BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB III TINJAUAN LOKASI

WALIKOTA PROBOLINGGO

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan angkutan semakin diperlukan. Oleh karena itu transportasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan


mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1

GAMBARAN UMUM. Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

V. KONSEP PENGEMBANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA MEDAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III: DATA DAN ANALISA

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah Kerja Nyata Alternatif Periode LI unit II.C.1 Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah Kerja Nyata Reguler Periode LXI divisi I kelompok B unit 3

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN. 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

TESIS CITRA KAMPUNG ENTUK AYU ASVITASARI PROGRAM

UKDW. Tahap Pengumpulan Data

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN

Transkripsi:

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN 5.1 Analisis Sektor Kawasan 5.1.1 Analisis Sarana dan Prasarana 1. Analisis jaringan jalan Sarana transportasi merupakan sarana umum yang sangat penting untuk masyarakat. Karena menyangkut mobilitas dan berpindahnya satu orang guna memenuhi kebutuhannya. Kondisi jalan di Kampung Kauman tergolong masih baik, dimana tidak ditemukan jalan-jalan yang berlubang dan yang berpotensi menghasilkan genangan air jika hujan. Kampung Kauman sendiri tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor khususnya roda empat atau lebih, dikarenakan jalan di Kampung Kauman berupa gang-gang yang hanya dapat dilalui kendaraan beroda dua. Di samping itu, kendaraan roda dua pun dilarang beroperasi di dalam Kampung Kauman, kebijakan ini berasal dari masyarakat kampung sendiri demi menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi udara dan polusi suara. Jenis jalan di Kampung Kauman terbagi menjadi 2 macam, yang pertama yaitu jalan lingkungan di dalam Kampung Kauman yang menggunakan paving block dan yang kedua yaitu jalan lokal dan jalan kolektor yang mengelilingi Kampung Kauman yang sudah menggunakan aspal sebagai penutup jalan. Untuk arus jaringan jalan yang berada di Kampung Kauman, hampir semua ruas jalan merupakan jalan 2 (dua) arah, hanya 1 (satu) ruas jalan yang merupakan jalan satu arah yaitu Jl. Nyai Ahmad Dahlan, dimana hanya dikhususkan untuk arus kendaraan untuk roda 4 (empat) yang dilarang melalui jalan tersebut dari selatan menuju ke utara. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 61

Gambar 5.1 Penggunaan paving block di jalan Kampung Kauman Gambar 5.2 Peta Jaringan Jalan Kampung Kauman Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, 2014 BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 62

2. Analisis jaringan listrik Pelayanan jaringan listrik merupakan salah satu kebutuhan utama pelayanan utilitas secara keseluruhan, berkembangnya suatu kawasan tentunya akan meningkatkan kebutuhan listrik bagi pemenuhan berbagai elemen kegiatannya. Jaringan listrik yang terdapat di Kampung Kauman sudah mendapatkan pelayanan listrik dari PLN. Pelayanan listrik dari PLN untuk mengenai kebutuhan listrik untuk perumahan, pendidikan, peribadatan, dan lain sebagainya. Gambar 5.3 Kondisi jaringan listrik BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 63

Gambar 5.4 Peta Jaringan Listrik Kampung Kauman Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, 2014 3. Analisis jaringan air bersih Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan Staff Bagian Hubugan Masyarakat kantor Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gondomanan, Bapak AH, ternyata ada sebagian warga di kawasan Kampung Kauman yang hingga saat ini masih memanfaatkan air bersih yang berasal dari sumur galian untuk kebutuhan sehari-hari, bukan dari PDAM.. Hal mengenai air bersih ini juga dicantumkan di Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 2 tahun 2012 pasal 37 ayat 2 yang berbunyi Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Gambar 5.5 Sumur galian di rumah penduduk Kampung Kauman BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 64

Gambar 5.6 Peta Jaringan Air Bersih PDAM Kampung Kauman Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, 2014 4. Analisis balai pertemuan Di kawasan Kampung Kauman sudah terdapat balai pertemuan untuk keperluan acara-acara kampung atau keperluan lainnya, namun kondisinya tidak sesuai dengan yang dicantumkan pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 2 tahun 2012 tentang bangunan gedung pasal 55 ayat 1 yang berbunyi Setiap bangunan gedung untuk kepentingan umum harus menyediakan kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan bangunan gedung, meliputi ruang ibadah, ruang ganti, ruang untuk merokok, ruang bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi untuk memberikan kemudahan bagi pengguna bangunan gedung dalam beraktivitas dalam bangunan gedung. Ada total 11 buah balai pertemuan yang berada di kawasan Kampung Kauman, dimana diantara 11 tersebut, hanya 5 balai yang benar-benar dirasakan manfaatnya dan 6 lainnya dibiarkan tidak terawat karena beberapa alasan yaitu sudah tidak memiliki pemilik dari pihak swasta dan tidak jelas fungsinya. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 65

