GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2001

Dasar Hukum, Pengertian dan Kewenangan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB IV GAMBARAN UMUM

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar.

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

Transkripsi:

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Lokasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Terletak di wilayah Indonesia bagian Barat, pada 104 50 sampai 109 30 Bujur Timur dan 0 50 sampai 4 10 Lintang Selatan. Luas keseluruhan wilayah provinsi tersebut mencapai 81.725,14 km 2, dimana 16.424,14 km 2 merupakan luas daratan, sedangkan 65.301 km 2 merupakan luas lautan. Provinsi Bangka Belitung memiliki dua pulau besar dan ribuan pulau kecil. Dua pulau terbesar tersebut adalah Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berbatasan dengan: o o o o Selat Bangka di sebelah Barat. Selat Karimata di sebelah Timur. Laut Natuna di sebelah Utara. Laut Jawa di sebelah Selatan. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibentuk berdasarkan UU No. 27 Tahun 2000, dimana berdasarkan UU tersebut, daerah Bangka Belitung masih terdiri dari dua kabupaten dan satu kota. Setelah diberlakukannya UU No. 5 Tahun 2003, tentang pemekaran daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka wilayah administratifnya bertambah empat kabupaten baru. Oleh sebab itu, hingga saat ini, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi atas enam kabupaten dan satu kota, dengan ibukota provinsi yang berada di Pangkalpinang. Kabupatenkabupaten dan kota tersebut, yaitu Kabupaten Bangka yang beribukota di Sungailiat; Kabupaten Bangka Barat, yang beribukota di Mentok (Muntok); Kabupaten Bangka Tengah, yang beribukota di Koba; Kabupaten Bangka Selatan, yang beribukota di Toboali; Kabupaten Belitung, yang beribukota di Tanjung Pandan; Kabupaten Belitung Timur, yang beribukota di Manggar; dan Kota Pangkalpinang, yang merupakan ibukota dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri. Kabupaten Bangka, sebagai salah satu wilayah administratif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, memiliki luas wilayah daratan 2.950,68 km 2. Secara geografis berbatasan dengan Laut Natuna, di bagian Utara dan Timur; Kabupaten

Bangka Tengah dan Kota Pangkalpinang, di bagian Selatan; serta Kabupaten Bangka Barat, di bagian Barat, yang secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Peta Wilayah Kabupaten Bangka Tahun 2002 Sumber: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) (2003) 23 Kabupaten Bangka memiliki delapan wilayah administratif kecamatan, dengan ibukota kabupaten yang berada di Sungailiat. Adapun kedelapan kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan Sungailiat (ibukotanya Sungailiat); Pemali (ibukotanya Pemali); Merawang (ibukotanya Baturusa); Mendo Barat (ibukotanya Petaling); Puding Besar (ibukotanya Puding Besar); Bakam (ibukotanya Bakam); Riau Silip (ibukotanya Riau Silip); serta Belinyu (ibukotanya Belinyu). Lokasi penelitian ditetapkan di tiga kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka tersebut. Penetapan ini didasarkan atas kriteria yaitu kecamatan-kecamatan yang areal tanam dan produksi ladanya masih dominan. Sebagai acuan, digunakan data sekunder luas areal tanam dan produksi lada pada setiap kecamatan di Kabupaten Bangka pada tahun 2009. Luas areal tanam dan produksi perkebunan lada pada 23 www.bakosurtanal.go.id. [Diakses tanggal 1 Agustus 2010] 112

setiap kecamatan di Kabupaten Bangka tahun 2009, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Areal Tanam dan Produksi Lada per Kecamatan di Kabupaten Bangka Tahun 2009 No Kecamatan Areal Tanam (Ha) Produksi (Ton) 1. Mendo Barat 1.704 936 2. Bakam 869 469 3. Riau Silip 604 166 4. Puding Besar 277 125 5. Merawang 205 122,2 6. Belinyu 133 126,9 7. Sungailiat 34 44 8. Pemali 8 8 Total 3.834 1.997,1 Sumber: Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka (2010) Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa Kecamatan Mendo Barat, Bakam, dan Riau Silip berada dalam posisi tiga besar wilayah yang areal tanam dan produksi ladanya masih dominan. Kecamatan Mendo Barat berada di posisi pertama, diikuti oleh Kecamatan Bakam dan Riau Silip. Oleh sebab itu, dipilihlah Kecamatan Mendo Barat, Bakam, dan Riau Silip sebagai lokasi penelitian. Kecamatan Mendo Barat memiliki 13 wilayah administratif desa, yaitu Desa Kota Kapur, Penagan, Rukam, Air Buluh, Kace, Cengkong Abang, Air Duren, Petaling, Mendo, Paya Benua, Kemuja, Zed, dan Labuh Air Pandan. Desa Petaling, Air Duren, dan Kemuja dipilih menjadi lokasi pengambilan sampel petani lada untuk penelitian, sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kondisi perkebunan lada dari setiap desa yang ada di Kecamatan Mendo Barat dapat dilihat pada Tabel 22. 113

