PENGARUH LAMA PENUNDAAN DAN SUHU INKUBASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA YOGHURT DARI SUSU SAPI KADALUWARSA

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SIFAT KIMIA DAN SINERESIS YOGHURT YANG DIBUAT DARI TEPUNG KEDELAI FULL FAT DAN NON FAT DENGAN MENGGUNAKAN PATI SAGU SEBAGAI PENSTABIL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

Zat makanan yang ada dalam susu

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

KOMBINASI Lactobacillus plantarum DENGAN Lactobacillus bulgaricus DAN Streptococcus thermophilus TERHADAP MUTU SUSU FERMENTASI SELAMA PENYIMPANAN

Chemistry In Our Daily Life

Pengaruh suhu dan lama pemeraman pada inkubator terhadap kualitas fisik kefir

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA AIR DADIH (WHEY) DANGKE DENGAN LEVEL ENZIM PAPAIN YANG BERBEDA

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN LAMA PEMYIMPANAN TERHADAP KUALITAS FISIK SUSU FERMENTASI

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengenakkan, karena merasa amis, mual dan sebagainya. Oleh karena itu,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2014, VOL. 1, NO. 9, 46-51

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUSU TERHADAP KARAKTERISTIK SOYGHURT

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MUTU SENSORI SUSU FERMENTASI PROBIOTIK SELAMA PROSES FERMENTASI MENGGUNAKAN Lactobacillus casei subsp. casei R-68

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN

Pengaruh Kombinasi Susu dengan Air Kelapa

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

KARAKTERISTIK YOGHURT SARI JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN SUSU SKIM DAN KARAGENAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

KAJIAN PEMBUATAN YOGHURT DARI BERBAGAI JENIS SUSU DAN INKUBASI YANG BERBEDA TERHADAP MUTU DAN DAYA TERIMA ABSTRAK

Produk Bioindustri di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

PENETAPAN KADAR ASAM PADA AIR SUSU SAPI SEGAR SECARA ALKALIMETRI THE LEVEL OF ACID CONTENTS IN FRESH MILK FROM SQUEEZING A COW BY ALKALIMETRIC METHOD

VARIASI PENAMBAHAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU COCOGHURT MENGGUNAKAN Enterococcus faecalis UP 11 YANG DIISOLASI DARI TEMPOYAK. Riau.

Pengaruh Suhu dan ph Pada Pembuatan Yoghurt Jahe Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Alat Fermentor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein,

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( )

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Biologi

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

Peranan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus dalam Proses Pembuatan Yogurt : Suatu Review

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK

JENIS KEJU DAN PEMBUATAN KEJU

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. dalam susu dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Di dalam kehidupan sehari-hari,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-6

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

ABSTRACT. Key words: Addition, Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, Alternative

PENGARUH PENAMBAHAN JUS BUAH NAGA MERAH (Hylocereuz polyrhizus) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS ORGANOLEPTIK, KIMIA DAN FISIK YOGHURT SUSU SAPI

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini diperoleh dari preparasi bahan, pembuatan keju cottage

1. Contoh lembar kerja uji preferensi berpasangan. 2. Contoh lembar kerja uji penerimaan dengan peringkat

PENGARUH KONSENTRASI SUSU SKIM DAN STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN MIKROBIOLOGIS CORNGURT SINBIOTIK SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yoghurt merupakan produk yang diperoleh dari fermentasi susu dan atau

Transkripsi:

PENGARUH LAMA PENUNDAAN DAN SUHU INKUBASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA YOGHURT DARI SUSU SAPI KADALUWARSA EFFECT OF LONG DELAY AND INCUBATION TEMPERATURE ON PHYSICAL AND CHEMICAL YOGURT MILK FROM COWS EXPIRY Suprihana 1) 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang Email: prihana_uwg@yahoo.co.id Telp. (0341) 468945, 08123311722 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh lama penundaan susu kadaluwarsa dan suhu inkubasi terhadap sifat fisika dan kimia pada proses pembuatan yoghurt. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), disusun secara factorial dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah lama penundaan susu 1, 2 dan, sedang faktor kedua adalah suhu inkubasi 45 dan 25 o C. Analisis dilakukan terhadap viskositas, prosentase pemisahan, protein, total padatan terlarut, dan ph. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi kedua faktor terhadap variable yang diamati, lama penundaan susu memberikan pengaruh sangat nyata terhadap lima variable tersebut, sedang suhu inkubasi berpengaruh nyata pada viskositas. Kata kunci: yoghurt, lama penundaan, suhu inkubasi ABSTRACT Purpose of this research is know milk reject stripper influence and incubation temperature to physical and chemical properties at process of yoghurt. This research use experimental method by using completely randomized block design compiled in factorial with three repeatly. First factor is milk reject stripper 1, 2 and 3 day, and second factor is incubation temperature 45 and 25 o C. Analysis done to viscosity, percentage of dissociation, protein, dissolved solid total, and hydrogen ion exponent (ph). Result of research shows there is no interaction of two factor to variable observed, milk reject stripper gives very significant to five variable, and incubation temperature is having significant to viscosity. Keyword: yoghurt, expired time, incubation temperature PENDAHULUAN. Yoghurt merupakan salah satu produk susu secara fermentasi yang berbentuk cair, kental atau semi padat yang dibuat dengan bantuan aktivitas bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus sebagai starter. Yoghurt dibuat dari susu, yang memiliki banyak zat gizi, diantaranya sebagai sumber protein, fosfor, kalsium, magnesium dan juga sebagai sumber kalori. Yoghurt dapat berperan sebagai probiotik bagi tubuh karena bakteri yang hidup dalam yoghurt dapat mengontrol aktivitas bakteri dalam usus (Anonim, 2001). Di Indonesia 94

AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 yoghurt mulai popular pada awal tahun 1990-an walaupun pada saat itu belum terbiasa mengkonsumsi. Pada saat yang sama orang Belanda mengkonsumsi yoghurt sebagai makanan harian dengan tingkat konsumsi 13,7 kg/kapita/tahun, disusul Swiss dan Perancis masing-masing sebesar 7,5 dan 6,1 kg/kapita/tahun (Santoso, 1993). Pembuatan yoghurt umumnya menggunakan susu kualitas tinggi, namun juga dapat juga dibuat dengan menggunakan afkir. Susu afkir ada dua macam yakni (1) susu segar yang mengalami penurunan mutu/nutrisi misal kadar lemak, vitamin dan mineral dan juga penurunan sifat fisik berupa penurunan berat jenis. Hal ini dimungkinkan karena kondisi sapi ataupun pakan yang diberikan. (2) Susu segar yang telah mengalami penundaan selama beberapa hari (kadaluwarsa) dalam suhu kamar sehingga berbau masam dan mengumpal serta terjadi pemisahan antara bagian dadih (curd) dan cairan dadih (whey). Curd berubah warna manjadi putih keruh dan whey menjadi kuning keputihan, biasanya disertai gelembung-gelembung uadara dan kerutan di bagian curd-nya. Hal ini diakibatkan olah adanya aktivitas bakteri asam laktat atau disebut juga susu masam. Susu yang seperti ini biasanya diolah menjadi kerupuk susu atau kerupuk tahu 95 susu. Adapun standar mutu yoghurt (tiap 100 gram) adalah lemak 1,0%, SNF (Solid Non Fat) 3,4%, protein 1,25, total padatan terlarut 16,4%, sukrosa 10,0%, karbohodrat 13,45, mineral 0,3%, ph 3,9, dan energy 61,0kkaal (Anonim, 2002). Menurut Hadiwiyoto (1994), bau susu akan lebih nyata jika susu dibiarkan beberapa jam terutama pada suhu kamar. Kandungan laktosa yang tinggi dan kandungan klorida yang rendah diduga menyebabkan susu berbau seperti garam. Pada umumnya pada masa laktasi awal susu mempunyai rasa asin. Bau dan rasa susu dapat dipengaruhi oleh beragai faktor, misal pakan yang diberikan. Susu kadaluwarsa mudah mengalami kerusakan, kerusakan ini biasanya disebabkan oleh bakteri asam laktat sehingga menjadi masam dan menggumpal. Pada pembuatan yoghurt, bakteri yang digunakan juga merupakan kelompok bakteri asam laktat. Oleh sebab itu dimungkinkan pemanfaatan susu kadaluwarsa untuk pembuatan yoghurt. Namun demikian sampai sejauh mana susu kadaluwarsa masih layak dibuat yoghurt. Hal ini menjadi masalah karena kemungkinan lamanya susu kadaluwarsa akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia yoghurt. Oleh sebab itu perlu adanya suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh lama penundaan susu kadaluwarsa