Gambar 5.7 Salah satu Balai pertemuan di Kampung Kauman 5. Analisis sarana ibadah Sarana peribadatan dibangun dengan tujuan memenuhi kebutuhan rohani masyarakat dan biasa ada di lingkungan pemukiman atau ditengah pemukiman penduduk sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ketersediaan sarana ini menjadi sangat penting mengingat fungsinya yang berhubungan dengan rohani masyarakat. Menurut hasil amatan yang diketahui kampung Kauman memiliki sedikitnya 1 Mesjid dan 3 Langgar/Mushola untuk menampung jumlah penduduk yang sangat tinggi dan lebih dari 90% beragama Islam dengan rincian : 1. Masjid Gedhe Kauman : lokasi di pusat kampung, luas ±2578 m2, kapasitas 1000 1300 jamaah 2. Langgar KH. Ahmad Dahlan : lokasi di selatan kampung, luas ±75 m2, kapasitas 50-80 jamaah 3. Langgar Adz-Zakirin : lokasi di utara kampung, luas ±100 m2, kapasitas 100-120 jamaah 4. Mushola Aisyiyah : lokasi di barat kampung, luas ±350 m2, kapasitas 150-200 jamaah. Ditinjau dari segi kapasitas, maka Masjide Gedhe sudah dapat menampung seluruh warga Kauman, namun ditinjau dari segi aksesbilitas, warga Kauman yang berada di utara dan timur kampung, kesulitas untuk mencapai lokasi masjid ini, karena untuk berjalan kaki cukup jauh jaraknya. Oleh karena itu, mayoritas dari warga Kauman tersebut memilih untuk menunaikan ibadah di rumah masing-masing. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 66

Di kampung ini pun tidak memiliki Gereja ataupun Pura sehingga sulit untuk pemeluk agama lain menjalankan ibadah keagamaannya. Maka tingkat kebutuhan tempat peribadatan ini perlu dikembangkan agar memudahkan masyarakat untuk melakukan kegiatan peribadatan dan juga menyesuaikan dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 9 tahun 2006 tentang pedoman keagamaan dimana tiap tempat ibadah harus memenuhi titik dalam radius tiap 250 meter. Hal mengenai sarana peribadatan juga disampaikan oleh Staff Ahli Tata Ruang Kelurahan Ngupasan, Bapak Su, beliau menyampaikan bawah mengacu dengan banyaknya aktivitas di masjid Gedhe Kauman, maka perlu dilakukan renovasi dan pemeliharaan kebersihan secara berkala serta penataan lingkungan, ditambah juga beliau menyatakan untuk sebuah lokasi obyek wisata, 1 buah masjid dirasakan akan sangat kurang. Gambar 5.8 Masjid Gede Kauman BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 67

Gambar 5.9 Peta sebaran tempat ibadah Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, 2014 6. Analisis sarana akomodasi Pada suatu kawasan obyek wisata sudah barang tentu dibutuhkan setidaknya lebih dari satu tempat menginap, dan sementara itu saat ini Kawasan Kampung Kauman baru memiliki 2 fasilitas menginap bagi wisatawan. Kedua fasilitas ini merupakan rumah penduduk yang dijadikan homestay oleh pemilik rumah, dan masing-masing memiliki kapasitas untuk menampung 5-7 wisatawan dalam satu malam. Hal ini juga digagas oleh Ketua RW 13, Kampung Kauman dimana beliau memberikan gagasan untuk menjadikan rumah penduduk di dalam kawasan Kampung Kauman sebagai homestay atau tempat menginap para wisatawan. Sehingga nuansa klasiknya dan sensasi berwisatanya semakin terasa. Untuk sarana akomodasi yang berada di luar Kampung Kauman, terdapat 2 buah hotel yang jaraknya masih tergolong terjangkau dengan berjalan kaki, namun jika dibandingkan dengan menginap di homestay tentu saja harus berhadapan dengan tarif yang lebih tinggi dan nuansa religi dan sejarahnya tidak semaksimal yang dirasakan ketika menginap di homestay. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 68

