BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. Pangan yang memiliki protein hewani antara lain daging, telur, susu, ikan dan

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

PENDAHULUAN. Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan.

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

ANALISIS INFLASI MARET 2016

BAB I. PENDAHULUAN A.

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN JUMLAH PEMBELIAN AYAM PEDAGING DI KOTA MAKASSAR

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

I. PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

I Peternakan Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

PUBLIKASI KINERJA SERETARIAT DAERAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Daging Ayam Ras Pedaging ( Broiler Tabel 6.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam broiler populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemerintah mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin sulit keberadaannya (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Produk ayam broiler merupakan produk yang dihasilkan melalui tahapan-tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir, dimana produk merupakan makhluk biologis bernilai ekonomis tinggi berupa ayam ras pedaging. Ciri khas ayam ras pedaging adalah rasanya enak dan khas, dagingnya empuk dan banyak, serta pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama. Ayam broiler memiliki karakteristik sifat pertumbuhannya yang tergolong cepat yaitu dilakukan selama 5-8 minggu. Dalam kurun waktu itu, ayam ras sudah mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera dijual (Muslimin, 2002). Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan. Kecukupan gizi seseorang biasanya diukur dari tingkat konsumsi kalori dan protein. Di negaranegara industri maju, rata-rata konsumsi protein hewani lebih dari 50 g per kapita per hari, sedangkan di Indonesia hanya sekitar 10 g per kapita per hari (Murtidjo, 2003). Bila dilihat dari kandungan gizi, daging ayam broiler merupakan sumber protein yang berkualitas. Dalam 100 gram daging ayam broiler mengandung 18,20 gram protein dan 404,00 kkal yang berguna untuk menambah energi. Kandungan gizi yang terdapat pada daging ayam ras dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Daging Ayam Ras Pedaging Nilai Gizi Per 100 Gram Satuan Jumlah Kalori Kilokalori (kkal) 404,00 Protein Gram (gr) 18,20 Lemak Gram (gr) 25,00 Kolestrol Gram (gr) 60,00 Vitamin A Miligram (mg) 243,00 Vitamin B1 Gram (gr) 0,80 Vitamin B6 Gram (gr) 0,16 Asam Linolenat Miligram (mg) 6,20 Kalsium Gram (gr) 14,00 Fosfor Miligram (mg) 200,00 Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1992 Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial untuk semua produk dari industri peternakan unggas termasuk potensi pasar akan kebutuhan daging ayam broiler yang cenderung terus meningkat. Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan (Fadilah, 2013). Seiring dengan peningkatan permintaan terhadap protein hewani, penawaran terhadap daging ayam broiler pun meningkat. Di Sumatera Utara, kebutuhan akan ayam broiler paling tinggi terdapat di kota Medan. Namun untuk kota Medan, penawaran ayam broiler tidak mencukupi kebutuhan ayam broiler di kota Medan. Hal ini karena kota Medan yang sudah menjadi kota metropolitan memiliki pemukiman yang padat sehingga usaha peternakan dapat mencemari lingkungan. Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten yang paling dekat dengan kota Medan menjadi pemasok

daging ayam broiler untuk memenuhi kebutuhan kota Medan. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra produksi ayam broiler di Provinsi Sumatera Utara, sehingga kabupaten Deli Serdang dapat menggambarkan populasi ayam broiler di Provinsi Sumatera Utara. Tabel 1.2 Jumlah Produksi Daging Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010-2014 No. Tahun Produksi (Ton) 1 2010 6.090,04 2 2011 6.559,82 3 2012 4.903,47 4 2013 5.792,51 5 2014*) 5.912,34 Sumber:Dinas Perternakan Provinsi Sumatera Utara, 2014 Ket : *) Angka Sementara Dari 5 tahun belakangan ini, untuk kabupaten Deli serdang produksi daging ayam broiler terbesar ada di tahun 2011 dengan produksi sebanyak 6.559,82 Ton sehingga mengalami penurunan produksi yang tinggi di tahun 2013 menjadi 4.903,47 ton dan naik kembali menjadi 5.912,34 ton di tahun 2014. Kaitan antara produksi dan konsumsi bersifat saling mengubah satu terhadap yang lain. Peningkatan produksi akan mendorong konsumsi, sebaliknya naik-turunnya konsumsi memengaruhi naik-turunnya produksi. Produksi tergantung dari produktivitas produsen. Produktivitas seorang produsen berkaitan dengan faktor internal yakni karakteristik peternak yaitu umur, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga (Soekartawi, 2008). Harga merupakan salah satu pertimbangan bagi konsumen sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk. Harga juga sebagai salah satu keputusan produsen untuk mendapatkan keuntungan yang melebihi biaya produksinya. Harga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Interaksi antara permintaan dan penawaran di pasar bebas akan