Tabel 22. Areal Tanam dan Luas Panen Lada per Desa di Kecamatan Mendo Barat Tahun 2009 No Desa Areal Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) 1. Kota Kapur 20 15 2. Petaling 70,25 51 3. Penagan 30 25 4. Air Buluh 5 4 5. Kace 72 15 6. Paya Benua 28 20 7. Kemuja 80 40 8. Air Duren 50 35 9. Mendo 24 15 10. Zed 4 4 11. Rukam 60 40 12. Labuh Air Pandan 87 74 13. Cengkong Abang 60 30 Total 590,25 368 Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Petaling (BPP Petaling) (2010) (Diolah) Kecamatan Bakam memiliki sembilan wilayah administratif desa, yaitu Desa Kapuk, Neknang, Tiang Tara, Dalil, Bakam, Mangka, Mabat, Bukit Layang, dan Maras Senang. Desa yang terpilih sebagai lokasi pengambilan sampel petani lada adalah Desa Bakam, Dalil, dan Neknang. Penetapan ketiga desa tersebut didasarkan atas kriteria yang sama seperti penetapan ketiga desa di Kecamatan Mendo Barat. Kondisi perkebunan lada di Kecamatan Bakam dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Areal Tanam dan Luas Panen Lada per Desa di Kecamatan Bakam Tahun 2009 No Desa Areal Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) 1. Maras Senang 17 10 2. Kapuk 17 10 3. Neknang 25 18 4. Tiang Tara 18 9 5. Dalil 25 15 6. Bakam 37 22 7. Mangka 11 6 8. Mabat 28 18 9. Bukit Layang 30 10 Total 208 118 Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Bakam (BPP Bakam) (2010) (Diolah) 114

Kecamatan Riau Silip memiliki sembilan wilayah administratif desa, yaitu Desa Banyuasin, Pangkal Niur, Pugul, Cit, Deniang, Mapur, Silip, Riau, dan Berbura. Desa yang ditetapkan untuk pengambilan sampel petani lada adalah Desa Cit, Silip, dan Banyu Asin, karena sesuai dengan kriteria. Kondisi perkebunan lada di Kecamatan Riau Silip dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Areal Tanam dan Luas Panen Lada per Desa di Kecamatan Riau Silip Tahun 2009 No Desa Areal Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) 1. Banyu Asin 196 41 2. Pangkal Niur 40 25 3. Berbura 25 1,7 4. Silip 125 45 5. Riau 65 25 6. Pugul 12 10,5 7. Cit * 40 8. Deniang 50,22 * 9. Mapur * 30 Total 513,22 218,2 Keterangan: * ) Data tidak tersedia Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Pangkal Niur (BPP Pangkal Niur) (2010) (Diolah) Lokasi kesembilan desa di tiga kecamatan yang terpilih, yaitu Desa Petaling, Air Duren, Kemuja, Bakam, Dalil, Neknang, Cit, Silip, dan Banyuasin dapat diakses dari ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Pangkalpinang) atau Kabupaten Bangka (Sungailiat). Jarak terdekat lokasi-lokasi penelitian tersebut dengan ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau Kabupaten Bangka dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Jarak Terdekat Lokasi-lokasi Penelitian dengan Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau Kabupaten Bangka Ke PKP SLT ADN PTG KJA BKM DIL NKG BA SLP CIT PKP 33 12 15 20 36 43 58 78 71 60 SLT 33 45 47 42 38 45 60 62 38 27 Keterangan: PKP : Pangkalpinang SLT: Sungailiat ADN: Air Duren PTG: Petaling KJA: Kemuja BKM: Bakam DIL: Dalil NKG: Neknang BA: Banyuasin SLP: Silip CIT: Cit Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka (2009) dan Bupati Bangka (2010) (Diolah) 115

