Iswidhani¹, Suhaema¹ ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. juta (PERKENI, 2015). Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun penderita DM di Klinik Pratama Firdaus sebanyak 109 orang.

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

DAFTAR ISI. Halaman Halaman Judul... Halaman Pengesahan. Pernyataan.. Abstrak... Abstract.. Kata Pengantar... Daftar Isi. Daftar Tabel...

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten


BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

Transkripsi:

PENDIDIKAN MANAJEMEN DIABETES MANDIRI MELALUI KUNJUNGAN RUMAH MENINGKATKAN PENGETAHUAN, MEMPERBAIKI ASUPAN ZAT GIZI DAN KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI KOTA MATARAM Iswidhani¹, Suhaema¹ ABSTRAK Pendidikan manajemen diabetes mandiri (Diabetes Self Management Education [DSME]) merupakan elemen yang sangat penting dalam pengelolaan diabetes yang baik. Beberapa hasil penelitian menunjukkan intervensi yang menyeluruh, termasuk manajemen diabetes mandiri dapat mencegah komplikasi pada DM tipe 1 dan tipe 2. Sampai saat ini belum banyak penelitian di Indonesia yang menjelaskan manfaat penggunaan DSME dalam pengelolaan diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan, asupan zat gizi dan kadar gula darah setelah mendapatkan DSME pada pasien DM tipe 2. Jenis penelitian ini adalah Quasy Experiment dengan disain one group pre and post test. Sampel adalah pasien DM tipe 2 rawat jalan di 4 Puskesmas di Kota Mataram. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sampel, status gizi, data pengetahuan asupan zat gizi dan kadar glukosa darah. Bentuk DSME yang dilakukan adalah penyuluhan gizi terkait diabetes melalui kunjungan rumah selama 3 kali. Uji Paired t- test untuk mengetahui perbedaan pengetahuan asupan dan kadar glukosa darah. Hasil: Jumlah sampel sebanyak 20 orang, 80 % perempuan, rerata usia 59,5 tahun, 80% melakukan olahraga, 90% mengkonsumsi OHO/insulin dan rerata IMT awal 24,1 kg/m². Skor pengetahuan awal rerata 18,7 point, di akhir penelitian menjadi 20,4 point (p=0,001). Rerata asupan energy, protein, lemak dan karbohidrat berbeda bermakna antara awal dan akhir penelitian (p=0,000). Kadar glukosa darah mengalami penurunan dari 336 mg/dl menjadi 236 mg/dl (p=0,000). Kesimpulan: Penerapan DSME melalui kunjungan rumah dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pengelolaan diabetes, memperbaiki asupan zat gizi dan menurunkan kadar glukosa darah sewaktu. Kata Kunci : DSME, pengetahuan, asupan zat gizi, kadar glukosa darah, DM tipe 2 1. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram

A. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir ini terlihat kecenderungan peningkatan insidensi dan prevalensi Diabetes Melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Prevalensi DM di Indonesia pada dekade 1980 dengan sebaran bervariasi antara 0,8 % sampai 6,1 %. Hasil penelitian tahun 2000 di daerah sub-urban Jakarta ternyata menunjukkan peningkatan prevalensi 12,8 % dan daerah urban pada tahun 2003 menjadi 14,7 % (PERKENI, 2006). Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat yang disebabkan karena usia harapan hidup yang bertambah, berkurangnya kematian akibat penyakit infeksi dan meningkatnya faktor risiko oleh karena pola hidup dan pola makan yang salah, kegemukan, kurangnya aktivitas fisik, serta stress (Suyono, S. 2004). Penanganan penderita Diabetes ditujukan untuk memperlambat atau mencegah komplikasi dengan cara memperbaiki kontrol metabolik sedini mungkin. Sesuai dengan sifat alami penyakit DM maka perawatan harus dilakukan secara berkelanjutan. Dalam perawatan harus dilakukan usaha untuk membantu pasien agar mengetahui kondisi penyakitnya dan terampil dalam mengatur diri sendiri dan mengelola penyakit yang dialaminya. Empat pilar utama pengelolaan DM dimulai dengan perencanaan makanan dan latihan jasmani selama 4-8 minggu yang dibarengi dengan edukasi. Bila dalam kurun waktu tersebut kadar glukosa darah belum terkendali perlu ditambahkan obat hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan insulin sesuai indikasi. Edukasi adalah dasar penatalaksanaan diabetes yang bertujuan untuk perawatan mandiri (Syahbudin, 2004). Program Diabetes Self-Management Education (DSME) terbukti telah dapat menurunkan kadar gula darah secara bertahap (Polonsky et al, 2003). Cara kerjanya dengan mengajarkan setiap individu untuk mengatur penanganan diabetes secara mandiri melalui kegiatan penyuluhan baik pada saat rawat jalan atau setelah di rumah. Kegiatan tersebut juga merupakan bagian penting dari manajemen klinis bagi penderita DM. The American Diabetes Association (ADA, 2010) merekomendasikan kegiatan penyuluhan untuk menjaga agar pengetahuan tentang diabetes tetap dimiliki oleh pasien. Kegiatan ini sebaiknya diulang paling tidak setahun sekali agar supaya pasien mendapatkan sistem pendidikan yang optimal untuk kondisinya. Manajemen diabetes mandiri ini berbeda dari pendidikan DM yang tradisional. Manajemen mandiri lebih mengarah pada tindakan nyata dan perubahan perilaku. Oleh sebab itu dalam upaya memberikan DSME maka setiap sesi difokuskan dalam