membentuk harga keseimbangan. Keseimbangan tercapai apabila jumlah yang akan dibeli pada harga tertentu sama dengan jumlah yang akan dijual pada harga itu (Gilarso, 2003). Harga untuk komoditi ayam broiler akan ditunjukkan dari harga tingkat nasional sebagaimana yang dituliskan pada gambar 1.1, harga di tingkat provinsi Sumatera Utara sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.3, dan harga di tingkat kabupaten Deli Serdang sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.4. Gambar 1.1 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler di Tingkat Nasional Tahun 2010-2014. Sumber : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2014 Perkembangan harga rata-rata daging ayam broiler di tingkat nasional berfluktuasi di setiap bulannya dalam 5 tahun terakhir. Peningkatan paling besar ada di tahun 2010 dan 2013 yang masing-masing sebesar 1,42% dan 0,41%, sementara harga rata-rata bulanan pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan sebesar 0,31% dan 0,45%. Peningkatan harga daging ayam broiler umumnya terjadi pada bulan Juni dan Juli dimana hal ini terkait dengan bulan puasa dan Idul Fitri.

Tabel 1.3 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler di Tingkat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2014 No Bulan Rata-rata Harga Tahun 2013 2014 (Rp/Kg) Rata-rata (2013) (2014) 1 Januari 19.117 22.710 20.913 2 Februari 14.007 24.482 19.244 3 Maret 13.454 23.939 18.696 4 April 13.671 22.955 18.313 5 Mei 13.940 23.294 18.617 6 Juni 14.093 24.524 19.308 7 Juli 15.278 26.965 21.121 8 Agustus 14.275 25.675 19.975 9 September 14.880 23.329 19.104 10 Oktober 14.620 22.584 18.602 11 November 13.014 19.166 16.090 12 Desember 13.196 16.628 14.912 Rata-rata 14.463 23.020 18.741 Sumber : Dinas Perdagangan dan Perindustrian, 2014 Untuk perkembangan harga rata-rata daging ayam broiler di tingkat provinsi dari tahun 2013-2014 mengalami fluktuasi. Harga tertinggi di tahun 2013 terjadi di bulan Januari yaitu Rp. 19.117,- dan harga terendah terjadi di bulan Nopember yaitu Rp.13.014,- dengan harga rata-rata 2013 sebesar Rp14.463,-. Tahun 2014 harga daging ayam tertinggi di bulan Juli sebesar Rp. 26.965,- dan harga terendah di bulan Desember yaitu Rp 16.628,- dengan harga rata-rata 2014 sebesar Rp. 23.020,-. Untuk produksi ayam broiler di kabupaten Deli Serdang, pasokan produksinya selain untuk memenuhi kabupaten Deli Serdang sendiri juga untuk memenuhi kota Medan. Berikut harga