Gambar 5.10 Salah satu rumah homestay di Kampung Kauman 7. Analisis pusat pembelanjaaan souvenir Sejauh ini, tempat-tempat pusat pembelanjaan souvenir dan cinderamata di Kampung Kauman, masih berlokasi di luar wilayah kampung. Hal ini juga terpantau oleh Ketua RW 13 Kelurahan Ngupasan Bp. Edi Haryanto, diketahui bahwa Yogyakarta memiliki sangat banyak produk souvenir yang sangat diminati oleh wisatawan. Kampung Kauman sebagai salah satu objek wisata perlu memiliki pusat-pusat pembelanjaan souvenir sendiri. Sedangkan sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa dimana setiap objek wisata harus memiliki pusat pembelanjaan souvenir dan cinderamata. 8. Analisis lahan parkir Ada 2 lokasi yang selama ini digunakan wisatawan untuk lahan parkir, yaitu pertama di Alun-alun utara, dan yang kedua di pelataran Masjid Gedhe Kauman. Namun di pelataran Masjid Gedhe Kauman yang dimana lokasinya lebih dekat ke Kampung Kauman, untuk akses keluar dan masuk kendaraan beroda 4 (empat) masih sulit, dimana pintu masuknya terlalu kecil dan hanya muat untuk 1 kendaraan. Kapasitas pelataran masjid ini, dapat menampung kendaraan roda 4 hingga 10 unit, dan dapat menampung kendaraan roda 2 hingga 30 unit. Untuk kendaraan berukuran besar seperti bus, mini bus, atau setingkatnya, maka parkir kendaraan ini dialihkan ke alun-alun utara. Hal diatas juga dicantumkan di Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 2 tahun 2012 tentang bangunan gedung pasal 55 ayat 1 yang berbunyi Penyediaan tempat parkir BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 69

direncanakan dengan pertimbangan fungsi bangunan gedung, dan tidak mengganggu lingkungan. Gambar 5.11 Pelataran Masjid Gedhe Kauman, yang digunakan sebagai lahan parkir 9. Analisis fisik bangunan Mayoritas fisik/bentuk bangunan di Kampung Kauman memiliki arsitektur bernuansa Belanda, dengan hal ini dapat menjadi ciri khas tersendiri bagi Kampung Kauman, para wisatawan seperti dibawa kembali ke tahun 1930-1950an. Total ada 448 jumlah bangunan yang memadati Kampung Kauman dengan berbagai macam guna bangunan. Namun sayangnya, masih banyak pula bangunan-bangunan tua ini tidak terawat dengan baik, sehingga dapat terlihat bagian-bagian yang sudah keropos dimana-mana. Di samping itu, ada juga bangunan yang sudah tidak ditinggali oleh pemiliknya. No. Guna Bangunan Terawat Tidak Terawat 1 Rumah / Tempat tinggal 322 9 2 Perdagangan 77-3 Jasa / Perkantoran 15 2 4 Peribadatan 4-5 Balai Pertemuan 5 6 6 Pendidikan 8 - TOTAL 431 17 BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 70

Gambar 5.12 Salah satu contoh kondisi fisik bangunan yang rusak Gambar 5.13 Peta Permasalahan Sarana dan Prasarana Kampung Kauman Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, 2014 5.1.2 Analisis Kondisi Lingkungan 1. Analisis ruang terbuka hijau Kampung Kauman memiliki banyak lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang masih belum dimamfaatkan dengan baik, RTH pada umumnya digunakan sebagai paru-paru wilayah atau penghasil oksigen bagi daerah tersebut, dapat digunakan untuk berteduh, bersantai, maupun memperindah dekorasi wilayah. RTH di Kampung Kauman yang dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai salah satu ikon kampung, yaitu di Pelataran atau yang terletak di halaman Masjid Gedhe Kauman, BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 71

ruang terbuka disana memiliki luas ±1254 m2 dan hingga saat ini dijadikan sebagai tempat berdagang kaki lima, tempat bermain anak-anak dan tempat parkir kendaraan. Gambar 5.14 Salah satu ruang terbuka hijau Kampung Kauman 2. Analisis kondisi persampahan Pesebaran tempat sampah di Kampung Kauman saat ini masih sangat kurang dalam segi kuantitas, dan untuk segi kualitas kondisi tempat sampah di kampung Kauman masih menggunakan keranjang sampah yang ditempatkan di depan rumah penduduk. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang disebutkan di Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang Persampahan, dimana disebutkan bahwa tiap rumah penduduk harus memiliki satu tempat sampah yang selanjutnya dikumpulkan di penampungan sementara dan dibawa ke lokasi pembuangan akhir. Alur pembuangan sampah di Kampung Kauman saat ini, berawal dari sampah rumah tangga diletakkan di depan rumah masing-masing warga, yang di pagi hari akan diangkut oleh dinas persampahan dan semua sampah rumah tangga Kampung Kauman akan dibawa ke TPS yang berlokasi di alun-alun utara, dan kemudian akan dibawa ke TPA yang berlokasi di Piyungan. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 72

Gambar 5.15 Salah satu contoh tempat sampah di sudut Kampung kauman Gambar 5.16 Peta Sebaran tempat sampah Kampung Kauman Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, 2014 BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 73

5.1.3 Analisis Sumber Daya Manusia Menurut data yang tercatat pada www.jogjakota.go.id/about/kondisi-geografis-kotayogyakarta-skala-rt-rw, Kampung Kauman memiliki jumlah penduduk 1128 jiwa. Jumlah penduduk tersebut lumayan tinggi dengan luas daerah 21 Ha. Penduduk menurut jenis kelamin (sex ratio) dari melihat hasil survey lebih tinggi atau lebih cenderung penduduk yang berkelamin laki laki dibandingkan yang bekelamin perempuan. Hal ini dapat kita lihat dari jenis pekerjaan dan kegiatan yang ada di wilayah tersebut cenderung aktifitas yang melibatkan laki laki. Adapun di wilayah tersebut mata pencaharian yang utama adalah berdagang. Karena di wilayah tersebut masih dekat dengan Malioboro dan Pasar Beringharjo sebagai pusat perdagangan Kota Yogyakarta. Di kampung Kauman juga terdapat beberapa organisasi masyarakat yang berdiri secara swadaya, antara lain yaitu : 1. Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) alun-alun. 2. Paguyuban arisan ibu rumah tangga. 3. Angkatan muda Muhammadiyah. 4. Organisasi Naisyatul Aisyiyah. 5. Organisasi remaja Kauman. Masing-masing memiliki kegiatannya sendiri dan juga dikelola secara mandiri oleh para anggotanya. Organisasi masyarakat disana, beberapa kali terlibat langsung dalam pembangunan kampung sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Mengenai analisis sumber daya manusia ini, juga disampaikan pada saat wawancara oleh Staff Bagian Hubungan Masyarakat kantor Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gondomanan Bp. AH, berdasarkan dari pengetahuan, motivasi, aspirasi, dan komitmen masyarakat Kampung Kauman terhadap rencana pengembangan ini, sebelumnya perlu dilakukan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat Kampung Kauman. 5.1.4 Analisis Kondisi Kampung Kauman dengan sekitar Wilayah Kampung Kauman yang `dekat dari hiruk pikuk Kota Yogyakarta menjadikan desa ini mudah untuk dicapai dan dikunjungi oleh para wisatawan, tinggal mengikuti jalur dari arah Malioboro menuju Alun-Alun dan Kraton Yogyakarta, Kampung Kauman terletak disebelah barat Alun-Alun. Di samping itu, walaupun terletak dekat dengan pusat kota, namun kondisi di dalam Kampung Kauman itu sendiri sangat nyaman, asri, dan sunyi, oleh karena itu Kampung Kauman ini sangat potensial sebagai desa wisata untuk orang-orang yang telah jenuh dengan hingar bingar kesibukan kota. Letaknya yang masih BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 74

strategis dan dekat dengan Kraton Yogyakarta dan juga terdapat Masjid Gedhe Kauman juga membuat desa ini cocok untuk menjadi daerah wisata religi dan sejarah sekaligus. 5.2 Potensi dan Masalah Kawasan Kampung Kauman Pemilihan konsep kampung wisata sejarah dan religi di kawasan Kampung Kauman ini didasarkan pada beberapa hal yang berbasiskan kelestarian kehidupan sosial, agama dan budaya yang ada di dalam kawasan tersebut. Beberapa potensi dan masalah yang dimiliki oleh Kampung Kauman akan dijabarkan sebagai berikut, 5.2.1 Potensi dan Masalah Sektor Sarana dan Prasarana 1. Potensi sektor sarana dan prasarana a. Konsep arsitektur dan gaya penataan permukiman Kampung Kauman yang masih bertahan sejak jaman Belanda. Gambar 5.17 Arsitektur Bangunan Khas Jawa Belanda b. Terdapat masjid Gedhe yang merupakan ikon dari Kota Yogyakarta dan selalu menjadi lokasi persinggahan untuk wisatawan kraton yang ingin beristirahat atau beribadah. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 75

