ANALISA SIFAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH DAN LUMPUR PORONG KERING SEBAGAI PENGISI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MOLARITAS AKTIFATOR ALKALIN TERHADAP KUAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN TRAS SEBAGAI PENGISI

SIFAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH JAWA POWER PAITON SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF

Pasta Geopolimer Ringan Berserat Berbahan Dasar Lumpur Sidoarjo Bakar Dan Fly Ash Perbandingan 1 : 3 Dengan Pengembang Foam

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER PADA KINERJA BETON GEOPOLIMER

Sodium sebagai Aktivator Fly Ash, Trass dan Lumpur Sidoarjo dalam Beton Geopolimer

Disusun oleh : Lintas Jalur - S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Sodium sebagai Aktivator Fly Ash, Trass dan Lumpur Sidoarjo dalam Beton Geopolimer

STUDI AWAL PENGARUH PENAMBAHAN FOAM PADA PEMBUATAN BATA BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) D-104

STUDI BETON GEOPOLIMER SEBAGAI SUBSTITUSI BETON KONVENSIONAL

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO DAN FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PASTA RINGAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR BAKAR SIDOARJO DAN FLY ASH PERBANDINGAN 3:1 DENGAN TAMBAHAN ALUMINUM POWDER dan SERAT ALAM

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara membakar secara bersamaan campuran calcareous ( batu gamping )

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

ANALISIS PROPORSI LIMBAH FLY ASH PAITON DAN TJIWI KIMIA TERHADAP KUAT TEKAN PASTA GEOPOLIMER

CAMPURAN SERAT PADA PASTA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

POTENSI AGREGAT ALWA SEBAGAI BAHAN DASAR BETON GEOPOLIMER BERBAHAN LUMPUR SIDOARJO

TINJAUAN KAPASITAS AKSIAL BETON GEOPOLIMER TERKEKANG

STUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK

PENGARUH PENAMBAHAN BORAKS DAN KALSIUM OKSIDA TERHADAP SETTING TIME DAN KUAT TEKAN MORTAR GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TIPE C

PAVING GEOPOLIMER DARI COAL ASH LIMBAH PABRIK

Efek Tipe Superplasticizer terhadap Sifat Beton Segar dan Beton Keras pada Beton Geopolimer Berbasis Fly Ash

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, khususnya dalam proses produksi Semen Portland (SP).

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER DENGAN BAHAN UTAMA BUBUK LUMPUR LAPINDO DAN KAPUR (155M)

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

KARAKTERISTIK BETON GEOPOLIMER BERDASARKAN VARIASI WAKTU PENGAMBILAN FLY ASH

KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS DARI LUMPUR KERING TUNGKU EX LAPINDO

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH RASIO W/S TERHADAP KUAT TEKAN GEOPOLYMER MORTAR PADA KONDISI SS/SH 12 MOLAR 0,5 DAN 2,5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

PENGARUH TREATMENT PADA BOTTOM ASH TERHADAP KUAT TEKAN BETON HIGH VOLUME FLY ASH

KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN SOLID MATERIAL ABU TERBANG DAN ABU SEKAM PADA KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR PADAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON GEOPOLYMER

BATAKO BERLUBANG GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

Abstrak Material penyusun beton ringan terdiri air, semen dan agregat. Agregat yang digunakan untuk memproduksi

POTENSI LUMPUR SIDOARJO BAKAR DAN FLY ASH PADA PEMBUATAN MORTAR RINGAN GEOPOLIMER

PENGARUH RASIO AGREGAT BINDER TERHADAP PERILAKU MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN CAMPURAN ABU SEKAM PADI DAN ABU AMPAS TEBU

BATA BETON GEOPOLIMER DARI BAHAN FLY ASH LIMBAH PLTU TANJUNG JATI MEMILIKI BANYAK KEUNGGULAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN PEMANFAATAN LUMPUR KERING TUNGKU EX. LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI SEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUAT TARIK LENTUR BETON GEOPOLYMER BERBASIS ABU TERBANG (FLY ASH)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

Agregat Buatan Geopolimer dengan Bahan Dasar Abu Terbang (Fly Ash) dan Abu Sawit (Palm Oil Fuel Ash)

Pemanfaatan Lumpur Bakar Sidoarjo Sebagai Bahan Campuran Pada Pembuatan Beton Ringan dengan Menggunakan Tambahan Buih dan Serat Alam

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON GEOPOLYMER DENGAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK

KUAT TEKAN BETON GEOPOLYMER BERBAHAN DASAR ABU TERBANG (FLY ASH)

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO UNTUK BATA BETON RINGAN BERSERAT DENGAN BAHAN PENGISI SERAT KENAF

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan

Efek Kadar Polycarboxylate Ether (PCE) terhadap Sifat Mekanik Beton Geopolimer Berbasis Fly Ash