ayam broiler di kota Medan sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.4 dan harga ayam broiler kabupaten Deli Serdang sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.5. Tabel 1.4 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler Kota Medan Tahun 2010-2014. No. Bulan Rata-rata Harga Tahun (Rp/Kg) Ratarata 2010 2011 2012 2013 2014 1 Januari 18.575 26.629 22.242 24.188 22.800 22.887 2 Februari 19.888 24.777 23.664 23.500 23.050 22.976 3 Maret 20.810 23.081 23.467 23.725 23.350 22.887 4 April 18.963 19.647 22.658 23.210 22.313 21.358 5 Mei 18.831 18.661 21.815 22.688 23.125 21.024 6 Juni 22.342 19.858 23.552 23.182 26.550 23.097 7 Juli 25.683 24.440 24.734 26.386 27.500 25.749 8 Agustus 21.266 24.114 22.968 25.624 26.438 24.082 9 September 24.967 23.125 24.175 24.523 28.400 25.038 10 Oktober 23.804 21.617 20.347 23.968 22.250 22.397 11 November 22.950 18.008 19.175 23.658 22.250 21.,l/208 12 Desember 23.333 18.743 23.766 24.000 19.250 21.818 Rata-rata 21.784 21.892 22.714 24.054 23.940 22.877 Sumber :Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2014. Perkembangan harga rata-rata daging ayam di tingkat kotamadya Medan dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi harga. Dengan rata-rata harga di tahun 2010 yang awalnya sebesar Rp 21.784,- mengalami kenaikan dari tahun ke tahun hingga menjadi Rp 24.054,- di tahun 2013, lalu turun menjadi Rp 23.940,- di tahun 2014. Perkembangan harga rata-rata lima tahun terakhir sebesar Rp. 22.877,-.

Tabel 1.5 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013-2014 No Bulan Rata-rata Harga Tahun 2013 2014 (Rp/Kg) Rata-rata (2013) (2014) 1 Januari 20.968 21.899 21.433 2 Februari 21.027 20.598 20.812 3 Maret 21.835 20.839 21.337 4 April 19.375 19.892 19.633 5 Mei 19.250 20.306 19.778 6 Juni 20.404 21.258 20.831 7 Juli 22.347 22.815 22.581 8 Agustus 17.383 23.444 20.413 9 September 16.875 23.444 20.159 10 Oktober 17.056 18.734 17.895 11 November 15.000 19.050 17.025 12 Desember 20.548 18.661 19.604 Rata-rata 19.339 20.911 20.125 Sumber : Dinas Perdagangan dan Perindustrian, 2014 Untuk perkembangan harga rata-rata daging ayam broiler di tingkat kabupaten Deli Serdang dari tahun 2013-2014 mengalami fluktuasi. Harga tertinggi di tahun 2013 terjadi di bulan Juli yaitu Rp. 22.347,- dan harga terendah terjadi di bulan Nopember yaitu Rp.15.000,- dengan harga rata-rata 2013 sebesar Rp19.339,-. Tahun 2014 harga daging ayam tertinggi di bulan Agustus dan September sebesar Rp. 23.444,- dan harga terendah di bulan Desember yaitu Rp 18.661,- dengan harga rata-rata 2014 sebesar Rp. 20.911,-. Adanya fluktuasi harga yang terjadi di setiap bulan disebabkan oleh beberapa alasan, dari sisi konsumen hal ini bisa disebabkan karena adanya perubahan selera, gaya hidup, tidak sesuainya dengan harga yang bersedia untuk dibayar yang menyebabkan permintaan terhadap

ayam ras pedaging berubah-ubah. Dari sisi produsen, fluktuasi harga output yang terjadi disebabkan oleh permintaan yang berubah-ubah, kualitas rendah, banyaknya pesaing, musim panen, dan biaya input produksi yang berubah. Karena alasan-alasan itu, penetapan harga jual suatu produk harus tepat agar produk diterima dengan baik di pasar. Menetapkan harga jual dari suatu barang / jasa merupakan salah satu faktor penting yang akan berdampak langsung terhadap keberhasilan usaha. Harga jual yang terlalu murah akan membuat produsen dan pedagang mengalami kerugian. Sedangkan harga jual yang terlalu mahal akan membuat produk tersebut tidak laku di pasaran. Dalam menentukan harga suatu produk, hal yang paling penting untuk menjadi pertimbangan adalah penentuan harga yang didasarkan atas biaya produksi. Produsen menentukan harga sebuah produk dengan mengestimasikan biaya produksi per unit produk dan kemudian menambahkan sejumlah margin (markup). Metode harga produk ini umumnya disebut dengan penentuan harga berbasis biaya. Penentuan harga berdasarkan biaya memastikan bahwa seluruh biaya produksi telah diperhitungkan (Madura, 2007). Biaya produksi merupakan dasar produsen dalam penawaran. Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab bila harga yang ditetapkan tidak dapat menutup biaya maka keuntungan produsen sedikit bahkan rugi. Semakin tinggi biaya produksi dari suatu produk, maka semakin tinggi harga jual produk tersebut (Gilarso, 2003). Terlepas dari harga yang bisa ditentukan oleh produsen untuk produknya, penerimaan harus melebihi biaya produksi output agar produsen bisa mendapat laba. Oleh sebab itu, keputusan penawaran cenderung berubah sebagai tanggapan atas perubahan biaya produksi (Case, 2006).