terhadap kualitas yoghurt, dan juga suhu inkubasi yang digunakan untuk proses fermentasi, mengingat bahan baku yang digunakan berupa susu kadaluwarsa. METODE PENELITIAN. Bahan baku yang digunakan adalah susu sapi dari KUD BATU di Batu-Jawa Timur, starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus yang diperoleh dari PT Indomurni Dairy Industri (IMDI) Pandaan-Jawa Timur. Bahan kimia yang digunakan NaOH, H 2 SO 4, K 2 S 2 O 4 dan juga akuades, indikator metil merah serta larutan buffer. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan meggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial dengan dua faktor dan dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah lama penundaan susu yang terdiri dari tiga level yaitu penundaan selama 1 hari, dan. Faktor kedua adalah suhu inkubasi yang terdiri dari dua level yakni 45 o C dan 25 o C. Sehingga terdapat 6 perlakuan yang masing-masing dengan tiga kali ulangan. Kombinasi lama penundaan dan suhu inkubasi ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1: Kombinasi perlakuan lama penundaan dan suhu inkubasi Suhu inkubasi Lama penundaan S 1 (45 o C) S 2 (25 o C) H 1 () H 2 () H 3 () H 1 S 1 H 2 S 1 H 3 S 1 H 1 S 2 H 2 S 2 H 3 S 2 Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap yaitu proses pembuatan yoghurt dan analisis sifat fisik dan kimia dari yoghurt yang dihasilkan. Proses pembuatan yoghurt meliputi: (1) Pemanasan pendahuluan. Susu sapi dengan penundaan 1, 2, dan dipanaskan sambil diaduk sampai suhu 70 o C selama 20 detik. Untuk memudahkan proses homogenisasi, sebelumnya dilakukan penyaringan terhadap yeast yang ada pada permukaan susu kadaluwarsa dan kontrol ph dengan menggunakan NaOH encer sebanyak 20 ml untuk tiap 350 ml susu kadaluwarsa. (2) Homogenisasi. Homogenisasi bertujuan untuk memperkecil globula lemak (memecah lemak yang menggumpal), homogenisasi dilakukan dengan dihancurkan dengan blender selama 1-2 menit. (3) Pasteurisasi. 96

AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 Susu yang telah homogen dipanaskan sambil diaduk sampai suhu 90 o C selama 15 detik. (4) Penurunan suhu. Bahan yang telah dipasteurisasi didinginkan dengan cara perendaman dalam air sehingga suhunya 43-47 o C. Hal ini dilakukan untuk mengkondisikan keaktifan bakteri pada sushu tersebut. (5) Inokulasi starter. Starter yang mengandung Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus ditambahkan ke dalam bahan yang bersuhu 40 o C sebanyak 3% dari bahan, selanjutnya dilakukan pengadukan selama 3 menit agar starter dapat menyebar secara merata. (6) Inkubasi. Inkubasi dilakukan sesuai dengan suhu 45 dan 25 o C selama 12 jam. Hal ini dilakukan untuk mengetahui suhu inkubasi yang sesuai. (7) Pendinginan dan penyimpanan. Bahan setelah diinkubasi, didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 4-5 o C. Adapun analisis dilakukan terhadap kandungan protein, persentase pemisahan, total padatan terlarut, dan viskositas. HASIL DAN PEMBAHASAN Viskositas. Pada penelitian ini diketahui nilai rata-rata viskositas yoghurt antara 0,56 0,99 g/cm.s. Nilai terendah pada pelakuan lama penundaan dan suhu inkubasi 45 o C (H 1 S 1 ) dan tertinggi pada penundaan dan suhu inkubasi 25 o C (H 3 S 2 ). Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi kedua faktor terhadap viskositas. Faktor lama penundaan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap viskositas, sedang faktor suhu inkubasi memberikan pengaruh nyata terhadap viskositas. Pengaruh lama penundaan terhadap viskositas ditampilkan pada Tabel 2 sedang pengaruh suhu inkubasi ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 : Nilai rata-rata viskositas yoghurt pada faktor lama penundaan. Lama penundaan Viskositas (g/cm.s) BNT 5% 0,64 a 0,85 b 0,92 b 0,12 Keterangan: Nilai yang didampingi huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata. Dari Tabel 2 diketahui bahwa semakin selama penundaan susu akan mnyebabkan peningkatan viskositas. Hal ini disebabkan susu sapi mengandung protein yang berupa kasein yang cukup tinggi sehingga yang cukup tinggi 97

