KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

dokumen-dokumen yang mirip
KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

KAIDAH FIQH. Semua hukum ilmu dan amal tidak sempurna kecuali dengan dua perkara: Terpenuhi syarat dan rukunnya serta tidak ada penghalangnya

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

KAIDAH FIQH. Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa

KAIDAH FIQH PENGGABUNGAN HUKUMAN DAN KAFFAROH. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Penggabungan HUKUMAN dan KAFFAROH

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

KAIDAH FIQH. Sesuatu yang Diperbolehkan Oleh Syar'i Meniadakan Kewajiban Mengganti. Publication 1438 H_2016 M

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

Kaidah Fiqh MENUTUP JALAN MENUJU KEMUNGKARAN. Publication: 1434 H_2013 M

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

Keutamaan Membaca dan Merenungkan AYAT AL-KURSI حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

YAKIN TIDAK HILANG DENGAN KERAGUAN

MENANGGUNG AMANAT KETIKA ADA KERUSAKAN

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

SUMPAH PALSU Sebab Masuk Neraka

KAIDAH FIQH. Bagi Yang Menuntut Wajib Membawa Bukti Sedangkan Yang Mengingkari Cukup Bersumpah

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

Kaidah Fiqh. Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain. Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Al-Samii' dan Al-Bashiir

MASUK SURGA Karena MEMBUANG DURI

GHARAR Dalam Transaksi KOMERSIAL

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

Al-'Azhiim, Al-Majiid dan Al-Kabiir

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

Jangan Mengikuti HAWA NAFSU. Publication : 1437 H_2016 M. Jangan Mengikuti Hawa Nafsu

Publication: 1435 H_2014 M. Beginilah Mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Benar

Kaidah Fiqh SEMUA KERABAT HARAM DINIKAHI KECUALI EMPAT, SEDANGKAN SEMUA IPAR HALAL DINIKAHI KECUALI EMPAT. Publication: 1435 H_2014 M

KEWAJIBAN PUASA. Publication: 1435 H_2014 M. Tafsir Surat al-baqarah ayat

Oleh: Ustadz Sanusin Muhammad Yusuf حفظه هللا

10 Renungan Bagi yang Ditimpa UJIAN/MUSIBAH

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

Hadits Palsu Tentang Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

PETAKA BUNGA BANK. Publication: 1435 H_2014 M

PEMBUNUHAN KARENA KELIRU (TIDAK DISENGAJA)

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Kaidah Fikih. Semua Benda Najis Yang Sudah Berubah Total Menjadi Benda Suci, Apakah Hukumnya Menjadi Suci? Publication: 1436 H_2015 M

PUNCAK KEDUSTAAN. Publication: 1434 H_2013 M PUNCAK KEDUSTAAN. Disalin dari Majalah al-furqon No. 131, Ed.6 Th.ke-12_1434H/2012M

HUKUM-HUKUM SEPUTAR N I F A S حفظه هللا Ustadz Abu Aniisah Syahrul Fatwa bin Lukman

Qasim bin Muhammad. Cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Publication: 1435 H_2014 M. Oleh: Ustadz Abu Minhal, Lc

KAIDAH FIQH. Perantara Mempunyai Hukum Tujuannya. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1438 H_2017 M

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

TAFSIR SURAT اإلنفطار. (T e r b e l a h) Surat Makkiyah, Surat ke 82: 19 Ayat. Publication : 1437 H_2015 M. Tafsir Surat Al-Infithaar ( Terbelah )

MENGGAPAI KHUSYU. Publication : 1439 H_2017 M

Hukum Mengubah Nazar

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Publication: 1434 H_2013 M. Benang Tipis K E M U D A H A N. Download > 600 ebook Islam di

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

MENGGABUNGKAN IBADAH SEJENIS

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

ة س ى اهو اهر خ اهر خ ى

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

KESOMBONGAN Penghalang Masuk Surga

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

Al-Muhiith, Al-Wakiil dan Al-Fattaah

TAFSIR SURAT ATH- THAARIQ

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

Petunjuk Rasulullah. Ber-KOKOK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Berdzikir Dengan BIJI TASBIH حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

AGAR KAMU LEBIH DICINTAI ALLAH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Syarah Istighfar dan Taubat

Iman Kepada KITAB-KITAB

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

Rahasia di Balik Uban Menurut

HOMOSEKS Dosa yang Lebih Besar Dari Zina

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

Keutamaan Membaca. Publication: 1434 H_2013 M KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT. Oleh: Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Download > 300 ebook dari:

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

حفظو هللا Oleh : Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc, MA. Publication : 1437 H_2016 M. Keutamaan Tauhid dan Bahaya Syirik

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Transkripsi:

KAIDAH FIQH ا ل ج ت ه اد ل ي ن ق ض ب ل ج ت ه اد Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1438 H_2017 M Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain حفظه هللا Oleh : Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf Disalin dari Kaidah-Kaidah Praktis Memahami Fiqih Islam Terbitan Pustaka Al-Furqon-Gresik, hal. 318-322 Download > 1000 ebook di www.ibnumajjah.com

MUQODDIMAH Ijtihad adalah mengerahkan usaha dan kemampuan untuk mengeluarkan hukum dari dalilnya (Al Qur'an dan As Sunnah). Ijtihad ada dua macam: 1. Ijtihad untuk memahami nash al Qur'an dan As Sunnah untuk bisa dipetik hukum dari keduanya. Ini adalah sebuah keharusan bagi setiap ulama' mujtahid, karena dengan inilah maka akan bisa di praktekkan Al Qur'an dan as Sunnah secara benar. 2. Ijtihad yang berdasar pada hukum qiyas dan akal. Ijtihad ini tidak boleh dilakukan kecuali setelah tidak menemukan hukumnya dari Al Qur'an dan as Sunnah. Karena kewajiban seorang muslim adalah tunduk kepada ketentuan Alloh عز وجل dan Rosul-Nya dan tidak mencari-cari yang lainnya kalau Alloh dan Rosul-Nya sudah menetapkan sebuah hukum. Alloh عز وجل berfirman: ل م ي ك و ن أ ن أ م را و ر س ول ه ا لل ق ض ى إ ذ ا م ؤ م ن ة و ل ل م ؤ م ن ك ا ن و م ا و ر س ول ه ا لل ي ع ص و م ن أ م ر ه م م ن ا ل ي ر ة ف ق د ض ل ض ل ل م ب ينا "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi wanita yang mu'min, apabila Alloh dan Rosul-

Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya maka sungguhlah dia telah tersesat secara-nyata." (QS. Al Ahzab[33]: 36) MAKNA KAEDAH Apabila ada seorang mujtahid yang berijtihad dalam sebuah masalah ijtihadiyyah lalu dia sudah mengamalkan ijtihadnya tersebut, kemudian setelah itu nampaklah bagi dia kekuatan pendapat lainnya kemudian dia memilih pendapat tersebut, maka ijtihadnya yang kedua tidak bisa membatalkan ijtihadnya yang pertama. Akan tetapi masalah ini hanya berlaku bagi sebuah masalah ijtihadiyyah, yaitu sebuah masalah yang tidak ada nash yang shorih dan shohih padanya atau sebuah masalah yang dalil-dalil-nya kelihatannya saling bertentangan, sehingga para ulama' banyak berselisih pendapat. Adapun kalau sebuah masalah itu nashnya sangat jelas dan gamblang tidak ada kemungkinan pemahaman lainya, maka bukan masuk dalam kaedah ini. Dari sini maka masalah ijtihadiyyah ini bisa dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Masalah yang tidak ada dalil yang jelas (dhonniyyah). 2. Masalah yang telah diputuskan oleh hakim sebelumnya dan dalam koridor ijtihadiyyah. 3. Masalah taharri (usaha mencari yang paling benar dari berbagai kemungkinan yang juga mungkin benar) Hal ini disebabkan karena ijtihad yang kedua belum tentu lebih kuat dan lebih benar daripada ijtihad yang pertama, oleh karena itu kalau setiap kali ada sebuah ijtihad baru lalu hasil ijtihad yang lama dibatalkan, maka akan berkonsekwensi tidak adanya sebuah hukum yang tetap dan nantinya semua hukum akan menggantung serta ngambang karena masih ada kemungkinan dibatalkan dengan ijtihad baru. KAPAN KAEDAH INI DITERAPKAN? Kaedah ini diterapkan dalam sebuah masalah hukum yang sudah diputuskan. Sebagai sebuah contoh mudah: Contoh macam pertama dan kedua: Para ulama berselisih pendapat tentang apakah seorang suami kalau menceraikan istrinya saat haidl, apakah jatuh talak ataukah tidak? Jumhur

ulama' mengatakan jatuh, dan sebagian ulama' lainnya mengatakan tidak jatuh. Kalau ada seorang hakim dihadapkan kepadanya masalah ini, dan saat itu madzhab dia menguatkan jatuhnya talak masa haidl lalu dia memutuskan dengannya, kemudian beberapa tahun kemudian, setelah kembali menelaah masalah ini akhirnya dia menguatkan madzhab lainnya yang mengatakan bahwa cerai saat haidl tidak jatuh, kemudian ada kasus serupa yang dulu, maka saat itu dia menghukumi dengan tidak jatuhnya cerai. Lalu apabila orang pada kasus yang pertama menuntut kepadanya agar menghukumi dengan hukum yang kedua (tidak jatuhnya talak) maka si hakim tadi tidak bisa merubah hukumnya karena hukum itu sudah berlalu dan ini adalah sebuah masalah ijtihadiyyah. Dan hukum ini berlaku meskipun yang menghukumi itu adalah hakim sebelumnya. Contoh masalah taharri. Kalau ada seseorang yang bingung menentukan arah kiblat untuk mengerjakan sholat, lalu dia sudah berusaha mencarinya dengan cara bertanya atau melihat tanda-tanda lainnya seperti matahari, bulan, ataupun bintang, akan tetapi dia masih bingung dan belum bisa menentukannya, lalu dia sholat dengan hasil ijtihadnya tersebut, kemudian setelah itu nampaklah baginya bahwa yang dia ijtihadkan sebelumnya

tersebut salah, maka sholatnya tetap sah dan tidak perlu diulangi. Penerapan kaedah ini pernah dilakukan oleh Amirul mu'minin Umar bin Khothob dalam masalah musyarrokah. Musyarrokah adalah sebuah masalah faroidl kalau berkumpul dalam satu masalah suami, ibu atau nenek yang mendapatkan seperenam, saudara seibu dua atau lebih, saudara kandung satu atau lebih. Pertama kali masalah ini dihadapkan kepada Amirul mu'minin Umar bin Khothob maka beliau tidak memberikan bagian apa-apa kepada saudara kandung, karena ashhabul Furudl sudah menghabiskan harta. Lalu beberapa tahun kemudian, masalah yang sama persis datang lagi kepada beliau, maka beliau memasukkan saudara kandung kepada bagian saudara seibu, yaitu sepertiga dibagi rata kepada mereka semua. Lalu tatkala perbedaan hukum dalam satu masalah yang sama ini ditanyakan kepada beliau, maka beliau menjawab: "Itu yang dulu pernah kami hukumi dan ini adalah hukum kami sekarang."[]