BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan program pendidikan dini anak usia 4-6 tahun. Tugas utama TK

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang merupakan pondasi. atau dasar dari jenjang pendidikan selanjutnya.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. TK ini berada di tengah-tengah Kota Gorontalo dan telah banyak menamatkan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun.

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama kemampuan berhitung yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1 6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun menurut. Undang-Undang Republik Indonesia, dan 0-8 tahun menurut

ISSN X Volume II Nomor 1. Maret

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

I. PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan. selanjutnya. Masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan suatu masa keemasan (golden Age) dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ETIK KURNIAWATI NIM : A53H111070

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI MEDIA KARTU ANGKA PADA KELOMPOK A DI TK DHARMA WANITA TOMBA KOTA BAUBAU

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang handal dan mampu membangun bangsa. pasal 1, butir 14 tentang sistem pendidikan nasional PAUD adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun psikis. Pada masa ini, anak perlu diberikan rangsangan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD. Oleh :

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD OLEH :

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN DENGAN PERMAINAN CETAK ANGKA PLAY DOUGH PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk program pendidikan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Solehuddin (2000: 5) pentingnya menyelenggarakan pendidikan anak usia prasekolah secara professional yaitu agar mampu melahirkan generasi tangguh dan siap menghadapi kehidupan yang semakin kompetitif di masa mendatang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa: Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu perrumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki rentang usia empat sampai enam tahun. Salah satu tujuan pendidikan TK (Djoehaeni, 2008:2) yaitu mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan. Lingkungan bermain tersebut dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Taman Kanak-kanak mengarahkan anak berdasarkan ruang lingkup kurikulum yang meliputi aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, berbahasa, fisik-motorik, dan kemampuan kognitif. Pengembangan kemampuan kognitif memiliki tujuan sebagai pengembangan cara berpikir anak serta meningkatkan kecerdasan logika-matematika. Gardner (Sujiono, 2008:1.8) membagi kognitif ke dalam tujuh jenis dan salah satu 1

2 diantaranya adalah kecerdasan logika matematika. Keterampilan logika cara berpikir anak dapat dilatih dengan pembelajaran matematika. Saleh (2008)

3 menyatakan bahwa terdapat hubungan erat antara pembelajaran matematika dengan kecerdasan logika karena secara tidak langsung matematika telah mengajarkan anak untuk mengembangkan pola pikir rasional. Hariwijaya & Sukaca (2009: 75) menjelaskan bahwa anak pada usia 5-6 tahun belum bisa berpikir secara abstrak dan masih berpikir secara konkret, serta menjelaskan konsep sebagai berikut: Misalnya saja kita mengajari anak penjumlahan 1 + 2. Anak dapat diberi penjelasan dengan alat peraga lidi. Anak disuruh mengambil satu lidi kemudian ditambahkan lagi satu lidi. Setelah itu anak diberi pengertian bahwa jika ada satu lidi ditambahkan dua lidi maka lidi tersebut akan berjumlah tiga batang. Dengan pengoperasian seperti ini akan menjadikan anak lebih memahami konsep matematika secara konkret sesuai dengan perkembangan usianya. Konsep matematika dalam operasi penjumlahan dapat diberikan pada anak dengan cara menghadirkan benda-benda konkret untuk mengembangkan kemampuan matematikanya. Pembelajaran matematika yang diberikan oleh guru dapat melalui penggunaan berbagai media permainan yang dapat memungkinkan anak terlibat langsung dalam kegiatan individual, kelompok, maupun secara klasikal. Salah satu prinsip matematika sekolah (Wijaya, 2012:11) yang dirumuskan oleh NCTM (The National Council of Teacher of Mathematics), yaitu prinsip pembelajaran dimana siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman serta secara aktif membangun pengetahuan baru. Berdasarkan hasil diskusi dengan pendidik serta dilakukannya observasi di TK Kemala Bhayangkari 13 terdapat permasalahan yang terjadi pada anak kelompok B, yakni anak masih mengalami kesulitan dalam melakukan operasi penjumlahan. Pada kegiatan pembelajaran, guru memberikan soal penjumlahan dengan angka-angka kepada anak secara mandiri, dimana hasil dari operasi penjumlahan tersebut di atas 10. Misalnya, guru meminta anak untuk menjumlahkan 8+4, yang hasil penjumlahan dari angka-angka tersebut yaitu 12. Untuk mendukung proses pembelajaran operasi penjumlahan, guru hanya