5.2. Karakteristik Wilayah Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim tropis, yang dipengaruhi oleh angin musim. Sebagian besar daerahnya merupakan dataran rendah, lembah, serta sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata 500 m dpl, sedangkan untuk pegunungan, yang paling tinggi mencapai 699 m dpl, yaitu di Gunung Maras. Daerah perbukitan tertinggi dapat mencapai 455 m dpl, yaitu Bukit Menumbing. Secara umum, tanah di Kepulauan Bangka Belitung memiliki ph di bawah 5 atau asam, akan tetapi memiliki kandungan aluminium yang tinggi. Tanahnya banyak mengandung mineral dan bahan galian, seperti biji timah, pasir, pasir kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat, dan sebagainya. Jenis tanahnya yaitu podsolik dan litosol; asosiasi podsolik; serta asosisasi aluvial, hedromotif, clay humus, dan regosol. Adapun profil wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu komposisi dari lahan datar, dengan luas sekitar 46,19 persen; bergelombang, dengan luas 41,08 persen; dan sisanya dengan luas 12,37 persen merupakan wilayah berbukit, bergunung, serta berawa-rawa. Secara spesifik, Kabupaten Bangka juga memiliki karakteristik wilayah yang sama dengan wilayah kepulauan Bangka Belitung pada umumnya. Kabupaten Bangka memiliki iklim tropis. Jenis struktur tanahnya adalah aluvial, aluvial hidromorf, litosol, dan podsolik, dengan penyebaran menurut kecamatan, yakni, untuk jenis tanah podsolik tersebar di seluruh wilayah kecamatan; jenis tanah litosol tersebar di Kecamatan Sungailiat, Bakam, Pemali, Merawang, Belinyu dan Riau Silip; jenis tanah aluvial hidromorf tersebar di Kecamatan Bakam, Merawang, Puding Besar, Mendo Barat, Belinyu, dan Riau Silip. Secara morfologi (profil wilayah), Kabupaten Bangka terbagi atas daerah dataran rendah yang jenis tanahnya asosiasi aluvial hedromotif dan regosol, dengan luas penyebaran 10.433,703 ha; datar sampai berombak (daerah-daerah lembah) yang jenis tanahnya asosiasi podsolik, dengan luas penyebaran 14.681,961 ha; daerah berombak dan bergelombang yang jenis tanahnya asosiasi podsolik, dengan luas 1.219,491 ha; serta daerah berbukit yang jenis tanahnya komplek podsolik dan litosol, dengan luas penyebaran 713,545 ha. Keadaan tanah di Kabupaten Bangka sangat mendukung dan potensial untuk pengembangan tanaman lada. Tanaman lada umumnya tumbuh baik pada 116

tanah podsolik, andosol, latosol, dan granosol dengan tingkat kesuburan dan drainase yang baik (Rismunandar 2007). Kabupaten Bangka memiliki banyak daerah yang sesuai untuk tanaman lada, karena jenis tanah podsolik tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di kabupaten tersebut, termasuk diantaranya lokasi kecamatan terpilih, yaitu Kecamatan Mendo Barat, Bakam, dan Riau Silip. Oleh sebab itu pula, tanaman lada dapat menjadi tanaman unggulan Kabupaten Bangka. 5.3. Demografi Pada tahun 2008, jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 1.122.526 orang dan pada tahun 2009 diproyeksikan menjadi 1.138.129 orang. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Bangka adalah 244.162 orang, atau hampir mencapai 22 persen (21,75 persen) dari keseluruhan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008. Kabupaten Bangka, yang pada tahun 2008 jumlah penduduknya 244.162 orang, memiliki penduduk angkatan kerja sebesar 127.544 orang. Untuk lebih jelas, kondisi ketenagakerjaan Kabupaten Bangka dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Bangka Tahun 2008 No Indikator Satuan Jumlah 1. Penduduk Angkatan Kerja Orang 127.544 2. Bekerja Orang 119.928 3. Mencari Pekerjaan Orang 7.616 4. Tingkat Pengangguran % 5,97 5. Penduduk Bukan Angkatan Kerja Orang 70.891 6. Penduduk Usia 15+ Orang 198.435 7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 64,27 Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka (2010) Tabel 26 memperlihatkan bahwa pada tahun 2008, penduduk angkatan kerja yang bekerja adalah 119.928 orang dan yang belum bekerja adalah 7.616 orang. Angkatan kerja yang bekerja tersebut diserap oleh sembilan sektor lapangan usaha yang ada di Kabupaten Bangka. Sembilan sektor tersebut yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; 117