SERAT DAN FOAMING AGENT PADA CAMPURAN BETON RINGAN BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO DAN ABU SEKAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Fisik dan Kimia Fly Ash dari Perusahaan Ready Mix Beton dan Limbah Pabrik terhadap Sifat Mekanik Pasta dan Mortar

BAB IV DATA DAN ANALISIS

PERBANDINGAN BEBERAPA PROSEDUR PEMBUATAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TIPE C

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PAVING BLOCK GEOPOLIMER

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

PEMANFAATAN BOTTOM ASH DAN FLY ASH TIPE C SEBAGAI BAHAN PENGGANTI DALAM PEMBUATAN PAVING BLOCK

Perkembangan Beton Geopolimer Triwulan dan Januarti Jaya Ekaputri

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

Transkripsi:

ANALISA SIFAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH DAN LUMPUR PORONG KERING SEBAGAI PENGISI Oleh : Triwulan *) Januarti Jaya Ekaputri **) Tami Adiningtyas ***) Abstrak Geopolimer adalah beton dengan bahan pengikat tidak menggunakan semen hidrolis, tetapi menggunakan material alami sebagai penggantinya. Material alami yang digunakan adalah material yang memiliki kandungan oksida silika dan alumina tinggi. Fly Ash dan lumpur Porong dipilih sebagai bahan dasar penelitian ini karena kandungan silika dan aluminanya yang tinggi. Fly Ash yang digunakan harus diaktifkan dengan larutan alkalin berupa Sodium Hidroksida dan Sodium Silikat sebagai katalisatornya. Penggunaan lumpur Porong dalam hal ini merupakan usaha untuk memanfaatkan lumpur Porong sebagai bahan bangunan (Ekaputri dan Triwulan, 2006). Dalam penelitian yang dilakukan, dibuat 4 buah benda uji berupa binder dan 4 buah benda uji beton dengan variasi aktifator sodium hidroksida molaritas 8M dan 10M serta penambahan air sebanyak 80% dan 100% dari berat lumpur. Pada benda uji binder akan dilakukan tes yang meliputi: tes waktu pengikatan, tes tekan dan tes porositas. Sedangkan untuk benda uji beton akan dilakukan tes yang meliputi: tes slump, tes tekan, tes tarik belah dan tes porositas. Pada pengujian tekan dan tarik belah, umur benda uji ditentukan pada 3, 7, 14, 21 dan 28 hari. Dari hasil penelitian terlihat bahwa molaritas larutan aktifator dan persentase penambahan air mempengaruhi sifat mekanik beton geopolimerlumpur. Secara umum, semakin besar molaritas dan semakin sedikit persentase penambahan air pada campuran akan memberikan karakteristik beton yang lebih tinggi. Kata kunci : geopolimer, binder, aktifator, molaritas, fly ash, lumpur Porong PENDAHULUAN Beton Geopolimer merupakan beton dengan material dari bahan alami sebagai pengikat. Material pengikat tersebut mengalami reaksi polimerisasi dalam proses pengerasannya. Studi terhadap material alami sebagai pengganti semen diperlukan sejalan dengan peningkatan pembangunan infrastruktur beton di dunia yang menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap semen sebagai bahan pembentuk beton. Penggunaan semen ternyata memberikan pengaruh negatif karena gas CO 2 yang dilepaskan ke atmosfir akibat proses produksi semen dengan jumlah setara dengan berat semen yang dihasilkan. *) Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS **) Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS ***) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS Material alami yang diutamakan sebagai pengganti semen ini adalah material yang memiliki kandungan oksida silika dan alumina tinggi (Davidovits, 1994). Kebutuhan akan tingginya kandungan oksida silika dan alumina disebabkan karena oksida ini merupakan bahan utama yang akan mengalami proses polimerisasi yang menghasilkan binder atau pengikat dalam beton geopolimer. Pada penelitian ini, dibuat binder dan beton geopolimer untuk diamati sifat mekaniknya. Beton geopolimer yang dibuat menggunakan bahan dasar fly ash sebagai pengikat dan lumpur Porong sebagai pengisi. Lumpur Porong merupakan lumpur panas yang keluar dari perut bumi. Besarnya volume 33 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