Gambar 5.18 Masjid Gedhe Kauman c. Sejarah berdirinya Muhammadiyah berawal dari kampung ini, dimana masih ada beberapa peninggalan-peninggalan KH. Ahmad Dahlan. Gambar 5.19 Langgar KH Ahmad Dahlan d. Kondisi jaringan jalan yang baik, tidak berlubang, dan dapat dilalui kendaraan bermotor. e. Seluruh wilayah Kampung Kauman sudah difasilitasi jaringan listrik oleh PLN. 2. Masalah sektor sarana dan prasarana BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 76

a. Ada beberapa ditemukan bangunan yang fisiknya sudah rusak dan tidak terawat. b. Balai pertemuan yang tidak memiliki pemilik dibiarkan tidak terawat dan terbengkalai. c. Kuantitas sarana ibadah yang masih kurang dalam menampung jumlah penduduk di Kampung Kauman. d. Kampung Kauman belum memiliki pusat pembelanjaan souvenir. 5.2.2 Potensi dan Masalah Sektor Lingkungan 1. Potensi sektor lingkungan a. Lokasi yang strategis berada di pusat kota, dan dekat dengan obyek-obyek wisata unggulan Kota Yogyakarta. b. Menjadi lokasi dari atraksi-atraksi wisata yang disajikan oleh Kraton Yogyakarta, yang selalu menjadi tujuan wisatawan mengunjungi Yogyakarta. Gambar 5.20 Grebek Gunungan c. Lahan ruang terbuka hijau yang berpotensi menjadi paru-paru kampung jika dimanfaatkan dengan baik. 2. Masalah sektor lingkungan a. Ruang terbuka hijau yang belum dimanfaatkan dan ditata dengan baik. b. Persebaran sarana tempat sampah yang belum merata. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 77

5.2.3 Potensi dan Masalah Sektor Sumber Daya Manusia 1. Potensi sektor sumber daya manusia a. Penduduk asli kampung yang sangat ramah terhadap wisatawan. b. Tingkat pendidikan warga Kampung Kauman yang tergolong tinggi. 2. Masalah sektor sumber daya manusia a. Etos kerja penduduk asli yang masih rendah dan tidak memiliki semangat untuk merubah kehidupan mereka salah satunya disebabkan karena pola pikir mereka yang masih tradisional dan konservatif. b. Kurangnya promosi dan pemasaran wisata mengenai Kampung Kauman, sehingga keberadaan Kampung Kauman hingga kini kurang dikenal oleh wisatawan. 5.3 Analisis SWOT Kawasan KEKUATAN ( STRENGH ) KELEMAHAN ( WEAKNESS ) -Lingkungan kampung yang masih asli dan -Kurangnya informasi dan publikasi kepada asri. wisatawan tentang Kampung Kauman. -Arsitektur jaman Belanda yang masih -Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar dipertahankan dan menjadi ciri khas pada potensi yang dimiliki Kampung tersendiri. -Penduduk asli kampung yang ramah dan Kauman. -Kondisi infrastruktur yang kurang baik bersahabat, untuk dijadikan sebuah objek wisata. -Nuansa religius agama islam yang sangat kental. PELUANG ( OPPORTUNITY ) ANCAMAN ( THREAT ) -Lokasinya dekat dengan Malioboro dan Kraton. -Lokasinya mudah dicapai, yaitu di pusat Kota Yogyakarta. -Sudah dimasukkan ke dalam RTRW Kota Yogyakarta sebagai Kampung Wisata. -Kalah bersaing dengan Kampung wisata lain, contohnya Kota Gede dan kampung wisata Gunung Merapi. -Belum dimasukkan ke dalam paket wisata Malioboro dan Kraton. Tabel 5.1 Analisis SWOT kawasan Sumber : Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, 2014 BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 78