sektor listrik, gas, dan air; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Adapun struktur tenaga kerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Bangka pada tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Struktur Tenaga kerja Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bangka Tahun 2008 No Lapangan Usaha Persentase (%) Sektor Persentase (%) 1. Pertanian 37,80 2. Pertambangan dan Penggalian 23,13 PRIMER 60,93 3. Industri Pengolahan 4,78 4. Listrik, gas, dan air 0,39 SEKUNDER 10,43 5. Bangunan 5,26 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 13,23 7. Pengangkutan dan komunikasi 2,96 8. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 0,53 TERSIER 28,64 9. Jasa-jasa 11,93 Total 100,00 100,00 Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka (2010) Tabel 27 menunjukkan bahwa lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor primer, khususnya pada sektor pertanian, yaitu sebesar 37,80 persen. Setelah itu, dominasi lapangan usaha penyerap tenaga kerja diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (23,13 persen); sektor perdagangan, hotel, dan restoran (13,23 persen); serta sektor jasa-jasa (11,93 persen). Berdasarkan data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Bangka masih menggantungkan kehidupan ekonominya pada sektor pertanian. Begitupula di lokasi penelitian yang ditetapkan oleh peneliti. Kecamatan Mendo Barat memiliki jumlah penduduk sebesar 38.250 orang. Penduduk yang memiliki mata pencaharian di kecamatan tersebut pada tahun 2008 adalah 18.859 orang atau sekitar 49,3 persen dari jumlah penduduknya. Terdapat 12 jenis pekerjaan yang menjadi mata pencaharian penduduk bekerja di Kecamatan Mendo Barat, yaitu petani, industri, konstruksi, pedagang, 118

transportasi, PNS (Pegawai Negeri Sipil), ABRI, Pensiunan PNS/ABRI, buruh bangunan, peternak sapi, pengrajin, dan nelayan. Sebagian besar penduduk Mendo Barat bermata pencaharian sebagai petani, yaitu 16.365 orang atau mencapai 86,78 persen dari penduduk bekerja. Mata pencaharian utama lainnya yang dilakukan oleh penduduk Mendo Barat adalah nelayan sebanyak 924 orang, atau sekitar 4,89 persen dari penduduk bekerja. Hal ini membuktikan bahwa, penduduk Mendo Barat umumnya masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian (dalam arti luas). Pada tahun 2008 Kecamatan Bakam berpenduduk sebanyak 15.034 orang, dimana dari jumlah tersebut, yang memiliki mata pencaharian adalah sebanyak 9.124 orang atau hampir mencapai 61 persen dari seluruh penduduk Bakam. Jenis pekerjaan yang dijadikan sebagai mata pencaharian penduduk Kecamatan Bakam, yaitu petani, industri, konstruksi, pedagang, transportasi, PNS (Pegawai Negeri Sipil), ABRI, Pensiunan PNS/ABRI, buruh bangunan, peternak sapi, peternak itik, dan penambang timah. Sebagian besar penduduk kecamatan tersebut bermata pencaharian sebagai petani, yaitu sebanyak 8.056 orang atau 88,29 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Selain itu, pekerjaan yang banyak dilakukan oleh penduduk adalah sebagai penambang timah, yaitu sebanyak 248 orang atau hampir mencapai 3 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa umumnya penduduk Kecamatan Bakam masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian dalam arti yang luas. Kecamatan Riau Silip memiliki jumlah penduduk sebanyak 23.839 orang, sedangkan jumlah penduduk yang bekerja adalah sebanyak 7.577 orang atau 31,78 persen dari seluruh penduduknya. Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk kecamatan tersebut, diantaranya petani, industri, pedagang, transportasi, PNS (Pegawai Negeri Sipil), ABRI, pensiunan PNS/ABRI, buruh bangunan, peternak sapi, peternak itik, dan nelayan. Sebagian besar penduduk Kecamatan Riau Silip bekerja sebagai petani, yaitu sebanyak 4.614 orang atau 60,89 persen seluruh penduduk yang bekerja. Kemudian, yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 1.085 orang dan nelayan sebanyak 630 orang, atau 14,31 persen dan 8,31 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Keadaan ini juga menunjukkan 119

bahwa perekonomian penduduk Riau Silip umumnya masih didukung oleh sektor pertanian dalam arti luas. 5.4. Potensi Umum Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki beragam potensi daerah. Salah satunya adalah potensi perkebunan, yang meliputi perkebunan lada, kelapa sawit, karet, cengkeh, dan coklat. Beberapa potensi perkebunan yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan potensi atau kontribusi dari wilayah Kabupaten Bangka. Perkebunan di Kabupaten Bangka dibagi atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Produksi komoditas perkebunan rakyat antara lain lada, karet, kelapa, kelapa sawit, cengkeh, dan cokelat. Secara keseluruhan, komoditas perkebunan yang paling dominan diusahakan di Kabupaten Bangka adalah lada, karet, kelapa, dan kelapa sawit. Produksi lada, karet, kelapa, dan kelapa sawit, khususnya perkebunan rakyat, di Kabupaten Bangka pada tahun 2008 dan 2009 dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Produksi Lada, Karet, dan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Tahun 2008 dan 2009 Kecamatan Lada (Ton) Karet (Ton) Kelapa (Ton) Kelapa Sawit (Ton) 2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009 Sungailiat 8,62 44,00 112,14 117,00 2.299,91 2.075,00 36,66 982,80 Pemali 47,70 8,00 781,20 413,00 601,70 9,70 519,35 4.536,00 Bakam 404,10 496,00 1.052,10 1.729,00 133,10 478,00 5.804,50 9.901,00 Merawang 38,70 122,20 297,36 578,40 84,70 118,50 809,58 2.994,00 Puding Besar 13,50 125,00 2.769,48 2.246,00 601,70 24,00 8.294,33 8.968,00 Belinyu 81,90 126,90 252,05 383,45 25,30 434,30 1.649,70 3.752,00 Riau Silip 156,60 166,00 4.217,22 1.510,00 359,70 291,00 1.023,43 5.502,00 Mendo Barat 908,10 936,00 5.162,22 13.345,14 40,48 27,45 1.053,98 3.342,00 Total 1.659,22 2.024,10 14.643,77 20.321,99 4.146,59 3.457,95 19.191,51 39.977,80 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangka (2010) (Diolah) Tabel 28 menunjukkan bahwa dari ketiga kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian, Kecamatan Mendo Barat memiliki produksi paling besar untuk komoditi lada dan karet, pada tahun 2008 dan 2009. Komoditi Kelapa paling banyak dihasilkan di Kecamatan Sungailiat pada tahun 2008 dan 2009. 120

Sementara itu, produksi kelapa sawit yang paling besar pada tahun 2008 berada di Kecamatan Puding Besar, sedangkan untuk tahun 2009, produksi paling besar terdapat di Kecamatan Bakam. Tanaman lada, karet, dan kelapa sawit dalam skala Kabupaten Bangka, antara tahun 2008-2009, mengalami peningkatan produksi, sedangkan tenaman kelapa mengalami penurunan produksi. Jika dibandingkan antara ketiga jenis tanaman yang mengalami kenaikan produksi tersebut, maka kenaikan yang paling besar adalah produksi pada tanaman kelapa sawit, yaitu sebesar 20.786,29 ton; kemudian karet, yaitu sebesar 5.678,22 ton; dan yang terakhir adalah lada, yaitu hanya sebesar 364,88 ton. Perkebunan besar yang ada di Kabupaten Bangka dikelola oleh delapan perkebunan swasta. Perkebunan swasta tersebut yaitu PT. Sumarco Makmun Indah, PT. Gunung Maras Lestari, PT. Tata Sawit Permai Lestari, PT. Tri Jaya Hasil Lestari, PT. Sawindo Kencana, PT. Tata Hamparan Eka Persada, PT. Gunung Pelawan Lestari, dan PT. Putra Bangka Mandiri, dengan tanaman utama yang diusahakan adalah kelapa sawit. Pada tahun 2008, berdasarkan data dari BPS Kabupaten Bangka, areal kebun inti, dari lima perusahaan perkebunan sawit, yaitu PT. Sumarco Makmun Indah, PT. Gunung Maras Lestari, PT. Sawindo Kencana, PT. Tata Hamparan Eka Persada, dan PT. Putra Bangka Mandiri mencapai 40.705,17 ha. Beberapa perusahaan tersebut memiliki perkebunan kelapa sawit plasma, seperti PT. Sumarco Makmun Indah dan PT. Hamparan Eka Persada, masing-masing seluas 10.000 ha dan 5.500 ha. Jika ditotal, maka perkebunan kelapa sawit plasma yang ada di Kabupaten Bangka luasnya adalah 15.500 ha. 5.5. Perekonomian Kondisi ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sangat terpengaruh oleh harga minyak dan gas (migas). Oleh sebab itu, dalam perhitungan PDRB (Produks Domestik Regional Bruto) dibuat dua, yaitu PDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas. Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tanpa migas secara umum lebih tinggi daripada pertumbuhan PDRB dengan migas, karena semakin menurunnya produksi migas dalam tiga tahun terakhir dan meningkatnya sektor-sektor di luar migas. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) pada tahun 2008 termasuk migas diperkirakan 121