lumpur panas yang keluar telah menimbulkan berbagai dampak buruk pada kehidupan sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat Sidoarjo pada khususnya (Timnas PSLS, 2006). Sebagai usaha dari meminimalisasi kerugian yang ditimbulkan oleh lumpur Porong ini, beberapa peneliti telah mencoba untuk memanfaatkan lumpur Porong sebagai keramik dan bahan konstruksi seperti bata, genteng, beton [15] dan paving. Penggunaan lumpur Porong kering sebagai bahan pengisi beton geopolimer pada penelitian ini merupakan usaha pemanfaatan lumpur Porong. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui waktu pengikatan binder geopolimer-lumpur. 2. Mengetahui temperatur saat terjadi reaksi polimerisasi. 3. Mengetahui besarnya kuat tekan binder dan beton geopolimer-lumpur 4. Mengetahui besarnya kuat tarik beton geopolimer-lumpur 5. Mengetahui porositas binder dan beton geopolimer-lumpur. 6. Mengetahui kandungan senyawa kimia dalam binder geopolimer-lumpur. LINGKUP PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, masalah yang dibahas meliputi: 1. Mengetahui dan membandingkan sifat fisik dari bahan bahan dasar beton geopolimerlumpur yang meliputi: a) Fly ash b) Lumpur Porong 2. Bahan dasar binder yang digunakan adalah fly ash dan Lumpur Porong. 3. Aktifator yang digunakan adalah NaOH dan Sodium Silikat dengan perbandingan Sodium Silikat dan Sodium Hidroksida adalah sebesar 2,5. 4. Molaritas NaOH sebesar 8 dan 10 Molar. 5. Perbandingan berat Fly ash (fly ash) dan Lumpur Porong adalah 4 : 1. 6. Fly ash yang digunakan adalah fly ash kelas F dari PLTU Paiton. 7. Lumpur Porong yang digunakan berupa Lumpur kering, yaitu lumpur yang telah di oven lalu dihancurkan sampai berbentuk serbuk. Lalu diberi tambahan air sebesar 80% dan 10% dari beratnya. 8. Kuat Tekan Dilakukan pada 3,7,14,21 dan 28 hari. 9. Penelitian hanya terbatas pada skala laboratorium. 10. Curing dilakukan pada suhu kamar selama 4 hari. STUDI PUSTAKA Beton Geopolimer Proses pembentukan beton geopolimer disebut dengan proses polimerisasi kondensasi, yaitu reaksi gugus fungsi banyak (molekul yang mengandung dua gugus fungsi atau lebih yang dapat bereaksi) yang menghasilkan satu molekul besar bergugus fungsi banyak pula dan diikuti oleh pelepasan molekul kecil. Dalam proses geopolimerisasi, molekul kecil yang dilepaskan adalah air. Pelepasan air ini terjadi selama proses curing berlangsung. Perbedaan reaksi beton geopolimer dengan beton konvensional dapat dilihat pada Gambar 1 34 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

Kandungan Fly ash kelas F yang digunakan dalam tugas akhir dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar 1. Reaksi Hidrasi dan Polimerisasi (www.geopolymer.org) Peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, di bawah pimpinan Prof. J Van Deventer (Deventer, 2005) mengemukakan bahwa beton geopolimer dapat dimanfaatkan untuk memasung ( immobilise ) bahan-bahan berbahaya yang mengandung radioaktif maupun bahanbahan beracun lain. Dalam laporan penelitian disebutkan hampir semua bahan buangan industri yang mengandung unsur-unsur silika dan alumina bisa dibuat menjadi semen geopolimer. Fly Ash Material utama untuk pembentukan geopolimer yang memiliki ikatan alumino-silikate harus kaya akan Silikon (Si) dan aluminium (Al). Ini bisa berarti material alam seperti kaolin, dan lempung dimana formula empirisnya mengandung Si, Al, dan oksigen (Davidovits, 1994). Atau material buatan seperti fly ash, silica fume dan slag. Namun, diantara material buatan yang juga merupakan limbah, fly ash dan slag merupakan material yang paling potensial sebagai bahan dasar beton geopolimer (Hardjito et all, 2005). Tabel 1. Komposisi Fly ash yang didapatkan dari analisa kimia SiO 2 52.24 Na 2 O 0.52 P 2 O 5 0.13 Al 2 O 3 38.58 K 2 O 0.44 SO 3 1.21 Fe 2 O 3 2.94 TiO 2 2.42 SO 2 - CaO 0.69 MgO 0.49 LOI 1.39 Sumber: Ekaputri, Januarti J. dan Triwulan, Study on Porong Mud-Based Geopolymer Concrete, 2006. Sejauh ini, fly ash telah banyak digunakan sebagai penambah atau pengganti sejumlah semen dalam pembuatan beton dengan semen portland. Lumpur Porong Lumpur Porong merupakan lumpur panas yang keluar dari perut bumi. Sejak mulai menyembur keluar dari dalam perut bumi pada tanggal 28 Mei 2006 di sekitar Sumur Eksplorasi Banjar Panji-1 (BJP-1) Lapindo Brantas, Kabupaten Sidoarjo-Jatim, hingga kini, Juli 2007, semburan lumpur tidak menunjukkan tanda akan berhenti. Dampak buruk yang ditimbulkannya menyebabkan berbagai usaha telah dilakukan untuk mengurangi volume lumpur. Pemanfaatan lumpur sebagai filler pada beton geopolimer ini juga merupakan usaha untuk mengurangi volume lumpur. Melalui uji kimia yang dilakukan oleh balai besar keramik, dapat dilihat bahwa komponen kimia dari lumpur Porong ini mirip dengan komponen kimia dari fly ash. Detail komposisi dari lumpur Porong ini dapat dilihat pada Tabel 2 35 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