Biaya produksi merupakan jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input, bila produksi merujuk kepada jumlah input yang dipakai dan jumlah fisik output yang dihasilkan, biaya produksi merujuk kepada biaya perolehan input tersebut atau nilai uangnya (Sugiarto, 2000). Biaya produksi tergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah jenis input yang dibutuhkan untuk membuat produk tersebut, jumlah tiap input yang diperlukan, dan harga input (Case, 2006). Tabel 1.6 Biaya Input Produksi Daging Ayam Broiler Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010-2014. No. Tahun Biaya Input Produksi (Rp) 1 2010 2.002.000.000 2 2011 2.030.525.000 3 2012 1.577.775.000 4 2013 1.461.600.000 5 2014* 1.746.150.000 Sumber : Gabungan Pengusaha Peternakan Unggas Sumatera Utara,2014* Ket : *) Angka Sementara Kestabilan atau fluktuasi biaya produksi daging ayam dapat disebabkan berbagai faktor. Salah satu faktor penentunya adalah harga biaya produksi. Biaya produksi terbagi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel seperti bibit (DOC), kandang, pakan, transportasi, obat-obatan dan tenaga kerja (Sudarmono, 2003). Terhitung sejak tanggal 18 November 2014, Pemerintah menetapkan kebijakan berupa pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kebijakan tersebut memuat peraturan dari solar yang awalnya Rp.5.500 per liter menjadi Rp. 7.500 per liter.begitu juga dengan harga premium yang sebelumnyarp. 6.500 per liter setelah kenaikan menjadi Rp 8.500 per liter. Dengan naiknya harga BBM ini, pemerintah beralasan bahwa subsidi yang sebelumnya diberikan untuk subsidi BBM dapat dialokasikan kepada program di bidang pendidikan, kesehatan dan infranstruktur. Sebab menurut pemerintah, subsidi BBM selama ini hanya

dinikmati oleh kalangan menengah ke atas saja. Sehingga pemerintah merasa perlu mengurangi subsidi BBM. Seiring dengan terus menurunnya harga minyak dunia, Pemerintah membuat kebijakan baru per tanggal 1 Januari 2015. Pemerintah menurunkan lagi harga BBM dimana harga bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dari Rp 8.500 per liter menjadi Rp 7.600 per liter, dan harga solar dari Rp 7.500 per liter menjadi Rp 7.250 per liter. Bersamaan dengan kebijakan penurunan harga BBM ini, pemerintah juga menghapus subsidi untuk jenis premium. Subsidi yang diberikan pemerintah hanya untuk bahan bakar minyak solar sebesar Rp 1.000 per liter. Memasuki pertengahan Januari, tepatnya tanggal 19 Januari 2015. Dalam waktu dua minggu, pemerintah menetapkan kebijakan baru lagi berupa penurunan harga BBM bersubsidi jenis premium dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 6.600 per liter dan harga BBM jenis solar dari Rp 7.250 per liter menjadi Rp 6.400 per liter. Terhitung dari tanggal 01 Maret 2015, Pemerintah membuat kebijakan baru berupa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dari bahan bakar minyak berjenis premium yang sebelumnya Rp 6.600 per liter naik menjadi Rp 6.800 per liter. Dan BBM jenis solar tetap Rp 6.400 per liter. Tanggal 28 Maret 2015, harga BBM jenis premium kembali mengalami kenaikan sebesar Rp 500 per liter menjadi Rp 7.300 per liter, dan BBM jenis solar juga naik Rp 500 per liter menjadi Rp 6.900 per liter. Salah satu penentu input biaya produksi adalah harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dimana Naiknya BBM menyebabkan biaya input produksi menjadi naik, karena naiknya harga Bahan Bakar Minyak menyebabkan naiknya harga barang-barang lain sehingga daya beli masyarakat menjadi berkurang. Khususnya untuk konsumen daging ayam broiler, kenaikan harga BBM yang diikuti dengan naiknya harga daging ayam broiler dapat menyebabkan