tumbuh sekitar 4,4 persen. Terjadi sedikit perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya (4,54 persen). Sejalan dengan PDRB ADHK migas, PDRB ADHK tanpa migas juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu 5,37 persen pada tahun 2007, menjadi 5,03 persen pada tahun 2008. Produk Domestik Regional Bruto dengan migas Provinsi Bangka Belitung dilihat berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp 21,576 triliun. Terjadi peningkatan sekitar 20,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Rp 17,895 triliun). Sementara itu, PDRB ADHB tanpa migas diperkirakan mencapai Rp 21,076 triliun pada tahun 2008, meningkat 21,34 persen dibandingkan tahun 2007 (Rp 17,369 triliun). Struktur ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008 menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Gambar 13. Pertanian (19,89%) Pertambangan dan Penggalian (18,20%) Jasa-Jasa (9,12%) Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan (2,54%) Pengangkutan & Komunikasi (3,96%) Perdagangan, Hotel, & Restoran (18,21%) Keterangan: Angka Sangat Sementara Bangunan (6,49%) Industri Pengolahan (21,01%) Listrik, Gas, & Air Bersih (0,58%) Gambar 13. Struktur Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Sumber: BPS dan BAPPEDA (2009) Secara sektoral, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB ADHB dengan migas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008, yaitu sebesar 21,01 persen. Sedangkan sumbangan sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor pertambangan dan penggalian, yaitu masing-masing sebesar 19,89 persen, 18,21 persen, dan 18,20 persen. Total kontribusi keempat sektor tersebut terhadap pembentukan PDRB ADHB dengan migas adalah sebesar 77,31 persen, dan sisanya disumbangkan oleh sektor lain, seperti sektor listrik, gas, dan air bersih; 122

sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Struktur pembentukan perekonomian Kabupaten Bangka memiliki perbedaan dengan perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum. Perekonomian Kabupaten Bangka dalam beberapa tahun ke depan masih akan didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertambangan dan penggalian; pertanian; serta perdagangan, hotel, dan restoran. Kontribusi ketiga sektor ini sangat dominan dalam pembentukan PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bangka. Distribusi persentase PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2008, seperti yang tersaji pada tabel berikut dapat memperkuat fakta kondisi perekonomian tersebut. Tabel 29. Kontribusi Tiga Sektor Utama dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Bangka tahun 2008 No Lapangan Usaha Kontribusi PDRB (%) Real Growth (%) 1. Pertambangan dan penggalian 23,86 0,34 2. Pertanian 23,80 4,27 3. Perdagangan, hotel, dan restoran 19,98 7,15 Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka (2010) Produk utama dari pertambangan dan penggalian diantaranya pertambangan timah, penggalian pasir kuarsa, penggalian tanah kaolin, dan pasir bangunan lainnya. Tingginya kontribusi sektor ini disebabkan oleh kondisi geologis Kabupaten Bangka yang sangat kaya dengan kandungan mineral bumi. Pengusahaan tambang timah (TI atau tambang Inkonvensional), selain diusahakan oleh masyarakat, juga dikelola oleh perusahaan besar, yaitu PT. Timah. Meskipun memberikan kontribusi yang besar, namun pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian ini menunjukkan tren yang terus menurun. Jika pada tahun 2005 pertumbuhannya mencapai 6,37 persen, maka pada tahun 2008, pertumbuhannya hanya mencapai 0,34 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini tidak dapat terus-menerus dijadikan andalan perekonomian Kabupaten Bangka. Penyebabnya antara lain tingkat produksi yang terus berkurang dan harga output 123