mengidentifikasi perilaku tertentu dan memberikan tujuan yang jelas yang nantinya akan diadopsi oleh penyandang DM, yang akhirnya dapat mengoptimalkan kontrol glikemik, menghindari komplikasi akut maupun kronis dan mengoptimalkan kualitas kehidupan (Susan L Noris, et al., 2002). Hasil penelitian tentang DSME sangat bervariasi baik pada lama waktu follow up, usia sampel, jenis kelamin, dan metode penelitiannya. Lama waktu penelitian antara 1bulan sampai 12 bulan. Interval usia antara 43 tahun sampai 72 tahun. Jumlah sampel yang digunakan juga bervariasi mulai dari 7 orang sampai dengan 625 orang. Indikator outcome (indicator luaran) yang diamati juga sangat bervariasi seperti pemeriksaan mata, pengetahuan, kadar A1C, pengetahuan gizi, berat badan, rehospitalization, kadar gula darah, kebiasaan penanganan individu, keterampilan, kondisi kaki, dan kekerapan kunjungan gawat darurat (Susan L Noris, et al.2002). Menurut data RSU Provinsi NTB, prevalensi pasien rawat jalan yang menderita DM sebanyak 23 % dari jumlah pasien pada tahun 2010 (Profil RSU Propinsi NTB), sedangkan prevalensi DM menurut data dari 5 Puskesmas di Kota Mataram rata-rata sebesar 6-7 % dari pasien rawat jalan (Data Terolah, 2011). Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh DSME melalui kunjungan rumah terhadap perubahan pengetahuan tentang diabetes dan pengelolaannya, asupan zat gizi dan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Kota Mataram. METODE PENELITIAN: Jenis penelitian ini adalah Quasy Experiment dengan disain One pre and post test. Penelitian telah dilakukan di empat (4) wilayah kerja Puskesmas di Kota Mataram, yaitu Puskesmas Mataram, Puskesmas Ampenan, Puskesmas Cakranegara, dan Puskesmas Karang Taliwang, yang berlangsung selama 3 bulan (Agustus s/d Oktober 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita DM tipe 2 rawat jalan yang berdomisili di wilayah kerja 4 Puskesmas di Kota Mataram pada tahun 2011. Sampel penelitian adalah pasien DM tipe 2 di wilayah dimaksud yang bersedia mengikuti penelitian pendidikan manajemen diabetes mandiri yang berupa penyuluhan melalui kunjungan rumah dan bersedia mengikuti 3 sesi penyuluhan dalam kurun waktu 1 bulan. Jumlah sampel sebanyak 20 orang, masing-masing lima orang dari setiap puskesmas. Data yang dikumpulkan meliputi karakterik sampel terdiri dari umur, jenis kelamin, konsumsi obat dan olahraga yang dikumpulkan melalui wawancara