4 menyediakan media berupa cangkang kerang. Anak mengambil sejumlah cangkang kerang sesuai dengan angka yang terdapat pada setiap soal penjumlahan, setelah itu anak menghitung hasil penambahan dari kerang-kerang tersebut. Keterbatasan media pembelajaran yang digunakan berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajaran matematika. Hal ini menyebabkan kurang tertariknya minat anak terhadap pembelajaran, karena anak merasa bosan dan terlihat tidak antusias dengan kegiatan yang diberikan oleh guru. Selain itu, anak kurang fokus dalam mengerjakan soal-soal matematika, sehingga ada anak yang lebih banyak mengobrol dengan temannya, ada anak yang tidak dapat mengerjakan tugasnya sampai selesai, ada juga anak yang kebingungan tidak mengerti dan sering bertanya kepada guru. Pembelajaran matematika di kelas menekankan pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru memberi penugasan kepada anak untuk mengerjakan soal-soal yang terdapat pada majalah atau lembar kerja anak. Sriningsih (2009: 2) menjelaskan hasil penelitiannya bahwa beberapa lembaga pendidikan lebih menekankan penguasaan angka dan operasi melalui metode drill dan praktikpraktik paper pencil test. Lembar kerja anak ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan paper pencil test. Kegiatan guru di kelas memberikan contoh soal dan cara menyelesaikannya di papan tulis, setelah itu anak diberikan kesempatan untuk mengerjakan setiap soal secara individual. Kemampuan operasi penjumlahan juga dilatih guru dengan cara hitungan mulut dan jari. The National Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 2003) mengeluarkan standar bilangan dan operasi bilangan dalam memahami makna operasi dan bagaimana operasi itu saling berhubungan, salah satu bagian operasi bilangan tersebut yaitu memahami berbagai makna penambahan dan pengurangan bilangan bulat dan hubungan-hubungan antara kedua operasi. Dimana penambahan dan pengurangan tersebut merupakan kemampuan bermatematika anak dalam memahami hubungan antar pengoperasian dan bilangan.

5 Standar operasi penjumlahan yang digunakan sekolah mengacu kepada Peraturan Menteri 58, yang dipadukan dengan Kurikulum 2004. Penjelasan Permen 58 dalam konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf untuk kelompok B terdapat indikator, yaitu mengenal lambang bilangan 1-20. Sedangkan indikator yang terdapat dalam Kurikulum 2004 yaitu anak memahami operasi penjumlahan dan pengurangan dengan hasil penambahan menggunakan benda sampai 10. Berdasarkan beberapa standar tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memahami operasi penjumlahan, terlebih dahulu anak harus menguasai lambang bilangan 1-20. Selanjutnya anak dapat melakukan operasi penjumlahan menggunakan benda dengan hasil sampai 10. Seiring dengan standar operasi penjumlahan yang telah dipaparkan di atas, terdapat kesenjangan yang terjadi yaitu, kegiatan pembelajaran operasi penjumlahan yang dilakukan di sekolah, kurang sesuai dengan standar operasi penjumlahan bagi anak kelompok B. Dimana dalam kegiatan di kelas, guru memberikan soal-soal penjumlahan dengan hasil di atas 10, sedangkan standar operasi penjumlahan untuk kelompok B yaitu dengan hasil sampai 10. Kegiatan proses pembelajaran seperti ini akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap kemampuan matematika khususnya operasi penjumlahan. Pertumbuhan dan perkembangan anak akan mengalami hambatan yang menyebabkan timbulnya rasa cemas pada diri anak akan matematika. Menurut Sriningsih (2009: 39) matematika yang diajarkan tanpa melalui tahapan pembelajaran matematika yang tepat akan menimbulkan kecemasan terhadap matematika itu sendiri (mathphobia). Berkenaan dengan asumsi di atas, National Association for the Education of Young Children (NAEYC) Amerika Serikat (Solehuddin, 2000:85) menerbitkan suatu panduan pendidikan untuk anak usia dini (usia 8 tahun ke bawah) yang salah satunya menekankan penerapan bermain (termasuk bernyanyi dan bercerita) sebagai alat utama belajar anak. berkaitan dengan itu, kebijakan Pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan prasekolah (1994/1995) juga memiliki prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.

6 Bermain (Solehuddin, 2000:87) bagi anak usia dini merupakan bagian utama dari kehidupan anak. Melalui bermain atau permainan akan memberikan pengalaman yang menyenangkan dalam mengasah kemampuan anak. Pengalaman langsung dapat diperoleh anak melalui berbagai penggunaan benda konkret yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Ruseffendi (1980: 1) menjelaskan bahwa pada dasarnya anak belajar melalui benda konkret, Penggunaan benda konkret (riil) dalam proses pembelajaran matematika ini dapat lebih dipahami dan dimengerti oleh anak. Sejalan dengan itu, Sriningsih (2009: 29) tentang konsep matematika dapat dibentuk melalui pengalaman langsung (hands on experience) dalam melakukan berbagai percobaan dan penemuan. Anak melakukan berbagai percobaan terhadap segala bentuk kegiatan pembelajaran sehingga anak dapat menemukan pengalamannya secara langsung. Cara ini diberikan dalam kegiatan pembelajaran yang memungkinkan meningkatnya kemampuan operasi penjumlahan secara optimal. Pengalaman anak dalam pembelajaran matematika salah satunya diperoleh melalui penggunaan media yang bervariatif, sehingga dapat mendukung dan memberikan pengaruh yang besar terhadap proses pembelajaran. Menurut Eliyawati (2005: 12) program pendidikan harus dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak, memberikan kesempatan untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan intelektual atau kognitif, emosi dan fisik anak, memberikan dorongan serta mengembangkan hubungan sosial yang sehat. Untuk itu guru harus dapat merancang kegiatan pembelajaran matematika, menyediakan serta mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran matematika yang abstrak dapat dibentuk secara konkret melalui penggunaan media berupa alat permainan edukatif. Sehingga akan menarik perhatian anak untuk terlibat dalam proses pembelajaran dan anak lebih mengerti sesuai dengan tahapan berpikirnya. Salah satu penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu oleh Rokiyah (2011) menyatakan bahwa permainan dadu papan penjumlahan dapat