yang fluktuatif. Selain itu, penambangan timah dapat menyebabkan degradasi lahan dan landscape yang tinggi. Sektor pertanian yang didominasi oleh subsektor perkebunan merupakan prime mover dalam perekonomian Kabupaten Bangka. Disebut prime mover karena sektor ini mampu memberikan kontribusi besar dalam perekonomian, baik ditinjau dari aspek harga berlaku, harga konstan, dengan adanya komoditi timah, maupun tanpa adanya timah; memiliki derajat kepekaan dan derajat penyebaran yang tinggi; dan merupakan sektor utama yang banyak memberikan pengaruh positif terhadap sektor lain. Tiga keunggulan utama sektor pertanian yang menjadikannya selalu memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian daerah adalah input produksinya yang sebagian besar domestic resource base, memiliki tingkat backward dan forward linkage yang tinggi dengan sektor-sektor lainnya, serta outputnya yang export oriented. Selain itu, sektor pertanian juga menjadi sektor yang paling tahan terhadap krisis ekonomi dan moneter. Bahkan, hingga saat ini, sebagian besar komoditi dan devisa ekspor Kabupaten Bangka berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Bangka terdiri atas lima subsektor pembentuk, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, serta perikanan. Kontribusi masingmasing subsektor terhadap sektor pertanian dalam PDRB ADHB tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Kontribusi Subsektor Terhadap Sektor Pertanian dalam PDRB ADHB Kabupaten Bangka Tahun 2008 No Subsektor Kontribusi PDRB Sektor Pertanian (%) Jumlah (Juta Rupiah) 1. Tanaman bahan makanan 5,88 228.148 2. Tanaman perkebunan 10,58 410.161 3. Peternakan dan hasil-hasilnya 0,65 25.274 4. Kehutanan 0,64 24.730 5. Perikanan 6,05 234.708 Keterangan: Angka Sangat Sementara Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka (2010) 124

Tabel 30 menunjukkan bahwa subsektor yang berkontribusi paling besar terhadap pembentukan PDRB ADHB sektor pertanian Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah subsektor tanaman perkebunan. Terdapat beberapa tanaman yang menjadi tanaman unggulan dalam membentuk PDRB subsektor tanaman perkebunan. Salah satunya adalah tanaman lada, selain karet, kelapa, dan kelapa sawit, yang merupakan tanaman-tanaman produksi dengan jumlah produksi yang paling besar di Kabupaten Bangka, khususnya pada tahun 2008 (Tabel 28). Produksi tanaman lada di Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah 1.659,22 ton. Berdasarkan data harga rata-rata lada putih tahun 2008 dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu sebesar Rp 41.467 per kg, maka nilai produksi lada di Kabupaten Bangka adalah sebesar Rp 68.802.875.740. Tanaman karet rakyat Kabupaten Bangka, pada tahun 2008 memiliki produksi sebesar 14.643,77 ton. Jika diasumsikan harga karet rata-rata pada tahun 2008 adalah sekitar Rp 10.342 per kg (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009), maka nilai dari produksi karet rakyat di Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah Rp 151.445.869.300. Produksi kelapa sawit di Kabupaten Bangka dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan swasta. Produksi perkebunan kelapa sawit rakyat pada tahun 2008 adalah 19.191,51 ton. Jika diasumsikan produksi tanaman kelapa sawit perkebunan rakyat di Kabupaten Bangka seluruhnya adalah TM X, maka harga rata-rata tahun 2008 untuk tandan buah segar TM X rakyat adalah sekitar Rp 1.408 per kg (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009). Berdasarkan asumsi tersebut didapat nilai produksi sawit perkebunan rakyat di Kabupaten Bangka, yaitu mencapai Rp 27.021.646.080. Nilai produksi dari tanaman lada, karet, dan kelapa sawit tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 31. 125