menggunakan kuesioner terstruktur. Data antropometri melalui penimbangan BB dan pengukuran TB untuk menentukan status gizi berdasarkan IMT, data pengetahuan awal dan akhir yang dikumpulkan melalui wawancara, data asupan zat gizi melalui metode food recall 1 x 24 jam yang dikumpulkan pada awal penelitian dan pada setiap sesi penyuluhan. Data kadar glukosa darah sewaktu dikumpulkan dengan metode Finger Stick menggunakan alat digital Gluco-test. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, asupan zat gizi dan kadar glukosa darah sewaktu dilakukan analisis statistic Paired t-tes pada tingkat kepercayaan 95% (α 0,05). HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Sampel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 20 pengidap DM tipe 2 yang bersedia berpartisipasi menjadi sampel. Sebagian besar sampel yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah perempuan (80%). Rata-rata umur sampel adalah 59,5 tahun, yang tertua adalah 82 tahun dan yang termuda 34 tahun. Sampel terbanyak berusia < 60 tahun, kemudian diikuti dengan kelompok umur 60-70 tahun serta > 70 tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. <60 th 60-70 th >70 th 15% 45% 40% Gambar 1. Distribusi umur sampel Hasil penelitian ini terlihat sebagian besar sampel (75%) telah melakukan latihan jasmani, dengan kegiatan terbanyak adalah jalan pagi dengan frekuensi 3-4 kali seminggu selama 30-45 menit. Latihan jasmani ini merupakan salah satu pilar penting yang dianjurkan bagi diabetisi, karena memberikan pengaruh langsung dalam mengoptimalkan control glikemik, selain melalui pengaturan makan dan obat. Berdasarkan hasil perhitungan indeks massa tubuh (IMT) sampel pada awal penelitian diperoleh rata-rata 24,1 kg/m² sedangkan pada akhir penelitian

menurun 0,2 point menjadi 23,9 kg/m². Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan IMT yang signifikan (p=0,187). Status gizi sampel berdasarkan IMT, diketahui bahwa jumlah sampel dengan status gizi baik/normal mengalami peningkatan dari 50% menjadi 60%. Distribusi status gizi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Status Gizi berdasarkan IMT Status Gizi Awal Akhir n % n % Normal (18,5-22,9 kg/m²) 10 50 12 60 Overweight (23-24,9 kg/m²) 5 25 2 10 Obesitas 25 kg/m²) 5 25 6 30 jumlah 20 100 20 100 Pengendalian kadar glukosa darah merupakan bagian terpenting dalam penatalaksanaan DM tipe 2. Kegagalan pengendalian glikemia pada diabetes setelah melakukan perubahan gaya hidup memerlukan intervensi farmakologi agar dapat mencegah atau menghambat terjadinya komplikasi diabetes. Obat diabetes yang biasa diberikan adalah obat hipoglkemik oral (OHO) dan insulin, dengan berbagai efek kerja seperti efek kerja pendek, sedang maupun panjang. Dalam penelitian ini dijumpai sebagian besar sampel menggunakan OHO sebanyak 70%, 20% dengan insulin dan 10% tanpa mengkonsumsi obat. OHO yang lebih banyak dikonsumsi sampel adalah Gludepatic, Glucodex, Glibenclamid dan Metformin. Pola makan yang dianjurkan bagi diabetisi adalah pola makan seimbang. Seimbang dalam proporsi zat gizi yang terkandung dalam keseluruhan makanan. Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi. Oleh sebab itu diabetisi perlu mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, yang mengandung zat tenaga, pembangun dan pengatur dalam jumlah dan jadwal makan yang sesuai. Secara umum komponen tersebut dijabarkan dalam bentuk porsi makanan pokok, lauk hewani dan atau lauk nabati, serta sayuran dan buah. Jika dilihat data dalam tabel 2. Katagori sesuai adalah yang telah memenuhi syarat-syarat dimaksud, sedangkan katagori tidak sesuai apabila komponen makanan tidak lengkap sesuai keterangan di atas.

Tabel 2. Pola Makan Sampel No Katagori Pagi Siang Sore 1 Sesuai 9 (45 %) 14 (70 %) 6 (30 %) 2 Tidak 11 (55 %) 6 (30 %) 14 (70 %) jumlah 20 (100%) 20 (100%) 20 (100%) Jika melihat data dalam tabel 2 di atas terlihat bahwa sampel yang makan tidak sesuai dengan pola yang dianjurkan terbanyak pada saat makan sore /malam. Hasil penelitian juga mendapatkan bahwa hampir 50 % sampel menggunakan bahan-bahan makanan yang rendah kalori seperti produk gula Tropicana slim, Diabetasol, dan Entrasol. 2. Pengaruh DSME terhadap perubahan pengetahuan, asupan zat gizi dan kadar glukosa darah Diabetes Self-Management Education (DMSE) merupakan bagian terpenting dalam penanganan semua pasien yang menderita Diabetes Melitus yang ingin mencapai hasil akhir yang baik. Mengatur kontrol glikemik yang baik akan menghindari komplikasi kronis pada pasien Mpe 2 Mengoptimalkan kontrol membutuhkan usaha multidisiplin yang bertujuan baik memperbaiki gaya hidup dan menangani masalah medis. Sebagian besar pasien yang dirawat tanpa insulin akan menerima layanan konsultasi mandiri untuk mendapatkan support jika masih tersedia. Bantuan ini ditujukan untuk membantu masalah klinis. Biasanya informasi dan pengetahuan yang diberikan dalam kunjungan kadang-kadang bertentangan dengan kegiatan sehari hari dan kebiasaan sehari hari sehingga sangat mudah untuk diabaikan atau dilupakan oleh pasien. Oleh sebab itu perlu pendekatan lebih efisien untuk memodifikasi gaya hidup guna mencapai memperbaiki kontrol glikemik yang baik pada penderita DM tipe 2. Dalam penelitian ini dilakukan DSME berupa penyuluhan tentang diabetes`dan pengelolaannya melalui kunjungan rumah selama 3 kali. Kegiatan penyuluhan pertama rata-rata membutuhkan waktu 42 menit untuk menjelaskan materi tentang pengenalan awal dan membahas materi teknis tentang gejala diabetes, kadar gula darah, cara pemeriksaan kadar gula dengan cara Finger frick serta pentingnya pengaturan makan. Pada pertemuan ke dua adalah penjelasan patofisiologi diabetes, penurunan berat badan, dan penguatan mengenai pengenalan kelompok makanan dan perencanaan makan bagi penyandang diabetes, serta makanan

Jumlah Energi (Kkal) pengganti jika diperlukan. Sesi ini membutuhkan waktu rata 32 menit. Penyuluhan ketiga membutuhkan waktu 42 menit dengan penjelasan yang diberikan adalah mengenai pengganti gula dan latihan jasmani. Untuk mengetahui dampak dari DSME ini dilakukan pengukuran skor pengetahuan, asupan zat gizi dan kadar glukosa darah pada awal dan akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor awal pengetahuan sampel adalah 18,7 point, meningkat menjadi 20,4 point pada akhir penelitian (gambar 2). Hasil uji paired t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan ( p=0,001). 20.5 20 20.4 19.5 19 18.7 18.5 18 17.5 Skor pengetahuan awal skor pengetahuan akhir Gambar 2. Rerata Skor Pengetahuan Awal dan Akhir Selain berdampak pada perubahan pengetahuan sampel, DSME yang dilakukan juga memberikan dampak yang relatif baik pada asupan zat gizi. Asupan energi sampel pada penyuluhan pertama berkisar antara 1000 sampai dengan 1400 kalori. Selanjutnya pada penyuluhan ke dua dan ketiga terus bertambah mendekati anjuran, seperti yang disajikan pada pada gambar 3. 2500 Distribusi Asupan Energi 2000 1500 1000 500 0 Penyuluhan 1 Penyuluhan 2 Penyuluhan 3 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 Gambar 3. Distribusi Asupan Energi

Konsumsi Protein (gr) Rata-rata asupan energi sampel pada awal penelitian adalah 1215 ± 750 kkal dan asupan energi di akhir penelitian meningkat sebesar 287 kkal menjadi 1502 ± 267 kkal. Jika asupan energi tersebut dibandingkan dengan kebutuhannya, maka diperoleh rata-rata asupan awal sampel sejumlah 84,3% (kategori kurang) meningkat menjadi 103,% (kategori baik) pada akhir penelitian. Hasil analisis paired t-tet menunjukkan bahwa perbedaan tersebut bermakna secara statistic (p=0,000). 120 100 80 60 40 20 0 Distribusi Asupan Protein 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 P1 P2 P3 Gambar 4.. Distribusi Asupan Protein dalam manajemen Mandiri Distribusi asupan protein hasil dari penyuluhan pertama terlihat tren yang paling rendah jika dibandingkan dengan penyuluhan ke-2 dan ke-3 (gambar 4). Jika dilihat dari jumlah rata-rata asupan protein tampak mengalami peningkatan, dimana asupan awal sebesar 48±12 gram menjadi 55±17 gram. Jumlah asupan tersebut bila dibandingkan dengan kebutuhannya, maka diperoleh asupan protein akhir sampel meningkat tajam dari 97,7% menjadi 138,4%. Hasil uji menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,000). Demikian pula dengan asupan karbohidrat dan lemak, yang juga mengalami peningkatan dan bermakna secara statistik dengan nilai p masingmasing 0,000. Kendati demikian, bila dicermati diantara ketiga zat gizi makro yang diamati dalam penelitian ini, selain energi hanya karbohidrat yang mengalami peningkatan yang berada pada kategori normal (90-110%), sedangkan protein dan lemak pada kategori lebih (>110%). Selengkapnya disajikan pada table 3.

Tabel 3. Rerata asupan zat gizi awal dan akhir penelitian Asupan Zat gizi Rerata Awal Rerata Akhir p Energi (%) 84,3 103,0 0,000 Protein (%) 97,7 138,4 0,000 Karbohidrat (%) 80,0 99,7 0,000 Lemak (%) 79,7 118,4 0,000 Apabila rerata asupan zat gizi dalam 3 kali penyuluhan dibandingkan dengan kebutuhan sampel, maka diperoleh asupan energi adalah sebesar 94% (berada pada kategori baik, yaitu 90-110% dari kebutuhan), karbohidrat 90% (kategori baik), lemak 103% (kategori baik), sedangkan asupan protein berada pada kategori lebih dengan rerata 117% (Lebih: >110% kebutuhan). Pengaruh DSME terhadap kadar glukosa darah sewaktu (GDS) sampel dalam penelitian ini terbukti terjadi penurunan GDS secara signifikan antara awal dan akhir penelitian (p=0,000). Kadar glukosa darah pada awal penelitian rata-rata 336 mg/dl dan kadar glukosa darah pada akhir penelitian menjadi 263 mg/dl (menurun sebesar 73 mg/dl), seperti ditunjukkan pada gambar 5. 400 300 200 100 0 336 GDS awal 263 GDS akhir Gambar 5. Kadar Glukosa Darah Sewaktu (GDS) awal dan akhir A. PEMBAHASAN Penyandang DM tipe 2 yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 20 orang. Sebagian besar sampel (80%) adalah perempuan, dengan rerata umur 59,5 tahun. Hasil ini sejalan dengan penelitian Tshiananga, JKT et al (2011), dimana jumlah diabetisi perempuan lebih banyak daripada laki-laki, meskipun proporsinya lebih kecil yaitu 53% perempuan dan laki-laki 47%. Adapun rerata umur sampel tampak relatif sama dengan penelitian sebelumnya tahun (Samuel-Hodge, CD et al, 2009) yang mendapatkan rerata umur 59 tahun, sedangkan Tshiananga, JKT et al,

(2011) dalam penelitiannya mendapatkan diabetisi dengan umur yang lebih muda yaitu rata-rata 52,8 tahun. Penerapan DSME yang dilakukan terhadap pengidap DM memberikan pengaruh positif terhadap perbaikan asupan zat gizi pasien. Intervensi DSME yang dilakukan dalam penelitian ini berupa penyuluhan gizi yang terbagi dalam 3 kali sesi penyuluhan. Pada pertemuan awal, sampel diberikan penyuluhan mengenai pengetahuan dasar tentang diabetes, serta pentingnya pengaturan makan yang tepat untuk kendali glikemik secara mandiri. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan diberi penguatan pada 2 sesi berikutnya. Hal inilah yang memberikan dampak adanya kecenderungan perbaikan asupan zat gizi sampel. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Christensens, NK et al (2000) dan Ziemer DC, (2003). Dari penelitian tersebut tampak rata-rata pengetahuan responden meningkat pada akhir penelitian. Peningkatan pengetahuan yang dialami sampel tersebut yang mendasari subyek melakukan perubahan perilaku makannya, yang terlihat pada perbaikan asupan mendekati jumlah yang dianjurkan. Perbedaannya, pada kedua penelitian tersebut intervensi yang dilakukan berupa terapi gizi medis. Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya peningkatan pengetahuan sampel mengenai pengelolaan diabetes, dimana peningkatan skor pengetahuan sebanyak 1,7 point, yang secara statistik menujukkan perbedaan yang signifikan antara skor awal dan akhir penelitian. Temuan ini sejalan dengan Samuel-Hodge CD et al (2009) yang juga mendapatkan peningkatan pengetahuan diabetisi secara signifikan. Mengacu pada tahapan perubahan perilaku Transtheoretical Models dalam Cornelia, et al (2010), bahwa perubahan kebiasaan makan seseorang terlihat pada tahap action. Pada tahap ini perubahan perilaku individu akan dilakukan setelah memahami manfaat perubahan yang dilakukan terhadap penyakit yang dialaminya. Bagi yang berada pada tahap precontemplation, yaitu individu yang belum tertarik (belum menunjukkan sambutan positif) terhadap terapi yang diberikan, membutuhkan pendekatan yang lebih bersifat individual. Hal inilah yang dilakukan dalam penelitian ini sehingga tren asupan pasien terus membaik sejalan dengan meningkatnya pemahaman dan pengetahuan sampel terkait pengaturan makan, efek latihan jasmani maupun kepatuhannya dalam menjalankan terapi medis untuk pengendalian diabetes yang dialaminya. Dampak lanjut yang terlihat dari penerapan DSME ini adalah adanya kecenderungan perbaikan kadar glukosa sampel dengan penurunan yang signifikan (p=0,000), meskipun hasil yang dicapai belum mencapai batasan kendali glukosa darah dengan kategori terkendali baik. Berbeda dengan penelitian Samuel-Hodge

CD et al (2009) yang mendapatkan perbaikan kadar glukosa yang signifikan (p=0,009) dan tergolong dalam kategori terkendali baik. Perbedaan ini karena dalam penelitian tersebut menerapkan DSME selama 12 bulan pada penyandang diabetes ras American-African, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan ini hanya selama 3 bulan. Namun demikian, dalam waktu yang relatif singkat tersebut sudah terlihat efek DSME terhadap perbaikan kadar glukosa darah sampel. KESIMPULAN DAN SARAN Penyandang DM tipe 2 yang mendapatkan pendidikan manajemen diabetes mandiri melalui kunjungan rumah, mengalami peningkatan rata-rata skor pengetahuan mengenai diabetes dan pengelolaanya secara signifikan antara pengetahuan awal dan akhir penelitian. Demikian pula dengan asupan zat gizi dan kadar glukosa darah. Rata-rata asupan zat gizi sampel selama penelitian cenderung mendekati kebutuhan sampel, yaitu energi 94%, karbohidrat 90%, lemak 103%, hanya rata-rata asupan protein yang berada di atas kebutuhan yaitu 117%. Asupan energi, protein, karbohidrat dan lemak mengalami peningkatan bermakna antara awal dan akhir penelitian (p=0,000). Adapun kadar glukosa darah sewaktu (GDS) sampel mengalami penurunan bermakna antara awal dan akhir penelitian, meskipun belum mencapai batasan kriteria terkendali baik (<200 mg/dl). Rata-rata kadar GDS awal sebesar 336 mg/dl dan akhir sebesar 236 mg/dl (p=0,000). Mengingat hasil penelitian memperlihatkan manfaat pada peningkatan pengetahuan, perbaikan asupan zat gizi dan penurunan kadar GDS sampel, maka disarankan agar DSME dapat diterapkan secara luas pada penyandang DM tipe 2, serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada subyek yang lebih besar dengan waktu yang lebih lama sehingga dapat diketahui dampak dari DSME terhadap konsistensi kendali glukosa yang diukur dengan pemeriksaan kadar A1C. DAFTAR PUSTAKA