sehingga sangat mudah terpengaruh oleh perubahan derajad keasaman. Pada saat ph 4,6 (ph tidak isoelektrik) atau lebih rendah, maka kasein menjadi tidak stabil dan menggumpal (koagulasi). Gumpalan ini akan menentukan struktur yoghurt yang berbentuk semisolid. Sehingga semakin lama penundaan semakin banyak pula gumpalan yang terjadi sehingga meningkatkan viskositas. Tabel 3 Nilai rata-rata viskositas yoghurt pada faktor suhu inkubasi. Suhu inkubasi Viskositas (g/cm.s) BNT 5% 45 o C 25 o C 0,75 a 0,86 b 0,089 Dari tabel 3 diketahui bahwa semakin rendah suhu semakin tinggi viskositasnya, hal ini dimungkinkan suhu inkubasi 25 o C banyak terjadi penggumpalan dikarenakan proses fermentasi akan berlangsung lebih lama dibanding pada suhu 45 o C. Persentase pemisahan Pada penelitian ini diketahui nilai rata-rata persentase pemisahan yoghurt antara 26,67 36,67% Nilai terendah pada pelakuan lama penundaan dan suhu inkubasi 25 o C (H 1 S 2 ) dan tertinggi pada penundaan dan suhu inkubasi 25 o C (H 3 S 2 ). Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi kedua faktor terhadap persentase pemisahan. Faktor lama penundaan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase pemisahan. Pengaruh lama penundaan terhadap persentase pemisahan ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4: Nilai rata-rata persentase pemisahan yoghurt pada faktor lama penundaan. Lama penundaan % Pemisahan BNT 5% 27 a 35, 33 b 35,33 b 0,581 Dari tabel 4 diketahui bahwa semakin lama penundaan susu, persentase pemisahan semakin besar. Hal ini disebabkan susu yang telah lama penundaan mengalami pemisahan curd dan 98

AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 whey, yang semakin lama semakin meningkat. Protein. Pada penelitian ini diketahui kandungan protein yoghurt antara 3,87 4,39% Nilai terendah pada pelakuan lama penundaan 1 hari dan suhu inkubasi 25 o C (H 1 S 2 ) dan tertinggi pada penundaan dan suhu inkubasi 25 o C (H 3 S 2 ). Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi kedua faktor terhadap protein. Faktor lama penundaan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase pemisahan, sedang suhu inkubasi tidak berpengaruh nyata. Pengaruh lama penundaan terhadap kandungan protein yoghurt ditampilkan pada tabel 5. Tabel 5: Nilai rata-rata protein yoghurt pada faktor lama penundaan. Lama penundaan % Pemisahan BNT 5% 3,89 a 3,91 b 0,29 4,35 b cepat sehingga jumlah proteinnya juga meningkat. Dari Tabel 5 diketahui bahwa semakin lama penundaan, meningkatkan kandungan protein. Hal ini dimungkinkan Total padatan terlarut karena selama penundaan, pada susu Pada penelitian ini diketahui total banyak timbul bakteri asam laktat. padatan terlarut yoghurt antara 5,5 6,83 Semakin lama penundaan bakteri asam o Brix Nilai terendah pada pelakuan lama laktat yang tumbuh semakin banyak, penundaan dan suhu inkubasi 25 o C sehingga kandungan protein meningkat (H 3 S 2 ) dan tertinggi pada penundaan karena di dalam sel bakteri-bakteri tersebut dan suhu inkubasi 25 o C (H 2 S 1 ). sebagian besar tersusun oleh protein. Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi kedua Menurut Gaman dan Sherington faktor terhadap protein. Faktor lama (1981) mikroorganisme mempunyai penundaan memberikan pengaruh sangat kandungan protein yang tinggi dan nyata terhadap total padatan terlarut, mengandung vitamin dalam jumlah yang sedang suhu inkubasi tidak berpengaruh memadai, dan laju pertumbuhannya sangat nyata. Pengaruh lama penundaan terhadap 99