Tabel 2. Komposisi Lumpur Kering Didapatkan Dengan Analisa Kimia SiO 2 53.08 Na 2 O 2.97 P 2 O 5 - Al 2 O 3 18.27 K 2 O 1.44 SO 3 - Fe 2 O 3 5.6 TiO 2 0.57 SO 2 2.96 CaO 2.07 MgO 2.89 LOI 10.15 Sumber: Balai Besar Keramik, Bandung, Indonesia Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekaputri dan Triwulan (2006) di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan ITS, menunjukkan bahwa lumpur basah dan kering oven tidak bersifat amorf, sehingga hanya dapat dijadikan filler (pengisi) pada campuran beton geopolimer bersama- sama dengan agregat kasar dan agregat halus. Sedangkan lumpur bakar (pada suhu 1000 o C) bersifat amorf sehingga dapat digunakan sebagai pengikat dengan alkali kuat sebagai pereaksi. Namun, lumpur yang dicampur dengan semen atau kapur memberikan kuat tekan yang sangat rendah, sehingga tidak berpotensi dijadikan perekat pada beton geopolimer. Sebagai filler, perbandingan dari lumpur dan fly ash paling maksimal adalah 1:2 (Ekaputri dan Triwulan, 2006). sehingga penambahan hidroksida alkali pada fly ash dapat mereaksikan silika. Katalisator merupakan zat yang mempercepat terjadinya reaksi kimia. Dalam pembuatan beton geopolimer, katalisator juga digunakan. Untuk aktifator Sodium Hidroksida biasanya digunakan katalis Sodium Silikat, hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan oleh Hardjito (2005) Dalam penelitian ini, aktifator yang digunakan adalah kombinasi antara sodium silikat dan sodium hidroksida. Kombinasi aktifator ini digunakan berdasarkan penelitian Ekaputri dan Triwulan [14]. STUDI EKPERIMENTAL Benda uji dibuat menurut skema pada Gambar 2. Aktifator Dan Katalisator Aktifator merupakan zat atau unsur yang menyebabkan zat atau unsur lain bereaksi. Dalam pembuatan beton geopolimer, aktifator yang digunakan adalah unsur alkali yang terhidrasi. Penggunaan hidroksida alkali sebagai aktifator ini dikarenakan karena silika merupakan asam kuat maka ia juga akan bereaksi dengan basa kuat. Hidroksida alkali adalah senyawa basa kuat, Gambar 2. Skema Komposisi Benda Uji dan Pengetesan di Laboratorium 36 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

PERSIAPAN BAHAN Fly ash Fly ash yang digunakan merupakan fly ash kelas F sisa dari pembakaran batubara di PLTU Paiton. Fly ash telah berbentuk serbuk yang siap pakai. Lumpur Porong Lumpur yang didatangkan dari Porong masih berbentuk lumpur basah, sehingga perlu diberi perlakuan sebagai berikut: a. Lumpur yang masih dalam keadaan basah di bersihkan dengan cara diayak dengan ayakan 1 inci. b. Lumpur yang telah diayak dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan selama 4 hari. c. Pada hari ke-2, lumpur dipecah menjadi ukuran yang lebih kecil untuk mempermudah keluarnya air. d. Setelah kering, lumpur dihancurkan sampai berbentuk serbuk. Larutan Aktivator Pada pembuatan binder, sodium silikat dan sodium hidroksida dicampur beberapa menit sebelum diberikan pada fly ash dan lumpur. Sedangkan pada pembuatan beton, kegiatan ini dilakukan satu hari sebelum pembuatan beton. Agregat Kasar Agregat Kasar yang digunakan berukuran 0,5-1 cm (Ekaputri dan Triwulan, 2006). Sebelum digunakan, agregat dicuci dan disaring dengan ayakan no.8. Lalu direndam dalam air. Aggegat kasar diangin-anginkan semalam sebelum pemakaian agar mencapai kondisi SSD. Aggregat Halus Agregat halus yang digunakan berasal dari Lumajang. Sebelumnya agregat diayak dengan ayakan no.8 untuk memisahkan kotoran dan batu, lalu dilakukan pemeriksaan agregat halus. Sodium Hidroksida (NaOH) Sodium Hidroksida yang tersedia umumnya berupa serpihan dengan kadar 98%. Sebagai aktifator, Sodium Hidroksida harus dijadikan larutan dengan molaritas yang diinginkan. Larutan ini harus dibuat dan didiamkan setidaknya selama satu malam sebelum pemakaian (Hardjito et all, 2005). Pada penelitian ini, molaritas larutan yang dipilih adalah 8M dan 10M. Sodium Silikat Sodium Silikat yang digunakan terdiri dari 36.2083 % SiO 2, 5.9280 % Na 2 O, dan 57.86 % H 2 O. Mix Design Binder Geopolimer Berdasarkan Literatur yang telah didapatkan, diadakan perhitungan terhadap komposisi bahan yang dibutuhkan. Perbandingan dari bahan-bahan binder geopolimer adalah sebagai berikut: a. Berat lumpur : berat fly ash maksimal adalah 1: 2 (Ekaputri dan Triwulan, 2006). Namun berdasarkan trial pembuatan binder sebelumnya, ternyata perbandingan tersebut diatas sangat sulit dalam pelaksanaanya karena terlalu kental sehingga digunakan perbandingan 1:4. 37 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