Tabel 31. Nilai Produksi Tanaman Lada, Karet, dan Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka Tahun 2008 No Tanaman Produksi (Ton) Asumsi Harga Nilai Produksi (Rp/Kg) (Rp) 1. Lada 1.659,22 41.467 68.802.875.740 2. Karet 14.643,77 10.342 151.445.869.300 3. Kelapa Sawit 19.191,51 1.408* 27.021.646.080 Total 247.270.391.120 Keterangan: * ) Produksi tandan buah segar diasumsikan TM X Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangka (2010) dan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2008) Berdasarkan estimasi perhitungan nilai produksi yang telah dilakukan untuk tanaman lada, karet, dan kelapa sawit, jika dibandingkan antara nilai produksi tersebut terhadap besarnya PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan Kabupaten Bangka, maka persentase nilai produksi perkebunan lada, karet, dan kelapa sawit rakyat Kabupaten Bangka masing-masing sekitar 16,77 persen, 36,92 persen, dan 6,59 persen dari PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan. Persentase total nilai produksi ketiga tanaman tersebut dibandingkan dengan PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan Kabupaten Bangka adalah sekitar 60,29 persen. Sisanya, sekitar 39,71 persen dapat berupa kontribusi tanaman perkebunan lain, seperti kelapa, cokelat, aren, cengkeh, kemiri, pinang, atau tanaman perkebunan kelapa sawit yang diusahakan perusahaan swasta. Hal ini memberi gambaran bahwa, tanaman lada, karet, dan kelapa sawit signifikan peranannya dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bangka, khususnya PDRB ADHB subsektor perkebunan tahun 2008. Penyebab lain yang menjadikan sektor pertanian sebagai prime mover adalah laju pertumbuhanya yang juga terus meningkat dari 4,13 persen di tahun 2006, menjadi 4,27 persen di tahun 2008. Meskipun mengalami peningkatan, jika diamati secara mendetail, peningkatan pertumbuhan tersebut tidak beranjak dari level empat persen. Relatif lambannya pertumbuhan ini disamping disebabkan karena lambatnya perkembangan teknologi produksi, juga disebabkan oleh terus menurunnya tingkat harga jual beberapa komoditi utama, seperti lada, karet, dan kelapa sawit, serta pada saat yang bersamaan, tingkat harga input produksi utama, seperti pupuk dan sarana produksi lainnya cenderung terus meningkat. 126

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan representasi dari sektor pariwisata. Selama beberapa tahun terakhir, sektor perdagangan, hotel, dan restoran selalu memberikan kontribusi dominan terhadap perekonomian. Tingginya kontribusi tersebut disebabkan karena secara tradisional, Kabupaten Bangka merupakan daerah dengan transaksi jasa yang tinggi dan didukung sektor pariwisata yang banyak menjadi tujuan utama wisatawan, dengan disertai berbagai potensi, baik kondisi alam, maupun sosial budaya masyarakat yang mendukung, serta letak strategis antar pulau sebagai tempat untuk pertemuanpertemuan penting, olahraga, dan istirahat. Akibat tradisi pariwisata tersebut adalah cepat tumbuhnya subsektor perdagangan dan restoran, serta tingginya tingkat hunian hotel-hotel dan penginapan yang ada. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, adalah karena sektor ini merupakan salah satu sektor yang digerakkan oleh sektor pertambangan dan pertanian. Fluktuasi yang terjadi di sektor pertambangan dan pertanian akan diikuti juga oleh fluktuasi di sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kondisi ini terlihat jelas dari sisi pertumbuhan ekonomi sektoral. Dalam tiga tahun terakhir, sektor ini mengalami pertumbuhan yang terus meningkat, dari 6,18 persen di tahun 2006, 6,23 persen di tahun 2007, dan 7,15 persen di tahun 2008. Berdasarkan gambaran di atas dapat diprediksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan, saat deposit timah sudah habis terkuras, maka sektor-sektor dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bangka akan mengalami pergeseran. Potret kondisi perekonomian tanpa timah ini sekaligus memberikan gambaran bagaimana prospek perekonomian di masa depan. Sektor pertanian serta perdagangan, hotel, dan restoran tetap akan mendominasi. Sedangkan sektor pertambangan diperkirakan tidak lagi menjadi bagian sektor yang dapat dikembangkan. Sebagai gantinya, pengembangan perekonomian juga harus diarahkan kepada sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan keuangan, serta sektor persewaan dan jasa perusahaan. 127