perubahan permintaan baik dari segi harga ataupun selera yang menyebabkan beralihnya permintaan konsumen ke komoditi lain. Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh HANSON et al. (1993) pada sektor pertanian kenaikan harga BBM akan memicu naiknya harga sarana produksi pertanian (sapronak) dan output produksi. Kenaikan harga BBM ini akan menaikan biaya produksi dari produk pertanian seperti kenaikan harga berbagai agroinput pertanian seperti benih, pupuk dan pestisida. Untuk usaha peternakan, kenaikan harga BBM berpengaruh terutama terhadap biaya operasional peternakan dengan naiknya Harga Pokok Produksi (HPP). Kenaikan harga BBM, dipastikan akan meningkatkan biaya produksi, yang akan ditanggung peternak, serta naiknya biaya transportasi pengangkutan ayam. Kenaikan BBM akan berpengaruh langsung pada biaya transportasi pengangkutan ayam dari kandang ke pasar tujuan dan berpengaruh tidak langsung ke komponen biaya input lainnya seperti biaya Day Old Chick (DOC), biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya vitamin, dan upah tenaga kerja.. Adanya perubahan naik turunnya BBM yang terjadi dari tanggal 18 November 2014-28 Maret 2015 menjadi suatu masalah dimana naiknya BBM di tanggal 18 November 2014 sudah membuat berbagai kebutuhan pokok naik sehingga turunnya BBM yang terjadi di periode selanjutnya belum tentu diiringi oleh penurunan harga kebutuhan pokok yang lain. Perubahan harga BBM tentu berdampak pada banyak sektor lain baik sektor pangan ataupun non-pangan, begitupun dengan harga daging ayam broiler baik yang dijual di tingkat produsen maupun pedagang pengecer. Harga daging ayam broiler dipengaruhi oleh jumlah output dan biaya input produksi. Perubahan harga BBM menyebabkan biaya input produksi

berubah-ubah. Bila harga BBM naik maka akan membuat naik ongkos produksi produsen atau jumlah output yang dihasilkan semakin rendah. Namun bila harga BBM turun, maka akan membuat biaya produksi turun dan jumlah output yang dihasilkan meningkat. Adanya dampak dari perubahan BBM menyebabkan perubahan biaya input produksi berubah, biaya input produksi berubah menyebabkan jumlah input yang digunakan dan volume produksi yang dihasilkan berubah. Harga yang ditetapkan produsen pun dilebihkan sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan. Penerimaan peternak diperoleh dari harga jual dikalikan dengan volume produksi. Pendapatan peternak diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkannya. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menganalisis dampak dari perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap biaya input dan output ayam ras pedaging sebelum dan sesudah terjadinya perubahan harga BBM. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap biaya total input produksi ayam broiler di daerah penelitian? 2) Bagaimana dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap volume produksi ayam broiler di daerah penelitian? 3) Bagaimana dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap penerimaan dan pendapatan petani peternak ayam broiler di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan yang telah dipaparkan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Menganalisis dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap biaya total input produksi ayam broiler di daerah penelitian? 2) Menganalisis dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap volume produksi ayam broiler di daerah penelitian. 3) Menganalis dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap penerimaan dan pendapatan petani peternak ayam broiler di daerah penelitian. 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1) Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi peternak ayam khususnya peternak ayam broiler. 2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan harga Bahan Bakar Minyak. 3) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.