b. Perbandingan sodium silikat dan sodium hidroksida adalah 2,5 (Ekaputri dan Triwulan, 2006). c. Perbandingan massa aktifator dan massa fly ash adalah 0,35 (Hardjito, 2004). Perhitungan massa serpihan NaOH yang dibutuhkan untuk 1 L larutan sodium hidroksida adalah = 320 gram untuk 8M dan 400 gram untuk 10M Mix Design Beton Geopolimer Berdasarkan Literatur yang telah didapatkan, diadakan perhitungan terhadap komposisi bahan yang dibutuhkan. Perbandingan dari bahan-bahan binder geopolimer adalah sebagai berikut: a. Berat lumpur : berat fly ash yang digunakan adalah 1: 4. b. Berat agregat 75% dari total beton. c. Agregat yang digunakan adalah agregat ukuran kecil (0,5-1 cm) (Ekaputri dan Triwulan, 2006). d. Perbandingan aggregat kasar : agregat halus adalah 2 : 1 e. Perbandingan sodium silikat dan sodium hidroksida adalah 2,5 (Ekaputri dan Triwulan, 2006). f. Perbandingan massa aktifator dan massa fly ash adalah 0,35 [12] Tes Temperatur Reaksi Binder Geopolimer Tes temperatur reaksi ini sama dengan tes panas hidrasi semen. Dilaksanakan untuk mengetahui besarnya temperatur yang terjadi saat reaksi polimerisasi terjadi. Tes Vicat Binder Geopolimer Tes Vicat dilakukan untuk menentukan waktu pengikatan awal/mulai mengikat dan pengikatan akhir/mulai mengeras binder. Tes Tekan Binder Geopolimer Tes kuat tekan binder geopolimer dilakukan pada binder dengan umur 3,14,21,dan 28 hari. Tiap komposisi akan dites sebanyak 2 benda uji. Tes ini dilakukan di Workshop Teknik Sipil ITS dengan alat torsi universal testing machine AU 5 berkapasitas 5 ton. Tes Porositas Binder Geopolimer Tes porositas dilakukan untuk mengetahui besarnya pori baik yang terbuka maupun yang tertutup dari binder geopolimer. Tes ini dilaksanakan di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Teknik Sipil-ITS dengan prosedur pelaksanaan sesuai AFNOR NF B 49104, dan tiap pengujian digunakan 2 benda uji. Tes Xrd Binder Geopolimer Tes XRD (difraksi sinar X) dimaksudkan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terbentuk setelah binder mengeras. Pengujian difraksi sinar X ini dilaksanakan di Laboratorium Besar Bersama UNAIR, Surabaya dengan alat X- Ray Diffractometer JEOL JDX 3530. Sampel yang diujikan berupa serbuk dari binder yang telah dihancurkan dan lolos ayakan 200. Berat sampel ini minimal harus lebih besar dari 1 gram. Dari tes XRD yang dilakukan di Laboratorium Besar Bersama UNAIR, data yang diperoleh berupa grafik 2-theta dan intensitas dari senyawa yang terkandung dalam binder 38 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