total padatan terlarut pada yoghurt ditampilkan pada tabel 6. Tabel 6: Nilai rata-rata total padatan terlarut yoghurt pada faktor lama penundaan. Lama penundaan Total padatan terlarut (%) BNT 5% 5,5 a 6,16 b 6,75 b 0,32 Sumber : Hasil Analisis Data Dari Tabel 6 diketahui bahwa lama penundaan tidak selalu meningkatkan/ menurunkan total padatan terlarut dari yoghurt yang dihasilkan. Hal ini disebabkan adanya kandungan laktosa yang cukup tinggi di dalam susu sapi yaitu 4,9% yang merupakan total padatan erlarut dari susu tersebut (Adnan, 1984). Kandungan laktosa di dalam susu berbedabeda tergantung dari kondisi sapinya. Sudarmadji (1982) dan Koswara (1985) menyatakan bahwa laktosa akan diubah menjadi asam laktat sekitar 30% dan sisanya masih dalam bentuk laktosa. Sisa laktosa dan asam laktat yang terbentuk akan terhitung sebagai total padatan terlarut. Derajad keasaman (ph) Pada penelitian ini diketahui ph yoghurt antara 3,63 3,85. Nilai terendah pada pelakuan lama penundaan dan suhu inkubasi 45 o C (H 3 S 1 ) dan tertinggi pada penundaan dan suhu inkubasi 45 o C (H 1 S 1 ). Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi kedua faktor terhadap protein. Faktor lama penundaan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap ph, sedang suhu inkubasi tidak berpengaruh nyata. Pengaruh lama penundaan terhadap ph pada yoghurt ditampilkan pada tabel 7. Tabel 7: Nilai rata-rata ph yoghurt pada lama penundaan susu kadaluwarsa. Lama penundaan ph BNT 5% 3,67 a 3,70 a 3,84 b 0,089 Dari tabel 7 diketahui bahwa semakin lama penundaan susu mengakibatkan penurunan ph. Hal ini disebabkan semakin lama waktu penundaan dari susu sapi mengakibatkan bakteri asam laktat semakin bertambah, sehingga keasaman meningkat (ph semakin turun). Kondisi ph yang terlalu 100

AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 rendah kurang memungkinkan bakteri dari starter yoghurt. Oleh sebab itu dilakukan pengontrolan ph dengan menggunakan basa (NaOH) encer 1% sebanyak 20 ml tiap 350 ml susu kadaluwarsa untuk mengkondisikan ph susu kadaluwarsa mencapai 6-6,5. Kondisi yang tidak terlampau asam ini memungkinkan kedua bakteri asam laktat ini untuk tumbuh membentuk yoghurt. Bakteri asam laktat akan mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa masuk ke jalur glikolisis membentuk asam piruvat, kemudian asam piruvat diubah menjadi produk akhir berupa asam laktat. Ray (1980) menyebutkan bahwa meningkatnya asam laktat akan diikuti dengan peningkatan konsentrasi ion H + yang berarti penurunan ph. KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan Kualitas yoghurt susu kadaluwarsa dapat diketahui dengan menggunakan variabel sifat fisik dan kimia yakni viskositas, persentase pemisahan, kandungan protein, total padatan terlarut, dan derajad keasaman. Dari penelitian diketahui nilai rata-rata viskositas 0,56 0,99 g/cm.s, persentase pemisahan 26,67 36,67%, kandungan protein 3,87 4,39%, total padatan terlarut 5,5 6,83 obrix, dan derajad kesaman 3,63 3,85. 101 Dari analisis statistik diketahui bahwa lama penundaan susu memberikan pengaruh sangat nyata terhadap semua variabel tersebut. Semakin lama penundaan menyebabkan peningkatan viskositas, persentase pemisahan, kandungan protein dan derajad keasaman. Saran Dalam pembuatan yoghurt susu kadaluwarsa ini masih terdapat beberapa kekurangan antara lain besarnya persentase pemisahan dan viskositas yang rendah. Oleh sebab itu perlu adanya penambahan penstabil atau susu skim untuk penelitian yoghurt susu kadaluwarsa. Selain itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui maksimum lama penundaan sehingga dapat digunakan untuk memaksimalkan pemanfaatan susu kadaluwarsa. DAFTAR PUSTAKA. Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset. Yogyakarta. Anonim, 2001. Yogurt (http://foodsci/dary.edu/yogurt.ht ml). Diakses 2 Desmber 2010. Anonim, 2002. Standart Mutu Yoghurt Drink. PT Indomurni Dairy Industry. Pandaan. Gaman, P.M. dan K.B. Sherington, 1981. Ilmu Pangan. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.

Hadiwiyoto, S. 1994. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, daging dan Telur. Liberty. Yogyakarta. Koswara, S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Ray, C. 1996. Fundamental Food Microbiology. CRC Press. New York. Santoso, H.B. 1994. Susu dan Yoghurt Kedelai. Kanisius. Yogyakarta. Sudarmadji, S. 1992. Bahan-bahan Pemanis. Agritech. Yogyakarta. 102