7 meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak. Penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Operasi Penjumlahan Melalui Permainan Dadu Papan Penjumlahan ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di TK Islam Siti Khodijah dengan subjek penelitian sebanyak 14 anak. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemampuan operasi penjumlahan dapat ditingkatkan melalui permainan dadu papan penjumlahan. Hal ini dapat dilihat dari presentase pra siklus menuju pasca siklus, yaitu pada kategori baik (B) yang mulanya 59% meningkat menjadi 85,4%, selanjutnya pada kategori cukup (C) yang mulanya 16% berkurang menjadi 14,6% karena sebagian anak berkembang menjadi lebih baik, dan kategori kurang (K) yang mulanya 25% menjadi 0% karena sebagaian anak berkembang menjadi lebih baik yakni pada kategori baik dan cukup. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan penggunaan dadu papan penjumlahan sebagai alat permainan yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak kelompok B di TK Islam Siti Khodijah. Untuk itu alat permainan edukatif merupakan alat permainan yang dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuan belajar anak. Berdasarkan hasil penelitian yang terkait kemampuan operasi penjumlahan di atas, maka penelitian ini dilakukan melalui penggunaan media yang dapat meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak yaitu alat permainan edukatif berupa Alat Permainan Abacus. Menurut Suyadi (2009: 53) alat permainan edukatif merupakan bagian dari sumber belajar. Anak dapat memperoleh pengalaman langsung, karena alat permainan edukatif dapat memberikan pengetahuan serta mengembangkan aspek tertentu. Sejalan dengan itu, Eliyawati (2005: 62) menyatakan bahwa alat permainan edukatif untuk anak usia dini merupakan alat permainan yang bertujuan meningkatkan segala aspek perkembangan anak usia dini. Aspek-aspek yang dikembangkan yaitu aspek fisik-motorik, emosi, sosial, bahasa, moral dan kognitif.

8 Terdapat berbagai alat permainan atau alat peraga seperti yang dikatakan Ruseffendi (1984) salah satunya adalah Abacus yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan. Alat permainan edukatif ini memiliki bentuk, ukuran dan warna serta berbagai macam bentuk model yang memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan. Berdasarkan hasil refleksi awal dan diskusi dengan guru, maka disepakati sebagai solusi tindakan untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak adalah melalui alat permainan Abacus. Oleh karena itu peneliti memfokuskan kajian pembahasan mengenai Meningkatkan Kemampuan Anak Dalam Operasi Penjumlahan Melalui Penggunaan Alat Permainan Edukatif (Alat Pemainan Abacus). B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pemanfaatan alat permainan edukatif dalam meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak usia dini? Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti dalam kemampuan operasi penjumlahan pada anak usia dini adalah: 1. Bagaimana kondisi obyektif kemampuan anak dalam operasi penjumlahan di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek pada kelompok B? 2. Bagaimana implementasi penggunaan alat permainan Abacus untuk meningkatan kemampuan operasi penjumlahan pada anak di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek pada kelompok B? 3. Bagaimana peningkatan kemampuan operasi penjumlahan pada anak setelah penerapan alat permainan Abacus di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek pada kelompok B?

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi obyektif kemampuan anak dalam operasi penjumlahan di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek kelompok B. 2. Untuk mengetahui implementasi penggunaan alat permainan Abacus untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek pada kelompok B. 3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan operasi penjumlahan setelah penerapan alat permainan Abacus di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek pada kelompok B. D. Manfaat/Signifikansi Penelitian Manfaat penelitian ini adlah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Dengan penggunaan alat permainan edukatif dalam meningkatkan operasi penjumlahan pada anak ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan konsep matematika khususnya operasi penjumlahan, aktivitas dan hasil pembelajaran anak usia dini di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek. 2. Bagi Guru Memberikan pengalaman kepada guru dalam merancang pembelajaran dan alat permainan edukatif khususnya dalam kegiatan pembelajaran matematika. 3. Bagi Peneliti Meningkatkan kualitas pembelajaran dan menambah pengalaman khususnya dalam mengenalkan operasi penjumlahan matematika. E. Struktur Organisasi

10 Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 BAB, yang terdiri dari: BAB I Pendahuluan, berisi tentang: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II Kajian Teoritis tentang Operasi Penjumlahan dan Alat Permainan Abacus. BAB III Metodologi Penelitian. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi.