KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

SELEKSI KETAHANAN GALUR

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

BAB III METODE PENELITIAN

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

BAB III METODE PENELITIAN. kerusakan daun oleh serangan ulat grayak (S. litura F.) dan penelitian eksperimen

TATA CARA PENELITIAN


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen untuk mengetahui

APLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

KOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE

PERKEMBANGAN SPODOPTERA LITURA F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA KEDELAI. Portrayals of Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) In Soybean

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung

PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. BAHANDAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Pangan dan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Grobogan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus linearis DAN CARA PENGENDALIANNYA

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

Identifikasi Ketahanan Sumber Daya Genetik Kedelai terhadap Hama Pengisap Polong

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Kutu Kebul (Bemisia tabaci) pada Berbagai Stadia Hidup (telur,

Tingkat Kerusakan Ekonomi Hama Kepik Coklat pada Kedelai

DENSITAS TRIKOMA DAN DISTRIBUSI VERTIKAL DAUN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI

BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v

Teknologi Budidaya Kedelai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PERKEMBANGAN HAMA PENGISAP POLONG Riptortus linearis L. (Hemiptera:Alydidae) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) JURNAL HASIL PENELITIAN

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang memiliki

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Transkripsi:

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.) Kurnia Nur Oktaviani 1), Ismanto 2) dan Dodin Koswanudin 3) 1),2) Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan, Jl. Pakuan P.O. Box 452, Bogor 3) Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No. 3A, Bogor 16111 E-mail : kurnia_nia22@yahoo.com ABSTRAK Produksi kedelai terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kedelai dan olahan kedelai, namun upaya peningkatan produksi kedelai masih menghadapi masalah yaitu hama kepik hijau ( N. viridula L.) yang menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian hama terpadu antara lain penggunaan varietas tahan. yang menghambat perkembangan kepik hijau ( N. viridula L.) adalah Mutiara karena menyebabkan mortalitas imago tinggi, keperidian rendah dan telur jadi nimfa rendah. Hasil penelitian kerusakan polong dan biji pada varietas Mutiara tidak berbeda nyata dan tidak diperoleh varietas yang tahan kepik hijau (N. viridula L.). Kata Kunci: Kedelai, Kepik hijau, Tahan. 1. PENDAHULUAN Tanaman kedelai (Glycine max) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung (Damardjati dkk., 2005 dalam Sudaryanto dan Dewa, 2007). Masyarakat yang mengkonsumsi kacang kedelai dan olahan kedelai pada tahun 2012 sebesar 14,16 kg/kapita/tahun, meningkat pada tahun 2013 yaitu 14,44 kg/kapita/tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2013). Produksi kedelai terus ditingkatkan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, namun usaha peningkatan produksi kedelai masih menghadapi masalah yaitu hama kepik hijau (N. viridula L.). Kepik hijau ( N. viridula L.) adalah salah satu hama pengisap polong yang tingkat serangan tertinggi pada tanaman kedelai (Bayu dkk., 2015). Stadia nimfa dan imago kepik hijau sangat merugikan tanaman kedelai, karena pada stadia ini hama mengisap cairan polong sebagai makanannya (Iman dan Wedanimbi, 2002). Serangan kepik hijau ( N. viridula L.) menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas produksi, oleh karena itu diperlukan pengendalian terhadap hama kedelai tersebut. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu pengendalian yang ramah lingkungan (Asadi, 2012). tahan mempunyai satu atau lebih sifat fisik atau fisiologis yang memungkinkan tanaman tersebut tahan terhadap serangan hama. Mekanisme ketahanan hama tersebut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu toleran, antibiosis dan antixenosis (Rahmawati, 2012).

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian evaluasi varietas kedelai terhadap kepik hijau (N. viridula L.). Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai varietas tahan hama kepik hijau (N. viridula L.). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas yang dapat menghambat perkembangan kepik hijau (N. viridula L.) dan varietas yang tahan hama kepik hijau (N. viridula L.). Manfaat penelitian adalah memberikan informasi tentang varietas kedelai yang dapat menghambat dan varietas yang tahan hama kepik hijau (N. viridula L.). Hipotesis penelitian adalah salah satu varietas dapat menghambat perkembangan kepik hijau (N. viridula L.) dan salah satu varietas tahan hama kepik (N. viridula L.). 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan biologi kepik hijau (N. viridula L.) Siklus hidup kepik hijau (N. viridula L.) dari telur hingga dewasa selama 4 8 minggu, total siklus hidup 60 80 hari dan maksimal 6 bulan (Kalshoven, 1981). Kepik hijau (N. viridula L.) mulai datang di pertanaman pada saat menjelang pembungaan. Telurnya diletakkan secara berkelompok di atas permukaan daun bagian atas, bawah, polong dan batang tanaman dengan rata-rata 80 butir. Telur menetas menjadi nimfa instar 1 setelah 5 7 hari. (Fatah dan Andi, 2012). Nimfa instar 2 berlangsung selama 4 hari, menjadi nimfa instar 3 berlangsung selama 3 hari, Nimfa instar 4 terbentuk selama 4 hari. Nimfa instar 4 menjadi nimfa instar V selama 5 hari dan menjadi imago selama 8 hari (Marwoto dkk., 2014). 2.2. Morfologi kepik hijau (N. viridula L.) Telur kepik hijau (N. viridula L.) seperti cangkir berwarna kuning (Soejitno dkk., 1990). Nimfa kepik hijau (N. viridula L.) terdiri dari lima instar yang berbeda warna dan ukuran. Nimfa kepik hijau (N. viridula L.) instar 1 yang baru keluar bergerombol berwarna coklat muda dan berukuran 1,2 mm (Marwoto dkk., 2014). Nimfa kepik hijau (N. viridula L.) instar 2 berwarna hitam dengan bintik putih dan berukuran 2,0 mm. Nimfa kepik hijau (N. viridula L.) instar 3 sampai nimfa instar 4 berwarna hijau dengan bintik hitam dan putih, namun berbeda ukuran nimfa instar 3 3,6 mm sedangkan nimfa instar 4 berukuran 6,9 mm. Nimfa kepik hijau (N. viridula L.) instar 5 berwarna hijau dengan bintik hitam tetapi berbeda ukuran dengan nimfa instar 4, nimfa instar 5 berukuran 10,2 mm. Imago kepik hijau (N. viridula L.) berwarna hijau polos, dengan kepala dan pronotum berwarna jingga atau kuning keemasan (Soejitno dkk., 1990). 2.3. unggul kedelai Kedelai dengan kategori agak tahan hama pengisap polong antara lain Detam-1, Detam-2, Gumitir (Balai Tanaman Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian, 2011), Mutiara 2, Mutiara 3, Devron 1 dan Dena 2 Tahan hama pengisap polong (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2014).

2.4. Mekanisme ketahanan tanaman Mekanisme ketahanan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok antara lain toleransi, antibiosis dan antixenosis. Tanaman yang memiliki kemampuan melawan serangan serangga dan mampu hidup terus serta tetap mampu berproduksi, dapat dikatakan sebagai tanaman yang toleran terhadap hama. Tanaman bersifat antibiosis adalah tanamantanaman yang mengandung toksin (racun) biasanya memberi pengaruh yang kurang baik terhadap serangga, antara lain dapat menurunkan kemampuan berkembang biak dan meningkatkan mortalitas serangga. Antixenosis adalah tanaman yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang tidak disukai serangga. Sifat-sifat tersebut dapat berupa tekstur, warna, aroma atau rasa dan banyaknya rambut sehingga menyulitkan serangga untuk meletakkan telur, makan atau berlindung (Rahmawati, 2012). 3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium deteksi hama dan rumah kaca Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber daya Genetik Pertanian, pada bulan November 2015 sampai April 2016. 3.2. Alat dan bahan Alat yang digunakan pada saat penelitian antara lain sekop, nampan, kamera, 25 pot plastik, gunting, mikroskop binokuler, hand counter, kuas kecil, pinset, lup dan kurungan plastik milar, dan toples plastik. Bahan yang digunakan adalah 5 varietas kedelai (Grobogan, Anjasmoro, Malabar, Mutiara, dan Tidar), tanah, serangga kepik hijau (N. viridula L.), insektisida, air, polong kedelai, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, KCl, A-tonic dan kasa nilon. 3.3. Metode kerja 3.3.1. persiapan tanaman kedelai Masukkan tanah dan pupuk ke dalam pot, kemudian ditanam benih kedelai. Tanaman kedelai dipeliharan (penyiraman dan penyiangan), pada fase vegetatif disemprot insektisida agar tanaman tidak diserang hama perusak daun. Tanaman yang digunakan adalah tanaman pada fase polong muda 40 50 hst (hari setelah tanam). 3.3.2. Persiapan kepik hijau (N. viridula L.) Kepik hijau dikoleksi dari lapangan (areal tanaman kedelai). Perbanyakan dilakukan pada tanaman kedelai yang telah berpolong dan disungkup kurungan plastik milar. Setiap kurungan terdiri atas 5 pasang imago jantan dan betina. Telur-telur yang diletakkan pada polong dipisahkan dengan cara dipetik polongnya dan disimpan pada toples plastik sampai menetas menjadi nimfa. Nimfa yang menetas dipindahkan ke tanaman yang sudah berpolong dalam kurungan plastik milar sampai menjadi imago. Serangga kepik hijau ( N. viridula L.) yang digunakan stadia imago jantan dan betina sebanyak 5 pasang per tanaman.

3.3.3. Pengujian tanaman kedelai dengan kepik hijau (N. viridula L.) Tanaman kedelai berumur pada fase polong muda (umur 40 50 hst) diinokulasi dengan hama kepik hijau (N. viridula L.) jantan dan betina sebanyak 5 pasang imago. Tanaman disungkup dengan kurungan plastik milar, selanjutnya disimpan dalam rumah kaca. 3.3.4. Parameter yang diamati Parameter yang diamati selama penelitian antara lain mortalitas imago, keperidian generasi ke-3, telur menjadi nimfa, nimfa menjadi imago, perbandingan kelamin jantan dan betina, keperidian generasi ke-4, kerusakan polong dan biji, serta bobot biji kedelai. 3.3.5. Rancangan percobaan Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan (varietas Grobogan, Anjasmoro, Malabar, Mutiara dan Tidar) dan 5 ulangan (Ulangan I, II, III, IV dan V). Data diolah dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5%. Tingkat serangan hama polong dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Persentase polong terserang : jumlah polong terserang x100% jumlah polong total Persentase biji terserang: jumlah biji terserang x 100% jumlah biji total Untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman digunakan rumus (Chiang dan Talekar, 1980): < X-2 SD = ST (Sangat Tahan) X-2 SD sampai X-SD = T (Tahan) X-SD sampai X = AT (Agak Tahan) X sampai X + SD = R (Rentan) >X + SD = SR (Sangat Rentan) Keterangan : X = rerata persen polong atau biji terserang per perlakuan SD = standar deviasi Ketahanan tanaman dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok yaitu sangat tahan (ST) 0 20%, tahan (T) 21 40%, agak tahan (AT) 41 60%, rentan (R) 61 80% dan sangat rentan (SR) 81 100%. 4. HASILDAN PEMBAHASAN 4.1. Mortalitas imago kepik hijau (N. viridula L.) mortalitas imago kepik hijau (N. viridula L.) menunjukkan bahwa mortalitas imago tertinggi pada varietas Anjasmoro dan Mutiara (Tabel 1), hal ini menunjukkan bahwa varietas tersebut berpengaruh terhadap perkembangan kepik hijau (N. viridula L.). Tanaman yang mempunyai sifat antibiosis dapat menyebabkan mortalitas imago yang tinggi dan memberikan pengaruh buruk terhadap sebagian atau seluruh stadia perkembangan serangga (Kogan, 1982 dalam Suharsono dan Muchlish, 2010), diasumsikan bahwa varietas Anjasmoro dan Mutiara bersifat antibiosis dibandingkan dengan varietas Malabar, Tidar dan Grobogan. Hasil penelitian Sarjan dan Isman (20 14), trikoma varietas Anjasmoro (1,26 mm) lebih panjang dari Grobogan (1,20 mm), hal ini yang menyebabkan pada saat penelitian mortalitas imago tertinggi pada varietas Anjasmoro

dibandingkan dengan varietas yang lain. Trikoma yang terdapat pada varietas Anjasmoro, berperan penting dalam proses ketahanan tanaman kedelai terhadap serangan kepik hijau (N. viridula L.). Tabel 1. Mortalitas Imago kepik hijau (N. viridula L.) Pada Lima Kedelai No. Rata-rata Mortalitas Imago (ekor) 1. Grobogan 3,6 a 2. Anjasmoro 7,2 a 3. Malabar 7 a 4. Mutiara 7,2 a 5. Tidar 5 a Keterangan : Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSR pada taraf 5%; Data hasil transformasi logaritma (X+1) pada varietas Grobogan, Anjasmoro, Malabar, Mutiara dan Tidar mortalitas imago tidak berbeda nyata (Tabel 1). 4.2. Keperidian generasi ke-3 menunjukkan bahwa kepik hijau (N. viridula L.) menghasilkan jumlah telur tertinggi pada varietas Grobogan, sedangkan kepik hijau (N. viridula L.) pada varietas Mutiara tidak menghasilkan telur (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa varietas Grobogan sangat disukai oleh kepik hijau (N. viridula L.) untuk meletakkan telur, karena kandungan nutrisi (protein) yang terdapat pada varietas Grobogan lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lain (Balai Penelitian Tanaman Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian, 2012). Tabel 2. Keperidian Generasi Ke-3 Pada Lima Kedelai No. Rata-rata Keperidian Generasi ke-3 (butir) 1. Grobogan 1,83 b 2. Anjasmoro 0,26 a 3. Malabar 0,75 ab 4. Mutiara 0,00 a 5. Tidar 0,41 a Keterangan : Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSR pada taraf 5%; Data hasil transformasi logaritma (X+1) pada varietas Mutiara, Anjasmoro, Tidar dengan Grobogan jumlah telur yang dihasilkan berbeda nyata (Tabel 2). Grobogan adalah varietas kedelai yang disukai oleh imago kepik hijau karena mengandung sumber protein tertinggi sebesar 43,9% sehingga kepik hijau (N. viridula L.) menghasilkan jumlah telur lebih banyak dibandingkan dengan Anjasmoro, Mutiara dan Tidar ( Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi- Umbian, 2012). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Laba dkk., (2006), menyebutkan bahwa keperidian kepik renda lada pada varietas Lampung Daun Lebar hampir dua kali lipat lebih banyak dari pada yang hidup pada varietas Chunuk. Hal ini disebabkan perbedaan kandungan nutrisi kedua varietas tersebut antara lain kadar pati dan kadar lemak yang berbeda.

4.3. Telur menjadi nimfa menunjukkan bahwa telur yang menetas menjadi nimfa tertinggi pada varietas Grobogan, sedangkan pada varietas Anjasmoro paling rendah (Tabel 3). Menurut Zulkarnain (1981), suhu optimum kehidupan hama pengisap polong adalah 25 30 0 C, suhu optimum mendukung untuk perkembangan kepik hijau (N. viridula L.). Hasil penelitian Baco (1984), bahwa perkembangan telur wereng coklat dipengaruhi oleh suhu. Pada saat penelitian suhu didalam rumah kaca homogen sehingga telur menetas menjadi nimfa tidak dipengaruhi oleh suhu, tetapi dipengaruhi oleh kandungan nutrisi (protein) yang terdapat pada varietas Grobogan yaitu 41,8% ( Balai Penelitian Tanaman Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian, 2012) mendukung untuk perkembangan telur menjadi nimfa. Tabel 3. Telur Menjadi Nimfa Pada Lima Kedelai No. Rata-rata Telur Menjadi Nimfa (ekor) 1. Grobogan 1,83 b 2. Anjasmoro 0,26 a 3. Malabar 0,75 ab 4. Mutiara 0,00 a 5. Tidar 0,41 a Keterangan : Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSR pada taraf 5%; Data hasil transformasi logaritma (X+1) pada varietas Mutiara, Anjasmoro, Tidar dengan Grobogan telur yang menetas menjadi nimfa berbeda nyata (Tabel 3). 4.4. Nimfa menjadi imago menunjukkan bahwa perkembangan nimfa menjadi imago tertinggi pada varietas Grobogan, sedangkan terendah pada varietas Anjasmoro (Tabel 4). Hal ini disebabkan pada varietas Grobogan mengandungan nutrisi (protein) lebih tinggi da ripada varietas Anjasmoro ( Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, 2012), sehingga mendukung dalam perkembangan nimfa menjadi imago. Hasil penelitian Sulistyo (2014), pada tanaman kedelai ketahanan antibiosis akan menyebabkan kegagalan nimfa menjadi imago bahkan mengalami mortalitas selama stadia nimfa. Oleh karena itu, apabila tidak ada imago yang dapat berkembang, maka siklus hidup kepik hijau ( N. viridula L.) akan berhenti dan tidak akan ditemukan generasi berikutnya. Tabel 4.Nimfa Menjadi Imago Pada Lima Kedelai No. Rata-rata Nimfa Menjadi Imago (ekor) 1. Grobogan 0,74 b 2. Anjasmoro 0,13 a 3. Malabar 0,24 a 4. Mutiara 0,00 a 5. Tidar 0,00 a Keterangan : Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSR pada taraf 5%; Data hasil transformasi logaritma (X+1)

pada varietas Mutiara, Tidar, Anjasmoro, Malabar dengan Grobogan perkembangan nimfa menjadi imago berbeda nyata (Tabel 4). Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrisi pada varietas Grobogan berpengaruh terhadap perkembangan nimfa menjadi imago. Kandungan nutrisi (protein) varietas Grobogan lebih tinggi sebesar sebesar 43,9% dibandingkan dengan varietas Anjasmoro yaitu 41,8% (Balai Penelitian Tanaman Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian, 2012). 4.5. Perbandingan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah imago jantan lebih tinggi dari jumlah imago betina pada varietas Malabar, jumlah imago jantan lebih rendah dari jumlah imago betina pada varietas Grobogan, sedangkan jumlah imago jantan dengan jumlah imago betina tidak berbeda nyata (Tabel 5). Tabel 5. Populasi Imago Jantan dan betina Kepik Hijau (N. viridula L.) Pada Lima Kedelai No. Rata-rata Populasi Imago Jantan Betina 1. Grobogan 0,42 a 0,57 b 2. Anjasmoro 0,09 a 0,09 a 3. Malabar 0,2 a 0,16 a 4. Mutiara 0,00 a 0,00 a 5. Tidar 0,00 a 0,00 a Keterangan : Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSR pada taraf 5%; Data hasil transformasi logaritma (X+1) pada varietas Mutiara, Tidar, Anjasmoro, Malabar dengan Grobogan populasi imago betina kepik hijau ( N. viridula L.) berbeda nyata, sedangkan populasi jantan kepik hijau (N. viridula L.) tidak berbeda nyata (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa populasi imago betina kepik hijau (N. viridula L.) lebih tinggi dibandingkan populasi imago jantan kepik hijau (N. viridula L.) pada varietas Grobogan, mengindikasikan bahwa populasi imago betina kepik hijau (N. viridula L.) berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan populasi di alam karena imago betina kepik hijau (N. viridula L.) akan menghasilkan keturunan yang lebih banyak. Hal ini tidak sejalan dengan konsep pengendalian yang dijelaskan Rahmawati (2012), bahwa pengendalian hama bertujuan untuk menekan populasi di alam sampai batas tertentu secara ekonomi tidak merugikan. Hal ini dapat merugikan petani karena imago betina kepik hijau ( N. viridula L.) akan menghasilkan telur dalam jumlah banyak dan menetas menjadi nimfa sampai imago yang merugikan, sehingga perlu dilakukan pengendalian. 4.6. Keperidian generasi ke-4 kepik hijau menghasilkan telur (keperidian generasi ke-4) tertinggi pada varietas Anjasmoro, sedangkan terendah pada varietas Malabar (Tabel 6). Kandungan nutrisi yang terdapat pada kedelai mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan, karena

nutrisi dibutuhkan untuk bertelur dan perkembangan serangga. Kandungan nutrisi (protein) dalam kedelai varietas Anjasmoro sebesar 41,8% (Balai Penelitian Tanaman Kacang- 2012). Kacangan dan Umbi-Umbian, Hal ini menunjukkan bahwa kandungan nutrisi pada varietas Anjasmoro lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Malabar. pada varietas Grobogan, Anjasmoro, Malabar, Mutiara dan Tidar keperidian generasi ke-4 tidak berbeda nyata (Tabel 6). Tabel 6.Keperidian Generasi Ke-4 Pada Lima Kedelai No. 1. Grobogan 2. Anjasmoro 3. Malabar 4. Mutiara Rata-rata Keperidian Generasi Ke-4 (butir) 0,00 a 0,47 a 0,28 a 0,00 a 5. Tidar 0,00 a Keterangan : Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSR pada taraf 5%; Data hasil transformasi logaritma (X+ +1) 4.7. Kerusakan polong dan biji kedelai kerusakan polong kedelai, menunjukkan bahwaa varietas Tidar adalah varietas dengan tingkat serangan kepik hijau (N. viridula L.) tertinggi sebesar 88,,80% (Tabel 7). Hal ini menunjukkann bahwa varietas tersebut sangat disukai kepik hijau (N. viridula L.). Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan Asadi (2009) trikoma pada varietas Tidar tidak lebih panjang dari varietas Anjasmoro dan tidak mempengaruhi kepik hijau (N. viridula L.) dalam mengisap polong sehingga tingkat serangan lebih tinggi. Anjasmoro adalah varietas dengan tingkat serangan kepik hijau ( N. viridula L.) terendah sebesar 81,80% ( Tabel 7), hal ini sesuai dengan hasil penelitian Syofia dan Faisal (2013) bahwa varietas Anjasmoro intensitas serangan hama kepik hijau ( N. viridula L.) terendah. Apabila dihubungkann dengan adanya trikoma pada kedelai, varietas Anjasmoro memilikii trikoma lebih panjang dari varietas lain (Sarjan dan Isman, 2014), sehingga tingkat serangannya terendah. Bekas Tusukan Gambar 1. Polong Muda Terserang Kepik Hijau (N. viridula L.) Intensitas kerusakan polong dapat dilihat pada polong yang mempunyai bekas tusukan berwarna coklat (Gambar 1). Hal ini sesuai dengan penelitian Syofia dan Faisal (2013) gejala serangan kepik hijau berupa bintik-bintik cokelat, baik pada kulit polong bagian dalam maupun pada biji kedelai. Serangan pada polong dapat dikategorikan serangan berat terlihat pada polong bekas tusukan kepik hijau dapat dilihat secara langsung tanpa menggunakan mikroskop, hal ini

sesuai dengan yang dijelaskan oleh Syofia dan Faisal (2013) (Gambar 1). Tabel 7. Kerusakan Polong dan Biji Pada Lima Kedelai No. Rata-rata Kerusakan (%) Polong Biji 1. Grobogan 86,20 a 84,80 a 2. Anjasmoro 81,80 a 87,20 a 3. Malabar 88,40 a 84,80 a 4. Mutiara 87,00 a 91,80 a 5. Tidar 88,80 a 91,00 a Keterangan : Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSR pada taraf 5%; Data hasil transformasi logaritma (X+1) pada varietas Grobogan, Anjasmoro, Malabar, Mutiara dan Tidar kerusakan polong kedelai tidak berbeda nyata (Tabel 7). kerusakan biji kedelai menunjukkan bahwa tingkat serangan kepik hijau (N. viridula L.) tertinggi pada varietas Mutiara yaitu 91,80%, sedangkan terendah pada varietas Grobogan 84,80% dan Malabar 84,80% (Tabel 7). Biji keriput Biji sehat Gambar 2. Biji Terserang Kepik Hijau (N. viridula L.) intensitas serangan kepik hijau (N. viridula L.) pada biji muda terdapat bekas tusukan berwarna coklat dan biji menjadi kempis. Intensitas serangan kepik hijau (N. viridula L.) pada biji tua menyebabkan penurunan kualitas biji, karena adanya bintik-bintik hitam pada biji atau kulit biji menjadi keriput (Gambar 2) (Iman dan Wedanimbi, 2002). pada varietas Grobogan, Anjasmoro, Malabar, Mutiara dan Tidar kerusakan biji kedelai tidak berbeda nyata (Tabel 7). Berdasarkan persamaan Talekar (1981) dalam Bayu 2015, ketahanan tanaman dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok yaitu sangat tahan (ST) 0 20%, tahan (T) 21 40%, agak tahan (AT) 41 60%, rentan (R) 61 80% dan sangat rentan (SR) 81 100%. Tingkat ketahanan varietas Grobogan, Anjasmoro, Malabar, Mutiara dan Tidar berdasarkan kerusakan polong dan biji termasuk dalam kategori sangat rentan (SR), hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat varietas yang tahan hama kepik hijau (N. viridula L.). 4.8. Bobot biji kedelai bobot biji kedelai sehat tertinggi pada varietas Grobogan sedangkan terendah pada varietas Mutiara (Tabel 8), hal ini disebabkan pada varietas Mutiara intensitas serangan kepik hijau (N. viridula L.) tertinggi. pada varietas Mutiara, Anjasmoro, Tidar dengan Grobogan; Mutiara

dengan Malabar bobot biji kedelai sehat berbeda nyata (Tabel 8). Tabel 8. Bobot Biji Kedelai Sehat dan Terserang Pada Lima Kedelai No Rata-rata Bobot Biji Kedelai (Gram) Sehat Terserang 1. Grobogan 0,44 b 0,37 ab 2. Anjasmoro 0,16 a 0,1 a 3. Malabar 0,32 ab 0,52 b 4. Mutiara 0,07 a 0,66 b 5. Tidar 0,20 a 0,48 b Keterangan : Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSR pada taraf 5%; Data hasil transformasi logaritma (X+1) Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bobot biji terserang kepik hijau ( N. viridula L.) tertinggi pada varietas Mutiara (Tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa kepik hijau (N. viridula L.) mengisap cairan biji sehingga biji kehilangan bobot yang cukup banyak dan menurunkan kuantitas produksi kedelai. Mortalitas Imago (ekor) Keperidian Generasi Ke-3 (butir) pada varietas Grobogan, Tidar, Malabar, Mutiara dengan Anjasmoro; Grobogan dengan Mutiara berbeda nyata (Tabel 8). Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa biji kedelai pada semua varietas yang diuji terserang kepik hijau(n. viridula L.), hal ini sejalan dengan penelitian Samosir dkk., (2015), bahwa biji yang terserang kepik hijau (N. viridula L.) menjadi menjadi keriput dan kempis sehingga biji kehilangan bobot. 4.9. Perkembangan kepik hijau (N. viridula L.) Tabel 9 menunjukkan bahwa pada varietas Mutiara tidak terlihat adanya perkembangan kepik hijau (N. viridula L.) hal ini disebabkan oleh mortalitas imago tinggi sehingga peluang kepik hijau (N. viridula L.) untuk menghasilkan telur rendah. Perkembangan kepik hijau (N. viridula L.) pada varietas Anjasmoro rendah terlihat pada parameter keperidian, telur menjadi nimfa, nimfa menjadi imago namun untuk kepiridian generasi ke-4. mmmmmmmmmmmmmmmmmmm Tabel 9. Perkembangan Kepik Hijau (N. viridula L.) Pada Lima Kedelai Parameter Telur Menjadi Nimfa (ekor) Nimfa Menjadi Imago (ekor) Keperidian Generasi Ke-4 (butir) Grobogan 18 974 974 34* 0* Anjasmoro 36* 21* 21* 4* 244 Malabar 35 232 232 15* 27 Mutiara 36* 0* 0* 0* 0* Tidar 25 118 118 0* 0* Keterangan : * menghambat perkembangan kepik hijau (N. viridula L.)

Pada varietas Grobogan, Malabar dan Tidar perkembangan kepik hijau (N. viridula L.) tinggi pada parameter kepiridian, telur menjadi nimfa, nimfa menjadi imago. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu kedelai yang dapat menghambat perkembangan kepik hijau ( N. viridula L.) yaitu varietas Mutiara dan lima varietas kedelai (Grobogan, Anjasmoro, Malabar, Mutiara dan Tidar) tidak tahan terhadap hama kepik hijau (N. viridula L.). 5.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan varietas kedelai yang tahan hama kepik hijau (N. viridula L.). DAFTAR PUSTAKA Asadi. 2009. Identifikasi Ketahanan Sumber Daya Genetik Kedelai Terhadap Hama Pengisap Polong. Buletin Plasma Nutfah. Vol. 15(1) : 27 31. Asadi. 2012. Sidik Lintas Karakter Agronomi dan Ketahanan Hama Pengisap Polong Terhadap Hasil Plasma Nutfah Kedelai. Buletin Plasma Nutfah. Vol. 18(1) : 1 8. Baco, D. 1984. Biologi Wereng Coklat ( Nilaparvata lugens) dan Wereng Punggung Putih (Sogetella furcifera) Serta Interaksi Antara Keduanya Pada Tanaman Padi. Tesis. Dipublikasikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Balai Penelitian Tanaman Kacang- Kacangan dan umbi- Umbian. 2012. Deskripsi Unggul Kedelai 1918 2012. Balai Penelitian Tanaman Kacang- Kacangan dan Umbi- Umbian. Malang. Hal 74, 76 dan 77. Bayu, MSYI. 2015. Tingkat Serangan Berbagai Hama Polong Pada Plasma Nutfah Kedelai. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Vol. 1(4) : 878 883. Fatah, A. dan A. Satna. 2012. Teknologi Budidaya Kedelai Pada Lahan Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan. Hal 1 9. Iman, M. dan W. Tengkano. 2002. Buku Pegangan Hama-Hama Kedelai di Indonesia. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor. Hal 8 32 Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests Of Corps In Indonesia. Ichtiar Baru-Van hoeve. Jakarta. Hal 89 92. Laba, I.W., A. Rauf dan U. Kartosuwondo. 2006. Parameter Kehidupan Demografi Kepik, Diconocoris Hewetti (Dist.) (Hemiptera: Tingidae) Pada Dua Lada. Jurnal Littri. Vol. 12(3) : 121 127. Marwoto, S. Hardiningsih dan A. Taufiq. 2014. Hama, Penyakit dan Masalah Hara

Pada Tanaman Kedelai Identifikasi dan Pengendaliannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal 26 27. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2014. Deskripsi Unggul Tanaman Pangan 2009 2014. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Hal 98 99 dan 106 109. Rahmawati, R. 2012. Cepat dan Tepat Berantas Hama dan Penyakit Tanaman. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Hal 25 37 dan 115. Sarjan, M. dan I. Sab i. 2014. Karakteristik Polong Kedelai Varitas Unggul yang Terserang Hama Pengisap Polong Pada Kondisi Cekaman Kekeringan. Jurnal Lahan Suboptimal. Vol. 3(2) : 168 180. Soejitno, J., Harnoto, W. Tengkano, T. Djuwarso, Budihardjo, I. M. Samudra, A. Iqbal, A. Naito, M. Amir, M. Djaeni, A. Nasution, S. Naito dan S. Takaya. 1990. Petunjuk Bergambar Untuk Identifikasi Hama dan Penyakit Kedelai di Indonesia. Edisi 2. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Hal 66 67. Sudaryanto, T. dan D.K.S. Swastika. 2007. Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal 1. Suharsono dan M.M. Adie. 2010. Identifikasi Sumber Ketahanan Aksesi Plasma Nutfah Kedelai Untuk Ulat Grayak ( Spodoptera litura F.). Buletin Plasma Nutfah. Vol. 16(1) : 29 37. Sulistyo, A. 2014. Perakitan Kedelai Tahan Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.). Buletin Palawija. (28) : 65 72. Syofia, I dan F. Amri. 2013. Preferensi Nezara Viridula Ordo Hemiptera Pada Beberapa Jenis Kedelai (Glycine Max L.). Jurnal Agrium. Vol. 18(2) : 139 143. Zulkarnain, I. 1981. Studi Populasi Pengisap Polong Kedelai Riptortus linearis F., Nezara viridula L. dan Piezodorus rubrofaciatus. Skripsi. Dipublikasikan. Universitas Sriwijaya. Palembang. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ismanto, M.M., M.Si. dan Dr. Dodin Koswanudin, M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan saran serta arahannya dalam menyusun jurnal ini. Kepala Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber daya Genetik Pertanian yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.