geopolimer-lumpur. Selanjutnya, data tersebut diolah dengan bantuan program Rietica versi 1.7.7 untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam binder. DATA DAN ANALISA HASIL LABORATORIUM Hasil Pengujian Binder Geopolimer Test Vicat Tabel 3. Tes Setting Time Tes Slump Beton Geopolimer Test slump dilaksanakan sesuai ASTM C 143-78 untuk mengukur workability (kemampuan dikerjakan) campuran beton. Kode Binder Initial Setting Time (menit) Finish Setting Time (menit) A8-80 11.7 240 A8-100 13.5 265 A10-80 10.1 140 A10-100 10.7 155 Dari Tabel 3 terlihat bahwa penambahan air dan molaritas larutan aktivator pada beton Tes Tekan Beton Geopolimer Tes tekan dilakukan pada 7, 14, 21 dan 28 hari dengan alat tes tekan UTM (Universal Testing Machine) di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Teknik Sipil-ITS. Prosedur pelaksanaan tes tekan ini sesuai dengan ASTM C 39-94. geopolimer-lumpur ini hanya sedikit berpengaruh pada initial setting time. Sedangkan pada finish setting time, penambahan air memberikan pengaruh besar. Dapat dilihat bahwa semakin besar molaritas aktivator, maka semakin cepat finish setting time. Selain itu, semakin besar kadar air terhadap lumpur yang ditambahkan, maka semakin lama finish setting time. Tes Tarik Belah Beton Geopolimer Tes tarik belah dilakukan sesuai dengan Tes Temperatur Reaksi ASTM C 496, tes ini dilakukan di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Teknik Sipil-ITS. Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat Torsee Universal machine test, type rat-200, dengan kapasitas 200 tf. Tes Porositas Beton Geopolimer Tes porositas dilakukan untuk mengetahui besarnya pori baik yang terbuka maupun yang tertutup dari beton geopolimer. Tes ini dilaksanakan di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Teknik Sipil-ITS dengan prosedur pelaksanaan sesuai AFNOR NF B 49104 dan ASTM C-403-99, dan tiap pengujian digunakan 2 Gambar 3. Variasi Temperatur Reaksi Dari Gambar 3 terlihat bahwa molaritas larutan mempengaruhi temperatur reaksi, binder dengan campuran bermolaritas 8M menghasilkan temperatur lebih tinggi bila dibandingkan dengan aktifator 10M. Sedangkan kandungan air dalam benda uji. 39 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

lumpur tidak memberi pengaruh besar pada temperatur reaksi. Tes Tekan Gambar 6. Grafik Tes Tekan Binder Geopolimer-Lumpur dengan Kandungan Air 80% Dari Berat Lumpur Gambar 4. Grafik Tes Tekan Binder Geopolimer-Lumpur Dengan Aktifator 8M Gambar 7. Grafik Tes Tekan Binder Geopolimer-Lumpur dengan Kandungan Air 100% Dari Berat Lumpur Gambar 5. Grafik Tes Tekan Binder Geopolimer-Lumpur dengan Aktifator 10M Dari Gambar 4 dan 5, penambahan air pada campuran sebesar 80% dari berat lumpur, pada aktifator 8M dan 10M, menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan air sebanyak 100%. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semakin sedikit air yang ditambahkan pada campuran berarti semakin besar kuat tekan yang dapat dicapai oleh binder. Dari Gambar 6 dan 7 terlihat bahwa kuat tekan dari binder yang menggunakan aktifator 10M pada umur 28 hari lebih tinggi dibandingkan binder yang menggunakan aktifator 8M. Ini berarti semakin besar molaritas aktifator yang digunakan, semakin besar pula kuat tekan yang dapat dicapai oleh binder. Tes Porositas Berkurangnya jumlah air dalam campuran menyebabkan jumlah pori tertutup meningkat dan pori terbuka berkurang.menyebabkan jumlah pori tertutup meningkat dan mengurangi jumlah pori terbuka. Sejalan dengan hal itu, meningkatnya molaritas aktifator juga 40 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

Tabel 4. Hasil Perhitungan Porositas Binder Geopolimer-Lumpur (persen) DATA HASIL PENGUJIAN BETON GEOPOLIMER Tes Slump Tabel 6. Hasil Tes Slump Tes Xrd Tabel 5.3. Rekapitulasi Hasil Analisa XRD Pada Tabel 5, Zeolit yang semula diduga banyak terdapat dalam lumpur Porong ternyata tidak banyak ditemukan dalam penelitian ini. Tabel 5. Hasil Identifikasi Senyawa pada Binder No. UNSUR A8-80 A8-100 A10-80 A10-100 1 CASIO4 TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA 2 CRISTOBA ADA TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA 3 GYPSUM TIDAK ADA TIDAK ADA ADA TIDAK ADA 4 MULLITE ADA TIDAK ADA ADA TIDAK ADA 5 NA2SIO3 TIDAK ADA ADA ADA ADA 6 NAALSIO ADA TIDAK ADA ADA TIDAK ADA 7 NAFESIO TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA ADA 8 SIO2 ADA TIDAK ADA ADA TIDAK ADA 9 SIO2MONO TIDAK ADA TIDAK ADA ADA ADA 10 SIO2ORTO TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA ADA 11 SIO2TRI TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA 12 ZEOLIT2 TIDAK ADA ADA TIDAK ADA TIDAK ADA 13 ZEOLIT3 TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA 14 ZEOLIT4 TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA 15 ZEOLIT5 ADA TIDAK ADA TIDAK ADA ADA 16 ZEOLIT6 TIDAK ADA ADA TIDAK ADA TIDAK ADA Dari Tabel 6 terlihat bahwa beton geopolimer-lumpur ini termasuk beton tanpa slump, yaitu beton yang memiliki slump sebesar 1 inch (25,4 mm) atau kurang. Tes Tekan Gambar 8. Grafik Tes Tekan Beton Geopolimer-Lumpur Dengan Aktifator 8M Dari Gambar 8 terlihat bahwa pada umur 3 hari kuat tekan beton yang menggunakan aktifator 8M dengan penambahan air 80% lebih kecil bila dibandingkan dengan yang diberi penambahan air 100% dari berat lumpur, namun pada umur 28 41 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

hari kuat tekannya menjadi sedikit lebih besar. Terlihat juga pada umur 21 dan 28 hari, kuat tekan beton dengan molaritas 8M hampir sama. Gambar 9. Grafik Tes Tekan Beton Geopolimer-Lumpur Dengan Aktifator 10M Dari Gambar 9 terlihat bahwa kuat tekan beton yang menggunakan aktifator 10M dengan penambahan air 80% dari berat lumpur selalu lebih besar daripada yang diberikan penambahan air sebesar 100% dari berat lumpur. Namun pada umur 7 dan 28 hari, kuat tekan yang dicapai hampir sama. Gambar 10. Grafik Tes Tekan Beton Geopolimer-Lumpur Dengan Kandungan Air 80% Dari Berat Lumpur Dari Gambar 10 terlihat bahwa kuat tekan beton dengan penambahan air 80% dan molaritas10m memiliki kuat tekan yang lebih besar dari pada beton dengan aktifator 8M, namun pda pada umur 7 dan 28 hari, kuat tekan yang dicapai hampir sama. 42 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

Gambar 11. Grafik Tes Tekan Beton Geopolimer-Lumpur Dengan Kandungan Air 100% Dari Berat Lumpur Dari Gambar 11 terlihat bahwa pada umur 3 hari kuat tekan beton yang dengan penambahan air 100% dan aktifator 10M lebih kecil bila dibandingkan dengan campuran yang menggunakan aktifator 8M, namun pada umur 28 hari kuat tekannya menjadi sedikit lebih besar. Terlihat juga pada 28 hari, kuat tekan beton dengan dengan penambahan air 100% hampir sama. Jika dibandingkan dengan grafik kuat tekan binder, kuat tekan beton jauh lebih kecil dibandingkan kuat tekan binder. Hal ini berarti: a) Pada beton,campuran binder yang terbentuk terlalu sedikit, sehingga tidak mengikat aggregat dengan sempurna. b) Partikel lumpur yang tidak ikut bereaksi menempel pada permukaan aggregat, sehingga menyebabkan pengikatan binderaggregat tidak sempurna. Test Tarik Belah Tabel 7. Hasil Perbandingan Kuat Tarik dan Kuat Tekan Beton Geopolimer-Lumpur B8-80 B8-100 B10-80 B10-100 ft 0.227 0.324 0.41 0.362 fc' 6.63 6.39 6.71 6.62 ft/fc' 0.034 0.051 0.061 0.055 Dari Tabel 7 terlihat bahwa seperti halnya kuat tekan, kuat tarik juga mendapat pengaruh yang sama akibat molaritas aktivator dan besar penambahan air, yaitu kuat tarik semakin besar apabila molaritas larutan tinggi dan penambahan air sedikit. Test Porositas Tabel 8. Hasil Perhitungan Porositas Beton Geopolimer-lumpur B8-80 B8-100 B10-80 B10-100 Porositas Total (πt) 30.96 21.40 42.94 50.37 Porositas Terbuka (πo) 21.31 19.33 5.70 39.47 Porositas Tertutup (πf) 9.65 2.07 37.24 10.90 Pada molaritas yang sama, penambahan air justru menambah jumlah peningkatan pori terbuka. Pori terbuka ini yang mendorong timbulnya retak sehingga menurunkan kekuatan beton.demikian halnya dengan molaritas. Peningkatan molaritas menyebabkan peningkatan jumlah total pori. Semakin tinggi molaritas diikuti dengan campuran yang semakin tidak workable, sehingga mendorong terbentuknya banyak pori dalam beton. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Waktu pengikatan binder geopolimerlumpur penambahan air dan molaritas larutan aktivator pada beton geopolimer-lumpur ini hanya sedikit berpengaruh pada initial setting time. Sedangkan pada finish setting time, penambahan air memberikan pengaruh besar. Semakin besar molaritas aktivator, maka semakin cepat finish setting time. Tetapi semakin besar kadar air terhadap lumpur yang ditambahkan, maka semakin lama finish setting time. 2. Beton Geopolimer-Lumpur memiliki workabilitas yang amat rendah dengan nilai slump 0 atau mendekati 0. 43 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

3. Kuat tekan binder dan beton geopolimerlumpur pada umur 28 hari: semakin besar molaritas aktivator, semakin besar pula kuat tekan yang dapat dicapai oleh binder maupun beton. Semakin sedikit kadar air yang ditambahkan pada campuran juga dapat meningkatkan kuat tekan beton. 4. Proses polimerisasi yang terjadi menghasilkan panas (eksoterm). Kandungan air dalam lumpur tidak mempengaruhi panas reaksi polimerisasi. Molaritas aktivator yang tinggi menurunkan panas reaksinya. 5. Kuat tarik beton geopolimer-lumpur sangat kecil. Hal ini memberikan informasi bahwa beton geopolimer-lumpur ini hanya bisa dijadikan beton non-struktural 6. Meningkatnya jumlah air dalam campuran dan molaritas aktifator mempengaruhi jumlah pori yang terbentuk. Selain itu semakin pekat aktivator yang digunakan, semakin sulit beton dicetak sehingga semakin banyak pori yang terbentuk. 7. Tidak ditemukan kandungan zeolit dalam jumlah besar dalam campuran binder geopolimer-lumpur. SARAN Saran yang diberikan setelah penelitian ini dikerjakan antara lain: 1. Meskipun memiliki kandungan kimia yang hampir sama dengan fly ash, lumpur Porong kering tidak dapat digunakan sebagai binder, hal ini mungkin dikarenakan adanya kandungan minyak pada lumpur tersebut. Untuk itulah, sebaiknya pada penelitian selanjutnya dilakukan penelitian kadar minyak yang dikandung oleh lumpur tersebut. 2. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya lumpur yang digunakan adalah lumpur yang dibakar. Pembakaran lumpur dimaksudkan agar ikatan kimia lumpur Porong akan berubah. 3. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan analisa kimia untuk mengetahui persentase kandungan senyawa pada binder, sehingga dapat diketahui kandungan SiO 2 dan Na 2 O yang tersisa pada binder. Hal ini dimaksudkan untuk mencari molaritas larutan aktivator yang paling optimum yang dapat mereaksikan banyak SiO 2. DAFTAR PUSTAKA AFNOR NF B 49104 ASTM C 823 75 ASTM C 618 84 ASTM C 618 78 ASTM C 143 78 ASTM C 403 99 ASTM C 496 94 ASTM C 39 94 ASTM C 191 92 Davidovits, J, Properties of Geopolymer Cements, 1994 Deventer, Van, The Efect of Aggregate Particle Size on Formation of Geopolymeric Gel, 2005 Hardjito, D., Wallah, S. E. and Rangan, B. V., Factors Influencing The Compressive Strength of Fly ash-based Geopolymer Concrete, Dimensi Teknik Sipil, 2005 Kriven, M, Effect of Alkali Choice on Geopolymer Properties, 2004 Ekaputri, Januarti J.and Triwulan, The Efforts to Use Porong Mud as an Additive Material for Geopolymer Concrete. Presented at the National Seminar on The Efforts to 44 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341

Use Porong Mud as a Building Materia, ITS, Surabaya, Indonesia, October 3rd 2006. Organized by KLH-ITS Indonesia. Ekaputri, Januarti J. and Triwulan, Study on Porong Mud-Based Geopolymer Concrete, Presented at the 2nd ACF International Conference, Bali Indonesia, 20-21 November 2006. Organized by Indonesian Society of Civil and Structural Engineers under the Auspices of Asian Concrete Federation (ACF) Lily Pudiastuti, Fisik Kimia Lumpur Panas Porong Sidoarjo, Dipresentasikan pada Seminar Nasional Usaha Pemanfaatan Lumpur Porong Sidoaro sebagai Bahan Bangunan, Surabaya Indonesia, 3 Oktober 2006. Timnas PSLS (Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo), Media Center Lusi, Edisi VIII, Nopember 2006 45 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL TORSI / NOPEMBER 2007 no.3 ISSN 0853-6341