yang berlebih sehingga terjadi ledakan pada reaktor. Adapun dari segi desainnya, penggunaan bahan pendingin dan moderator yang berbeda

mengakibatkan adanya reaktivitas uap (perubahan jumlah gelembung uap pada reaktor air didih yang megakibatkan perubahan reaktivitas) yang bernilai positif ( menambah laju reaksi pembelahan inti), kemudian waktu untuk memasukkan batang proteksi dalam kondisi darurat adalah 18 detik, tidak adanya detektor yang dapat digunakan untuk mengetahuui daya total dan distribusi daya secara spasial, dan ukuran teras yang terlalu besar mengakibatkan sulitnya mengendalikan daya. ULOF (unprotected loss of flow), merupakan kecelakaan reaktor nuklir yang disebabkan oleh hilangnya aliran akibat tidak berfungsinya pompa. Hal ini menyebabkan temperature pendingin naik karena antara daya dan laju aliran pendingin tidak seimbang. Kesetimbangan system akan dicapai jika, nilai mutlak dari reaktivitas feedback negative akibat kenaikan temperature sama dengan reaktivitas feedback positif karena penurunan temperature bahan bakar. Contohnya kecelakaan reaktor di fukushima yang disebabkan adanya kegagalan system pendingin karena tsunami. UTOP (unprotected rod run out Transient over power), merupakan kecelakaan akibat oleh tertariknya seluruh batang kendali tanpa proteksi. Pada saat seluruh batang kendali tertarik keluar, maka daya akan naik (reaktivitas positif), sehingga terjadi kerusakan pada pompa pendingin primer. Kemudian antara daya reaktor dan aliran pendingin primer menjadi tidak seimbang, dan mengakibatkan kecelakaan yang lebih besar daripada ULOF. Contohnya kasus Chernobyl. Ketika fluks neutron divariasikan, maka dari grafik yang didapatkan jumlah xenon yang dihasilkan akan berubah juga. Semakin besar variasi fluks, maka jumlah xenon yang dihasilkan akan semakin semakin sedikit. Ini disebabkan karena ketika fluks neutron %, maka jumlah xenon yang dapat bereaksi fisi selanjutnya akan semakin sedikit. Sehingga jumlah xenon akan semakin banyak pada reaktor. Daya dapat berubah secara drastis dikarenakan fluks neutron yang berubah secara drastis pula. Perubahan fluks neutron secara drastis ini menyebabkan penambahan jumlah xenon yang sangat besar yang menyebabkan perubahan daya yang sangat besar. Perubahan ini berlangsung secara drastis karena perubahan fluks neutronnya pun berlangsung secara drastis. V. Simpulan Efek xenon mengakibatkan perubahan daya pada reaktor dan peningkatan temperature drastis, dapat dimodelkan kecelakaan chernobyl dengan komputer. Kecelakaan terjadi karena perubahan fluks neutron secara tiba-tiba (mesin reaktor dimatikan), menjadi nol, sehingga jumlah xenon meningkat drastis namun neutron telah habis sehingga terjadi penumpukan xenon serta meningatnya temperatur pendingin dan bahan bakar, menyebabkan reaktor panas dan meledak. Untuk menghindari kecelakaan akibat efek Xenon diperlukan penambahan reaktivitas dari luar system reaktor VI. Pustaka [1]http://en.wikipedia.org/wiki/nuclear_fission/, diakses pada 9-3-214 13:35 [2]http://www.infonuklir.com/read/detail/87/ reaktor-chernobyl-desain, diakses pada 9-3- 214 14: