BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

dokumen-dokumen yang mirip
tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data statistik Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah penduduk di

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lanjut usia (lansia). Kecenderungan peningkatan jumlah lansia. hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya.

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. psikososial (Nugroho, 2008). Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

FIFI AZISYAH NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan lansia meningkat. Peningkatan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. semua spesies" (Weiss 1965, dan Shack dalam Hadywinoto dan Tony 1999). Dilihat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memperbaiki keruskan yang diderita (Martono & Parka, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN, SOSIAL EKONOMI DAN JARAK TEMPAT PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN POS KESEHATAN DESA (PKD) DI KECAMATAN COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan

KEMAMPUAN KELUARGA MENGENAL MEMBERIKAN KONTRIBUSI TERHADAP KEMAMPUAN MERAWAT AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI LANSIA

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU LANSIA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DI

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) - manusia lahir. Manusia secara perlahan-lahan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. cepat dibandingkan kelompok umur lainya. 1 Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

I. PENDAHULUAN. kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati et al, 2009).

HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO

IRMA MUSTIKA SARI J

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka tidak lagi merasa terabaikan di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Nies & McEwen, 2007; Tamher & Noorkasiani, 2009). Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 1

2 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015). Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia (60 tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011. Diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050. Jumlah orang tua di Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia lanjut diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012; Departemen Kesehatan, 2013) Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya. Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh Ambarwati 2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang tertinggi (ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang terkait dengan tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta memahami potensi diri sendiri.

3 Kemandirian sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Dengan pemikiran para lansia, diakui sebagai individu yang mempunyai karakteristik yang unik. Kemandirian pada lanjut usia dapat dinilai dari kemampuannya dalam melakukan aktivitas kesehariannya atau yang sering disebut dengan Activity of daily living (ADL), sehingga meminimalkan morbiditas para lanjut usia. Salah satu ukuran penting pada morbiditas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas seharihari, seperti mandi, berpakaian, toileting, dan makan. Ketika tidak dapat melakukan self-care, maka akan menjadi tergantung dengan bantuan (Dunlop, Hughes, dan Manheim, 1997; Sari, 2013). Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu yang ditujukan untuk merawat masyarakat usia lanjut pada wilayah-wilayah tertentu, digerakkan oleh masyarakat sendiri sehingga pelayanan kesehatan dapat mereka dapatkan. Program yang beragam dari posyandu lansia tersebut seharusnya dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para lansia, tetapi dilihat dari data yang diperoleh bahwa posyandu lansia ini tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin, bahkan sekitar 22,6% saja. Dengan mengikuti kegiatan di posyandu, maka akan sangat bermanfaat bagi lansia untuk mencegah kepikunan karena sering berinteraksi dengan lansia (Dinas Kesehatan RI, 2006; Istanti, 2014). Di Desa Gumpang Kartasura terdapat Posyandu Lansia Pinilih dengan total populasi sebanyak 129 lansia, tetapi pada saat survey pendahuluan pada tanggal 19 November 2015 didapatkan data akumulasi fluktuatif dengan rata-

4 rata kunjungan dalam 2 tahun terakhir adalah sebanyak 30,7% pada tahun 2014 dan 37,3% pada tahun 2015. Sedangkan capain kunjungan yang harus dipenuhi adalah sebesar 85% dalam waktu satu tahun. Didapatkan bahwa 10 orang lansia, diantaranya 8 orang termasuk tergantung total dan 2 orang lansia lainnya termasuk mandiri total adalah aktif mengikuti kegiatan di Posyandu Lansia Pinilih. Menurut kader lansia dan petugas kesehatan Puskesmas Kartasura, keluhan-keluhan para lansia di Posyandu Lansia Pinilih adalah pusing, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan dan pegal-pegal. Pada umumnya lansia yang mengalami keluhan dengan kesehatannya akan langsung berobat ke Posyandu Lansia tersebut. Dari data status kesehatan lansia penyakit yang sering diderita lansia adalah hipertensi, pusing, gangguan pencernaan, dan diabetes mellitus. Hasil wawancara kepada kader posyandu tentang fenomena yang terjadi adalah ketidakhadiran sebagian lansia ke posyandu yang disebabkan oleh berbagai kondisi fisik yang terjadi pada lansia, seperti tidak adanya anggota keluarga yang mengantarkan ke posyandu atau sedang sakit. Walaupun demikian, keterangan yang didapat dari kader posyandu adalah sikap para lansia terhadap posyandu adalah baik, yaitu masih ada keinginan para lansia untuk berkunjung ke posyandu lansia sesuai dengan jadwal pelayanan posyandu lansia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Munbahij (2012) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan lansia mengikuti

5 posyandu lansia Adji Yuswo Ngebel Tamantirta Kasihan Bantul terhadap kemandirian lansia. Para lansia yang selalu aktif dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia maka tingkat kemandiriannya akan semakin baik, sehingga mereka dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan leluasa. Dari paparan diatas maka penulis ingin meneliti tentang adanya hubungan antara keaktifan dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia dengan tingkat kemandirian lansia di Posyandu Lansia Pinilih Kelurahan Gumpang Kartasura. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan permasalahan pada penelitian adalah apakah ada hubungan antara keaktifan dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia dengan tingkat kemandirian lansia di Posyandu Lansia Pinilih Kelurahan Gumpang Kartasura? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia dengan tingkat kemandirian lansia di Posyandu Lansia Pinilih Kelurahan Gumpang Kartasura.

6 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di Posyandu Lansia Pinilih Kelurahan Gumpang Kartasura. b. Untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia di Posyandu Lansia Pinilih Kelurahan Gumpang Kartasura. c. Untuk mengetahui hubungan antara keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu dengan tingkat kemandirian (ADL) pada lansia. D. Manfaat Penelitian a. Bagi Posyandu Lansia dan Kader Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan pada kader posyandu lansia dalam memotivasi para lansia untuk aktif. b. Bagi Praktik Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan para perawat dalam praktik keperawatan untuk memberikan pengalaman kepada kader posyandu lansia. c. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru sehingga dapat menambah wawasan dan informasi khususnya dalam kegiatan posyandu lansia.

7 E. Keaslian Penelitian 1. Munbahij (2012): Evaluasi Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Terhadap Tingkat Kemandirian Lansia di Posyandu Adji Yuswo Ngebel Tamantirta Kasihan Bantul. Menggunakan pendekatan cross sectional dan dianalisis secara korelasional. Besar sampel adalah 51 lansia, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, pengumpulan data menggunakan kuesiner indeks Katz, dan menggunakan uji korelasi Spearmans Rho. Hasil yang diperoleh yaitu ada hubungan yang signifikan antara keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia Adji Yuswo terhadap kemandirian lansia. Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan simple random sampling, dengan sample 56 responden, menggunakan uji korelasi chi-square (X 2 ) dan bertempat di Posyandu Lansia Pinilih Kelurahan Gumpang Kartasura. 2. Sari (2013): Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia Di Dusun Blimbing Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Menggunakan desain penelitian deskriptif dengan sempel sejumlah 28 responden. Hasil yang diperoleh sebagian besar lansia mempunyai tingkat kemandirian mandiri (64,29%) atau 18 responden, dan yang tidak mandiri (35,71%) atau 10 responden. Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskriptif korelasional dengan sample 56 responden, yang bertempat di Posyandu Lansia Pinilih Kelurahan Gumpang Kartasura.

8 3. Hacihasanoglu, R., Yildirim A. dan Karakurt, P. (2011): Loneliness in elderly individuals, level of dependence in activities of daily living (ADL) and influential factors. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki tingkat kesepian, menentukan tingkat ketergantungan dalam ADL dan faktor yang berpengaruh pada orang-orang lanjut usia. Menggunakan pendekatan deskriptif cross-sectional, dilakukan di 5 pusat kesehatan keluarga terletak di pusat Erzincan Turki pada bulan Maret dan Juni 2010. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan UCLA Loneliness Scale (UCLA-LS). Hasil yang diperoleh bahwa ADL lansia tercatat 2% complete-dependent, dan 14,5% adalah semi-dependent. Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskriptif korelasional, bertempat di Posyandu Lansia Pinilih Kelurahan Gumpang Kartasura, menggunakan instrumen penelitian indeks Katz, dan dilakukan pada bulan April 2016.